You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat di zaman modern seperti saat ini tidak dapat terlepas dari apa
yang dinamakan akuntansi. Namun akuntansi yang telah diterapkan sekarang, baik
di perusahaan yang berorientasi pada profit atau non profit sebenarnya telah
mengalami evolusi.

Tonggak sejarah yang masih tertulis dan dikatakan sebagai awal dan cikal
bakal akuntansi adalah zaman Luva Paciolo. Pacioli memperkenalkan system
pembukuan berpadsangan, yang di sebut double entry bookkeeping system.

Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal berkembang


adalah akuntansi keuangan. Seiring berjalanya waktu munculah bidang-bidang
yang lain juga seperti akuntansi biaya, akuntnasi manajemen, auditing, perpajakan,
dan akuntansi keprilakuan. Bidang akuntnasi dapat dipandang dari berbagai sudut
sehingga dapat memperkaa bidang akuntnasi. Akuntansi manajemen adalaah
disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi akuntansi oleh para
manajemen dan pihak-pihak internal lainya untuk keperluan perhitungan biaya
produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan keputusan.

Keberhasilan suatu system informasi tak lepas dari tekonologi informasi


dan dari perilaku manusianya. Perkembangan akuntansi tak lepas dari perilaku.
Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya pernana manusia dalam bidang
akuntansi maka dengan mengadobsi bidang-bidag ilmu lainya, seperti ilmu
psikologi dan social, maka lahirlah bidang yang disebut akuntansi perilaku,
akuntansi keprilakuan akhirnya diakui keberadaanya dan banyak bukti yang
dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi keprilakuan.

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang akuntansi


yang mempelajari hubungan antara perulaku manusia dengan sistem akuntansi
(Siegel, G et al. 1989). Istilah sistem akuntansi yang dimaksud disini dalam arti
yang luar yang meiputi seluruh desain ala pengendalian manajemen yang meliputi
sistem pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi pertanggunjawaban,
desain organisasi seperti desentralisasi atau sentralisasi, desain pengumpulan biaya,
desain penilaian kinerja serta pelaporan keuangan. Secara lebih terinci ruang
lingkup akuntansi keprilakuan m diantaranya mempelajari pengaruh antara
perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan sistem akuntansi
yang diterapkan dalam perusahaan, yang berarti bagaimana sikap dan gaya
kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain
organisasi.

Penelitian di bidang akuntansi manajemen diawali dengan penelitian


Argyris (1952), topikya adalah budgeting, yaitu melihat hubungan manusia dengan
anggaran. Didukung oleh teori dan temuan empiris dari perilaku organisasional dan
psikolgi sosial, Args (1952) melakukan sebuah studi lapangan tentang proses
anggaran. Covaleski dan Dirsmith (1986) mewawancarai 56 manajer pada enam
rumah sakit. Mereka menemukan bahwa budgeting digunakan sebagai proses
politik oleh manajer untuk merasionalkan dan melegitimasi aksi simbolis dan
ritualistis. Studi lapangan laina oleh Czarniawska-jorges dan Jacobsson (1989)
menjelaskan bagaimna proses anggaran berhubungan dengan konteks budaya
organisasi.

Dari fenomena diatas dan dari hasil penelitian terdahulu, munculah


keinginan penulis untuk melakukan penelitian pengaruh teknologi informasi dan
akuntansi keprilakuan terhadap pengembangan akuntansi manajemen.

Untuk lebih memahami mengenai teknologi informasi dan akuntnasi


keprilakuan terhadap pengembangan akuntansi manajemen, bahasan akan dimulai
dari perkembangan akuntansi keprilakuan, akuntnasi keprelakuan dalam
manajemen, seperti budgenting, balanced scroecard (BSC), just in time (JIT), dan
activit based costing system (ABC system).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu :
1. Apakah terdapat hubungan antara teknologi informasi dengan pengembangan
akuntnasi manajemen.
2. Apakah terdapat hubungan antara akuntnasi keprilakuan dengan
pengembangan akuntansi manajemen
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Perkembangan Akuntansi Keprilakuan.

Bidang keprilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru


dibandingkan dengan akuntansi keuangan. Bidang keprilakuan ini mulai
berkembang pada tahun 1950-an. Pada juni 1951 Controllership Foundation of
America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan
2005). Hal ini diawal oleh penelitian Argys (1952). Yang meneliti hubungan antara
manusia dengan anggaran dan kemudian diikuti oleh peneliti-peneliti lainya.

Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang
dilakukan Lord (1989) mengelompokkan perkembangan riset akuntansi
keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952 samapai dengan
tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang
berkaitan dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus
penelitian, antara lain akuntansi dalam konteks organisasi (accounting in
anorganizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran psikologi
(earlypsychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information
processing), dan kontingensi teori (contingency theory), dan koferensi dan
peristiwa (conferences and events).

Menurut Burgstahler dkk (1989) penelitian bidang keperilakuan sudah


mengalami perkembangan sebagai berikut : 1. Metode penelitian behavioral
digunakan untuk isu akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang
mendasarinya. 2. Model atau teori behavioral diadopsi. 3. Pengujian model
behavioral kepada akuntansi seperti model lensa Brunswick.

Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi


keperilakuan. Bidang riset keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang
seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun

oleh IAIKAPd yaitu : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerjasama dengan


Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Bahasan hasil-hasil studi dalam seminar
ini dibagi menjadi lima, yaitu : 1. Akuntansi keuangan dan pasar modal. 2.
Akuntansi manajemen dan keperilakuan. 3. Akuntansi sektor publik dan
perpajakan. 4. Sistem informasi, auditing dan etika. 5. Pendidikan akuntansi dan
akuntansi syariah. Hasil penelitian dibidang akuntansi manajemen dijadikan satu
pembahasan dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama
membahas tentang manusia.

Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bias menggunakan tiga jenis


metode antara lain studi lapangan, eksperimen dan survey yang masing-masing ada
keungguluan dengan menerapkan metode multiple.

2.1.2 Akuntansi Manajemen


Difinisi akuntansi manajemen adalah proses identifikasi,
pengukuran,pengumpulan, analisis, penyiapan dan komunikasi informasi financial
yang digunakan oleh manajemen untuk perencanaan, evaluasi, pengendalian
dalamsuatu organisasi, serta untuk menjamin ketepatan penggunaan sumber-
sumber tersebut. (RA Supriyono,1993,8). Akuntansi manajemen juga meliputi
penyiapan laporan financial untuk kelompok-kelompok non manajemen seperti
misalnya para pemegang saham, para kreditur lembaga-lembaga pengaturan dan
penguasaan perpajakan. Difinisi akuntansi manajemen diatas merupakan difinisi
akuntansi manajemen yang seharusnya ada atau apa yang dicita-citakan (nonnatif)
dan tidak menjelaskan akuntansi manajemen yang ada sekarang (positif). Akuntansi
manajemen menurut komite MAP tidak hanya menyediakan informasi untuk pihak
intern perusahaan tetapi juga untuk para ekstern. Informasi financial yang telah
diidentifikasikan dan dianalisis oleh akuntansi manajemen digunakan oleh
manajemen untuk perencanaan, evaluasi, pengendalian dan sebagai
pertanggungjawaban atas penggunaan sumber-sumber yang ada dalam perusahaan.
Akuntansi manajemen sangat erat berkaitan dengan manusia. Kajian
dibidang akuntansi manajemen mendapat perhatian bagi riset akuntansi di bidang
keperilakuan. Kegagalan dalam hal pencapaian kinerja sebenarnya akibat dari
aspek keperilakuan. Perilaku (behavior) adalah tindakan tindakan (actions) atau
reaksi (reaction) dari suatu obyek atau organism (Jogianto, 2007).

2.1.3 Teknologi Informasi

Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya


globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis,
semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta
meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan.
Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan
memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan
interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada
pemrosesanya data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut,
hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan
otomatisasi teknologi informasi.

Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi


komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras,
perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi
lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi
organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka
pengambilan keputusan.

EDP adalah penggunaan teknologi komputer untuk menyelenggarakan


pemrosesan data yang berorientasi pada transaksi organisasi. Sistem ini digunakan
untuk mengolah data transaksi yang sifatnya rutin (sehari-hari). Sistem ini tidak
dapat membantu pekerjaan pihak manajemen yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan. Sistem ini hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketepatan waktu
danfrekuensi penyajian laporan. Secara fundamental, EDP merupakan aplikasi
sistem informasi akuntansi dalam setiap organisasi. Istilah data processing (DP)
sebenarnya sama dengan EDP.
MIS merupakan penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan
informasi yang berorientasi pada manajemen level menengah. MIS mengakui
adanya kenyataan bahwa para manajer dalam suatu organisasi membutuhkan
informasi dalam rangka pengambilan keputusan dan bahwa sistem informasi
berbasis komputer dapat membantu penyediaan informasi bagi para manajer.

DSS adalah suatu sistem informasi yang datanya diproses dalam bentuk
pembuatan keputusan bagi pemakai akhir. Karena berorientasi pada pemakai akhir,
maka DSS membutuhkan penggunaan model-model keputusan dan database
khusus yang berbeda dengan sistem DP. DSS diarahkan pada penyediaan data yang
nyata, khusus, dan informasi yang tidak rutin yang diminta oleh manajemen. DSS
dapat digunakan untuk menganalisis kondisi pasar sekarang atau pasar potensial.
DSS juga dapat membantu mengubah proses bisnis, dimana umumnya manajer
membuat semua keputusan, namun dengan adanya teknologi informasi seperti
decision support tools, access database, dan modelling software, pengambilan
keputusan menjadi bagian setiap orang.

Teknologi akan terus berkembang. Teknologi informasi yang kuat akan


menjadi competitive edge bagi perusahaan dan sekaligus menjadi entry barrier
(Fasio, 1994). Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang, tidak ada alasan
untuk tidak menggunakan teknologi sepanjang hal itu dapat mempermudah
perusahaan menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hanscombe, 1989).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Akuntnasi Keprilakuan dalam Akuntnasi Manajemen

3.1.1 Budgeting

Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen, yang


memegang peranan dalam perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian yang
tak terpisahkan. Perencanaan berarti melihat kedepan, yang mengandung
pengertian yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk
merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke
belakang yang berarti menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkan
dengan rencana yang telah disusun (Hansen & Mowen, 2005). Adapun tujuan
anggaran adalah: - Sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta targettarget
yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan pada waktu yang akan datang
dan sebagai alat koordinasi kerja. Dengan adanya anggaran semua bagian-bagian
yang terdapat di dalam perusahan dapat saling menunjang dan bekerja sama dengan
baik, untuk menuju pada sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
- Sebagai alat pengawasan atau pengendalian, anggaran berfungsi sebagai tolok
ukur (alat pembanding) untuk menilai dan mengevaluasi realisasi kegiatan
perusahaan pada masa yang akan datang. Anggaran yang disusun berupa anggaran
operasi (seperti anggaran penjualan, produksi, pembelian bahan, tenaga kerja,
overhead, beban penjualan dan administrasi, persediaan akhir, serta harga pokok
penjualan) dan anggaran keuangan (seperti arus kas, neraca, dan pengeluaran
modal).

Anggaran yang digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang paling


sederhana meliputi empat langkah berikut :

1. Peneteapan standar oleh manajemen.


2. Penetapan standar oleh kelomok yangdikontrol
3. Kinerja operasi
4. Pelaporan hasil dengan ganjaran positif atau negative ditentukan oleh
manajemen.

Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang


akuntansi manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional
Akuntansi(SNA). Rahman dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran
kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial
dengan pendekatan partial least square. Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh
moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi terhadap kinerja.
Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian
manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel
moderating (penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah).
Yufaningrum dkk. (2005) menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap
kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevant information
(JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti pengaruh komitmen
organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial.

3.1.2 Balance Scorecard

Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan


implementasinya. Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor
(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu score adalah kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat juga digunakan
untuk merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan personel di
masa depan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja
personel diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan nonkeuangan,
jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Jadi yang membedakan BSC
dengan konsep-konsep lainnya adalah Balanced scorecard digunakan untuk
menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan
nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi
tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan,
diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup Empat Perspektif :
Keuangan, Customer, Proses bisnis/intern dan Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Keempat perspektif ini saling berkaitan dan terangkum dalam satu hubungan “cause
and effect relationship”. Esensi penerapan BSC adalah bahwa setiap devisi satu
korporasi sedemikian rupaakan berinisiasi, menentukan ukuran kinerja dan
mengkaitkannya dengan visi, misi dan strategi korporasi.Keunggulan BSC adalah
teridentifikasikannya struktur ataupun kerangka yang ada di korporasi guna
mencapai/merealisasikan visi dan misi korporasi.

Kaplan dan Norton (1996) menulis mengenai penggunaan balanced


scorecard sebagai sistem manajemen strategi. Balanced scorecard dapat berfungsi
sebagai alat untuk mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan dan juga
untuk menilai apakah strategi yang telah ditetapkan sudah tepat. Salah satu contoh
penelitian dengan topik ini dilakukan oleh Lipe dan Salterio (2000).

3.1.3 Just In Time (JIT)

Just In Time (JIT) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada


eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan
permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi
dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu, mengendalikan
sediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman (Supriyono, 1999).

Oleh karena itu dalam menangani tingginya biaya, menurunnya laba, dan
menajamnya persaingan telah mengakibatkan perusahaan mencari cara-cara untuk
merampingkan kegiatan usaha mereka dan mengumpulkan lebih banyak data akurat
untuk tujuan pengambilan keputusan. Oleh karena itu muncullah ide Just In Time
(JIT) yang hanya memproduksi apabila ada permintaan. Akibatnya pemborosan
dapat dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya
produksi yang lebih rendah. Tujuan utama JIT adalah untuk meningkatkan laba dan
posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usahapengendalian biaya,
peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Sebuah contoh penelitian di bidang JIT dilakukan oleh Balakrishnan (1996)
yang meneliti perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem inventori JIT dan
pengaruhnya terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian ini dimotivasi oleh
perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai mengadosi JIT karena
dapat mengurangi kos. Jadi, adanya pertimbangan Cost and benefit. Turunnya nilai
persediaan berarti turunnya kos.

3.1.4 Activity Based Costing System

Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC System


adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam
aktivitasaktivita yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau
aktivita tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan
produk ata jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untu
perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. (Charles T
Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). Activity-based Costing (ABC) adala
suatu sistem pembebanan biaya yang berdasarkan aktivitas. Activity-base Costing
(ABC) telah dipromosikan dan diadopsi sebagai dasar untuk pembuata keputusan
yang strategis dan untuk meningkatkan kinerja laba (Bjornenak da Mitchell, 1999).
Informasi ABC kini juga digunakan secara luas untuk menila continous
improvement dan untuk memonitor proses kinerja. ABC dapat diterim secara luas
dan cepat karena dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingka dengan
metode pembebanan biaya konvensional.

Dalam sebuah eksperimen, Drake et al. (1999) menemukan bahw aktivitas


yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba perusahaan yang lebi tinggi atau
lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC Gunawan
(2007) meneliti analisis hubungan activity based costing denga peningkatan kinerja
keuangan yang merupakan studi empiris yang dilakukan d Bursa Efek Jakarta. Hasil
pengujian tidak menemukan bukti empiris yan mendukung analisis dan penelitian
sebelumnya mengenai kondisi yan memungkinkan untuk bisa memperoleh
keuntungan dari ABC. Hubungan antar lingkup penggunaan ABC dan peningkatan
di dalam ROI tidak dipengaruhi ole faktor yang diidentifikasi spesifik.
3.2 Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Pengembangan Akuntansi
Manajemen

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yan


memproses input sehingga menghasilkan output untuk mencapai tujuan khusu
manajemen. Proses adalah inti dari sistem informasi akuntansi manajemen. Prose
dapat dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan, (collecting), pengukura
(measuring), penyimpanan (storing), analisis (analysis), pelaporan (reporting), da
pengelolaan (managing) informasi. Output yang dihasilkan dapat berupa lapora
khusus, biaya produksi, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja, bahka
komunikasi personal.

Sistem informasi akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan utama,


yaitu(1 untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biay jasa
produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen, (2) untuk menyediaka
informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, da
perbaikan yang berkesinambungan, serta (3) untuk menyediakan informasi yan
berguna dalam pengambilan keputusan (Hansen, 2000). Ketiga tujuan in
mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna lainnya membutuhkan informas
akuntansi manajemen dan perlu mengetahui bagaimana cara menggunakannya.
Informasi akuntansi manajemen dapat membantu manajemen mengidentifikasika
suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Informas
akuntansi manajemen dibutuhkan dan digunakan dalam semua lingkup manajemen
meliputi perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Lebih jauh lagi
kebutuhan akan informasi tidak terbatas pada organisasi manufaktur, tetapi jug
mencakup organisasi dagang dan jasa.

Lingkungan ekonomi yang dihadapi banyak perusahaan dewasa ini tela


menuntut adanya pengembangan terhadap praktek-praktek akuntansi manajeme
yang inovatif dan relevan. Tekanan persaingan global telah mengubah lingkunga
ekonomi. Perubahan ini menyebabkan terciptanya lingkungan baru pada bidan
akuntansi manajemen, setidak-tidaknya untuk sejumlah besar organisasi. Karen
lingkungan berubah, maka akuntansi manajemen tradisional tidak digunakan lagi
Faktor-faktor kunci perubahan ini adalah (1) orientasi kepada pelanggan, (2
perspektif lintas fungsional, (3) persaingan global), (4) manajemen mutu total
(TQM) (5) waktu sebagai unsur kompetitif, (6) kemajuan dalam teknologi
informasi, (7 kemajuan lingkungan manufaktur, (8) pertumbuhan dan deregulasi
dalam industri jasa, dan (9) manajemen berdasarkan aktivitas (ABM).

Ada dua kemajuan yang signifikan berhubungan dengan teknologi


informasi Yang pertama erat kaitannya dengan manufaktur yang terintegrasi denga
komputer (Computer-Integrated Manufacturing = CIM). Dengan proses produks
terotomatisasi, komputer digunakan untuk memonitor dan mengendalikan berbaga
operasi. Dengan penggunaan komputer, sejumlah besar informasi yang bergun
dapat dikumpulkan dan dilaporkan kepada manajer dengan segera. Apa yang sedan
terjadi di bagian produksi dapat diketahui dengan segera pula. Sekarang suda
dimungkinkan untuk memantau produk secara terus menerus ketika merek bergerak
menuju pabrik dan mencatat berbagai hal pada saat yang sama, seperti biaya uni
yang diproduksi, bahan yang digunakan, sisa, dan biaya produksi Hasilnya adalah
suatu sistem informasi yang secara terpadu mengintegrasikan dat proses produksi
dengan pemasaran dan akuntansi.

Otomatisasi tersebut dapat meningkatkan kuantitas dan kecepatan informasi


Karena manajer memanfaatkan nilai sistem informasi yang lebih kompleks, mak
mereka harus memiliki akses data dari sistem dan mampu memilah sert
menganalisisnya secara cepat dan efisien. Di lain pihak, ini mengimplikasika bahwa
alat-alat untuk analisis harus andal.

ketersediaan komputer personal (PC), software, dan paket-paket grafis yan


memudahkan pengguna (user friendly). Komputer personal berfungsi sebaga
penghubung komunikasi ke sistem informasi perusahaan, sedangkan software da
paket grafis memberikan manajer kemampuan analitis untuk menggunaka
informasi tersebut. Alat bantu PC dan software tersedia bagi manajer dari semu
jenis organisasi. PC dan software yang mudah pengoperasiannya memungkinka
manajer melakukan lebih banyak analisis dan mengurangi ketergantungannya pad
departemen sistem informasi yang tersentralisasi. Jika sebuah PC juga bertinda
sebagai suatu terminal dan dihubungkan ke database organisasi, maka manaje dapat
mengakses informasi dengan cepat dan menyiapkan lebih banyak laporannya
Akuntan manajemen sekarang lebih fleksibel merespon kebutuhan manajerial untu
aktivitas kalkulasi biaya produksi yang lebih kompleks. Selain itu, kemampua
perhitungan yang cepat dewasa ini telah memungkinkan penyusunan laporan pad
saat dibutuhkan. Banyak perusahaan menemukan bahwa peningkatan daya respo
dari sistem informasi akuntansi manajemen kontemporer memungkinkan merek
merealisasikan penghematan biaya secara berarti melalui penghapusan sejumla
besar laporan bulanan internal.

Akuntansi manajemen harus mampu menghadapi tantangan perubaha


lingkungan sehingga dapat menghasilkan informasi yang sesuai dengan perubaha
teknologi manufaktur, teknologi sistem informasi dan persaingan global. Siste
akuntansi manajemen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi Selain
itu, kemajuan teknologi membawa dampak terhadap perkembangan dunia industri
yang menuntut adanya kriteria penilaian kinerja perusahaan untu mencapai tujuan
secara optimal. Kriteria tersebut menyebabkan bidang akuntansi manajemen untuk
dapat menyajikan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepa waktu, lengkap,
dapat dipahami, dan teruji dalam rangka pengambilan keputusa manajemen, baik
strategik maupun taktis.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu organisasi, haru disadari
bahwa lingkungan usaha akan selalu berubah, termasuk teknologi informasi yang
juga mengalami perkembangan. Dengan berkembangnya teknologi informasi
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam bidang akuntansi manajemen.
Akuntansi manajemen akan menyesuaikan dengan perkembangan kegiatan
perusahaan.
Kehadiran teknologi informasi memberikan banyak manfaat bag
perusahaan, seperti mampu meringankan aktivitas bisnis yang kompleks serta
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu lengkap, dapat
dipahami, dan teruji dalam rangka perencanaan pengendalian dan pengambilan
keputusan manajemen. Selain itu efisiens operasi perusahaan dan kinerja
perusahaan juga dapat ditingkatkan. Akibatnya perusahaan dapat tetap bertahan
dalam era informasi serta mampu menghadapi persaingan pasar global.
Selain menghasilkan manfaat, perkembangan teknologi informas juga dapat
menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perusahaan, seperti tertutupnya
kesempatan kerja, timbulnya resistance to change sert timbulnya
kejahatankejahatan teknologi informasi yang dapat merugikan perusahaan.

4.2 Saran

Untuk Penelitian selanjutnya mungkin dapat menambahkan beberapa


variabel terkait dengan akuntansi keprilakuan agar memperoleh hasilyang lebih
akurat

4.3 Batasan
Kurangnya data yang lengkap tentang akuntansi keprilakuan membuat
penulis sulit mendefinisikan lebih terperinci hubunganya dengan pengembangan
akuntansi manajemen
REFERENSI

Siegel, G.; Marconi, dan Helena R. Behavior Accounting. Scott Foresman and
Company. 3. Ed 1988
Argyris. 1952. The Impack of Budget on People. New York: The Controllesrship
Foundation
Covaleski, M dan M.W. Dirsmith. 1986. The budgeting process of power and
politic. Accounting Organisation and Society
Czarniawaska, Joerges, B., dan Jacobsson, B. 1986. Budget in a Cold Climate.
Accounting Organisation and Society
Lord, Alan T. 1989. The Develpment of Behavioral Thougt in Accounting.1952-
1981. Behavioral Research In Accounting. Vol 1, United in USA.
Supriyono. 1999. Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.
Yogyakarta : BPFE
Hancombe, Richard and Philiph Norman (1989). Strategic Leadership : The
Missing Link. International edition, Singapore : Mc Grawhill Book Co.
Hansen, Don R. And Maryanne M. Mowen (2000). Managemen Accounting. 5
edition. Conconnati-Ohio: South-Western College Publishing
Kaplan, R dan Norton, D.1992. The Balanced Scorecar-measures that Drive
Performance. Harvard Business Review
Rahman, Syaiful dkk. 2007. ”Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja terhadap
Kejelasan Peran, Pemberdayaan Psikologis, dan Kinerja Manajerial”.
Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di Makasar.
Cahyono, Dwi dkk. 2007. “Pengaruh Moderasi Sistem Pengendalian Manajemen
dan Inovasi Terhadap Kinerja”. Kumpulan Makalah Simposium Nasional
Akuntansi ke X, di Makasar.

Drake, A. R., et al. 1999. Cost System and Incentive Structure Effects on Innovation,
Efficiency and Profitability in Teams.

Gunawan, Barbara. 2007. ”Analisis Hubungan Activity Based Costing denga


Peningkatan Kinerja Keuangan, Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”.
Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi X di Makasar.
Sulastru, Putu. 2003. Akuntansi Keperilakuan Terhadap Pengembangan Akuntansi
Manajemen.

Hansen, R. Hansen dan Mowen. Maryanne M. 2005. Management


Accounting.Thomson South - Western.

Maharsi, Sri. 2000. Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap


Bidang Akuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.2 No.2
Nopember 2000: 127-137

You might also like