You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem
kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan
oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki
kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah
pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan
rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan
menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk
memperolah dan memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf hidup dan
kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan tersebut telah mampu
menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa dampak pada peningkatan taraf
hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur dengan indikator-indikator yang umum
bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui kebijakan
pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia.
Implementasinya tercerminpada pogram-pogram yang secara lansung ditujukan kepada
masyarakat lapisan bawah seperti pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pangan,
sandang, papan, kesehatan, pandidikan) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakn paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia implementasinya
cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akibat masih adanya intervensi
kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan prioritas pogram yang diperuntukkan bagi
kepentinagn masyarakat dan menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam
pengololaan paradigma pemberdayaan masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)?

1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU).
1.4 METODE
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media
literatur perpustakaan dan elektronik.

1.5 SISTEMATIKA
Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang
Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan
saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis
dari petugas kesehatan dalam rangka pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.

Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat


(UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos
Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia
maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).

Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan
bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis dalam mengembangkan sumberdaya manusia sejak dini (Effendy, 2001).

2.2 TUJUAN POSBINDU


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi
dengan adanya Posbindu diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina
kesehatannya serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.

Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap bisa
beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri
selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes,
2007).

Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :


1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup
sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok masyarakat lansia
dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok masyarakat lansia
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
(Effendy, 1998).

Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti program


kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan, sikap, persepsi, perilaku
dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa perbuatan terhadap situasi atau
rangsangan dari luar (kepercayaan) dan keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan.
Secara umum perilaku kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan
penyakit, perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.

Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada kesehatan adalah
sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga, faktor sosial budaya, etnik,
jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap
sarana kesehatan, dan kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).

2.3 PEMBENTUKKAN POSBINDU


Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan masyarakat
usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembentukan
posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah,
misalnya mengambangkan kelompok-kelompok yang sudah ada seperti kelompok
pengajian, kelompok jemaat gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain.
Pembentukan Posbindu dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD).

Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum


dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk pembentukan
Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
2.4 KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan
dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa komponen pokok, yaitu: adanya
proses kepemimpinan, terjadinya proses pengorganisasian, adanya anggota dan kader
serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk pelaksanaanya
memerlukan orang yang mampu mengurus dan memimpin
penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang dilaksanakan
mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu bisanya berasal dari anggota
Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya pembagian tugas,
penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan sebagainya. Struktur
organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan
beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang.
Perlu diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam
penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak tertutup kemungkinan
anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume
dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa iuran atau
sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau sumber lain yang tidak
mengikat.

2.5 PELAYANAN KESEHATAN


Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental
emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia
lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) melipui kegiatan
dasar dalam kehidupan seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik
turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia
lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan,
stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut di
kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5
tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan surveilans. Yang dimaksud dengan surveilans adalah survey lapangan
untuk mengumpulkan data tentang prevalensi hipertensi di masyarakat. Surveilans
dilakukan oleh kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan surveilans, dan data
yang terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh masyarakat, dan
tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang terlebih
dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan
hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil
surveilans yang telah dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan
kesepakatan tim tentang kategori masyarakat dalam kaitannya dengan kewaspadaan
hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin merupakan bagian dari pelayanan
Posbindu. Namun demikian dalam kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak
dilakukan secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif
dari rumah ke rumah (door to door) pada kelompok masyarakat yang memiliki
faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal sebagai penemuan kasus hipertensi
secara aktif (active case finding). Penemuan kasus secara aktif ini merupakan upaya
penapisan (screening) kasus hipertensi di masyarakat sebagai salah satu upaya
deteksi dini kasus hipertensi dan komplikasinya.
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia juga merupakan bagian dari
pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam ini juga bukan saja
diikuti oleh kelompok masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja, tetapi juga
bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata
dari upaya pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah serta pengendalian
salah faktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program ini dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun
dalam organisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut maka strategi
promosi kesehatan yang akan dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi
adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini,
semua aparatur pemerintahan di Desa Randobawa Ilir bisa memberikan
dukungan, baik dukungan moral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama
yang ada di Desa Randobawa Ilir. Diharapkan para tokoh masyarakat dan
tokoh agama tersebut dapat menjembatani komunikasi antara pengelola
program kesehatan dan masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer
promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self
reliance in health). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan pada penggerakkan
masyarakat untuk kesehatan, dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga
(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan tingkat
pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang dilakukan
hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta
diagnosis dini dan pengobatan segera.
Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia, Kampanye
anti-rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan pemeriksaan tekanan darah
bagi keluarga lansia
2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi lansia,Diagnosis dini
dan pengobatan segera:
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan protein
urin, pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi
kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat menghindari
perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian hipertensi dan/atau
melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah hipertensi pada
masyarakat dan keluarga penderita hipertensi.
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan keluarga
penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya memperpendek
akses pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi dalam
melakukan pemantauan (monitoring) terhadap kondisi kesehatannya. Pada
akhirnya setiap keluarga dari penderita hipertensi dapat melakukan
pemantauan tekanan darah penderita hipertensi secara teratur, tanpa harus
pergi ke Puskesmas yang memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu,
ketersediaan tensimeter atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup
sebagai antisipasi bagi kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara
mandiri oleh keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota keluarga yang
dilatih adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu sehingga dimungkinkan
mampu menguasai dalam mempraktikkan dan menginterpretasikan hasil
pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan
masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal
pengumpulan dana sosial maka dibutuhkan dukungan dari para pengambil
keputusan di tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran dari masyarakat itu
sendiri. Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat, kegiatan ini bersifat
fleksibel terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan tingkat
kemampuan ekonomi menengah ke atas. Dana sosial ini ditujukan untuk
membantu pembiayaan warga masyarakat yang mengalami komplikasi
hipertensi sehingga membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan
ke rumah sakit.

2.8 REKUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU


Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau dapat saja
diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Adapun
persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi
setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah di tingkat RW,
maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang rekrutmen kader Posbindu sesuai
dengan persyaratan di atas. Jika sampai pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka
panitia bersama pengurus RW melakukan musyawarah kembali untuk menentukan kader
Posbindu berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler

Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh tenaga
kesehatan dari puskesmas setempat.

No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan penanggungjawab kegiatan serta


berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para Pembina terkait
di wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif, berpengaruh dan


komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat, sekaligus
melakukan wawancara dalam penggalian informasi

3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas


melakukan pengukuran Faktor risiko PTM

4 Kader Konselor/Edukator Anggota Perkumpulan yang aktif, komunikatif dan telah


menjadi panutan dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas
melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan komunikatif bertugas


melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dan
melaporkan kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;


a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi
b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM
c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)

Tugas Kader;
a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah termasuk penentuan
jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi untuk datang ke
posbindu PTM ( mengajak anggota keluarga/masyarakat agar hadir, memberikan serta
menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk
dana yang berasal dari masyarakat).
e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila diperlukan.
f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos
Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu
dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia
maupun yang sudah memasuki lansia.

3.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam
wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis yang
memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas

kesehatan. Direktorat kesehatan keluarga.

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart.

EGC.

You might also like