You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317088682

PERANAN BUMDES DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DI DESA PEJAMBON KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN
BOJONEGORO

Article · March 2016

CITATION READS

1 11,429

1 author:

Ratna Azis Prasetyo


Airlangga University
4 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Role of Islamic Boarding School as Socialization Agent of Ecological Values (A Case Study in Salaf-Modern Islamic Boarding School) View project

All content following this page was uploaded by Ratna Azis Prasetyo on 24 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERANAN BUMDES DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI DESA PEJAMBON KECAMATAN SUMBERREJO
KABUPATEN BOJONEGORO

Ratna Azis Prasetyo


Departemen Sosiologi FISIP Universitas Airlangga

Abstrak
Implementasi BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada di
Indonesia Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan dalam pelaksanaannya
di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan efektif dan mampu
memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes dengan
menggambil studi kasus di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro
yang merupakan salah satu desa yang mengimplementasikan BUMDes yang secara garis
besar tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui bentuk keterlibatan
perangkat desa dan masyarakat Desa Pejambon dalam pemanfaatan dana BUMDes. Kedua,
untuk mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Pejambon. Ketiga, untuk
mengetahui kontribusi BUMDes di Desa Pejambon dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Metode dalam Studi ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara terstruktur
dengan kuesioner kepada 50 responden di Desa Pejambon untuk pengumpulan data primer
dan pengumpulan data sekunder dari Desa Pejambon. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih kurang karena pengetahuan
masyarakat terhadap program BUMDes masih sedikit. Terkait pola pemanfaatan lebih
banyak pada pembangunan fisik desa sedangkan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat
masih belum maksimal karena sejumlah kendala terutama yaitu anggaran BUMDes.
Kata kunci: BUMDes, Partisipasi, Pembangunan, dan Pemberdayaan

Latar Belakang
Sebagai satuan politik terkecil pemerintahan, desa memiliki posisi stategis sebagai pilar
pembangunan nasional. Desa memiliki banyak potensi tidak hanya dari segi jumlah
penduduk, tetapi juga ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Jika kedua potensi ini
bisa dikelola dengan maksimal maka akan memberikan kesejahteraan bagi penduduk desa.
Akan tetapi, disadari bahwa selama ini pembangunan pada tingkat desa masih memiliki
banyak kelemahan.
Kelemahan pembangunan pada tingkat desa antara lain disebabkan tidak hanya karena
persoalan sumber daya manusia yang kurang berkualitas tetapi juga disebabkan karena
persoalan keuangan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan menggelontorkan
berbagai dana untuk program pembangunan desa yang salah satunya adalah melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010, BUMDes merupakan
usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa dimana kepemilikan modal dan
pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Tujuan dari dibentuknya
BUMDes merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan keuangan
pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan. Keberadaan
BUMDes ini juga diperkuat oleh UU Nomor 6 Tahun 2014 yang dibahas dalam BAB X pasal
87-90 antara lain menyebutkan bahwa pendirian BUMDes disepakati melalui musyawarah
desa dan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |86


Maka bisa dikatakan bahwa BUMDes memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai lembaga
sosial dan lembaga komersial desa. BUMDes sebagai lembaga sosial memiliki kontribusi
sebagai penyedia pelayanan sosial, sementara fungsi sebagai lembaga komersial memiliki arti
bahwa BUMDes bertujuan untuk mencari keuntungan melalui penawaran sumber daya lokal
(barang dan jasa) ke pasar (Wijanarko, 2012).
Jenis usaha yang dikelola oleh BUMDes telah diatur di dalam peraturan menteri
meliputi jasa, penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan hasil pertanian, dan atau
industri kecil dan rumah tangga dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan potensi
desa. Dari berbagai usaha yang dilakukan oleh BUMDes ini diharapkan nantinya dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan usaha, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat
desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan
kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014, implementasi BUMDes belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada di Indonesia. Bahkan dalam
pelaksanaannya di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan efektif
dan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa
tersebut.
Studi yang dilakukan oleh Budiono (2015), menyebutkan bahwa pada tahun 2006 di
Kabupaten Bojonegoro telah berdiri 419 BUMDes, dan berdasarkan hasil pemetaan yang
dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) pada tahun
2013 menyebutkan bahwa jumlah BUMDes yang masih berjalan hanya 21 BUMDes. Dalam
studinya tersebut, juga menemukan bahwa BUMDes yang dianggap sukses ternyata juga
belum mampu memberikan kontribusi terhadap pemasukan kas desa atau PADes.
Demikian juga dengan studi yang pernah dilakukan oleh Ramadana, dkk., di Desa
Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa hanya sebagian
masyarakat di Desa Landungsari yang merasa terbantu dengan adanya BUMDes yaitu
melalui penyewaan kios pasar dan peminjaman modal. Tetapi, secara keseluruhan belum bisa
memenuhi kebutuhan masyarakat dan berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan desa.
Sehingga BUMDes sebagai lembaga penguatan ekonomi dinilai belum berhasil.
Hal ini memberikan gambaran bahwa implementasi BUMDes di sejumlah daerah masih
belum bisa dikatakan efektif dalam memberikan kontribusi secara sosial dan ekonomi bagi
masyarakat desa karena pola pemanfaatan dana BUMDes masih belum berjalan maksimal.
Hal ini bisa dilihat dari usaha BUMDes yang dijalankan di desa tersebut yang hanya bisa
mengakomodir sebagian masyarakat saja. Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes dengan mengambil studi kasus di Desa
Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro yang merupakan salah satu desa
yang mengimplementasikan BUMDes.
Adapun permasalahan yang ingin diteliti dalam kegiatan ini meliputi partisipasi
masyarakat dalam kegiatan BUMDes, pola pemanfaatan dan BUMDes dan kontribusi
BUMDes dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Peranan BUMDes
Masyarakat desa sesungguhnya memiliki karakteristik yang khas sebagai suatu
komunitas. Salah satu karakteristik yang khas dari masyarakat desa yaitu cara hidup kolektif.
Durkheim menggambarkan ciri-ciri masyarakat desa dengan ciri-ciri memiliki solidaritas
yang sifatnya mekanis. Sementara Ferdinand Tonnies salah satu karakteristik dari masyarakat
desa adalah Gemeinschaft yaitu kehidupan yang masih guyup ditandai dengan adanya gotong
royong.
Kehidupan masyarakat desa yang bersifat kolektif memiliki tradisi: Pertama,
solidaritas, kerjasama, swadaya, dan gotong royong tanpa mengenal batas-batas kekerabatan,

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |87


suku, agama, aliran dan sejenisnya merupakan akar tradisi dari basis modal sosial desa.
Kedua, kepentingan masyarakat diatur dan diurus melalui kekuasaan dan pemerintahan desa
yang mengandung otoritas dan akuntabilitas. Ketiga, ekonomi lokal yang memproteksi dan
mendistribusikan pelayanan dasar masyarakat dilakukan oleh desa (Putra, 2015).
Tradisi desa inilah yang menjadi salah satu gagasan fundamental dalam pendirian
BUMDes, sehingga dalam pelaksanaannya ada sejumlah prasyarat yaitu: Pertama, BUMDes
membutuhkan modal sosial yang berwujud kerjasama, solidaritas, kepercayaan, dan
sejenisnya. Kedua, pengembangan usaha ekonomi desa dilakukan oleh BUMDes melalui
musyawarah desa yang memiliki kedudukan sebagai forum tertinggi. Ketiga, BUMDes
merupakan usaha ekonomi desa yang mengandung unsur bisnis ekonomi dan bisnis sosial
yang dijalankan secara kolektif oleh pemerintah desa dan masyarakat desa. Keempat,
kegiatan di bidang ekonomi dan / atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan / atau
kerjasama antar-desa seluruhnya ditampung oleh BUMDes sebagaimana tertuang dalam UU
Desa. Kelima, BUMDes berfungsi sebagai arena belajar bagi warga desa dalam
meningkatkan kapasitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola desa yang baik,
kepemimpinan, kepercayaan dan aksi kolektif. Keenam, program yang diinisiasi oleh
pemerintah (proyek pemerintah) menjadi “milik desa” ditransformasi oleh BUMDes (Putra,
2015).
Di dalam prasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah disebutkan peranan dari
BUMDes yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis sosial. Peranan secara ekonomi tentu saja
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui usaha-usaha yang dikelola oleh
BUMDes serta kontribusinya terhadap kas desa atau PADes. Sedangkan peranan secara sosial
dapat tirlihat dari bagaimana nantinya keberadaan BUMDes mampu memberdayakan
masyarakat, meningkatkan interaksi dan solidaritas yang telah terbina selama ini melalui
kegiatan BUMDes yang dikelola secara kolektif.
Peranan BUMDes ini juga tercantum di dalam UU Desa bahwa hasil dari BUMDes
dimanfaatkan selain untuk pengembangan usaha juga dimanfaatkan untuk pembangunan
desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin
melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.

Pembangunan Partisipatif
Di dalam pembangunan, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting karena
posisinya sebagai obyek dan subyek dari pembangunan itu sendiri. Artinya, masyarakat tidak
hanya menjadi target atau tujuan dari suatu pembangunan tetapi juga dilibatkan di dalam
pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini sangat penting karena dengan
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan maka pembangunan yang
dilaksanakan bisa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan di desa tentu kebutuhannya akan berbeda dengan
pembangunan yang dilaksanakan di daerah perkotaan. Dalam hal ini partisipasi secara
langsung masyarakat desa mutlak diperlukan termasuk pembangunan melalui kegiatan
pemanfaatan dana BUMDes yang berbasis potensi lokal.
Kessa (2015), mendefinisikan bahwa pembangunan partisipatif merupakan suatu sistem
pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala
desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. Hal ini jelas mengisyaratkan
bahwa secara bersama-sama masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan sementara
pemerintah desa bertugas mengkoordinasi pembangunan di desa melalui BUMDes agar
berjalan sebagaimana yang mestinya.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |88


Bentuk partisipasi masyarakat di dalam pembangunan melalui BUMDes tentu saja
antara desa satu dengan yang lain berbeda-beda tergantung dari kebutuhan masyarakat di
desa-desa tersebut. Perbedaan ini terkait dari paradigma pembangunan desa yang digunakan
yaitu antara pembangunan desa dan pembangunan perdesaan.
Di dalam UU Desa juga telah dijelaskan antara pembangunan desa dan pembangunan
perdesaan ada perbedaan. Pembangunan desa menggunakan paradigma “desa membangun”
berbasis desa yaitu upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan pembangunan perdesaan menggunakan paradigma
“membangun desa” berbasis kawasan perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi (Putra, 2015).

Tabel 1
BUMDes dalam Desa Membangun dan Membangun Desa
Desa Pembangunan Membangun Desa (“Pembangunan
Isu BUMDes
(“Pembangunan Desa”) Perdesaan”)
Basis Lokasi Desa Kawasan Perdesaan
Perekonomian Desa dan
Kerjasama antar Desa dan pelayanan
Tujuan pelayanan usaha untuk
usaha antar-desa
warga setempat
Kewenangan lokal berskala desa antar-
Berdasarkan kewenangan
Kewenangan desa berkolaborasi dengan kewenangan
lokal berskala desa
pemerintah dan pemda
Prosedur Musyawarah desa Musyawarah antar desa
 Pelayanan
 Kerjasama kemitraan strategis
(serving)
antar-desa
 Penyewaan
 Diversifikasi usaha berorientasi
(renting)
Skala usaha bisnis keuangan (banking) dan usaha
 Perdagangan
bersama (holding)
(trading)
 Rencana investasi dengan pihak
 Jasa perantara
ketiga (investor)
(brokering)
BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa),
Institusi Desa (Pemerintah Desa terdiri dari: Pemdes, BPD, LKD,
otoritatif dan masyarakat desa) Lembaga Desa lainnya, tokoh
masyarakat berbasis keadilan gender
BUMDes,
Dapat teridiri dari unit  BUMDes bersama
Kelembagaan usaha non-berbadan  Kerjasama antar 2 (dua)
hukum, maupun unit BUMDes
usaha berbadan hukum
 Peraturan Bersama Kepala Desa
Perdes Tentang Pendirian tentang Pendirian BUMDes bersama
Penetapan
BUMDes  Naskah Perjanjian Kerjasama
antar BUMDes.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |89


Sumber: Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif
Desa. Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Meskipun dalam pembangunan desa ada dua paradigma yang berbeda, namun keduanya
memiliki tujuan yang sama yaitu masyarakat bisa berpartisipasi dalam pembangunan.
Partisipasi masyarakat diperlukan dalam pembangunan karena dari masyarakat akan
diperoleh informasi guna identifikasi mengenai kondisi eksisting, kebutuhan serta sikap
terhadap pembangunan. Sebagaimana definsi Arimbi (1993:1) bahwa pertisipasi berfungsi
sebagai proses komunikasi yang berjalan dua arah dan terus-menerus. Dua arah yang
dimaksud di sini adalah komunikasi antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan
masyarakat sebagai pihak yang merasakan secara langsung dampak dari kebijakan tersebut
(Laily, 2015).
Adanya komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat ini juga akan
menciptakan transparansi program-program pembangunan sehingga kepercayaan masyarakat
juga akan terbangun yang implikasinya akan mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dan menyikapi pembangunan secara positif.

Metode Penelitian
Studi ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan kuesioner untuk pengumpulan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh wawancara secara langsung dengan
masyarakat di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro sebanyak 50
orang untuk mengetahui secara langsung partisipasi masyarakat serta kontribusi BUMDes
bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain wawancara terstruktur, dilakukan juga indepth interview kepada beberapa
perangkat desa untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap tentang pelaksanaan
BUMDes serta kontribusinya terhadap pembangunan desa. Wawancara akan menggunakan
panduan instrumen yang telah disusun sebelumnya.
Selain menggali data primer, dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data
sekunder tentang BUMDes dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di lokasi studi yang bisa
didapat dari BPS, kajian-kajian sebelumnya dan dokumentasi.
Data-data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan teori
yang telah dipilih. Guna mempermudah proses tersebut digunakan SPSS 15 for window. Di
akhir laporan, selain akan dipetakan temuan-temuan studi juga diusulkan strategi dan
program yang dibutuhkan dalam implementasi BUMDes.

Hasil dan Pembahasan


Program BUMDes sesungguhnya memiliki peran yang strategis dalam pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa. Dengan mengusung semangat gotong royong program
BUMDes tidak hanya memberikan keuntungan berupa pembangunan dalam aspek fisik tetapi
juga keuntungan dalam aspek sosial.
Di dalam pembangunan desa terdapat dua aspek yaitu pembangunan desa dalam aspek
fisik dan dalam aspek pemberdayaan masyarakat. Pembangunan desa dalam aspek fisik
memiliki obyek utama sarana, prasarana dan manusia misalnya pembangunan jalan desa,
permukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah dan pendidikan (Muhi, 2011: 8
dalam Almasri dan Desmiwar). Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
mewujudkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal dan digunakan untuk

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |90


mempertahankan dan mengembangkan diri secara mandiri baik secara ekonomi, sosial,
agama, dan budaya (Widjaja, 2005: 169, dalam Almasri dan Desmiwar).
Di dalam pelaksanaan pengelolaan dana BUMDes di berbagai daerah dalam prakteknya
masih seringkali ditemui belum mengusung semangat gotongroyong yang terlihat dari
minimnya partisipasi masyarakat sehingga program yang dijalankan tidak berkesesuaian
dengan akar kebutuhan masyarakat desa. Hasilnya banyak BUMDes yang kemudian
mengalami collaps.
Di Desa Pejambon, sebagai salah satu penyelenggara BUMDes terbaik di Kabupaten
Bojonegoro, diakui telah menerapkan mekanisme gotongroyong yang dilakukan oleh aparat
desa dengan masyarakat yang menjadikan BUMDes di Desa ini masih tetap survive hingga
sekarang. Akan tetapi, eksistensi BUMDes selama ini pun masih bersifat fluktuatif atau
kondisinya tidak stabil dikarenakan berbagai macam kendala. Sementara ditinjau dari segi
pemanfaatan dan kontribusi dalam pembangunan desa hal ini sudah nampak dari berbagai
jenis program bantuan ke masyarakat serta hasil pembangunan secara fisik.

a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Dana BUMDes


Perkembangan BUMDes di Desa Pejambon yang bisa bertahan hingga saat ini disaat
beberapa desa mengalami collaps adalah adanya partisipasi masyarakat. Sufyan sebagai ketua
BUMDes di Desa Pejambon saat ini menuturkan bahwa yang membedakan BUMDes di Desa
Pejambon dengan desa lainnya adalah adanya keterlibatan antara pemerintah desa dengan
masyarakat. Karena belum ada alokasi gaji bagi pengurus sehingga mereka disebut sebagai
relawan BUMDes.
Sementara itu, dari hasil survey menunjukkan bahwa 78% responden mengetahui
tentang adanya program BUMDes, namun hanya 12% saja yang menyatakan tahu dengan
pasti sedangkan 54% menyatakan tahu tetapi hanya sedikit saja.
Di dalam penelitian ini juga menemukan bahwa 22% responden mengaku tidak tahu
tentang adanya program BUMDes. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan
program BUMDes belum sepenuhnya menyentuh atau mengakomodasi kepentingan seluruh
lapisan masyarakat.

Tabel 2
Pengetahuan Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)


1. Ya, Tahu Pasti 12 24
2. Ya, Tahu Tetapi Sedikit 27 54
3. Tidak Tahu 11 22
Jumlah 50 100

Jika program yang ada tidak diketahui atau diketahui tetapi hanya sedikit maka untuk
menjaring partisipasi masyarakat dalam skala menyeluruh sulit untuk diwujudkan.
Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak pernah memperoleh
bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang mengaku pernah menerima.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam pelakanaan BUMDes, pihak pemerintah desa
masih kesulitan dalam melakukan pengembangan. Menurut pengakuan Sufyan selaku ketua
BUMDes, selain tenaga yang mengurus adalah tenaga relawan, kegiatan BUMDes juga
sering kali terhambat oleh persoalan politis di desa. Persoalan politis yang ada terkait dengan
pergantian kepala desa yang seringkali membawa dampak pada perubahan arah program
BUMDes yang telah dicanangkan oleh kepala desa sebelumnya.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |91


“loh masukan pilkades itu kan dikelompok kelompokkan dukungan. Sementara
pengurus di desa kan harus siap ada yang pro ini pro itu. Itulah yang menjadi alasan
kenapa BUMDes itu di desa secara umum eksistensinya itu mengalami naik turun itu
mungkin karena politisi desa. Terus yang kedua pergantian kepala desa itu
mempengaruhi secara otomatis kepala desa itu kan orang yang ternama. Simpati akan
keberadaan kegiatan itu ada yang ah BUMDes iku opo. Jadi pergantian kepala desa itu
juga pengaruh itu yang terjadi di desa ini. Secara administrasi itu tidak ada masalah,
hanya saja untuk berkembang besar sekarang dalam masa rintisan. beruntung
organisasi dari tahun 2014 kemaren itu datanya ada mulai dari tahun 2014 kemaren itu
ada datanya mulai dari SKK, mulai dari AD/ART, program kerja, peraturan desa
regulasi itu ada semua.” Tutur Sufyan.
Tabel 3
Perolehan Bantuan dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Pernah 17 34
2. Tidak Pernah 33 66
Jumlah 50 100
Selain persoalan politis, masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh bantuan dari
BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara mengakses
bantuan dari BUMDes. Dari hasil penelitian sebanyak 16% responden mengaku tahu cara
mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan 84% responden mengaku tidak tahu.
Ini merupakan sinyal bagi pemerintah Desa Pejambon bahwasannya keberadaan
BUMDes di Desa Pejambon masih harus terus disosialisasikan tidak hanya terkait tentang
keberadaannya tetapi juga cara mengakses hingga pada transparansi penggunaan dana
BUMDes. Hal ini tidak lain untuk menjaring lebih banyak aspirasi dan partisipasi masyarakat
agar program BUMDes memiliki banyak dukungan dan semakin berkembang.

Tabel 4
Pengetahuan Mengakses Bantuan dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 8 16
2 Tidak Tahu 42 84
Jumlah 50 100

b. Pola Pemanfaatan Dana BUMDes di Desa Pejambon


Pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Pejambon selama ini digerakkan untuk jasa
persewaan peralatan. Dengan menggunakan dana BUMDes untuk kegiatan persewaan dinilai
lebih produktif dalam mengakumulasi modal jika dibandingkan dengan penggunaan yang
bersifat simpan pinjam, karena menurut pengalaman jasa simpan pinjam memiliki
kecenderungan akan sulit ditagih kembali di beberapa masyarakat. Hasil dari jasa sewa
peralatan inilah yang kemudian oleh pemerintah Desa Pejambon digunakan sebagai
pembiayaan pembangunan dan memberikan beberapa program bantuan kepada masyarakat di
Desa Pejambon.
Dilihat dari jenis bantuan dari BUMDes yang diterima oleh reponden jenisnya
bervariasi. Dalam bidang usaha ada berupa bantuan promosi/pemasaran produk yang diterima
oleh 24% responden. Sebanyak 28% responden juga mengaku menerima bantuan modal
usaha. Beberapa bantuan lain terkait pengembangan usaha misalnya peralatan, pelatihan dan
pendampingan usaha.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |92


Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%. Dalam
bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan dibidang pendidikan
berupa beasiswa sekolah sebanyak 28%. Jika diperhatikan dari jenis program bantuan yang
diberikan maka program BUMDes di Desa Pejambon ini sudah bergerak pada program-
program bantuan yang sifatnya produktif.

Tabel 5
Jenis Bantuan yang diterima Keluarga dari Program BUMDes
Ya Tidak Jumlah
No. Keterangan
F % F % F %
1. Bantuan Promosi/Pemasaran Produk 12 24 38 76 50 100
2. Pelayanan Kesehatan Gratis 12 24 38 76 50 100
3. Beasiswa Sekolah 14 28 36 72 50 100
4. Modal Usaha 14 28 36 72 50 100
5. Peralatan Usaha 11 22 39 78 50 100
6. Pelatihan 14 28 36 72 50 100
7. Pendampingan 17 34 33 66 50 100
8. Rehabilitasi Rumah 17 34 33 66 50 100
9. Tawaran Kesempatan Kerja/Usaha 17 34 33 66 50 100

Berbagai bantuan yang diberikan ini berasal dari pengelolaan dana BUMDes yang
selama ini dikelola atau dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif dan bisa
mengakumulasi modal seperti pada tahun 2014 dikembangkan usaha sewa alat molen proyek,
sewa mesin pemotong rumput. Pada tahun 2015, BUMDes Desa Pejambon menggunakan
anggaran untuk perbaikan kantor dan perpusatakaan. Selain itu, ada juga usaha sewa terop.

“ya dari APBDes, seperti contoh tahun 2014 itu ada alokasi anggaran 10 juta di
berikan alat molen, sewa alat molen proyek itu, sama mesin pemotong rumput, terus
tahun 2015 ada anggaran untuk perbaikan bersama kantor dan perpustakaan. Terus
program tahun 2016 perencanaan APBDes 25 juta dana dari APBDes ada rencana kita
dapat bantuan dari pemkab APBD kabupaten itu 25 juta dan tahun ini, dan sekarang
kita masih dalam proses pengajuan proposal.” Tutur Sufyan.

Ke depan salah satu penggunaan dana BUMDes akan digunakan untu mengembangkan
teknologi informasi desa melalui internet desa. Sufyan, berpendapat bahwa selain berguna
untuk pengembangan teknologi informasi desa, keberadaan internet juga memberikan
prospek bisnis yang mneguntungkan.

“Kalau tahun ini rencananya kita mau buat desa full internet. Yang pasti nanti kita
akan buat desa ini ada internetnya, dan kalau dananya ada, kita buat free wifi. Jadi
seluruh masyarakat bisa menggunakan wifi dengan nyaman. Ya itu hasil dari
semuanya. Tapi awalnya ya kita carikan internet yang murah dulu, kita uji coba dulu.
Kita mau buat bisnis internet murah desa wifi itu kan prospeknya bagus dilokasi desa
karena belum ada desa yang menggunakan karena disini kan sudah punya indihome.
Kita kan FO(Faber Optice) Indihome namanya ada prospek untuk berbisnis itu jadi
seperti contoh mengapa alasanya memilih bisnis itu selain untuk pengembangan
teknologi informasi desa tapi dari prospek sisi lain prospeknya bagus. Ternyata 1MB
kalau kita beli paket di telkomsel 10 MB itu hanya 400, providernya swasta 1MB itu
juga 250ribu jadi itu ada prospek untung jadi ada internet murah di desa ini. Seperi
itulah perencanaanya seperti itu”. Tutur Sufyan

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |93


Adanya program BUMDes ini memang belum bisa menjangkau sebagian besar
masyarakat ini, meskipun begitu keberadaan BUMDes untuk dapat membantu masyarakat
masih sangat dibutuhkan. Sebagaimana pengakuan 50% responden dalam penelitian ini
mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan program BUMDes untuk mengembangkan
usaha yang mereka tekuni.
Sebanyak 24% responden mengaku cukup membutuhkan bantuan BUMDes untuk
pengembangan usaha, namun ada 24% responden yang mengaku tidak membutuhkan
bantuan BUMDes untuk pengembangan usaha dengan alasan mereka memang tidak memiliki
usaha dan tidak mengetahui jika memperoleh pinjaman usaha harus digunakan untuk
mengembangkan usaha yang seperti apa.

Tabel 6
Kebutuhan akan Bantuan Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha
Persentase
No. Keterangan Frekuensi
(%)
1. Sangat Membutuhkan 1 2
2. Membutuhkan 25 50
3. Cukup Membutuhkan 12 24
4. Tidak Membutuhkan 12 24
Jumlah 50 100

Selain beberapa jenis bantuan yang sudah digelontorkan oleh pemerintah Desa
Pejambon dari hasil pengelolaan dana BUMDes, masih banyak berbagai kebutuhan bantuan
program yang masih diharapkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Sebanyak 78%
responden mengaku sangat membutuhkan bantuan permodalan. Sebanyak 66% responden
mengaku sangat membutuhkan bantuan berupa teknologi peralatan dan 78% sangat
membutuhkan bantuan bahan baku untuk kegiatan usaha mereka.
Terkait dengan pengembangan usaha di masyarakat, sebanyak 44% responden mengaku
sangat membutuhkan bantuan pelatihan amnajemen usaha. Sebanyak 60% responden juga
mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan peningkatan kualitas produk, untuk bantuan
pemasaran sebanyak 70% responden mengaku sangat membutuhkan dan 66% responden
mengaku sangat membutuhkan bantuan berupa kemitraan usaha.
Dalam hal ini terlihat bahwa antusias masyarakat dalam adanya kegiatan BUMDes
diharapkan bisa memberi bantuan yang sifatnya tidak hanya permodalan tetapi juga bantuan
pengembangan usaha yang lain yang dapat membuat mereka berdaya dalam mengembangkan
usaha dan menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Tidak hanya usaha dalam
bidang indutri kecil dimana dukungan pasar bebas memperbesar arus barang dari luar masuk
ke Indonesia tetapi juga dalam usaha pertanian dimana harus bersaing dengan produk pangan
import.

Tabel 7
Jenis Kebutuhan Bantuan dari Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha
Cukup Tidak Sangat Tidak
Sangat Membu
MembutuhkaMembutuhkMembutuhkaJumlah
No. Keterangan Membutuhkan tuhkan
n an n
F % F % F % F % F % F %
1. Bantuan Permodalan 39 78 6 12 5 10 0 0 0 0 50 100
Bantuan
2. 33 66 12 24 5 10 0 0 0 0 50 100
Teknologi/Peralatan
3. Bantuan Bahan Baku 39 78 5 10 6 12 0 0 0 0 50 100

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |94


Bantuan Pelatihan
4. 22 44 12 24 10 20 6 12 0 0 50 100
Manajemen
Bantuan Pelatihan
5. Peningkatan Kualitas 30 60 15 30 10 20 0 0 0 0 50 100
Produk
6. Bantuan Pemasaran 35 70 15 30 0 0 0 0 0 0 50 100
Bantuan Kemitraan
7. 33 66 7 14 8 16 2 4 0 0 50 100
Usaha

c. Kontribusi BUMDes Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat


Di dalam pembangunan desa hal yang perlu diketahui adalah memahami dan
memperhatikan berbagai kehususan atau keunikan yang ada di dalam masyarakat desa
tersebut. Tanpa mengetahui hal tersebut kemungkinan program pembangunan yang
dilaksanakan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan (Nasrul, 2013).
Demikian dengan pembangunan desa yang dilakukan melalui program BUMDes juga
hendaknya berkesesuaian dengan potensi lokal yang ada. Sebagaimana pola pemanfaatan
dana BUMDes yang telah dilakukan oleh Desa Pejambon dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat lokal yang mayoritas sebagian besar bekerja sebagai petani tentunya diharapkan
usaha yang dikelola bisa memenuhi kebutuhan dalam sektor tersebut.
Dalam prakteknya, pengelolaan dana BUMDes di Desa Pejambon sebagian besar
digunakan untuk jasa persewaan alat molen, alat pemotong rumput dan terop. Dari berbagai
usaha tersebut memang mampu memberikan pemasukan, akan tetapi apakah hal tersebut
dapat memberikan kontribusi tidak hanya dari segi pembangunan fisik tetapi juga aspek
pemberdayaan bagi masyarakat.
Selama ini, masyarakat di Desa Pejambon telah memperoleh manfaat langsung dari
adanya program BUMDes yaitu dari aspek pembangunan fisik yang berupa perbaikan sarana
publik. Sebanyak 54% responden mengaku memperoleh manfaat bantuan fasilitas publik dari
program BUMDes dan hanya 22% yang menyatakan lumayan merasakan.

Tabel 8
Perolehan Manfaat Bantuan Fasilitas Publik dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Merasakan 27 54
2. Merasakan 12 36
3. Lumayan Merasakan 11 22
4. Tidak Ikut Merasakan 0 0
Jumlah 50 100

Adapun jenis bantuan yang diterima oleh desa dari hasil pengelolaan dana BUMDes
secara fisik ada 18% responden yang mengatakan untuk perbaikan/ pembangunan jalan.
Sebanyak 24% responden mengaku dari program BUMDes ada bantuan perbaikan/
pembangunan fasilitas publik bidang ekonomi dan 24% responden mengaku untuk
perbaikan/pembangunan tempat ibadah.
Program BUMDes juga berkontribusi untuk perbaikan/ pembangunan jembatan yang
dinyatakan oleh 6% responden. Sebanyak 26% mengatakan bahwa program BUMDes
membantu perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan 2% untuk pembangunan fasilitas
kesehatan.
Selain berbagai perbaikan/ pembangunan fasilitas umum tersebut, kegiatan BUMDes di
Desa Pejambon juga mewadahi dan bekerja sama dengan berbagai kegiatan kelembagaan di

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |95


masyarakat seperti kelompok warga, kelompok remaja, kelompok anak sebagaimana yang
dituturkan oleh Sufyan berikut ini.
“Kalau sementara ini sih hanya itu saja. paling ya kegiatan rutin kelompok saja. Kita
ini punya beberapa kelompok warga, seperti kelompok tani, kelompok ibu-ibu PKK,
kelompok pemuda, kelompok anak. Semuanya ikut aktif dalam kegiatan BUMDes. Ya
itu bukan seluruhnya bagian BUMDes, tapi juga kegiatan rutin dari warga saja.
Disini semuanya lengkap. Ini juga sebagai bentuk dukungan dari adanya BUMDes.
Kita juga menjadi salah satu BUMDes terbaik di Bojonegoro. Kita aktif, segala hal
kita ikuti. Kita baru bangun semua kebutuhan warga seperti puskesmas yang depan
itu, perbaikan jalan depan, sarana air, perpustakaan, semuanya kerjasama dari
kelompok-kelompok yang ada, kemudian kita sebagai BUMDes mewadahi itu
semua”. Tutur Sufyan.
Tabel 9
Jenis Bantuan yang diterima Desa dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Perbaikan/Pembangunan Jalan 9 18
2. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Publik Bidang Ekonomi 12 24
3. Perbaikan/Pembangunan Tempat Ibadah 12 24
4. Perbaikan/Pembangunan Jembatan 3 6
5. Perbaikan/Pembangunan Sarana Air Bersih 13 26
6. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Kesehatan 1 2
Jumlah 50 100

Hasil dari berbagai usaha BUMDes di Desa Pejambon terbukti telah mampu memberikan
kontribusi dalam pembangunan desa secara fisik, akan tetapi pembangunan desa dari aspek
pemberdayaan masyarakat belum tersentuh. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterbatasan
yang dimiki terutama dari segi pembiayaan sebagaimana dituturkan oleh Sufyan berikut ini.

“Kalau sampai pemberdayaan kita belum ya, karena dana juga masih terbatas,
lagipula kalau pinjam meminjam begitu mungkin sudah ada bagiannya sendiri. Seperti
Koperasi Wanita, atau Ibu-ibu PK, atau perkumpulan yang lain. Kita disini istilahnya
masih kumpul dana, mengumpulkan pemasukan untuk BUMDes supaya kita juga ada
pengurus resmi yang memang dapat dipekerjakan untuk membangun kemajuan desa
melalui BUMDes itu. Jadi dengan kata lain untuk bantuan modal belum ada. Mungkin
warga pinjam dengan cara lain. tapi kita upayakan pemasukan untuk kokohnya
BUMDes ini, kemudian pelayanan publik yang lebih bagus lagi”. Tutur Sufyan.

Sementara itu, dari adanya program BUMDes ini manfaat atau kontribusi yang ingin
diperoleh oleh masyarakat. Kontribusi tersebut sebagian besar terkait dengan kegiatan atau
program yang bersifat pemberdayaan dimana nantinya mereka bisa meningkatkan
kesejahteraan secara berkelanjutan.
Sebanyak 20% responden menyatakan sangat membutuhkan adanya program BUMDes
akan meningkatkan penghasilan. Program BUMDes dipercaya dapat meningkatkan
penghasilan di masyarakat karena menekankan prinsip gotong royong. Meningkatkan
penghasilan BUMDes yang dijiwai oleh semangat kebersamaan dan self help dalam upaya
memperkuat ekonomi kelembagaannya akan bergerak seiring dengan peningkatan sumber-
sumber pendapatan asli desa dengan tergeraknya kegiatan ekonomi masyarakat di bawah
naungan BUMDes. Dengan adanya kebersamaan dan mekanisme self help ini akan
mengurangi peran free rider yang seringkali meningkatkan biaya transaksi ekonomi dengan
praktek rente di masyarakat (Nurcholis, 2011: 88 dalam Ramadana, dkk.).

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |96


Dalam bidang ekonomi kontribusi BUMDes dalam meningkatkan peluang atau
kesempatan kerja menurut 34% responden sangat dibutuhkan. Demikian juga dalam
meningkatkan peluang pengembangan usaha di masyarakat juga menurut 16% sangat
dibutuhkan.
Dengan keberadaan BUMDes juga diharapkan bisa berkontribusi pada sektor-sektor
lain seperti meningkatkan peluang kelangsungan pendidikan anak, meningkatkan derajad
kesehatan, dan yang terpenting menurut 38% sangat dibutuhkan adanya kontribusi dalam
meningkatkan keterampilan dan kemampuan responden.

Tabel 10
Perolehan Manfaat Langsung yang Diharapkan oleh Keluarga dari
Program BUMDes
Sangat Membutuhka Cukup Tidak
N Jumlah
Keterangan Membutuhkan n Membutuhkan Membutuhkan
o
F % F % F % F % F %
5 10
1. Meningkatkan Penghasilan 10 20 11 22 29 58 0 0
0 0
Meningkatkan Peluang
5 10
2. Kelangsungan Pendidikan 12 24 14 28 24 48 0 0
0 0
Anak
Meningkatkan Derajad 5 10
3. 15 30 24 48 11 22 0 0
Kesehatan 0 0
Meningkatkan Peluang 5 10
4. 17 34 18 36 15 30 0 0
Kesempatan Kerja 0 0
Meningkatkan Peluang 5 10
5. 8 16 18 36 24 48 0 0
Pengembangan Usaha 0 0
Meningkatkan
5 10
6. Keterampilan/Kemampuan 19 38 21 42 10 20 0 0
0 0
SDM
Meningkatkan Kondisi 5 10
7. 9 18 21 42 18 36 2 4
Tempat Tinggal 0 0
Meningkatkan
5 10
8. Kualitas/Ketersediaan 19 38 25 50 6 12 0 0
0 0
Fasilitas Publik

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |97


Dari analisa yang telah dilakukan, sebenarnya banyak kontribusi BUMDes bagi
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, akan tetapi dalam pengelolaannya sekali
lagi masih banyak kendala yang harus dihadapi terutama terkait persoalan anggaran maupun
situasi politis di wilayah tersebut. Belajar dari kesuksesan Desa Pejambon dalam
pemanfaatan dana BUMDes sebenarnya masih banyak yang perlu diperbaiki karena adanya
kendala tersebut menyebabkan BUMDes di Desa Pejambon belum mampu melakukan
pembangunan desa dari sisi pemberdayaan masyarakat.

Kesimpulan
Sebagai program strategis dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa,
keberadaan BUMDes di berbagai daerah justru mengalami situasi sulit dan banyak yang
dalam perjalanannya tidak membuahkan hasil. Berbagai kendala telah diteliti dan
menemukan banyak variabel penyebab yang menjadikan BUMDes tidak bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan. BUMDes Desa Pejambon merupakan salah satu bukti
BUMDes yang masih eksis ditengah-tengah pembangunan desa tersebut.
Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat tentang partisipasi, pola pemanfaatan
dan juga kontribusi BUMDes di Desa Pejambon serta berbagai kendala pengembangan yang
dihadapi. Tujuannya tidak lain adalah mengembangkan keberhasilan BUMDes yang sudah
ada dan memberi masukan atau solusi bagi permasalahan yang tengah dihadapi.
Dari analisis data yang telah telah dilakukan, adapun beberapa kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu: Partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih rendah, hal ini
terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program BUMDes. Program kegiatan BUMDes
di Desa Pejambon belum banyak diketahui oleh masyarakat. Di dalam penelitian ini 54%
responden menyatakan tahu tetapi hanya sedikit saja. Hal ini juga tercermin dari pengakuan
66% yang mengatakan tidak pernah memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya
34% saja yang mengaku pernah menerima. masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh
bantuan dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara
mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil penelitian sebanyak 16% responden mengaku
tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan 84% responden mengaku
tidak tahu.Pola pemanfaatan dana BUMDes dipergunakan untuk usaha jasa persewaan mesin
molen, alat pemotong dan terop, yang kemudian hasil usahanya untuk perbaikan atau
pembangunan fisik desa, sementara untuk kegiatan pemberdayaan masih minim karena
terhambat oleh persoalan modal dan politis. Program pemberdayaan misalnya alam bidang
usaha ada berupa bantuan promosi/pemasaran produk yang diterima oleh 24% responden.
Sebanyak 28% responden juga mengaku menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan
lain terkait pengembangan usaha misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.
Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%. Dalam bidang
kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan dibidang pendidikan berupa
beasiswa sekolah sebanyak 28%. Sebagian besar kontribusi adanya BUMDes dirasakan
masyarakat dari aspek pembangunan fisik seperti adanya perbaikan atau pembangunan
fasilitas publik yaitu sebanyak 54% responden mengaku memperoleh manfaat bantuan
fasilitas publik dari program BUMDes. Sedangkan kontribusi untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat masih belum banyak dirasakan manfaatnya.

Saran
Selama ini, pembangunan desa cenderung terabaikan sehingga memicu adanya
gelombang migrasi dari desa ke kota. Adanya program BUMDes merupakan terobosan
pemerintah untuk mengatasi persoalan urbanisasi pada kawasan Hulu. Sehingga cita-cita
ideal yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan adanya program ini adalah terjadinya

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |98


pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang nantinya akan berimplikasi pada
penurunan angka urbanisasi. Tentu saja bila hal ini tercapai maka persoalan-persoalan yang
dihadapi daerah perkotaan selama ini juga ikut terselesaikan.
Di dalam pelaksanaannya, program BUMDes mengalami banyak kendala yang
ironisnya kendala tersebut seringkali muncul karena adanya tarik ulur kepentingan politis
pemerintah desa maupun dari segi sumber daya manusia, maka dibeberapa desa program
BUMDes belum berhasil memenuhi harapan dari tujuan program itu sendiri.
Di dalam penelitian ini sendiri juga menemukan beberapa hal yang menarik dimana
pola pemanfaatan dana BUMDes berbeda dengan yang dilakukan oleh daerah lain yang lebih
banyak dialokasikan sebagai dana simpan pinjam yang pada akhirnya justru tidak
berkembang. Di Desa Pejambon pemanfaatan dana BUMDes untuk usaha jasa persewaan alat
yang hasilnya dipergunakan untuk dana pembangunan desa. Kendati demikian, pencapaian
BUMDes yang dilakukan di Desa Pejambon masih jauh dari harapan karena sifatnya yang
masih mengumpulkan modal dan dijalankan dengan sukarela, sehingga eksistensinya bersifat
fluktuatif.
Dari hasil temuan yang telah disimpulkan dalam penelitian ini, maka ada beberapa
startegi yang bisa dilakukan yaitu: Pertama, melibatkan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program BUMDes. Dengan adanya partisipasi dari masyarakat maka program
BUMDes akan mendapat banyak mendapat aspirasi sehingga program yang dibuat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat lokal. Dengan kata lain manfaat BUMDes akan dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat di desa tersebut.
Kedua, meskipun secara sumber daya pengelola BUMDes secara formal belum
memiliki kualifikasi untuk menjalankan suatu badan usaha, tetapi bisa disiasati dengan
pemberian pelatihan keterampilan kepada para pengelola untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mereka dalam mengelola badan usaha.
Ketiga, BUMDes bisa mewadahi semua usaha atau industri kecil yang ada di desa,
sehingga melahirkan bentuk kegotongroyongan diantara sesama pelaku usaha. Dalam hal ini
BUMDes tidak hanya sekedar wadah tetapi juga bisa membantu dalam banyak hal seperti
bantuan pemasaran maupun pelatihan bagi para pelaku usaha yang dananya ditanggung
secara bersama-sama.
Berberapa saran yang dikemukakan ini tentu saja masih harus diuji dilapangan, namun
apapun bentuk program yang dibuat dalam kegiatan BUMDes harus tetap pada prinsip
semangat gotongroyong dan usaha berbasis potensi lokal yang hasilnya tidak hanya sekedar
kemajuan fisik desa tetapi juga memberdayakan masyarakatnya.

Daftar Pustaka
Budiono, Puguh. 2015. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDes) DI BOJONEGORO (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu
dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor). Dalam Jurnal Politik Muda (JPM),
Volume 4, Nomor 1, Januari-Maret 2015.
Chamber, Robert. 1987. PEMBANGUNAN DESA, MULAI DARI BELAKANG.Jakarta:
LP3ES.
Kessa, Wahyudin. 2015. BUKU 6 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA. Jakarta:
Kementrian Pembengunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Laily, Elida Imro’atin Nur. 2015. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF. Dalam Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik, Volume 3 Nomor 3 September-Desember 2015.
Nasrul, Wedy. 2013. Peran Kelembagaan Lokal Adat Adat Dalam Pembangunan Desa.
Diakses dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hal.
102-109.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |99


PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG
BADAN USAHA MILIK DESA.
Putra, Anom Surya. 2015. BUKU 7 BADAN USAHA MILIK DESA: SPIRT USAHA
KOLEKTIF DESA. Jakarta: Kementrian Pembengunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
Ramadana, dkk., KEBERADAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) SEBAGAI
PENGUATAN EKONOMI DESA (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau,
Kabupaten Malang)
Scott, James C., 1989. MORAL EKONOMI PETANI. Jakarta: LP3ES.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (ed.). 1995. METODE PENELITIAN SURVAY.
Jakarta: LP3ES.
Soehartono, Irawan. 1995. METODE PENELITIAN SOSIAL.Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya.
Sumadi, dkk., PERANAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DALAM
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT (STUDI PADA BUMDes DESA
PEKAN TEBIH KECAMATAN KEPENUHAN HULU KABUPATEN ROKAN
HULU)
Suyanto, Bagong & Karnaji. 2005. KEMISKINAN DAN KESENJANGAN SOSIAL.
Surabaya: Airlangga University Press.
Tumbel, Timeke Meiske. 2014. Analisis Bantuan Desa Terhadap Pelaksanaan Pembangunan
Desa (Studi Kasus Pada Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Diakses
dari Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2014.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
DESA.
Wijanarko, Agung Septiawan. 2012. PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PANDAN KRAJAN
KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO (SKRIPSI). Surabaya:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Zain, Machmoed. 1999. Reformasi Pengentasan Kemiskinan: Dari Pendekatan Ekonomi ke
Pendekatan Kesejahteraan. Diakses dari Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,
Th XII, No.4 Oktober 1999, hal 79-96.

Jurnal Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016 |100

View publication stats

You might also like