You are on page 1of 15

TUGAS

MATA KULIAH ORGANISASI DAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Analisa Kebijakan Rumah Sakit Tentang Pelaksanaan Hand Hygiene pada


Pasien dan Keluarga Pasien di RSI Nashrul Ummah

Disusun oleh
ROSITA ARVIANA MASRUROH, drh.

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit Islam (RSI) Nashrul Ummah Lamongan adalah rumah sakit
swasta dengan kepemilikan oleh Yayasan Nashrul Ummah dan termasuk
kedalam Rumah Sakit (RS) tipe C dengan 123 tempat tidur (TT) yang sudah
terakreditasi tingkat utama versi KARS 2012 pada tahun 2016. Rumah Sakit ini
berlokasi di Jalan Merpati No.62 kecamatan Lamongan, Lamongan, Indonesia.
Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah memiliki motto yaitu kepuasan anda
adalah senyum kami dan memiliki visi sebagai berikut, yaitu senantiasa
memberikan layanan yang prima dan islami, serta memiliki misi RS sebagai
berikut :
a. Mewujudkan RSI Nashrul Ummah yang islami
b. Mengembangka sumber daya manusia yang berkualitas
c. Menyempurnakan sarana dan prasarana yang terpadu
d. Mewujudkan sistem pengelolaan yang efektif dan efisien
e. Mengutamakan keselamatan pasien dengan layanan prima
Indikator efisiensi RSI Nashrul Ummah pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
➢ Bed Occupancy Rate (BOR): 66,10 %
➢ Average Length of Stay (LOS): 3,09 hari
➢ Turn Over Interval (TOI): 2,17 hari
➢ Bed Turn Over (BTO): 58,86 kali

1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit.

Tujuan Khusus:
1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan keluarga pasien agar terhindar
dari infeksi penyakit nosokomial
2. Mengetahui tingkat kepatuhan hand hygiene pasien dan keluarga pasien di
RSI Nashrul Ummah
3. Sebagai tugas individu mata kuliah Organisasi dan manajemen rumah sakit.

1
BAB II
ANALISA SITUASI

2.1 Analisa Situasi Umum


Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah didirikan pada tanggal 28 Desember
tahun 1987. Memiliki luas tanah 8.823 meter persegi dengan luas bangunan
1.362,15 meter persegi. Pemilik RS ini yaitu Yayasan Nashrul Ummah
Lamongan, dengan direktur RS saat ini dr. Muwardi Romli, Sp. B, M.Kes.
Jumlah kapasitas tempat tidur (TT) adalah 123 TT, dengan pembagian kelas:
➢ Kelas VVIP : 10 TT
➢ Kelas VIP : 15 TT
➢ Kelas I : 13 TT
➢ Kelas I I: 23 TT
➢ Kelas III : 41 TT
➢ ICU: 4 TT
➢ Neonatus : 11 TT
➢ Neo Gabung: 12 TT
➢ Isolasi : 6 TT
Jenis-jenis pelayanan di RSI Nashrul Ummah adalah:
➢ Pelayanan IGD 24 jam dan Trauma Center BPJS Ketenagakerjaan
➢ Poli Umum dan Spesialis
➢ Poli gigi
➢ Pelayanan rawat inap
➢ ICU 24 jam
➢ Pelayanan kamar operasi 24 jam
➢ Pelayanan ambulan 24 jam
➢ Pelayanan radiologi 24 jam
➢ Pelayanan unit farmasi 24 jam
➢ Pelayanan laboratorium (Patologi Klinik dan Kimia Klinik) 24 jam
➢ Pelayanan Konsultasi Gizi
➢ Farmasi Klinik
➢ Bimbingan Rohani
➢ Kamar Jenazah
RSI Nashrul Ummah mempunyai pelayanan unggulan antara lain adalah:
 Treadmill
 Bedah laparoscopy
 Endoscopy
 Phacoemulsifikasi katarak
 SMS billing center
Untuk data ketenagaan RSI Nashrul Ummah adalah sebagai berikut:

2
 Tenaga Medis (Dokter Umum, Dokter Gigi dan Dokter Spesialis): 33
orang
 Dokter Spesialis : 19 orang
 Dokter Umum : 12 orang
 Dokter Gigi : 2 orang
 Tenaga Paramedis Keperawatan/ Bidan : 99/ 23 orang
 Tenaga Paramedis Non Keperawatan: 30 orang
 Tenaga Non Medis: 108 orang

2.2 Analisa Situasi Khusus


2.2.1 Rumah Sakit sebagai Sarana Preventif Penyakit
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Infeksi masih
merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. selain itu juga itu juga menyebabkan
perpanjangan rawat inap bagi penderita. Resiko infeksi di rumah sakit biasa
dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia.
(Saragih, et. al, 2010).
Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial dapat menyebabkan turunnya
kualitas mutu pelayanan medis, sehingga perlu adanya upaya pencegahan dan
pengendaliannya (Darmadi 2013). Cara paling ampuh untuk mencegah infeksi
nosokomial adalah dengan menjalankan Standard Precaution yang salah
satunya adalah dengan mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di
rumah sakit Mencuci tangan merupakan kegiatan yang penting bagi lingkungan
tempat pasien dirawat, termasuk rumah sakit (Azwar, 1996).
Hand hygiene merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Tindakan hand hygiene telah terbukti secara signifikan
menurunkan infeksi (James, et al, 2002).
Seorang penunggu pasien atau pasien itu sendiri rentan terhadap
masuknya mikroorganisme, jika tubuh orang tersebut terdapat pintu masuk
yangdapat digunakan untuk jalan masuk mikroorganisme tersebut. Pasien,
petugas kesehatan, keluarga dan penunggu pasien merupakan kelompok yang
paling berisiko terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi ini dapat menular dari

3
pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke penunggu atau keluarga pasien
ataupun dari petugas ke pasien (Azwar, 1996).

2.2.2 Hand hygiene


1. Definisi Hand Hygiene
Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Potter & Perry, 2003)
dalam (Zulpahiyana, 2013). Menurut Van dan Enk (2006) dalam Zulpahiyana
(2013), hand hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk membuang kotoran dan organisme yang
menempel ditangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu.
Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
yaitu flora residen dan flora transient. Flora residen adalah mikroorganisme yang
secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan
dengan gesekan mekanis karena telah beradaptasi pada tangan manusia
contohnya: Staphylococcus, Corynobacterium, dan Klibsiella. Flora transient
yaitu flora transit atau flora kontaminasi yang jenisnya tergantung dari lingkungan
tempat bekerja, kuman ini mudah dihilangkan dengan cuci tangan yang efektif.
Contohnya; Staphylococcus aureus, Streptococci, Pseudomonas, E.Coli.
Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan tangan
dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun.
Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air
(handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi atau
mencegah berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009). Hand
hygiene harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan walaupun menggunakan sarung tangan atau alat
pelindung diri guna menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada
ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga
dari infeksi.

2. Tujuan Hand Hygiene


Tujuan dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme
(Kozier, 2003 cit. Zulpahiyana, 2013). Hand hygiene dilakukan untuk
menghilangkan kotoran bahan organik dan membunuh mikroorganisme yang

4
terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien
terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan lingkungan.
Menurut Susianti (2008) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan dilakukannya hand
hygiene yaitu;
1. Menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
2. Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan
3. Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme ke perawat dan pasien serta
kontaminasi silang kepada pasien lain, anggota keluarga, dan tenaga
kesehatan lain.
4. Memberikan perasaan segar dan bersih.
Menurut Hidayat, et al (2011) dalam Zulpahiyana (2013),
tujuan hand hygiene antara lain:
1. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan, diantaranya :
a) diantara area perawatan dan zona pasien
b) diantara zona pasien dan area perawatan
c) pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membran
mukosa, kulit non-intak, alat invasif)
d) dari darah dan cairan tubuh.
2. Untuk mencegah:
a) kolonisasi patogen pada pasien (termasuk yang multiresisten)
b) penyebaran patogen ke area perawatan
c) infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
d) kolonisasi dan infeksi pada tenaga kesehatan.

3. Indikasi Hand Hygiene


Menurut CDC (2002), indikasi dilakukannya cuci tangan (handwashing)
yaitu jika tangan terlihat kotor, sedangkan jika tangan tidak terlihat kotor namun
sudah melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan mikrobial pindah ketangan
maka dilakukan handrubbing dengan bahan berbasis alkohol. Indikasi khusus
untuk hand hygiene antara lain:

5
1. Sebelum: kontak dengan pasien, menggunakan sarung tangan pada
pemasangan CVC, pemasangan kateter urin, atau semua tindakan
invasif lainnya.
2. Setelah: kontak dengan kulit pasien, kontak dengan cairan tubuh,
perawatan luka, dan setelah melepas hand scoon.
WHO (2009), menyatakan bahwa hand hygiene yang efektif melibatkan
kesadaran kesehatan pekerja, indikasi, dan kapan waktu melakukan hand
hygiene. Aksi hand hygiene dapat dilakukan dengan handrubbing dengan produk
berbasis alkohol atau dengan mencuci tangan dengan sabun dan air
(handwashing). Terdapat “5 momen” dimana tenaga kesehatan harus melakukan
hand hygiene yaitu:
1) Sebelum menyentuh pasien
2) Sebelum melakukan prosedur asepsis
3) Setelah terpapar dengan cairan tubuh
4) Setelah bersentuhan dengan pasien
5) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

4. Teknik Hand Hygiene


Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka, kuku bersih, pendek
dan tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian. CDC (2002)
merekomendasikan teknik hand hygiene antara lain:
1) Untuk handrubbing: berikan bahan berbasis alkohol pada telapak tangan,
gosok seluruh permukaan telapak tangan sampai kering.
2) Untuk handwashing: basahkan tangan menggunakan air, berikan sabun dan
gosokkan merata keseluruh telapak tangan selama 15 detik, bilas, dan
keringkan dengan menggunakan handuk. Gunakan handuk untuk menutup
keran.

Menurut WHO (2009) langkah-langkah hand hygiene, sebagai berikut:


1) Teknik hand hygiene dengan mencuci tangan (handwashing)
a) Basahkan tangan dengan air
b) Berikan sabun secukupnya, dan ratakan ke seluruh permukaan tangan
c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan

6
d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta ruas-
ruas jari, begitu juga sebaliknya
e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
saling terkait
f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu sebaliknya
h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak
kanan dan sebaliknya
i) Keringkan tangan.
Mencuci tangan memerlukan waktu sekitar 40-60 detik, sedangkan waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan langkah c sampai h sekitar 15-30 detik.
2) Teknik hand hygiene dengan handrubbing menggunakan bahan berbasis
alkohol
a) Berikan alkohol secukupnya pada tangan
b) Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan
c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta ruas-
ruas jari, begitu juga sebaliknya
e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari
saling terkait
f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu sebaliknya
h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak
kanan dan sebaliknya
i) Keringkan tangan.
Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.

BAB III
LANGKAH-LANGKAH ANALISA KEBIJAKAN

3.1 Definisi/ Perumusan Masalah

7
Kebijakan yang akan dianalisa adalah kebijakan tentang pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi di RSI Nashrul Ummah. Pada Kebijakan
tersebut salah satunya berisi mengenai program kewaspadaan isolasi yaitu hand
hygiene.
1. Kebijakan mengenai hand hygiene yang bertujuan untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi merupakan salah satu kebijakan yang mendukung
standar akreditasi rumah sakit mengenai proses disclosure
(pemberitahuan) ke rumah sakit.
2. Adanya fasilitas hand hygiene (handwashing dan handrubbing).
Handwashing disediakan di setiap ruangan RS, handrub disetiap pintu
masuk ruang rawat, lorong RS atau disisi tempat tidur pasien.
3. Adanya pemasangan poster prosedur cara mencuci tangan dengan air
sabun atau dengan alkohol handrub di setiap ruangan.
4. Adanya penyuluhan petugas tentang pentingnya hand hygiene, kapan
dan cara melakukan dengan benar.
5. Belum adanya monitoring dan evaluasi khususnya untuk tingkat
kepatuhan hand hygiene pada pasien, penunggu atau keluarga pasien.

3.2 Prediksi/ Peramalan


Kebijakan direktur tentang hand hygiene di RSI Nashrul Ummah telah
ditetapkan sejak awal mula RS teregistrasi yaitu tahun 2012. Kebijakan
mengenai penerapan hand hygiene menurut saya layak dan harus dilanjutkan
mengingat pentingnya untuk melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap
penyakit infeksi nosokomial. SK kebijakan tentang pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang diterbitkan juga telah sesuai dengan referensi dari
standar akreditasi rumah sakit yang telah ditetapkan.

3.3 Preskripsi/ Rekomendasi


Kebijakan mengenai penerapan hand hygiene pada pasien atau
penunggu/ keluarga pasien sebaiknya di adakan juga monitoring dan evaluasi
tingkat kepatuhannya setiap triwulan seperti halnya monitoring dan evaluasi yang
juga dilakukan pada ketenagakerjaan di RSI Nashrul Ummah, sehingga bisa
digunakan juga sebagai bahan evaluasi tindakan untuk menurunkan dan

8
melakukan pencegahan lebih lanjut terjadinya infeksi nosocomial di RSI Nashhrul
Ummah.

3.4 Deskripsi/ Pemantauan


Pelaksanaan hand hygiene telah mulai dilaksanakan semenjak awal
berdirinya RSI Nashrul Ummah. Pelayanan pelaksanaan hand hygiene di RSI
Nashrul Ummah sudah dilengkapi dengan adanya fasilitas wastafel di setiap
ruangan untuk pelaksanaan handwashing. Begitu juga dengan fasilitas handrub
juga disediakan disetiap pintu masuk ruang rawat, lorong RS atau disisi tempat
tidur pasien. Strategi untuk peningkatan kepatuhan hand hygiene di pasien dan
penunggu/ keluarga pasien juga telah dilakukan oleh RS, mulai dengan cara
pemasangan poster dan leaflet mengenai prosedur cara mencuci tangan dengan
air sabun/ etanol, kemudian penyuluhan petugas (perawat) seminggu 2x tentang
pentingnya hand hygiene, kapan dan cara melakukan dengan benar kepada
pasien dan penunggu/ keluarga pasien. Namun, sejauh dari pemantauan saya
berada di RS terlihat tingkat pelaksanaan/ kedisiplinan pasien maupun
penunggu/ keluarga pasien masih sangat rendah/ jarang dilakukan.
Rendahnya pengetahuan mengenai pentingnya hand hygiene merupakan
satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pelaksanaan hand
hygiene. Berdasarkan dari pengamatan yang ada, fasilitas handrub dipastikan
selalu tersedia di masing-masing blankar, dan di setiap ruangan terdapat leaflet
5 moments handwashing dan 6 tahapan cuci tangan. Tentu saja hal ini
sebenarnya dirasa cukup untuk menjadikan kepatuhan pada pelaksanaan hand
hygiene. Selain itu, ada juga penunggu/ keluarga pasien yang menyampaikan
alasan ketidakpatuhannya yaitu takut terkena alergi jika menggunakan handsrub/
sabun cuci tangan terlalu sering. Memang diketahui Penggunaan sabun yang
sering dan berulang memang dapat meyebabkan dermatitis iritan.

3.5 Evaluasi
Monitoring dan evaluasi secara berkala minimal triwulan sekali mengenai
tingkat kepatuhan pelaksanaan hand hygiene pada pasien maupun keluarga
pasien perlu dilakukan. Begitu juga dengan penyuluhan petugas tentang
pentingnya hand hygiene, kapan dan cara melakukan dengan benar perlu
dilakukan lebih teratur setiap harinya untuk memberikan edukasi lebih kepada

9
pasien dan keluarga pasien. Tindakan evaluasi terhadap strategi untuk
meningkatkan pelaksanaan tingkat kepatuhan yang telah dilakukan pihak RS
seharusnya juga di lakukan evaluasi minimal setahun sekali.

BAB IV
PENUTUP

10
4.1 Kesimpulan
Kebijakan mengenai pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
memang layak dan harus ditetapkan, penerapan kebijakan terkait hand
haygiene sendiri sudah benar pelaksanaanya walaupun belum bisa berjalan
baik dan disiplin bagi pasien dan penunggu/ keluarga pasien. Namun,
evaluasi dan monitoring tingkat kepatuhan pelaksanaan hand hygiene
khususnya pada pasien dan penunggu/keluarga pasien belum dilakukan.

4.2 Usul dan Saran


1. Bagi Pasien dan penunggu/ keluarga pasien
a. Diharapkanpasien maupun penunggu pasien dapat melakukan cuci
tangan (hand hygiene) sesuai momen yang benar yaitu sebelum dan
sesudah menyentuh pasien, setelah menyentuh cairan tubuh pasien,
dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
b. Diharapkan pasien maupun penunggu pasien lebih jeli dalam melakukan
cuci tangan (hand hygiene) tidak hanya di telapak tangan, sela-sela jari
telapak tangan, dan punggung tangan saja, tetapi juga di bagian sela-
sela punggung tangan, punggung jari, ibu jari, dan kuku tangan.
c. Diharapkan pasien maupun penunggu pasien dapat saling mengingatkan
pasien/ penunggu pasien lain dan keluarganya untuk menerapkan
praktik hand hygiene dengan benar dirumah sakit.
2. Bagi Rumah Sakit
a. Memperjelas isi pesan hand hygiene pada media poster/ leaflet yang
dipasang dengan menambahkan informasi bagian-bagian tangan yang
harus dibersihkan saat hand hygiene.
b. Meningkatkan strategi promosi melalui media leaflet hand hygiene
berupa peningkatan kualitas (penambahan media berupadesign,
susunan kata/ kalimat, ukuran), peningkatan jumlah, dan lokasi
penempatan yang mudah dilihat penunggu pasien.
c. Meningkatkan penyuluhan yang telah dilakukan petugas (perawat)
tentang kapan, dan pelaksanan hand hygiene secara tepat dan benar
lebih dengan cara persuasive yang menarik dan dilakukan secara
teratur setiap harinya

11
d. Meningkatkan kelengkapan fasilitas hand hygiene seperti wastafel,
sabun cair antiseptik, tisu, lotion, dan tempat sampah non infeksius di
setiap ruangan karena kelengkapan fasilitas dapat meningkatkan praktik
hand hygiene.

DAFTAR PUSTAKA

12
1. Azwar, A. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Sinar Harapan; 1996.
2. Darmadi. Infeksi Nosokomial. Problematika dan Pengendalian. Jakarta:
Salemba Medika; 2013.
3. James, J., Baker, HS. Prinsipprinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta:
Erlangga; 2002.
4. Saragih R., Rumapea N. Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat
Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia
Medan. E-Journal Universitas Darma Agung Medan. 2010. Available from:
http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf

13
LAMPIRAN

14

You might also like