Professional Documents
Culture Documents
net/publication/317088682
CITATION READS
1 11,429
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
The Role of Islamic Boarding School as Socialization Agent of Ecological Values (A Case Study in Salaf-Modern Islamic Boarding School) View project
All content following this page was uploaded by Ratna Azis Prasetyo on 24 May 2017.
Abstrak
Implementasi BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada di
Indonesia Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan dalam pelaksanaannya
di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan efektif dan mampu
memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes dengan
menggambil studi kasus di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro
yang merupakan salah satu desa yang mengimplementasikan BUMDes yang secara garis
besar tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui bentuk keterlibatan
perangkat desa dan masyarakat Desa Pejambon dalam pemanfaatan dana BUMDes. Kedua,
untuk mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Pejambon. Ketiga, untuk
mengetahui kontribusi BUMDes di Desa Pejambon dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Metode dalam Studi ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara terstruktur
dengan kuesioner kepada 50 responden di Desa Pejambon untuk pengumpulan data primer
dan pengumpulan data sekunder dari Desa Pejambon. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih kurang karena pengetahuan
masyarakat terhadap program BUMDes masih sedikit. Terkait pola pemanfaatan lebih
banyak pada pembangunan fisik desa sedangkan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat
masih belum maksimal karena sejumlah kendala terutama yaitu anggaran BUMDes.
Kata kunci: BUMDes, Partisipasi, Pembangunan, dan Pemberdayaan
Latar Belakang
Sebagai satuan politik terkecil pemerintahan, desa memiliki posisi stategis sebagai pilar
pembangunan nasional. Desa memiliki banyak potensi tidak hanya dari segi jumlah
penduduk, tetapi juga ketersediaan sumber daya alam yang melimpah. Jika kedua potensi ini
bisa dikelola dengan maksimal maka akan memberikan kesejahteraan bagi penduduk desa.
Akan tetapi, disadari bahwa selama ini pembangunan pada tingkat desa masih memiliki
banyak kelemahan.
Kelemahan pembangunan pada tingkat desa antara lain disebabkan tidak hanya karena
persoalan sumber daya manusia yang kurang berkualitas tetapi juga disebabkan karena
persoalan keuangan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan menggelontorkan
berbagai dana untuk program pembangunan desa yang salah satunya adalah melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes).
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010, BUMDes merupakan
usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa dimana kepemilikan modal dan
pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Tujuan dari dibentuknya
BUMDes merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan keuangan
pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha ekonomi masyarakat perdesaan. Keberadaan
BUMDes ini juga diperkuat oleh UU Nomor 6 Tahun 2014 yang dibahas dalam BAB X pasal
87-90 antara lain menyebutkan bahwa pendirian BUMDes disepakati melalui musyawarah
desa dan dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Peranan BUMDes
Masyarakat desa sesungguhnya memiliki karakteristik yang khas sebagai suatu
komunitas. Salah satu karakteristik yang khas dari masyarakat desa yaitu cara hidup kolektif.
Durkheim menggambarkan ciri-ciri masyarakat desa dengan ciri-ciri memiliki solidaritas
yang sifatnya mekanis. Sementara Ferdinand Tonnies salah satu karakteristik dari masyarakat
desa adalah Gemeinschaft yaitu kehidupan yang masih guyup ditandai dengan adanya gotong
royong.
Kehidupan masyarakat desa yang bersifat kolektif memiliki tradisi: Pertama,
solidaritas, kerjasama, swadaya, dan gotong royong tanpa mengenal batas-batas kekerabatan,
Pembangunan Partisipatif
Di dalam pembangunan, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting karena
posisinya sebagai obyek dan subyek dari pembangunan itu sendiri. Artinya, masyarakat tidak
hanya menjadi target atau tujuan dari suatu pembangunan tetapi juga dilibatkan di dalam
pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini sangat penting karena dengan
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan maka pembangunan yang
dilaksanakan bisa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan di desa tentu kebutuhannya akan berbeda dengan
pembangunan yang dilaksanakan di daerah perkotaan. Dalam hal ini partisipasi secara
langsung masyarakat desa mutlak diperlukan termasuk pembangunan melalui kegiatan
pemanfaatan dana BUMDes yang berbasis potensi lokal.
Kessa (2015), mendefinisikan bahwa pembangunan partisipatif merupakan suatu sistem
pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala
desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. Hal ini jelas mengisyaratkan
bahwa secara bersama-sama masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan sementara
pemerintah desa bertugas mengkoordinasi pembangunan di desa melalui BUMDes agar
berjalan sebagaimana yang mestinya.
Tabel 1
BUMDes dalam Desa Membangun dan Membangun Desa
Desa Pembangunan Membangun Desa (“Pembangunan
Isu BUMDes
(“Pembangunan Desa”) Perdesaan”)
Basis Lokasi Desa Kawasan Perdesaan
Perekonomian Desa dan
Kerjasama antar Desa dan pelayanan
Tujuan pelayanan usaha untuk
usaha antar-desa
warga setempat
Kewenangan lokal berskala desa antar-
Berdasarkan kewenangan
Kewenangan desa berkolaborasi dengan kewenangan
lokal berskala desa
pemerintah dan pemda
Prosedur Musyawarah desa Musyawarah antar desa
Pelayanan
Kerjasama kemitraan strategis
(serving)
antar-desa
Penyewaan
Diversifikasi usaha berorientasi
(renting)
Skala usaha bisnis keuangan (banking) dan usaha
Perdagangan
bersama (holding)
(trading)
Rencana investasi dengan pihak
Jasa perantara
ketiga (investor)
(brokering)
BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa),
Institusi Desa (Pemerintah Desa terdiri dari: Pemdes, BPD, LKD,
otoritatif dan masyarakat desa) Lembaga Desa lainnya, tokoh
masyarakat berbasis keadilan gender
BUMDes,
Dapat teridiri dari unit BUMDes bersama
Kelembagaan usaha non-berbadan Kerjasama antar 2 (dua)
hukum, maupun unit BUMDes
usaha berbadan hukum
Peraturan Bersama Kepala Desa
Perdes Tentang Pendirian tentang Pendirian BUMDes bersama
Penetapan
BUMDes Naskah Perjanjian Kerjasama
antar BUMDes.
Metode Penelitian
Studi ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan wawancara terstruktur dengan kuesioner untuk pengumpulan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh wawancara secara langsung dengan
masyarakat di Desa Pejambon Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro sebanyak 50
orang untuk mengetahui secara langsung partisipasi masyarakat serta kontribusi BUMDes
bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain wawancara terstruktur, dilakukan juga indepth interview kepada beberapa
perangkat desa untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap tentang pelaksanaan
BUMDes serta kontribusinya terhadap pembangunan desa. Wawancara akan menggunakan
panduan instrumen yang telah disusun sebelumnya.
Selain menggali data primer, dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data
sekunder tentang BUMDes dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di lokasi studi yang bisa
didapat dari BPS, kajian-kajian sebelumnya dan dokumentasi.
Data-data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis menggunakan teori
yang telah dipilih. Guna mempermudah proses tersebut digunakan SPSS 15 for window. Di
akhir laporan, selain akan dipetakan temuan-temuan studi juga diusulkan strategi dan
program yang dibutuhkan dalam implementasi BUMDes.
Tabel 2
Pengetahuan Program BUMDes
Jika program yang ada tidak diketahui atau diketahui tetapi hanya sedikit maka untuk
menjaring partisipasi masyarakat dalam skala menyeluruh sulit untuk diwujudkan.
Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak pernah memperoleh
bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang mengaku pernah menerima.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam pelakanaan BUMDes, pihak pemerintah desa
masih kesulitan dalam melakukan pengembangan. Menurut pengakuan Sufyan selaku ketua
BUMDes, selain tenaga yang mengurus adalah tenaga relawan, kegiatan BUMDes juga
sering kali terhambat oleh persoalan politis di desa. Persoalan politis yang ada terkait dengan
pergantian kepala desa yang seringkali membawa dampak pada perubahan arah program
BUMDes yang telah dicanangkan oleh kepala desa sebelumnya.
Tabel 4
Pengetahuan Mengakses Bantuan dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 8 16
2 Tidak Tahu 42 84
Jumlah 50 100
Tabel 5
Jenis Bantuan yang diterima Keluarga dari Program BUMDes
Ya Tidak Jumlah
No. Keterangan
F % F % F %
1. Bantuan Promosi/Pemasaran Produk 12 24 38 76 50 100
2. Pelayanan Kesehatan Gratis 12 24 38 76 50 100
3. Beasiswa Sekolah 14 28 36 72 50 100
4. Modal Usaha 14 28 36 72 50 100
5. Peralatan Usaha 11 22 39 78 50 100
6. Pelatihan 14 28 36 72 50 100
7. Pendampingan 17 34 33 66 50 100
8. Rehabilitasi Rumah 17 34 33 66 50 100
9. Tawaran Kesempatan Kerja/Usaha 17 34 33 66 50 100
Berbagai bantuan yang diberikan ini berasal dari pengelolaan dana BUMDes yang
selama ini dikelola atau dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif dan bisa
mengakumulasi modal seperti pada tahun 2014 dikembangkan usaha sewa alat molen proyek,
sewa mesin pemotong rumput. Pada tahun 2015, BUMDes Desa Pejambon menggunakan
anggaran untuk perbaikan kantor dan perpusatakaan. Selain itu, ada juga usaha sewa terop.
“ya dari APBDes, seperti contoh tahun 2014 itu ada alokasi anggaran 10 juta di
berikan alat molen, sewa alat molen proyek itu, sama mesin pemotong rumput, terus
tahun 2015 ada anggaran untuk perbaikan bersama kantor dan perpustakaan. Terus
program tahun 2016 perencanaan APBDes 25 juta dana dari APBDes ada rencana kita
dapat bantuan dari pemkab APBD kabupaten itu 25 juta dan tahun ini, dan sekarang
kita masih dalam proses pengajuan proposal.” Tutur Sufyan.
Ke depan salah satu penggunaan dana BUMDes akan digunakan untu mengembangkan
teknologi informasi desa melalui internet desa. Sufyan, berpendapat bahwa selain berguna
untuk pengembangan teknologi informasi desa, keberadaan internet juga memberikan
prospek bisnis yang mneguntungkan.
“Kalau tahun ini rencananya kita mau buat desa full internet. Yang pasti nanti kita
akan buat desa ini ada internetnya, dan kalau dananya ada, kita buat free wifi. Jadi
seluruh masyarakat bisa menggunakan wifi dengan nyaman. Ya itu hasil dari
semuanya. Tapi awalnya ya kita carikan internet yang murah dulu, kita uji coba dulu.
Kita mau buat bisnis internet murah desa wifi itu kan prospeknya bagus dilokasi desa
karena belum ada desa yang menggunakan karena disini kan sudah punya indihome.
Kita kan FO(Faber Optice) Indihome namanya ada prospek untuk berbisnis itu jadi
seperti contoh mengapa alasanya memilih bisnis itu selain untuk pengembangan
teknologi informasi desa tapi dari prospek sisi lain prospeknya bagus. Ternyata 1MB
kalau kita beli paket di telkomsel 10 MB itu hanya 400, providernya swasta 1MB itu
juga 250ribu jadi itu ada prospek untung jadi ada internet murah di desa ini. Seperi
itulah perencanaanya seperti itu”. Tutur Sufyan
Tabel 6
Kebutuhan akan Bantuan Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha
Persentase
No. Keterangan Frekuensi
(%)
1. Sangat Membutuhkan 1 2
2. Membutuhkan 25 50
3. Cukup Membutuhkan 12 24
4. Tidak Membutuhkan 12 24
Jumlah 50 100
Selain beberapa jenis bantuan yang sudah digelontorkan oleh pemerintah Desa
Pejambon dari hasil pengelolaan dana BUMDes, masih banyak berbagai kebutuhan bantuan
program yang masih diharapkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Sebanyak 78%
responden mengaku sangat membutuhkan bantuan permodalan. Sebanyak 66% responden
mengaku sangat membutuhkan bantuan berupa teknologi peralatan dan 78% sangat
membutuhkan bantuan bahan baku untuk kegiatan usaha mereka.
Terkait dengan pengembangan usaha di masyarakat, sebanyak 44% responden mengaku
sangat membutuhkan bantuan pelatihan amnajemen usaha. Sebanyak 60% responden juga
mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan peningkatan kualitas produk, untuk bantuan
pemasaran sebanyak 70% responden mengaku sangat membutuhkan dan 66% responden
mengaku sangat membutuhkan bantuan berupa kemitraan usaha.
Dalam hal ini terlihat bahwa antusias masyarakat dalam adanya kegiatan BUMDes
diharapkan bisa memberi bantuan yang sifatnya tidak hanya permodalan tetapi juga bantuan
pengembangan usaha yang lain yang dapat membuat mereka berdaya dalam mengembangkan
usaha dan menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Tidak hanya usaha dalam
bidang indutri kecil dimana dukungan pasar bebas memperbesar arus barang dari luar masuk
ke Indonesia tetapi juga dalam usaha pertanian dimana harus bersaing dengan produk pangan
import.
Tabel 7
Jenis Kebutuhan Bantuan dari Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha
Cukup Tidak Sangat Tidak
Sangat Membu
MembutuhkaMembutuhkMembutuhkaJumlah
No. Keterangan Membutuhkan tuhkan
n an n
F % F % F % F % F % F %
1. Bantuan Permodalan 39 78 6 12 5 10 0 0 0 0 50 100
Bantuan
2. 33 66 12 24 5 10 0 0 0 0 50 100
Teknologi/Peralatan
3. Bantuan Bahan Baku 39 78 5 10 6 12 0 0 0 0 50 100
Tabel 8
Perolehan Manfaat Bantuan Fasilitas Publik dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Merasakan 27 54
2. Merasakan 12 36
3. Lumayan Merasakan 11 22
4. Tidak Ikut Merasakan 0 0
Jumlah 50 100
Adapun jenis bantuan yang diterima oleh desa dari hasil pengelolaan dana BUMDes
secara fisik ada 18% responden yang mengatakan untuk perbaikan/ pembangunan jalan.
Sebanyak 24% responden mengaku dari program BUMDes ada bantuan perbaikan/
pembangunan fasilitas publik bidang ekonomi dan 24% responden mengaku untuk
perbaikan/pembangunan tempat ibadah.
Program BUMDes juga berkontribusi untuk perbaikan/ pembangunan jembatan yang
dinyatakan oleh 6% responden. Sebanyak 26% mengatakan bahwa program BUMDes
membantu perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan 2% untuk pembangunan fasilitas
kesehatan.
Selain berbagai perbaikan/ pembangunan fasilitas umum tersebut, kegiatan BUMDes di
Desa Pejambon juga mewadahi dan bekerja sama dengan berbagai kegiatan kelembagaan di
Hasil dari berbagai usaha BUMDes di Desa Pejambon terbukti telah mampu memberikan
kontribusi dalam pembangunan desa secara fisik, akan tetapi pembangunan desa dari aspek
pemberdayaan masyarakat belum tersentuh. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterbatasan
yang dimiki terutama dari segi pembiayaan sebagaimana dituturkan oleh Sufyan berikut ini.
“Kalau sampai pemberdayaan kita belum ya, karena dana juga masih terbatas,
lagipula kalau pinjam meminjam begitu mungkin sudah ada bagiannya sendiri. Seperti
Koperasi Wanita, atau Ibu-ibu PK, atau perkumpulan yang lain. Kita disini istilahnya
masih kumpul dana, mengumpulkan pemasukan untuk BUMDes supaya kita juga ada
pengurus resmi yang memang dapat dipekerjakan untuk membangun kemajuan desa
melalui BUMDes itu. Jadi dengan kata lain untuk bantuan modal belum ada. Mungkin
warga pinjam dengan cara lain. tapi kita upayakan pemasukan untuk kokohnya
BUMDes ini, kemudian pelayanan publik yang lebih bagus lagi”. Tutur Sufyan.
Sementara itu, dari adanya program BUMDes ini manfaat atau kontribusi yang ingin
diperoleh oleh masyarakat. Kontribusi tersebut sebagian besar terkait dengan kegiatan atau
program yang bersifat pemberdayaan dimana nantinya mereka bisa meningkatkan
kesejahteraan secara berkelanjutan.
Sebanyak 20% responden menyatakan sangat membutuhkan adanya program BUMDes
akan meningkatkan penghasilan. Program BUMDes dipercaya dapat meningkatkan
penghasilan di masyarakat karena menekankan prinsip gotong royong. Meningkatkan
penghasilan BUMDes yang dijiwai oleh semangat kebersamaan dan self help dalam upaya
memperkuat ekonomi kelembagaannya akan bergerak seiring dengan peningkatan sumber-
sumber pendapatan asli desa dengan tergeraknya kegiatan ekonomi masyarakat di bawah
naungan BUMDes. Dengan adanya kebersamaan dan mekanisme self help ini akan
mengurangi peran free rider yang seringkali meningkatkan biaya transaksi ekonomi dengan
praktek rente di masyarakat (Nurcholis, 2011: 88 dalam Ramadana, dkk.).
Tabel 10
Perolehan Manfaat Langsung yang Diharapkan oleh Keluarga dari
Program BUMDes
Sangat Membutuhka Cukup Tidak
N Jumlah
Keterangan Membutuhkan n Membutuhkan Membutuhkan
o
F % F % F % F % F %
5 10
1. Meningkatkan Penghasilan 10 20 11 22 29 58 0 0
0 0
Meningkatkan Peluang
5 10
2. Kelangsungan Pendidikan 12 24 14 28 24 48 0 0
0 0
Anak
Meningkatkan Derajad 5 10
3. 15 30 24 48 11 22 0 0
Kesehatan 0 0
Meningkatkan Peluang 5 10
4. 17 34 18 36 15 30 0 0
Kesempatan Kerja 0 0
Meningkatkan Peluang 5 10
5. 8 16 18 36 24 48 0 0
Pengembangan Usaha 0 0
Meningkatkan
5 10
6. Keterampilan/Kemampuan 19 38 21 42 10 20 0 0
0 0
SDM
Meningkatkan Kondisi 5 10
7. 9 18 21 42 18 36 2 4
Tempat Tinggal 0 0
Meningkatkan
5 10
8. Kualitas/Ketersediaan 19 38 25 50 6 12 0 0
0 0
Fasilitas Publik
Kesimpulan
Sebagai program strategis dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa,
keberadaan BUMDes di berbagai daerah justru mengalami situasi sulit dan banyak yang
dalam perjalanannya tidak membuahkan hasil. Berbagai kendala telah diteliti dan
menemukan banyak variabel penyebab yang menjadikan BUMDes tidak bisa berjalan
sebagaimana yang diharapkan. BUMDes Desa Pejambon merupakan salah satu bukti
BUMDes yang masih eksis ditengah-tengah pembangunan desa tersebut.
Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat tentang partisipasi, pola pemanfaatan
dan juga kontribusi BUMDes di Desa Pejambon serta berbagai kendala pengembangan yang
dihadapi. Tujuannya tidak lain adalah mengembangkan keberhasilan BUMDes yang sudah
ada dan memberi masukan atau solusi bagi permasalahan yang tengah dihadapi.
Dari analisis data yang telah telah dilakukan, adapun beberapa kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu: Partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih rendah, hal ini
terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program BUMDes. Program kegiatan BUMDes
di Desa Pejambon belum banyak diketahui oleh masyarakat. Di dalam penelitian ini 54%
responden menyatakan tahu tetapi hanya sedikit saja. Hal ini juga tercermin dari pengakuan
66% yang mengatakan tidak pernah memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya
34% saja yang mengaku pernah menerima. masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh
bantuan dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara
mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil penelitian sebanyak 16% responden mengaku
tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan 84% responden mengaku
tidak tahu.Pola pemanfaatan dana BUMDes dipergunakan untuk usaha jasa persewaan mesin
molen, alat pemotong dan terop, yang kemudian hasil usahanya untuk perbaikan atau
pembangunan fisik desa, sementara untuk kegiatan pemberdayaan masih minim karena
terhambat oleh persoalan modal dan politis. Program pemberdayaan misalnya alam bidang
usaha ada berupa bantuan promosi/pemasaran produk yang diterima oleh 24% responden.
Sebanyak 28% responden juga mengaku menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan
lain terkait pengembangan usaha misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.
Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%. Dalam bidang
kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan dibidang pendidikan berupa
beasiswa sekolah sebanyak 28%. Sebagian besar kontribusi adanya BUMDes dirasakan
masyarakat dari aspek pembangunan fisik seperti adanya perbaikan atau pembangunan
fasilitas publik yaitu sebanyak 54% responden mengaku memperoleh manfaat bantuan
fasilitas publik dari program BUMDes. Sedangkan kontribusi untuk kegiatan pemberdayaan
masyarakat masih belum banyak dirasakan manfaatnya.
Saran
Selama ini, pembangunan desa cenderung terabaikan sehingga memicu adanya
gelombang migrasi dari desa ke kota. Adanya program BUMDes merupakan terobosan
pemerintah untuk mengatasi persoalan urbanisasi pada kawasan Hulu. Sehingga cita-cita
ideal yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan adanya program ini adalah terjadinya
Daftar Pustaka
Budiono, Puguh. 2015. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDes) DI BOJONEGORO (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu
dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor). Dalam Jurnal Politik Muda (JPM),
Volume 4, Nomor 1, Januari-Maret 2015.
Chamber, Robert. 1987. PEMBANGUNAN DESA, MULAI DARI BELAKANG.Jakarta:
LP3ES.
Kessa, Wahyudin. 2015. BUKU 6 PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA. Jakarta:
Kementrian Pembengunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Laily, Elida Imro’atin Nur. 2015. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF. Dalam Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik, Volume 3 Nomor 3 September-Desember 2015.
Nasrul, Wedy. 2013. Peran Kelembagaan Lokal Adat Adat Dalam Pembangunan Desa.
Diakses dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hal.
102-109.