You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia
yaitu, protein, karbohidrat, dan lemak atau lipid. Proses Biokimia memegang peranan sangat
penting dalam proses kehidupan. Proses pengolahan pangan, dan dibidang kedokteran. Oleh
karena itu untuk memperdalam pengertian ilmu biokimia, maka mahasiswa diwajibkan untuk
mengikuti perkuliahan dan praktikum bidang biokimia.

Praktikum biokimia sangat penting bagi mahasiswa untuk melihat sendiri secara
realistis proses biokimiawi dengan menggunakan peralatan laboratorium. Selain itu
praktikum merupakan pelatihan bagi mahasiswa untuk membuat suatu larutan, mengukur
kadar atau senyawa dan mengenal beberapa peralatan laboratorium. Sehubungan dengan
keterbatasan dana dan waktu yang tersedia, maka praktikum dilaksanakan secara sederhana
dengan beberapa acara praktikum. Dalam praktikum yang akan diadakan, yakni
penganalisaan kadar protein, karbohidrat, dan juga lemak atau lipid dalam sebuah makanan.

1. Protein
(akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan
fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan
enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural
atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai
antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme

1
yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof) (Anonim,
2011).

2. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O,
misalnya glukosa (C6H12O6). Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau
keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisa.
Molekul karbohidrat terdiri atas atmo-atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus aldehid
atau gugus keton. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Salah satu
perbedaan utama antara pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya,
diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Karbohidrat sangat akrab denga kehidupan manusia, karena ia adalah sumber
energi utama manusia. contoh makanan yang mengandung karbohidrat adalah
pada tepung, gandum, jagung, beras, kentang, sayur-sayuran dan lain
sebagainya.
3. Lemak ( Lipid )
Lemak ( Lipid ) merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga merupakan
sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein.
Satu minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein
dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat
hampir di semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda.
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi
hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada
perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan
minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada
strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.

2
B. TUJUAN

1. Menganalisa kadar protein dalam makanan.


2. Menganalisa kadar karbohidrat dalam indikator sari pati.
3. Menganalisa kadar lemak atau lipid dalam kacang kedelai.
4. Mampu melaksanakan praktikum analisa kadar protein, karbohidrat, dan lemak di
dalam sebuah makanan.

C. MANFAAT

1. Bagi Praktikan
a) Mahasiswa mengetahui alat, bahan, serta cara pelksanaan analisa dalam
praktikum.
b) Mahasiswa bisa membedakan kadar protein, karbohidrat, dan juga lemak dalam
sebuah makanan.
2. Bagi Program studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a) Menambah ilmu dan pengetahuan mahasiswa menjadikan kemajuan bagi program
studi K3.
b) Melaksanakan praktikum sesuai dengan jadwal dan di akhir praktikum di berikan
tugas berupa laporan untuk menguatkan hasil praktikum sehingga bisa memajukan
program studi K3.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh
makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi. Setiap jenis gizi yang kita
dapatkan mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber tenaga yang
kita dapatkan sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat
adalah sari pati. Protein digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan kita,baik
otak maupun tubuh kita. Lemak digunakan oleh tubuh kita sebagai cadangan makanan
dan sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat,
dan lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh kita saat kita
membutuhkan energi.

a. PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam
struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).

b. KARBOHIDRAT
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik yang
tersusun hanya dari atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Bentuk molekul
karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana. Banyak

4
karbohidrat yang merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta bercabang-cabang.
Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dan sumber tenaga yang
terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan. Selain itu, karbohidrat juga menjadi
komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti
selulosa, pektin, serta lignin. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga
berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan
penting dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel
dengan mengikat protein dan lemak.

c. LEMAK
Lemak sama dengan minyak. Orang menyebut lemak secara khusus bagi
minyak nabati atau hewani yang berwujud padat pada suhu ruang. Lemak juga
biasanya disebutkan kepada berbagai minyak yang dihasilkan oleh hewan, lepas
dari wujudnya yang padat maupun cair. 1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori.
lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen
Dalam pengujian makanan diperlukan reagen sebagai berikut :

1) BIURET
Uji biuret merupakan sebuah uji kimia untuk protein dan polipeptida.
Hal ini didasarkan pada pereaksi biuret, larutan biru yang mengubah violet
pada kontak dengan protein, atau zat-zat denganikatan peptide.

2) BENEDICT
Reagen Benedict adalah bahan kimia pereaksi bernama setelah seorang
kimiawan Amerika, Stanley Rossiter Benediktus. Benedict's reagen digunakan
sebagai ujian bagi kehadiran mengurangi gula . Hal Ini termasuk semua
monosakarida dan disakarida , laktosa dan maltosa . Bahkan lebih umum, kita
coba Benediktus akan mendeteksi kehadiran aldehid (kecuali yang aromatik),
dan alpha-hydroxy-keton , termasuk yang terjadi di ketoses tertentu. Cara
kerja Benedict:
Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa,
di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga(salah satu
kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan

5
mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini
CU2+ tereduksi menjadi CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa
memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu
mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.

3) LUGOL
Lugol diperoleh dari ahli kimia dan apoteker yang berlisensi untuk
mempersiapkan dan mengeluarkan solusi. Indikator ini, juga disebut noda,
digunakan di berbagai bidang. Solusi ini digunakan sebagai tes indikator
keberadaan pati dalam senyawa organik, dengan yang bereaksi dengan
memutar sebuah dark-blue/black.

6
BAB III
PROSEDUR ERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat :
a. Protein :
1) Spektrofotometer Visible (Labo)
2) Tabung reaksi
3) Tabung Kjeldahl
4) Pemanas Kjeldahl
5) Alat distilasi
6) Buret 50 ml
7) Erlenmeyer 250 ml
8) Spatula
9) Kertas timbang
10) Batu didih
11) Gelas ukur 25 ml
12) Pipet tetes
13) Corong gelas
b. Karbohidrat :
1) Tabung reaksi
2) Pipet tetes
3) Rak tabung reaksi
4) Gelas kimia
5) Erlenmeyer
6) Oven ( pemanas cairan )
c. Lemak :
1) Mortar dan alat penumbuk
2) Pipet tetes
3) Tabung reaksi
4) Oven ( pemanas cairan )
5) Erlenmeyer
6) Desikator

7
7) Kertas saring
8) Sokhlet
9) Timbangan

2. Bahan :

a. Protein :
1) Lar. H2SO4 pekat
2) Garam Kjeldahl
3) Lar. Asam Borat
4) Dedak (pakan ternak)
5) Bakso
6) Lar. Protein standar
7) Aquades
8) Lar.HCl 0,02 N
b. Karbohidrat :
1) Indikator pati
2) Aquades
3) Filtrat
4) Larutan luftschrol
5) Reagen ( KH : 20%, H2SO4 : 26,5%, Na2So4O3 : 0,1N )
c. Lemak :
1) Cairan n-xesan
2) Minyak terlarutdengan hexan
3) Kacang kedelai

8
B. Cara Kerja

1. Protein :
a) Metode Kjeldahl
pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses
destilasi dan tahap titrasi.
1) Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4.
Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa
campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4
atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan
dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah
disebutkan tadi, kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga
mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau
sebaliknya.
2) Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama
destilasi tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya
gelembung gas yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia
yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4
% dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia
lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin
dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi
indikator misalnya BCG + MR atau PP.
3) Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir
titrasi ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan
tidak hilang selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
%N = × N. NaOH × 14,008 × 100%

9
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam
borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
asam khlorida 0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda.
%N = × N.HCl × 14,008 × 100 %
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan
mengalikan suatu faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini
tergantung pada persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Langkah kerja menggunakan metode ini sebagai berikut :
(1) destruksi
ii. Penimbangan sempeldan gram kjeldahl dan masukkan ke dalam labu
destruksi
iii. Memasukkan H2SO4 paket 20 ml dan batu didih kedalam labu destruksi.
iv. Merangkai alat destruksi
v. Melakukan proses destruksi sampai warna larutan dalam labu berwarna
biru beniing.
vi. Dinginkan larutan dan tambahkan 100 ml aquadest
(2) Destilasi
i. Menyiapkan alat destilasi
ii. Menambahkan NaOH 30% kedalam alat destilasi
iii. Memasangkan labu destruksi pada alat destilasi
iv. Memasangkan destilat yaitu berupa asam borat 2% 100 ml yang
ditambahkan indikator campuran
v. Penambahan larutan NaOH 30% hingga volumenya kurang lebih 200 ml.
vi. Menutup aliran NaOH kemudian menyalakan steam. Destilasi berjalan
sampai destilat bervolume 200 ml.
vii. Mematikan steam kemudian buka aliran keluar untuk mengeluarkan
NaOH.
viii. Matikan steam lalu buka aliran keluar untuk mengeluaran NaOH
(3) Titrasi
i. Menyiapkan larutan HCl dalam buret dan bakukan dengan larutan boraks.
ii. Menistrasi destilat menggunakan HCl
iii. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan warna merah muda.

10
b) Metode Lowry
Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam rangka penentuan
konsentrasi preotein, yaitu metode Biuret, Lowry, dan lain sebagainya. Masing-
masing metode mempunyai kekurangan dan kelebihan. Pemilihan metode yang
terbaik dan tepat untuk suatu pengukuran bergantung pada beberapa faktor seperti
misalnya, banyaknya material atau sampel yang tersedia, waktu yang tersedia
untuk melakukan pengukuran, alat spektrofotometri yang tersedia (VIS atau UV).
Reagen pendeteksi gugus-gugus fenolik seperti reagen folin dan ciocalteu
telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal dengan metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana
reagen folin ciocalteu apat mendeteksi residu tirosin (dalam protein) karena
kandungan fenolik dalam residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan
fosfomolibdat, yang merupakan konstituen utama reagen folin ciocalteu, menjadi
tungsten dan molibdenum yang berwarna biru. Hasil reduksi ini menunjukkan
puncak absorbsi yang lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode folin
ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung
dengan ion-ion Cu.
Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari fosfotungstat-
fosfomolibdad (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri dari Na-carbonat 2% dalam
NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartat 2%. Cara penentuannya seperti berikut:
1 ml larutan protein ditambah 5 ml Lowry B, digojong dan dibiarkan selama 10
menit. Kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A digojong dan dibiarkan 20 menit.
Selanjutnya diamati OD-nya.
Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan
terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-
Ciocalteu, kompleks phosphomolibdat phosphotungstat
(phosphomolybdotungstate), menghasilkan heteropoly molybdenum blue akibat
reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang
memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara kolorimetri.
Metode Lowry mengkombinasikan pereaksi biuret dengan pereaksi lain
(Folin-Ciocalteauphenol) yang bereaksi dengan residu tyrosine dan tryptophan
dalam protein. Reaksi ini menghasilkan warna kebiruan yang bisa dibaca di antara
500 – 750 nm, tergantung sensitivitas yang dibutuhkan. Akan muncul puncak

11
kecil di sekitar 500 nm yang dapat digunakan untuk menentukan protein dengan
konsentrasi tinggi dan sebuah puncak besar disekitar 750 nm yang dapat
digunakan untuk menentukan kadar protein dengan konsentrasi rendah.
Berawal dari pemanfaatan alat spektrofotometer yaitu untuk mengukur jumlah
penyerapan zat suatu senyawa. Penyerapan cahaya pada senyawa larutan tersebut,
dalam spektrofotometri dapat digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam
penentuan konsentrasi larutan atau senyawa secara kuantitatif. Dalam pratikum
ini penggunaan KMnO4 bertujuan untuk memudahkan dalam pengenalan dan
latihan awal spektrofotometri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada
kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry
adalah lebih sensitif (100 kali) daripada metode Biuret.
Beberapa zat yang bisa mengganggu penetapan kadar protein dengan metode
Lowry ini, diantaranya buffer, asam nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen,
gliserol, Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida,
fenolat, asam urat, guanin, xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-
agen ini dapat diminimalkan dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat
dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk mengkoreksi absorbansi.
Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi
dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan
protein.
Langkah kerja menggunakan metode ini sebagai berikut :
1) Pembuatan larutan standar protein
(1) Menimbang padatan protein murni sebanyak 0,0292 gram.
(2) Melarutkan dengan aquadesh pada gelas kimia
(3) Memasukkan pada labu ukur 250 ml, lalu menanda batasi.
(4) Mengambil 0,1 ml, 0,2 ml, 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, 1,0 ml dan memasukkan
pada tabung reaksi.
(5) Menambahkan aquadesh hingga volume 4,0 ml.
(6) Menambahkan 5,5 ml pereaksi lowry A, kocok dan didiaman selama 15 menit.
(7) Menambahkan 0,5 ml lowry pereaksi B, kocok dengan cepat.
(8) Diamkan selama 30 menit sampai cairan berwarna biru.
2) Pelarutan sempel
(1) Menimbang sempel bakso sebanyak 3,2048 gram
(2) Larutkan dengan 50 ml aquadesh pada gelas kimia

12
(3) Menyaring dan mengambil filtratnya
(4) Memipet 0,5 ml larutan sempel ( filtrat )
(5) Menambahkan aquadesh sampai volume total 4,0 ml
(6) Menambahkan 5,5 ml pereaksi campuran, kocok dan di diamkan selama 15
menit.
(7) Menambahkan 0,5 ml pereaksi fenol, kocok dengan cepat
(8) Didiamkan selama 30 menit sampai warna cairan menjadi biru
3) Pengukuran larutan standar protein dan sampel
(1) Memasukkan blangko dan larutan standar tengah
(2) Melakukan uji panjang maximum didapat pada A : 670 nm
(3) Mengukur blanko dan auto zero-kan pada alat
(4) Mengukur dan mencatat absorbansi setiap konsentrasi standar
(5) Membuat kurva standar dari hasil pengukuran tersebut
(6) Mengukur dan mencatat absorbansi sampel bakso
2. Karbohidrat :
a) 5 ml sampel + 100 ml aquadesh kemudian kocok didalam tabung reaksi
b) 25 ml filtrat + 25 ml larutan luft schorl dan kocok di dalam tabung reaksi yang
beda
c) Siapkan erlenmeyer + bata didih
d) Didihkan menggunakan oven hingga 10 mnt
e) Kemudian dinginkan
f) Larutkan bersama cairan KH 20% 15 ml + H2SO4 26,5% sebanyak 25 ml
g) Kemudian lakukan titrasi dengan Na2S2O3 0,1N + indikator pati 1%
h) Kemudian amatilah.
3. Lemak :
a) Siapkan 5 gram sampel berupa kacang kedelai
b) Larutkan bersama 400 ml n-xesan
c) Kemudian masukkan kedalam labu destraksi
d) Kemudian lakukan ekstraksi dengan soxlet selama kurang lebih 1 jam
e) Gabungkan minyak terlarut dengan hexan
f) Bahan hasil ekstraksi di oven hingga 1 jam pelaksanaan dengan suhu 100oC
g) Kemudian hitunglah.
h) Perhitungan berat awal – berat hasil ekstraksi

13
C. Hasil

1. Protein :
a. Metode Kjeldahl
1) Kadar Air Sampel Bakso
Berat Cawan Konstan = 33,1540 gram
Berat Cawan + Sampel = 38,1597 gram
Berat Sampel (w1) = 38,1597 – 33,1540 = 5,0057 gram
2) Setelah cawan di oven pada suhu 110oC selama 90 menit
Penimbangan 1 : 34,6795 gram
Penimbangan 2 : 34,4198 gram
Penimbangan 3 : 34,3935 gram
3) Berat sampel setelah dikeringkan (w2): 34,3935 – 33,1540 = 1,2395 g
Kehilangan berat (w3) : 5,0057 – 1,2395 = 3,7662 g
Persen kadar air (wet basis): = 75,24 %
4) Pembakuan HCl

Berat Boraks = 1,9037 gram

Mr Boraks = 381,37 gram/mol

BE Boraks = 381,37/2 = 190,685

Volume larutan = 50 ml

Volume analit = 10 ml

Volume titran = 21,8 ml

14
5) Kadar Protein Bakso 1 (1,0776 g bakso)

b. Metode Lowry

15
1) Penentuan absorbansi larutan standar

Konsentrasi larutan = 20 ppm

Volume larutan = 10 mL

Larutan standar merupakan 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mL larutan 20ppm protein yang
diencerkan dengan air, NaCO3, CuSO4, dan pereaksi fenol sampai volume 10mL

Pengukuran Absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 670nm

Standar
V (mL) A
No
1 0,00 0,000
2 0,10 0,013
3 0,20 0,031
4 0,40 0,073
5 0,60 0,120
6 0,80 0,162
7 1,00 0,190

2) Perhitungan ppm protein dalam larutan standar


 Blanko : 0 ppm  0,10 ml lar. Standar protein 20
ppm
 V1.C1 = V2.C2
 0,10 mL x 20 ppm = 10 mL x C2
 C2 = 0,20 ppm

 0,20 ml lar. Standar protein  0,40 ml lar. Standar protein 20


20 ppm ppm
 V1.C1 = V2.C2  V1.C1 = V2.C2
 0,20 mL x 20 ppm = 10 mL  0,40 mL x 20 ppm = 10 mL x C2
x C2  C2 = 0,8 ppm
 C2 = 0,4 ppm

 0,60 ml lar. Standar protein  0,80 ml lar. Standar protein 20


20 ppm ppm
 V1.C1 = V2.C2  V1.C1 = V2.C2
 0,60 mL x 20 ppm = 10 mL  0,80 mL x 20 ppm = 10 mL x C2
x C2  C2 = 1,6 ppm
 C2 = 1,2 ppm

16
 1,00 ml lar. standar protein
20 ppm
 v1.c1 = v2.c2
 1,00 ml x 20 ppm = 10 ml x
c2
 c2 = 2 ppm

3) Dengan perhitungan, diperoleh data seperti pada tabel dibawah

Kons. protein (ppm) A


0,0 0,000
0,2 0,013
0,4 0,031
0,8 0,073
1,2 0,120
1,6 0,162
2,0 0,190

4) Dari data larutan standar tersebut dibuat grafik linear seperti berikut

17
5) Perhitungan Konsentrasi Analit/sampel

18

You might also like