You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kependudukan adalah masalah yang dihadapi oleh semua negara
baik negara maju maupun negara berkembang seperti indonesia. Saat ini program
KB merupakan suatu keharusan dalam upaya menanggulangi pertumbuhan
penduduk dunia. Upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran dilakukan
melalui program Keluarga Berencana yaitu mengajak pasangan usia subur yang
berusia 20-45 tahun agar menggunakan alat kontrasepsi.

Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah


konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai
karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah (Saifuddin,
2006). Hal ini terungkap dari data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011, yang
menyatakan bahwa peserta KB baru secara nasional sebanyak 739.500 peserta. Di
Jawa Timur, jumlah peserta KB yang menggunakan pil sebesar 23,53% dan
menduduki peringkat kedua setelah peserta suntikan, sebesar 60,13%. Sisanya
yaitu Intra-uterine Device (IUD) 5,84%, Metode Operasi Wanita (MOW) 1,73%,
Metode Operasi Pria (MOP) 0,40%, Kondom 4,04% dan Implan 4,32%.

Pil KB yang banyak dipakai umumnya berisi dua jenis hormon, yakni
estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja.
Kedua hormon ini bekerja menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi
atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.
Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampir selalu efektif dalam mencegah
kehamilan. Namun, tidak semua wanita tidak boleh memilih pil, jika mengidap
tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan
payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices
thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis.
Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang

1
lain. Dalam refarat ini akan dijelaskan mengenai defisini pil KB, jenis-jenis pil
KB, efektivitas dan cara kerja pil KB, serta indikasi dan kontraindikasinya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pil KB


Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal
yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum),
berisi hormon estrogen dan atau progesteron yang bertujuan untuk mengendalikan
kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari
ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara
benar dan konsisten (Sastrawinata, 2000).
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang
normal, sehingga juga menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian pil oral bukan hanya untuk mecegah ovulasi, tetapi
menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual,
muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002)..

2.2 Pil Kombinasi atau Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK)


Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK) mengandung dua hormon steroid,
estogen dan progesteron. KOK merupakan metode kontrasepsi hormonal yang
paling sering digunakan, serta banyaknya jenis yang dipasarkan sehingga hampir
membingungkan.
1) Mekanisme Kerja
Cara kerja kontrasepsi KOK bersifat multipel, tetapi efek yang paling
penting adalah mencegah ovulasi dengan menekan hypothalamic
gonadotropin-releasing factor. Ini selanjutnya mencegah sekresi hipofisis yaitu
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinazing hormone (LH). Progestin
mencegah ovulasi dengan menekan LH dan juga mengentalkan mukus serviks
sehingga memperlambat masuknya sperma. Sebagai tambahan, progestin
mengubah endometrium sehingga tidak memungkinkan untuk implantasi.
Estrogen mencegah ovulasi dengan menekan pengeluaran FSH. Estrogen juga

3
menstabilkan endometrium, yang mencegah terjadinya perdarahan
intermenstrual – juga dikenal dengan breakthrough bleeding.
Efek bersihnya adalah penekanan ovulasi yang sangat efektif,
pencegahan migrasi sperma melalui mukus serviks, dan menciptakan
lingkungan endometrium yang tidak menguntungkan untuk implantasi. Dengan
demikian kontrasepsi ini benar-benar memberikan proteksi absolut terhadap
konsepsi jika digunakan sesuai aturan (Cunningham et al, 2014).

2) Farmakologi
a. Estrogen
Sebagian besar KOK modern mengandung ethyl estradiol (EE). Zat ini
mempengaruhi faktor-faktor pembekuan darah sehingga trombosis
arteri dan vena meningkat. Perubahan-perubahan ini bergantung pada
dosis. Dengan demikian, KOK di Inggris tidak mengandung lebih dari
50 𝜇𝑔 estrogen dan dosis yang lazim adalah dalam rentang 20-35 𝜇𝑔.
b. Progesteron
Progesteron yang saat ini digunakan semuanya merupakan turunan dari
19-nortestosteron dan, berdasarkan konvensi, dibagi menjadi dua
kelompok:
 Progesteron generasi kedua: noretisteron (NET); noretisteron
asetat; etinodiol diasetat (keduanya adalah obat pro untuk
noretisteron), dan levonorgestrel (LNG).
 Progesteron generasi ketiga: desogestrel (DSG) dan gestoden
(GSD). Norgestimat memiliki kemiripan dengan zat-zat ini
tetapi juga dimetabolisme sebagian menjadi LNG, sehingga sulit
mengkategorisasikannya. Cyproterone acetate (seperti dalam
Dianette) adalah suatu anti-androgen progestogenik, yang
membuat Dianette menjadi produk “estrogenik” yang paling
banyak tersedia. DSG dan GSD berbeda dari progesteron
generasi kedua karena keduanya:
 Memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor
progesteron sehingga meningkatkan efektivitasnya

4
dalam menghambat ovulasi dan dapat mengendalikan
siklus dengan baik pada dosis rendah.
 Memiliki afinitas yang lebih rendah terhadap reseptor
androgen.
 Tampak kuran “anti-estrogenik” pada tingkat
biokimiawi dan somatik. Secara spesifik, KOK yang
mengandung progesteron generasi ketiga lebih jarang
menimbulkan efek samping pada metabolisme
karbohidrat dan lemak dibandingkan dengan formulasi
sebelumnya. Konsentrasi protein densitas tinggi (HDL-
C) meningkat sedangkan konsentrasi lipoprotein densitas
rendah (LDL-C) dan insulin menurun dibandingkan
dengan KOK yang mengandung progesteron generasi
kedua.
Perbedaan-perbedaan metabolik ini diperkirakan, sebelum
tahun 1995, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit dinding
arteri dan hipertensi. Namun, sejauh ini hanya sedikit bukti
epidemiologis mengenai progesteron generasi ketiga yang
memiliki keunggulan klinis tersebut dibandingkan dengan preparat
yang lebih lama dan lebih murah-dan tidak ada manfaat tambahan
untuk risiko infark miokardium akut apabila wanita tidak memiliki
faktor risiko arteri.

3) Dosis
Formulasi KOK dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Pil Monofasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
Preparat yang mengandung 20-35 𝜇𝑔 EE adalah preparat yang
paling banyak digunakan. Hanya dua preparat yang sekarang
mengandung 50 𝜇𝑔 estrogen. Dari pil-pil yang mengandung 20 𝜇𝑔

5
estrogen, Loestrin 20 kurang memiliki pengendalian siklus yang baik.
Preparat KOK 15 𝜇𝑔 yang mengandung GSD atau LNG dipasarkan di
benua Eropa, namun belum tersedia di Inggris.
b. Pil Bifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif.
Pil-pil ini tidak tersedia secara luas dan saat ini hanya ada satu
preparat yang digunakan. Gracial adalah produk 22-hari yang sudah
tersedia di beberapa negara lain, yang dirancang untuk lebih
“estrogenik” selama 7 hari pertama agar pengendalian siklus menjadi
lebih baik. Setelah tertunda karena penasaran “takut-pil” pada tahun
1995, obat ini dilaporkan akan segera beredar di Inggris. Obat ini
tampaknya merupakan pilihan yang beruna bagi wanita dengan jerawat
juga pada perdarahan di luar siklus (breakthrough bleeding) yang
mengganggu.
c. Pil Trifasik
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif.
Fase I : 6 tablet @30 𝜇𝑔 EE + 50 𝜇𝑔 LNG
Fase II : 5 tablet @40 𝜇𝑔 EE + 75 𝜇𝑔 LNG
Fase III : 10 tablet @30 𝜇𝑔 EE + 125 𝜇𝑔 LNG
Pil fasik diciptakan untuk mengurangi jumlah progestin total
yang diminum dalam satu kali siklus tanpa mengorbankan efektivitas
kontrasepsi. Penurunan dosis progestin dicapai dengan memberikan
progestin dosis rendah pada awal siklus kontrasepsi dan meningkatkan
dosisnya menjelang akhir siklus. Teorinya, penurunan dosis ini
menguntungkan karena mengurangi beberapa perubahan metabolik
yang disebabkan oleh progestin denga mengingat bahwa efek positif
progestin juga dapat berkurang. Dosis estrogen dapat dijaga konstan
atau dapat ditingkatkan secara temporer pada akhir siklus, tetapi pada

6
semua preparat dosis tersebut dijaga rendah, hanya sebesar 30-40 𝜇𝑔
EE.

4) Preparat yang saat ini tersedia


KOK yang ada di pasaran Indonesia:
- KOK Monofasik

MERK DAGANG ESTROGEN PROGESTERON


LYNDIOL (Org) 0,05 mg EE 2,5 mg LS
MARVELON-28 (Org) 0,03 mg EE 0,150 mg DG
MICROGYNON 30ED 0,03 mg EE 0,150 mg LNG
(Sc)
MICROGYNON 20ED 0,02 mg EE 0,100 mg LNG
(Sc)
PILKAB (Har) 0,03 mg EE 0,150 mg LNG
PLANOTAB (Tri) 0,03 mg EE 0,150 mg LNG
NORDETTE-28 (SS) 0,03 mg EE 0,150 mg LNG
OVOSTAT-28 (Org) 0,05 mg EE 1,0 mg LS
MIKRODIOL (KF) 0,03 mg EE 0,150 mg LNG
Pil KB Schering (Sc) 0,0375 mg EE 0,150 mg LNG
DIANE 35 (Sc) 0,035 mg EE 2,0 mg CA
YASMIN (Sc) 0,03 mg EE 3,0 mg DP
MERCILON-28 (Org) 0,02 mg EE 0,150 mg DG
GYNERA (21 Tab) (Sc) 0,03 mg EE 0,075 mg GTD

Keterangan:
Keterangan Pabrik Obat: Estrogen: Progesteron:
Org : Organon; EE :Ethinyl Estradiol NG : Norgestrel
Sc : Schering; MES :Mestranol LS : Lynestrenol
Har : Harsen; DG : Desogestrel
Tri : Triyasa; LNG : Levonorgestrel
SS : Sunthi Sepuri; EDD : Ethynodiol
KF : Kimia Farma; diasetat
GTD : Gestodene
CA : Cyproterone
acetat
DP :Drosperinone

7
- KOK Bifasik

MERK DAGANG ESTROGEN PROGESTERON


GRACIAL
(7 tab. Warna Biru) 0,04 mg EE
0,025 mg DG
(15 tab. Warna Putih) 0,03 mg EE
0,125 mg DG
(6 tab. Warna Kuning) Placebo
CLIMEN
(11 tab. Warna Putih) 2,0 mg EV -
(10 tab. Warna Pink) 2,0 mg EV 1,0 mg CA
CLIMEN-28
-
(16 tab. Warna Putih) 2,0 mg EV
1,0 mg CA
(12 tab. Warna Pink) 2,0 mg EV
CYCLO-PROGYNOVA
(11 tab. Warna Putih) 2,0 mg EV -
(10 tab. Warna Pink) 2,0 mg EV 0,5 mg NG

Keterangan:
Estrogen: Progesteron:
EV: ESTRADIOL VALERATE CA: CYPROTERON ACETATE
EE: ETHYNIL ESTRADIOL NG: NORGESTREL
DG: DESOGESTREL

- KOK Trifasik

MERK DAGANG ESTROGEN PROGESTERON


TRINORDIOL-28
(6 tab. Warna Coklat) 0,03 mg EE 0,05 mg LNG
(5 tab. Warna Putih) 0,04 mg EE 0,075 mg LNG
(10 tab. Warna Kuning) 0,03 mg EE 0,125 mg LNG
(7 tab. Warna Merah) Placebo
TRIQUILAR-ED
(6 tab. Warna Coklat) 0,03 mg EE 0,05 mg LNG
(5 tab. Warna Putih) 0,04 mg EE 0,075 mg LNG
(10 tab. Warna Kuning) 0,03 mg EE 0,125 mg LNG
(7 tab. Wana Putih besar) Placebo

8
5) Pemberian
KOK mempunyai 2 kemasan, yaitu:
- Kemasan 21 hari, seluruh pil dalam kemasan ini mengandung
hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan
(mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan
mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai
siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus
sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa
mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia
minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai
jadwal walaupun haid tidak terjadi.
- Kemasan 28 hari, 7 pil yang tidak mengandung hormon wanita
digunakan selama seminggu terakhir pada setiap siklus. Sebagai
gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil ini membantu pasien untuk
membiasakan diri minum pil setiap hari.
Idealnya, seorang wanita memulai penggunaan KOK pada hari
pertama siklus menstruasi, dan tidak diperlukan metode kontraseptif
pengaman. Untuk efisiensi yang maksimal, pil harus diminum pada waktu
yang sama setiap hari. Jika satu dosis terlewat, efek kontrasepsi
kemungkinan tidak berkurang bila menggunakan KOK monofasik dengan
dosis ang lebih tinggi. Melipatgandakan dosis selanjutnya akan mengurangi
breakthrough bleeding dan menjaga jadwal pil. Jika beberapa dosis
terlewat atau digunakan pil yang dosisnya lebih rendah, pil dapat
dihentikan, dan teknik barier efektif digunakan sampai menstruasi.
Kemudian pil tersebut dapat mulai digunakan kembali setelah withdrawal
bleeding. Alternatifnya, pil dengan kemasan baru dapat dimulai segera
setelah pil yang terlewatkan diidentifikasi, dan metode barier digunakan
sebagai metode pengaman selama 1 minggu. Jika tidak terdapat withdrawal
bleeding, wanita tersebut harus melanjutkan pilnya jika tidak terbukti
hamil.

9
6) Efektivitas
Jika KOK dikonsumsi secara benar dan konsisten, diserap secara
normal, dan metabolismenya tidak meningkat oleh interaksi dengan obat lain,
maka kehandalan KOK mendekati 100%. Pada praktiknya, angka kegagalan
adalah 0,2-3 per 100 tahun-wanita, atau lebih, bergantung terutama pada
populasi yang diteliti.
Kesalahan dalam mengkonsumsi tablet lebih sering terjadi daripada
yang dilaporkan, pertanyaan terinci-terutama apakah ada pil yang terlewatkan
atau tidak diserap tepat sebelum, atau segera sesudah, interval bebas pil (IBP)-
hampir selalu megungkapkan penyebab terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan.
Pengajaran yang tidak baik terhadap wanita (dan kadang-kadang
pasangannya), disertai oleh informasi tertulis, merupakan hal penting agar
pemakaian KOK efektif.

7) Indikasi
a. Kontrasepsi
KOK diindikasikana untuk wanita muda yang membutuhkan proteksi
maksimum dari kehamilan, disertai keuntungan menstruasi dan
reversibilitasnya yang segera, dan ingin menggunakan metode yang tidak
bergantung pada hubungan seksual.
KOK sangat bermanfaat dan memiliki risiko sirkulasi paling rendah
dan efek samping merugikan paling sedikit, bagi wanita muda sehat yang
tidak merokok dan memiliki cukup motivasi untuk menggunakannya secara
benar.
b. Keadaan medis
KOK umumnya digunakan dalam penanganan kondisi ginekologis
berikut, dengan atau tanpa memerlukan fungsi kontrasepsi:
 Dismenore
 Menoragia
 Sindrom pramestruasi (pemberian pil monofasik secara trisiklis
sangat bermanfaat)

10
 Endometriosis (sekali lagi, regimen kontinu misalnya pemberian
secara trisiklik biasanya dianjurkan).
 Untuk mengendalikan nyeri ovulasi yang parah atau kista
ovarium fungsional.
 Polycystic Ovarium Syndrome (PCOS) : untuk mengatasi gejala
utama.
 Amenore hipo-estrogen pada wanita muda, kontrasepsi sebagai
suatu bentuk penggantian estrogen yang baik sekali
 Jerawat/seborea/hirsutisme (dengan menggunakan produk DSG
atau GSD, atau Dianette untuk mengatasi kasus yang berat).
 Sebagai terapi sulih hormon pada wanita muda dengan
menopause prematur.
 Sebagai pencegahan, misalnya setelah mengalami kehamilan
etopik. KOK juga bermanfaat apabila terdapat predisposisi kuat
dan / atau riwayat keluarga adanya karsinoma ovarium atau
artritis reumatoid (dengan manfaat preventif tampaknya benar-
benar ada)
Catatan:
a. Apabila terapi digunakan terutama untuk
menghilangkan/menekan gehala siklus yang biasa dialami
wanita, seperti pada nomor 1-5 di atas, maka pil monofasik
lebih disarankan untuk menghindari fluktuasi siklus kadar
hormon.
b. Pada semua kasus, manfaat terapeutik tambahan
memungkinkan untuk pemakaian KOK menkipun risiko yang
ditimbulkan dapat melarang pemakaianya dalam situasi
kontrasepsi biasa. Salah satu contohnya adalah pemakaian
Marvelon atai Dianette untuk mengobati PCOS dengan
jerawat yang parah pada seorang wanita dengan IMT lebih
dari 30 dan berusia di atas 35 tahun.

11
8) Kontraindikasi
Empat kategori WHO yang berkaitan dengan KOK adalah:
 WHO 1 adalah suatu kondisi dengan tidak ada pembatasan dalam
pemakaian KOK
 WHO 2 adalah apabila keuntungan metode secara umum melebihi
risiko teoritis atau risiko yang sudah terbukti
 WHO 3 adalah apabila risiko teoritis atau yang telah terbukti
melebihi keuntungan tetapi metode dapat digunakan dengan hati-
hati sebagai “metode pilhan terakhir”
 WHO 4 adalah kondisi yang mewakili risiko kesehatan yang tidak
dapat diterima dan KOK sebaiknya jangan digunakan.
Kontraindikasi Mutlak (WHO 4)
1. Sedang ata pernah mengidap penyakit sirkulasi
2. Penyakit hati
3. Riwayat penyakit serius yang diketahui dipengaruhi oleh steroid seks
atau oleh pemberian KOK sebelumnya
4. Kehamilan
5. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis
6. Neoplasma bergantung-estrogen, misalnya kanker payudara (Wanita
tertentu dalam remisi jangka panjang kadang-kadang dibolehkan
mengkonsumsi KOK, termasuk WHO 3)
7. Apabila ansietas wanita mengenai keamanan KOK tidak dapat diatasi
dengan konseling

Kontraindikasi Relatif (WHO 2 dan 3)


1. Faktor risiko untuk penyakit vena dan arteri. Keduanya biasanya
termasuk WHO 2, jika secara normal, hanya salah satu yang ada, dan
bahwa faktor tersebut tidak cukup serius sehingga menjadikannya
kontraindikasi mutlak. Dalm kasus tekanan darah (TD), WHO
menetapkan TD dalam rentang 140-159 mmHg sistolik dan 90-99
mmg diastolik ke dalam kategori 3 (walupun pada praktik di Inggris
batas atas biasanya adalah 95 mmHg diastolik)

12
2. Kanker bergantung-steroid-seks. Harus dimintaka pendapat spesialis.
Riwayat kanker payudarahampir selalu dianggap sebagai
kontraindikasi mutlak. Biopsi payudara yang menunjukkan atipia
epitel pramaligna biasanya dimasukkan ke dalam WHO 4.
3. Amenore atau oligomenore harus diteliti tetapi KOK kemudian dapat
diberikan dan sering memberi manfaat positif (WHO 1)
4. Hiperprolaktinemia sekarang dianggap hanya merupakan
kontraindikasi relatif bagi pasien yang berada dibawah pengawasan
spesialis (WHO 2)
5. Depresi sangat berat (WHO 3)
6. Penyakit sistemik kronik, penyakit chorn termasuk WHO 2
7. Penyakit yang memerlukan terapi obat jangka panjang yang mungkin
berinteraksi dengan KOK (WHO 2)
8. Keadaan yang mengganggu penyerapan KOK.

Penyakit yang Diderita


1. Peyakit dengan KOK tidak diketahui dapat menimbulkan efek (WHO
2, atau bahkan 1 pada beberapa kasus). Tidak ada bukti konklusif
bahwa tidak terdapat masalah, menyebabkan sebagian penyakit ini
masuk ke kategori WHO 2, hanya beberapa contoh: Artritis
reumatoid, Asma, Dialisis ginjal, karsinoma kolon, penyakit Gilbert,
Penyakit Hodgkin, Miastenia Gravis, Neuroblastoma, Retinitis
Pigmentosa, Sarkoidosis, Sferositosis, Sindrom Raynaud, sklerosis
multipel, tirotoksikosis, talasemia mayor.
2. Penyakit dengan tingkat keparahan yang bervariasi dengan KOK
mungkin memiliki potensi beriteraksi secara negatif (terutama WHO
4, kadang-kadang 3). Bagi banyak penyakit, tidak tersedia data atau
data yang ada saling bertentangan. KOK dikontraindikasikan secara
mutlak (WHO 4) apabila penyakit secara bermakna:
 Meningkatkan risiko trombosis arteri atau vena
 Mempredisposisi timbulnya penyakit dinding arteri
 Mengganggu fugsi hati

13
 Memperlihatkan kecenderungan ketergantungan pada hormon
seks steroid
3. Kondisi yang ditangani dengan obat-obatan yang mungkin
berinteraksi dengan KOK (WHO 2)
4. Penyakit Sabit, baik penyakit sel sabit maupun KOK secara
independen meningkatkan peningkatan risiko trombosis, yang
mungkin mengalami eksaserbasi selama stasis arteri saat krisis
pembentukan sel sabit.
5. Diabetes Melitus, sudah dipastikan bahwa KOK dapat menurunkan
toleransi terhadap glukosa dan menyebabkan peningkatan kadar
insulin pada wanita sehat bukan pengidap diabetes. Namun, KOK
tiak menyebabkan peningkatan risiko timblnya diabetes klinis.

9) Keunggulan dan Kekurangan


a. Keunggulan
 Metode yang handal, reversibel, nyama, dan tidak bergantung
pada hubungan seksual
 Menstruasi menjadi lebih teratur. Pengeluaran darah berkurang
sehingga insidensi anemia defisiensi besi menurun.
 Gejala menstruasi dan pascamenstruasi misalnya dismenorea dan
ketegangan pramenstruasi sering mereda
 Nyeri ovulasi lenyap
 Tidak ada toksisitas akut akibat kelebihan dosis kecuali
withdrawal bleeding, dan muntah
 Selama mengkonsumsi terjadi penurunan insidensi penyakit tumor
jinak payudara, kista ovarium fungsional, penyakit radang
panggul, kehamilan ektopik karena ovulasi dihambat dan risiko
PRP menurun, kondisi yang bersifat seborea termasuk jerawat,
endometriosis.
 Perlindungan terhadap karsinoma ovarium dan endometrium.

14
 Manfaat lain yang mungkin ada seperti perlindungan terharap
arthritis reumatoid, penyakit tiroid, ulkus duodenum, vaginitis
trikomonas, dan sindrom syok toksis.
b. Kekurangan
 Masalah keamanaa terutama berkaitan dengan kandungan EE, karena
estrogen poten dengan waktu paruh yang lama ini jelas bersifat
protrombotik. Lebih dari 95% wanita yang mengkonsumsi pil sekarnag
menggunakan produk yang hanya mengandung 20-25 𝜇𝑔 estrogen dan
dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diproduksi pil dengan dosis
15 𝜇𝑔. Dengan meningkatnya pengkajian dan pemantauan, maka hal ini
sebaiknya akan semakin menurunkan angka efeksamping serius yang
memang sudah rendah.

10) Interaksi Obat


Penurunan efektivitas KOK yang terjadi akibat peakaian bersamaan
dengan obat lain melibatkan mekanisme yang kompleks: induksi enzim-enzim
hati, persaingan menempati tempat ikatan, dan penurunan resirkulasi
enterohepatika estrogen apabila flora usus yang relevan mengalami perubahan
akibat pemberian antibiotik spektrum luas.
Obat-obat penginduksi enzim dapat mempengaruhi estrogen dan
progesteron. Antibiotik spektrum luas tidak banyak menimbulkan efek karena
hanya mempengaruhi siklus ulang EE di dalam usus.
KOK dapat menurunkan bersihan siklosporin, diazepam, prednisolon,
dan obat-obat lain. Hal ini dapat meningkatkan risiko efek samping, tetapi
kecuali pada kasus siklosporin, efek tersebut kecil kemungkinanya
menimbulkan dampak secara klinis. KOK mengganggu metabolisme warfarin,
dan KOK itu sendiri mengubah koagulasi , tetapi dalam praktik kombinasi
kedua obat ini jarang diindikasikan.

11) Pemilihan Kontrasepsi Oral Kombinasi


KOK yang menjadi pilihan pertama (atau kemudian) haruslah KOK yang
mengandung dosis estrogen dan progestero terendah yang:

15
1. Memiliki efek kontrasepsi yang efektif
2. Menghasilkan pengendalian siklus yang baik
3. Juga disertai efek samping yang paling sedikit bagi wanita

12) Manipulasi Siklus Menstruasi


KOK dapat digunakan untuk menunda perdarahan menstruasi. Dua
paket pil monofasik sebaiknya digunakan secara terus-menerus tanpa jeda.
Preparat-preparat fasik tidak dapat digunakan dengan cara ini. Apabila serang
wanita mengkonsumsi dua paket pil ini secara berurutan, maka ia dapat
mengalami menstruasi karena pil-pil pertama dari paket kedua mengandung
progesteron yang lebih rendah daripada pil-pil yang baru ia habiskan. Wanita
yang mendapat pil fasik dapat menunda menstruasi dengan salah satu dari dua
cara berikut:
 Melanjutkan minum tablet dari fase akhir paket berikutnya dengan jenis
preparat fasik yang sama
 Berpindah secara langsung ke paket monofasik yang paling mirip
dengan fase akhir paket terakhir, misalanya Logynon ke Mycrogynon,
atau Tri-Minulet ke Minulet. Pil fasik semula dapat kembali digunakan
setelah IBP yang biasa.

13) Tindak Lanjut


Pasien harus diperiksa 3 bulan setelah mereka memulai pil (lebih awal
apabila terdapat kontraindikasi relatif) dan setelah itu normalnya setiap 6
bulan. Pada setiap kunjungan, perlu dikaji penerimaan metode dan diperiksa
apakah metode tersebut digunakan secara benar. setiap faktor risiko yang baru
muncul harus dicatat. efek samping yang paling bermakna secara klinis adalah
peningkatan TD dan perubahan pola nyeri kepala.

14) Komplikasi dan Penatalaksanaan


Apabila pasien datang dengan gejala atau tanda yang menunjukkan
adanya efek samping mayor yang berkaitan dengan pemakaian KOK, maka
KOK harus segera dihentikan dan dilakukan pemeriksaan dan terapi yang

16
sesuai. Pemakai KOK harus diberitahu terlebih dahulu mengenai tindakan yang
harus dilakukan apabila muncul gejal-gejala berikut:
o Pembengkakan yang nyeri di betis (trombosis)
o Nyeri pleuritik di dada (tromboembolisme vena). Hal ini sering salah
didiagnosa
o Sesak napas atau batuk dengan sputum bebercak darah
(tromboembolisme vena)
o Nyeri abdomen (trombosis, porfiria, batu empedu, adenoma hati)
o Kolaps atau serangan pingsan berat, atau epilepsi fokal (stroke)
o Nyeri kepala yang tidak lazim; gangguan bicara atau lapang pandang,
rasa baal atau lemas di tngkai (transient ischemic attack) segera rujuk
ke neurologi apabila dicurigai atau migrain dan aura fokal.

EFEK SAMPING MINOR


Secara umum, apabila dapat dilakukan perubahan KOK, cobalah
secara empiris:
1. Mengubah ke KOK dengan dosis yang lebih rendah dari progesteron
dan / estrogen yang sama. Apabila mungkin, estrogen dapat
dihilangkan sama sekali dengan mencoba pil progesteron (PP).
2. Mengubah ke progesteron yang lain, biasanya dimulai dengan dosis
terendah yang ada

SISTEM KARDIOVASKULAR
Sekitar 1% pemakaii KOK memperlihatkan hipertensi klinis
setelah menggunakan formulasi modern. Insidensi penyakit ini meningkat
seiring dengan usia dan lama pemakaian. Faktor predisposisi timbulnya
hipertensi yang dipicu oleh KOK adalah riwayat keluarga yang kuat dan
obesitas. Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan bukan merupakan
predisposisi timbulnya hipertensi selama pemakaian KOK walaupun
berkaitan dengan risiko IM di masa medatang.
Penatalaksanaannya adalah dengan pemeriksaan berulang TD yang
memperlihatkan sistolik di atas 160 mmHg atau diastolik di atas 100

17
mmHg (atau di Inggris, >95 mmHg) merupakan alasan untuk
menghentikan KOK.

SISTEM PERNAPASAN
Pemakai KOK memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk
mengalami pleuritis daripada bukan pemakai. Apabila terjadi nyeri dada
pleuritis atau dispnea pada pemakai KOK, maka emboli paru harus
dikeluarkan.

SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT


Walaupun depresi tampaknya lebih sering dijumpai pada wanita
yang menggunakan KOK daripada yang tidak, namun penyebabnya
mungkin lebih berkaitan dengan faktor gaya hidup daripada dengan KOK
itu sendiri. Beberapa wanita yang mengalami depresi menyatakan bahwa
KOK mengurangi salah satu ketakutan terbesar mereka-yaitu kehamilan
yang tidak diinginkan-sehingga mereka menyambut baik metode ini.
Penatalaksanaan depresi dapat diatasi tanpa harus mengubah
metode, dengan menurunkan dosis atau mengubah progesteron dan
piridoksin (vitamin B6) 50 mg setiap hari. Terapi ini mungkin memerlukan
waktu sampai 2 bulan agar efektif.
Hilangnya libido. Bagi wanita lain libido malah mungkin
meningkat karena metode ini handal, tidak memerlukan tindakan yang
berkaitan dengan aktivitas seksual, dan sering mengurangi sindrom
pramenstruasi.
Nyeri kepala adalah alasan tersering kedua bagi wanita untuk
menghentikan KOK. Karena nyeri kepala migren (bahkan tanpa KOK)
dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke iskemik, maka setiap wanita
yang melaporkan nyeri kepala sewaktu mengkonsumsi KOK harus
ditanggapi secara serius. Pola nyeri kepala harus dibandingkan dengan
pola sebelum memulai KOK.
Epilepsi, wanita dengan epilepsi KOK sering mengurangi frekuensi
kejang, terutama apabila fluktuasi hormon dikurangi dengan menggunakan

18
produk monofasik, serta pengurangan jumlah IBP. Walaupun jarang,
frekuensi kejang dapat malah meingkat pada pemberian KOK. Terapi anti-
epilepsi dengan obat penginduksi enzim adalah salah satu dari sedikit
indikasi pemberian KOK berdosis relatif tinggi.
Retensi air dapat menyebabkan edema kornea ringan, dan
menimbulkan rasa tidak nyaman atau kerusakan kornea pada mereka yang
mengguakan lensa kontak. Dengan lensa lunak modrn dan KOK dosis
rendah, masalah ini sekarang jarnag dijumpai. Penatalaksanaannya apabila
terjadi gangguan penglihatan akut, maka KOK harus segera dihentikan
saat menunggu pemeriksaan lebih lanjut.

SISTEM PENCERNAAN
- Mual dan muntah
- Penambahan berat badan
- Ikterus
- Batu empedu
- Tumor hati
- Penyakit Crohn

SISTEM PERKEMIHAN
Beberapa studi memperlihatkan bahwa infeksi saluran kemih lebih
sering terjadi pada pemakaian KOK daripada kelompok kontrol.
Walaupun wanita yang menggunakan KOK mungkin lebih sering
melakukan hubungan intim, yang mempredisposisi cystitis “bulan madu”,
namun bukti adanya peningkatan insidensi bakteriuria asimtomatik pada
pemakaian KOK memang menunjukkan adanya hubugnan sebab-akibat.

SISTEM GENITAL
- Perdarahan di luar siklus/bercak darah (spotting)
- Tidak adanya withdrawal bleeding
- Rabas vagina
- Fibroid

19
- Karsinoma serviks
- Koriokarsinoma

PAYUDARA
Dari meta-analisis yang luas, pemakai KOK dapat diyakinkan bahwa:
o Pemakaian KOK oleh wanita muda tidak banyak meningkatkan
risiko kanker payudara karena insidensi penyakit ini pada wanita
muda sangat rendah
o Kanker yang didiagnosis pada wanita yang sedang atau pernah
menggunakan KOK secara klinis lebih ringan dibandingkan dengan
yang belum pernah menggunakan KOK, dan lebih kecil
kemungkinannya menyebar ke luar payudara.

SISTEM MUSKULOSKELETAL
- Carpal Tunnel Syndrome
- Nyeri dan kram tungkai

SISTEM KUTANEUS
Kloasma/melasma. “Topeng kehamilan” dapat timbul pada wanita
yang memakai KOK, setelah pajanan sinar matahari yang berlebihan ,
tanpa bergatung pada apakah kelaianan ini pernah terjadi pada kehamilan
sebelumnya. Tampak estrogen dan progesteron ikut berperan
menimbulkan pigmentasi ini. Setelah KOK dihentikan, pigmentasi ini
mungkin menghilang secara perlahan. Penatalaksanaan kloasma, jika
kloasma ringan dapat ditutupi dengan kosmetik yang dioleskan secara
cermat. Apabila kloasma tersebut menyebabkan distres, maka dapat dicoba
KOK yang lain tetapi biasanya perubahan ini tidak memberi manfaat. PP
mungkin bermanfaat bagi sebagian wanita walaupun banyak yang
akhirnya mengehntikan semua kontrasepsi hormon. Bahkan kemudian
pigmentasi ini tetap lambat menghilangnya. Krim dan losion
depigemantasi sebagiknya dihindari.

20
INFEKSI DAN INFLAMASI
Beberapa studi menunjukkan bahwa pemakai KOK lebih besar
kemungkinannya terjangkit infeksi, misalnya cacar air, flu lambung“,
infeksi saluran napas dan kemih, dan juga peradangan misalnya
tenosinovitis dan suatu bentuk poliartritis. Efek pada penyakit Crohn dan
efek yang tampaknya menguntungkan memodifikasi mekanisme imun.

2.3 Pil KB atau Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial


Pil dibuat seperti urutaan hormon yang dikeluarkan ovarium pada tiap
siklus. Sehingga berdasarkan urutan hormon, estrogen hanya diberikan selama 14-
16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progesteron dan estrogen selama 5-7 hari
terakhir. Terdiri dari 14-15 pil yang berisi derivat estrogen dan 7 pil beriktnya
berisi kombinasi estrogen dan progesteron. Cara penggunaannya sama dengan tipe
kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-
hal yang tidak diinginkan.
Preparat yang tersedia:

2.4 Mini Pill (Progesteron Only Pill (POP))


Mini pill merupakan kontrasepsi yang hanya mengandung progestin yang
dikonsumsi setiap hari. Tidak seperti KOK, sediaan ini tidak dapat diandalkan
untuk menghambat ovulasi. Efektivitasnya lebih bergantung pada perubahan
terhadap mukus serviks dan pengaruh terhadap endometrium. Karena perubahan
mukus tidak bertahan dalam 24 jam, mini pil harus diminum pada waktu yang
sama setiap hari supaya efektivitasnya maksimal.

21
Metode progesteron semua diperkenalkan untuk menghindari efek
samping estrogen dan untuk menurunkan pajanan total ke steroid.metode
progesteron sudah sejak lama menjadi kontrasepsi yang menjanjikan tetapi baru
mencapai potensi penuh dalam 15 tahun terakhir.
Dalam masyarakat yang terbiasa minum pil, pil ini memiliki keunggulan
karena familiaritas serta fleksibilitas untuk berhenti atau mulai kapan saja sesuai
keinginan wanita yang akan menggunakannya. Fleksibilitas yang tinggi ini juga
merupakan kekurangan utamanya, karena dosis PP yang rendah sama artinya
dengan kecilnya batasan keamanan untuk penundaan minum pil. Pada sebagian
wanita, efek pada mukus serviks sudah hilang dalam 24 jam.

1) Mekanisme Kerja
Progesteron memiliki banyak efek pada sistem reproduksi manusia.
Seberapa penting setiap efek mungkin bergantung pada dosis dan tipe
progesteron. Efek yang dianggap lebih penting adalah:
a) Efek lokal pada ovarium
 Penekanan pertumbuhan folikel
 Inhibisi ovulasi
 Penekanan aktivitas luteal
b) Modifikasi mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma
c) Modifikasi endometrium yang mencegah implantasi
d) Efek pada hipotalamus dan hipofisis untuk menghambat pelepasan
siklis FSH dan LH sehingga ikut menekan perkembangan folikel
dan ovulasi
e) Efek pada fungsi tuba falopii dan pembuahan mungkin relatif
kurang penting

2) Pemberian
Regimen PP harus dijelaskan dengan teliti. Lembar petunjuk pasien
tidak selalu jelas, dan tidak dapat menggantikan instruksi langsung orang-
ke-orang yang cermat. Harus ditekankan pentingnya perhatian yang cermat
terhadap waktu minum pil setiap hari. Pil dikemas dalam paket

22
bergelembung dengan nama hari dan arah tanda panah yang tercantum jelas.
Jumlah pil per paket mungkin bervariasi.
Permulaan. Kapan pil pertama diminum tergantung pada keadaan
yaitu:
a) Pil pertama sebaiknya diminum:
 Saat pertama kali mulai: pada hari pertama menstruasi
berikutnya
 Saat mengganti dari pil kombinasi: pada hari setelah pil aktif
terakhir di dalam paket KOK
 Setelah hamil: umumnya 3 sampai 4 minggu setelah
persalinan. Sebaiknya laktasi sudah berjalan lancar karena
sebagian wanita mungkin merasa mengalami perubahan
jumlah ASI pada minggu-minggu pertama. PP kadang
menyebabkan perdarahan pascapartum apabila diberikan
sebelum 3 minggu. Wanita tidak perlu menunggu sampai
menstruasi datang.
b) Pil-pil selanjutnya diminum setiap hari tanpa putus.

Perlindungan kontrasepsi ekstra. Perlinsungan ini dianjurkan


untuk dilakukan selama 7 hari pada keadaan berikut:
 Apabila terlambat minum pil lebih dari 3 jam
 Apabila lupa minum pil-pil yang terlupa diminum segera setelah
kesalhan disadari, dan pil selanjutnya untuk hari berikutnya diminum
pada waktu yang biasa.
 Apabila terjadi muntah dalam 3 jam setelah minum pil, maka wnaita
harus kembali minum pil
 Apabila timbul diare berat, maka pil mungkin tidak diserap
seluruhnya.
 Kontrasepsi ekstra mungkin diperlukan untuk mengatasi interaksi
obat jangka pendek.

23
3) Preparat yang tersedia
Merek Obat Progesteron Dosis Jumlah pil
Femulen Etinodiol diasetat 500 𝜇𝑔 28
Noriday Noretisteron 350 𝜇𝑔 28
Micronor Noretisteron 350 𝜇𝑔 28
Neogest Levonorgestrel 37,5 𝜇𝑔 35
Microval Levonorgestrel 30 𝜇𝑔 35
Norgeston Levonorgestrel 30 𝜇𝑔 35

4) Efektivitas
Efektivitas maksimum bergantung pada kecermatan minum pil dan
motivasi masing-masing wanita. Efektivitas jelas berkaitan dengan usia
dengan angka kegagalan sekitar 3 per 100 tahun- wanita pada populasi
berusia 25-29 tahun dengan motivasi, tetapi hanya 0,3 per 100 tahun-wanita
pada wanita berusia 40 tahun atau lebih. Angka kegagalan meningkat
apabila minum pil tidak sesuai aturan, dan pada beberapa penelitian dapat
sebesar 10 per 100 tahun-wanita. Efektivitas sangat tinggi pada wanita
menyusui.

5) Indikasi
 Pemakaian saat laktasi merupakan indikasi paling populer utuk PP
di sebagian besar negara.
 Apabila diinginkan preparat oral tetapi estrogen
dikontraindikasikan,
 Sebagai alternatif dari KOK sebelum bedah mayor elektif
 Bagi wanita dengan penyakit tertentu misalnya diabetes melitus,
migren, atau hipertensi ringan dan kurang menyukai KOK

6) Kontraindikasi
 Wanita yang tidak dapat diandalkan atau kurang motivasi dalam
minum pil.
 Obat-obatan yang dapat berinteraksi

24
 Riwayat kisa ovarium fungsional berulanag
 PP sebaiknya dihindari pemakaiannya pada remaja yang gaya
hdupnya kurang mendukung karena dibutuhkan kepatuhan yang
ketat.
 PP sebaiknya dihindari pada obesitas berat karena efektivitasnya
berkurang.

7) Keuntungan dan Kerugian


a. Keuntungan
Pil yang hanya mengandung pogestin mempunyai efek minimal
terhadap metabolisme karbohidrat atau koagulasi, dan tidak
menyebabkan atau mencetuskan hipertensi. Sediaan ini mungkin
ideal untuk beberapa wanita yang berisiko tinggi mengalami
komplikasi kardiovaskular. Selain itu, mini pil sering menjadi
pilihan utama untuk ibu menyusui, sebenarnya efektif sampai 6
bulan dan tidak mengganggu produksi ASI.
b. Kerugian
Kontrasepsi ini harus diberikan pada waktu yang sama atau hampir
sama setiap hari. Jika pil yang hanya mengandung progestin
terlambat diberikan bahkan hanya 4 jam, maka kontrasepsi cadangan
harus digunakan selama 48 jam berikutnya. Dan efektifitasnya
menurun oleh obat-obat seperti rifampisin, griseofulvin, phenytoin,
phenobarbital, carbamazepine, tetracycline, doxycyclin, penicilin,
ciprofloxacin, ofloxacin, dan antiretroviral. Seperti kegagalan
kontrasepsi dan kehamilan lainnya, terdapat peningkatan relatif
proporsi kehamilan ektopik. Kista ovarium fungsional muncul
dengan frekuensi yang lebih sering pada wanita-wanita yang
menggunakan sediaan ini, walaupun tidak selalu memerlukan
intervensi segera. Perdarahan uterus irreguler merupakan kerugian
jelas lainnya dan dapat bermanifestasi sebagai amenorea, metroragia
atau menoragia.

25
8) Efek Samping
 Ketidakteraturan menstruasi yang biasanya mencakup siklus yang
singkat atau lama yang tidak dapat diduga disertai perdarahan
dan/bercak darah dengan durasi bervariasi; kadang-kadang terjadi
amenore. Gangguan menstruasi pada PP cenderung lebih ringan dari
pada sebagian besar metode progesteron kerja lama lainnya.
 Kista folikel atau folikel ovarium menetap
 Walaupun jarang, dapat memperparah penyakit yang sebelumnya
ada misalnya hipertensi berat, kolestasis obstetrik, sirosis, atau mola
hidatidosa.

2.5 Pil Pascasenggama


Disebut juga dengan istilah:
 Morning after pill, menerangkan bahwa pil tersebut harus dimulai dalam
waktu beberapa jam atau diberikan esok paginya
 Post coital pill, menerangkan bahwa pil diminum segera setelah koitus
atau senggama
 Emergency contraception, digunakan sebagai prosedur darurat untuk
mencegah kehamilan setelah senggama tanpa perlindungan.

1. Metode
a) Pil KB Kombinasi
Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan pil KB yang mengandung 50 mg EE dan 0,5
mg Norgestrel atau 0,25 mg Levonorgestrel
 Kontrasepsi darurat harus diberikan dalam dalam 3x24 jam
pertama pascasenggama. Berikan 2 pil kontrasepsi (100 mg EE
dan 1 mg Norgestrel) (0,5 mg Levonorgestrel) sebagai dosis
awal. Dosis ulangan (2 pil) harus diberikan 12 jam setelah dosis
awal diberikan.
 Bila hanya tersedia pil KB yang mengandung 30 mg EE dan
0,3 mg Norgestrel (0,15 Levonorgestrel), maka dapat diberikan

26
dengan dosis: Berikan 4 pil (120 mg EE dan 0,12 mg
Norgestrel) (0,6 mg Levonorgestrel) sebagai dosis awal,
kemudian berikan dosis ulangan (4 pil) 12 jam setelah dosis
awal diberikan.
b) Mini Pill/ Levonorgestrel (Postinor)
Bila tersedia pil yang mengandung 0,75 mg Levonorgestrel. Maka
pemakaiannya sebagai kondar adalah: dalam 3x24 jam pascasenggama
tak aman, berikan 1 pil (0,75 mg Levonorgestrel) sebagai dosis awal,
kemudian beri dosis ulangan (1 pil), 12 jam setelah dosis awal
diberikan. Kemanjuran tablet ini (2 dosis 0,75 mg yang diberikan
dengan jarak 12 jam) telah diujikan dengan membandingkannya
dengan sediaan Yuzpe, memakai desain penelitian teracak prspektif.
Sediaan Levonorgestrel ditemukan sama efektifnya seperti Yuzpe,
akan tetapi memiliki efek samping seperti mual muntah dan kelelahan
yang secara signifikan lebih rendah.

2. Mekanisme Kerja
Cara kerja pasti dari regimen hormon tidak diketahui. Terdapat banak
bukti bahwa regimen Yuzpe menghambat atau menunda ovulasi. Setelah
pemberian regimen Yuzpe, digambarkan terjadi perubahan biokimiawi dan
histologis di endometrium tetapi temuan ini tidak konsisten dan banyak pakar
sependapat bahwa perubahan-perubahan tersebut kurang memadai untuk
menghambat implantasi. Pengamatan pada studi awal bahwa estrogen dosis
tinggi menimbulkan peningkatan risiko kehamilan ektopik mengakibatkan
timbulnya pemikiran mugkin terjadi gangguan motilitas tuba, tetapi hal ini
tidak ditunjang oleh bukti eksperimental.
Data mengenai cara kerja LNG bahkan lebih sedikit, walaupun saat
ini sedang dilakukan studi. LNG mungkin menghambat ovulasi dan mungkin
memiliki lebih dari satu efek pada daya penerimaan endometrium
dibandingkan dengan regimen Yuzpe. LNG juga mungkin mengubah
karakteristik mukus serviks, mengganggu transportasi sperma, dan mencegah

27
pembuahan sel telur yang mengalami ovulasi dalam beberapa hari setelah
penatalaksanaan.

3. Preparat yang tersedia


JENIS MEREK DOSIS WAKTU PEMBERIAN
DAGANG
Pil Mycrogynon 50 2x2 tab Dalam waktu 3 hari
Kombinasi Ovral pascasenggama, dosis
Neogynon kedua 12 jam kemudian
Norgiol
Eugynon

Microgynon 30 2x4 tab Dalam waktu 3 hari


Mikrodiol pascasenggama, dosis
Nordette kedua 12 jam kemudian
Progesitn Postinor 2x1 tab Dalam waktu 3 hari
pascasenggama dosis
kedua 12 jam kemudian
Estrogen Lynoral 2,5 mg/dosis Dalam waktu 3 hari
Premanin 10 mg/dosis pascasenggama 2x1
Progynova 10 mg/dosis dosis selama 5 hari
Mifepristone RU-486 1x600 mg Dalam waktu 3 hari
pascasenggama
Danazol Danocrine 2x4 tab Dalam waktu 3 hari
Azol pascasenggama, dosis
kedua 12 jam kemudian

4. Efektivitas
Untuk menital efektivitas kondar medasarkan perkiraan angka
kehamilan yang diharapkan pada data yang dikumpulkan dari wanita yang
secara aktif mencoba untuk hamil dan yang membuat catatan mengenai
menstruasi dan hubungan intim mereka.
Dengan demikian, angka efektivitas hanyalah perkiraan karena belum
pernah ada uji kontrol plasebo. Berdasarkan penjelasan tersebut, diperkirakan
bahwa regimen Yuzpe akan mencegah sekitar 75% kehamilan, LNG sekitar
85%.

28
5. Manfaat
 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
 Mendukung hak perempuan untuk mengatur reproduksinya sendiri
 Mendukung kesehatan reproduksi perempuan : Memberi waktu
pemulihan yang sempurna bagi organ reproduksi, frekuensi
kehamilan dapat diatur sesuai kondisii kesehatan fisik dan
Psikososial, Risiko aborsi dapat di hindarkan
 Bukan sebagai pil penggugur kandungan
 Cara kerja Kondar adalah “fisiologis”, sehingga tidak mempengarugh
kesuburan dan siklus haid yang akan datang
 Efek samping ringan dan berlangsung singkat
 Tidak ada pengaruh buruk dikemudian hari pada organ system
reproduksi dan organ tubuh lainnya.

6. Indikasi
Indikasi kondar adalah untuk mencegah kehamilan yang tidak
dikendaki karena:
 Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi
 Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya
 Diagragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat
 Kegagalan senggama terputus (mis. Ejakulasi di vagina atau pada
genitalia eksterna)
 Salah hitung masa subur
 AKDR ekspulsi
 Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
 Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB yang setiap bulan
 Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB yang 3 bulan
 Perkosaan
 Tidak menggunakan kontrasepsi

7. Kontraindikasi
 Kehamilan

29
 Pajanan berulang
 Kontraindikasi untuk terapi estrogen (hanya regimen Yuzpe)
 Riwayat kehamilan ektopik tidak dianggap sebagai kontraindikasi
untuk kondar hormon.
 Penyakit radang panggul

8. Efek Samping
 Mual muntah. Efek ini terjadi pada keduametode hormon, tetapi jauh
lebih sering pada regimen Yuzpe. Apabila tersedia, LNG mungkin
merupakan pengobatan pilihan pertama karena risiko mual dan muntah
jauh lebih rendah.
 Nyeri payudara
 Gangguan menstruasi. Wanita sering mengeluh bahwa menstruasi
berikutnya menjadi lebih banyak dan kadang-kadang lebih nyeri
daripada normal. Menstruasi juga mungkin datang lebih awal atau
terlambat tetapi wanita yang menggunakan kondar sebaiknya
diberitahu bahwa menstruasi kemungkinan besar datang pada waktu
yang diperkirakan.
 Pusing, rasa lelah, dan nyeri kepala

30
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah
konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB
merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai
karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah. . Pil oral akan
menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing-factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian pil
oral bukan hanya untuk mecegah ovulasi, tetapi menimbulkan gejala-gejala
pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri.
Ada empat jenis pil KB oral yaitu pil kontrasepsi oral kombinasi (KOK),
pil sekuestrasi, mini pil, dan morning after pill atau kontrasepsi darurat. Keempat
jenis pil KB tersebut memiliki cara kerja, dosis, cara pemakaian, indikasi,
kontraidikasi, efektivitas, dan efek samping yang berbeda-beda.

31
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC


Depkes RI dan POGI. 2004. Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Darurat. Jakarta:
Depkes RI
Gant, Norman F dan Gary Cunningham. 2010. Dasar-Dasar Ginekologi &
Obstetri. Jakarta: EGC
Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC
Harianini, A L et al. Gambaran Kejadian Efek Samping dan Angka Kunjungan
Ulang Akseptor Kontasepsi Oral kepada Tenaga Kesehatan (Studi
Pendahuluan guna pembuatan alat bantu konseling berupa aplikasi
komputer “Sukses Ber-KB” di apotek Kota Malang). Pharmaceutical
Journal Of Indonesia, 2017 Feb;3(1): 17-23
Syarif, A dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI

32

You might also like