Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
faktor resiko ynag mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya
pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumnuh kembang selanjutnya, sehingga
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR
berkaitan denagn tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat
berdampak sarius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini
masih tergolong tinggi, makan kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000
kelahiran idup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah
karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan negara-negara di
ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahirn bayi berat lahir
rendah (BBLR), sementara itu pravelansi BBLR pada saat ini di perkirakan 7-
14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2010)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih
dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram.
1
Secara global di perkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana
17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara
berkembang.
Bayi incubator adalah tempat penyimpanan adalah tempat penyimpanan
bayi yang lahir. Suhu di dalam bayi incubator di sesuaikan denagn suhu tubuh
ibunya yaitu sekitar 36-37’C, perlengkapan sebuah bayi incubator pada
umumnya terdiri dari sensor suhu, heater, dan sistem alarm (buzzer). Setting
suhu dilakukan dengan menekan tombol pemilihan (keypad) dan di tampilkan
pada LCD, sehingga sensor suhu di gunakan IC LM35 yang mendeteksi suhu
didalam incubator.
Informasi mengenaiefek samping incubator yang dapat menyebabkan
dampak buruk terhadap kesehatan bayi sempat mencuat pemberitaanya
beberapa waktu lalu.Tak ayal hal ini membuat resah beberapa orang yang
bayinya sedang dirawat di incubator.Selama ini, incubator di gunakan para
dokter untuk menjaga kondisi bayi yang premature dalam beberapa minggu
ini.Fungsi utama alat ini adalah menjaga supaya udara hangat tetap
menyelimuti tubuh bayi. Namun begitu, penggunaan mesin penggerak atau
motor telah menimbulkan medan magnet di sekitar alat dan tempat bayi.
Metode kangguru adala hmetode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke
kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kangguru.Denagan
metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir premature
dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan kangguru.
Metode kangguru ini memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik
dengan dunia luar.Perawatan kangguru ini telah terbukti dapat menghasilkan
pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama serta denyut jantung dan
pernapasan yang stabil pada bayi premature. Perawatan kulit ke kulit
mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, hal ini mempererat
2
ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasilan pemberian ASI
(Hederson, 2006)
Perawatan metode kangguru (PMK) atau kangguru mother care
merupakan suatu cara perawatan untuk bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) dengan meniru binatang kangguru yang meletakkan bayinya yang
selalu lahir premature (kurang bulan) dalam kantongnya hingga siap untuk
hidup di dunia luar.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana gambaran tentang asuhan
keperawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR), perawatan bayi dengan
incubator, dan juga perawatan bayi dengan metode kangguru.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep dasar tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2) Asuhan keperawatan pada bayi BBLR
3) Perawatan bayi di dalam incubator
4) Definisi dan manfaat perawatan dengan metode kangguru
5) Prinsip perawatan metode kangguru
6) Tujuan metode kangguru
7) Manfaat perawatan metode kangguru
8) Teknik penerapan metode kangguru pada bayi BBLR
C. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah dan metode
penulisan makalah ini. Bab II berisi tentang konsep asuhan keperawatan padi
bayi engan BBLR, perawatan abyi dengan incubator, dan perawatan bayi
3
dengan metode kangguru atau kangguru mother care. Bab III merupakan
bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan pada bayi dengan BBLR (berat badan lahir rendah)
1. Konsep Dasar BBLR
a. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir
rendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta
penyakit kronis di kemudian hari (WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR
sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki
risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi
yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009). Bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari
2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau
pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).
BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :
1) Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
5
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa
gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
6
minggu preterm, aterm dan
posterm
4. Alat kelamin Pria : Pria :
Scrotum datar, Testis tidak turun,
lembut dan kadang ruge mungkin
belum bisa dibedakan banyak/ tidak pada
jenis kelaminnya scrotum
Wanita : Wanita : labia minora
Labia datar dan lebih besar dari labia
klitoris sangat mayora dengan
menonjol klitoris menonjol
5. Gerak Pergerakan kurang Tampak gesit, aktif
dan lemah dan kuat
BALLARD SCORE
7
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
8
Gambar II.3. Postur Bayi
9
Gambar II.4. Square Window
c. Arm Recoil
10
Gambar II.5. Arm Recoil
d. Popliteal Angle
11
untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami
kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang
e. Scarf Sign
12
Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu
harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan
amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada
lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2);
garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) (Gambar II.7).
f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul
dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior
fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi
dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa
memaksa, pertahankan panggul pada permukaan
13
meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji
mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat
sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1);
hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan
femoralis (4) (Gambar II.8).
a. Kulit
14
mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul
ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan
kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada
kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan
lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit
menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix,
yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan
pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban.
Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan
mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen
b. Lanugo
15
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada
daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas
dan bawah dari punggung bayi (Gambar II.
c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini
kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan.
Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki
lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan
terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis
pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras
atau etnis tertentu.
16
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai
garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi
tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang
dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan
skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. Hasil
pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel (Gambar II.10).
d. Payudara
17
Gambar II.11. Payudara Neonatus
e. Mata/Telinga
18
Gambar II.12. Pemeriksaan Daun Telinga
19
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor
dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan
palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini
dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral
yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.
f. Genital (Pria)
20
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan
membentuk rugae (Gambar II.14) .
21
g. Genital (wanita)
22
Gambar II.15. Penilaian Genitalia Neonatus Wanita
Interpretasi Hasil
23
b. Etiologi
1) Faktor Ibu
a) Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b) Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c) Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d) Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
24
2) Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Mitayani, 2009):
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3) Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
4) Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
5) Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
6) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
7) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
25
8) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari
33cm.
9) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
10) Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
11) Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
12) Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
13) Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
14) Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.
d. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
26
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang
pada bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional
paru-paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai
akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum
kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan
dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari
dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu
dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali.
Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada
bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system
integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet,
system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang
bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat
pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh
(Ngastiyah, 2005)
27
Pathways
Faktor Pencetus
BBLR
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna
Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis respiratoris
Penurunan BB/kematian
Gangguan pertukaran
gas
28
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009) :
1) Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi)
ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan
kesulin bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar
glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR,
karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
29
3) Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya
4) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5) Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
30
akan melahirkan bayi dengan defisiensi surfaktan. Karena paru-paru
janin berhubungan dengan cairan amnion dapat untuk menilai
produksi surfaktan. Karena paru-paru janin berhubungan dengan
amnion , maka jumlah fosfolipi dalam cairan amnion dapat untuk
menilai produksi surfaktan . karena paru-paru janin berhubungan
dengn cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan amnion
dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolak ukur
kematangan paru, dengan cara menghitung rasio lesitin/sfingomielin
dari cairan amnion. Sfingomielin adalah fosfolipid yang berasal dari
jaringan tubuh lainnya kecuali paru-paru.Jumlah lesitin meningkat
dengan bertambahnya gestasi, sedangkan sfingomielin jumlahnya
menetap. Rasio L/S biasanya 1:1 pada gestasi 31-31 minggu, dan
menjadi 2:1 pada gestasi 35 minggu. Rasio L/S 2:1 aau lebih diaggap
fungsi paru telah matang sempurna, rasio 1,5-1,9 sejumlah 50% akan
menjadi RDS, dan rasio kurang dari 1.5 sejumlah 73% akan menjadi
RDS. Bila radius alveolus mengecil, surfaktan yang memiliki sifat
permukaan alveolus, dengan demikian mencegah kolapsnya alveolus
pada waktu ekspirasi.
31
Jenis Surfaktan
32
Surfanta dibuat dari paru anak sapi, dan mengandung
protein, kelebihan surfanta biologi dibanding sintetik terletak
di protein.
g. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
33
0
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan
yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
5) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris
dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit
kulit.
6) Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ),
terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi
berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
34
2. Asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Oktober 2014/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 Oktober 2014 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR,
Asfiksia Berat, neonatus Infeksius
2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
35
lahir yaitu 1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung
menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang),
oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk
mendapat tindakan lebih lanjut.
36
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh
perawat dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung
rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya
saat berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan
ayahnya tidak boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari
pihak rumah sakit.
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam
sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam,
lembek cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers
dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
37
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa
kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-
22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya
sendiri, dan selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis
lemah,perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah
simetris,rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri,
sclera tidak ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2
lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang
selang OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada
luka
38
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar
gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri
simetris, RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit,
terpasang infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran
hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia
mayora belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki
kanan terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak
ikterik, turgor kulit cukup
9. Therapi
39
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%
10. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 16-10-2014
Hematologi
Kimia Klinik
B. Analisa Data
N DATA PROBLEM ETIOLOGI
O
1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO : subkotis tipis
40
- Akral sedikit dingin
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
- Keadaan umum lemah tidak adekuat
- Lahir premature 30
minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/uL
3 DS : - Ketidakseimbang Prematuritas,
DO : an nutrisi : ketidakmampuan
- Terpasang selang OGT kurang dari mengabsorbsi
- Reflek hisap lemah kebutuhan tubuh nutrisi
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan
DO : jalan nafas cairan di rongga
- Terpasang ventilator paru
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi
C. Diagnosa Keperawatan
41
N TANGGA DIAGNOSA KEPERAWATAN PARA
O L F
D. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
N TT
KEPERAWATA TUJUAN TINDAKAN RASIONAL
O
N
1 Ketidakefektifan Setelah - Observasi - Sebagai
bersihan jalan dilakukan TTV, cuping acuan
nafas tindakan hidung, penatalaksan
keperawatan retraksi dada aan tindakan
selama 3x24 - Berikan - Mensuplai
jam jalan nafas terapi O2 O2 dalam
adekuat, 2lt/menit tubuh
dengan kriteria - Posisikan - Memberikan
hasil : klien semi rasa nyaman
- Pernafasan fowler klien
adekuat 16- - Jaga - Jalan nafas
30 x/menit kepatenan tidak ada
- Perkusi jalan nafas : sumbatan
42
paru sonor suction
- Auskultasi
vesikuler
- Tidak ada
penumpuka
n cairan di
paru
2 Resiko hipotermi Setelah -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan dilakukan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan tindakan sekali penatalaksan
subkotis tipis keperawatan aan tindakan
selama 3x24 - Mengikuti
jam hipotermi -Atur suhu program
tubuh stabil , incubator yang
dengan kriteria sesuai indikasi dianjurkan
hasil : -Hindarkan
- Suhu tubuh bayi kontak
normal 36- langsung
37,5°C dengan
- Akral sumber
hangat dingin/panas - Menjaga
- Bayi tidak -Ganti popok kenyamanan
menggigil bila basah klien
43
dengan kebutuhan - Pasang - membantu
prematuritas, nutrisi selang OGT suplai nutrisi
ketidakmampuan terpenuhi , untuk tubuh
mengabsorbsi dengan kriteria - indikasi bayi
nutrisi hasil : mampu
- BB - Kaji menyerap
seimbang kemampuan nutrisi
2500-3500 reflek hisap - mengatur
gram keseimbanga
- Reflek - Monitor n cairan
hisap kuat asupan pada klien
- Intake ASI intake dan
adekuat output cairan - asupan
- Kolaborasi nutrisi bayi
dengan ahli bisa
gizi untuk tercukupi
pemberian
nutrisi
4 Resiko infeksi Setelah - Pantau tanda - Sebagai
berhubungan dilakukan gejala acuan
dengan tindakan infeksi : penatalaksan
Prematuritas dan keperawatan suhu, lekosit, aan tindakan
system imun yang selama 3x24 penurunan
tidak adekuat tidak terjadi BB
infeksi, dengan - Batasi - Memberi
kriteria hasil : jumlah kenyamanan
- Tidak ada pengunjung pada klien
tanda tanda
infeksi
- Jumlah - Gunakan - Agar tidak
lekosit teknik terjadinya
44
dalam aseptic infeksi pada
batas selama klien
normal berinteraksi
5000- dengan klien
10000 - Bersihkan - Menjaga
incubator incubator
secara tetap terjaga
berkala kebersihann
ya
- Berikan anti - Mencegah
biotik sesuai penyebaran
advis dokter infeksi
45
E. Implementasi Keperawatan
NO TANGGAL TT
TINDAKAN RESPON KLIEN
DX JAM
1,2 17 Okt 2014 - Mengobservasi S:-
,3, 08.00 ttv,cuping hidung retraksi O : Nadi : 132x/mnt ,
4 dada RR : 40x/mnt , S : 36,2
46
3 14.00 -mengkaji reflek hisap S:-
O : Reflek hisap klien
tampak lemah
3 15.00 -memasang selang OGT S:-
O : Terpasang selang
OGT pada klien
3 18.00 -mengkolaborasi dengan S:-
ahli gizi untuk pemberian O : klien mendapat diit
nutrisi susu 30cc/OGT
1 18 oktober 2014 - memberikan terapi O2 S:-
03.00 2lt/menit O : klien tampak
terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2
88%
1 05.00 - menjaga kepatenan jalan S:-
nafas : suction O : Cairan dalam
tabung suction tampak
jernih
1,2 10.00 - mengobservasi ttv,cuping S : -
,3, hidung retraksi dada O : Suhu : 36°C Nadi :
4 100x/menit, RR :
48/menit
4 10.15 - memberikan anti biotik S:-
sesuai advis dokter O : klien mendapat
terapi PO Ferlin drop
1x0,3cc
3 12.00 - mengkaji kemampuan S:-
reflek hisap O : reflek hisapklien
masih tampak lemah
2 13.00 - mengatur suhu incubator S:-
47
sesuai indikasi O : Terlihat suhu
incubator klien 34oC
4 17.00 - membatasi jumlah S :-
pengunjung O : tampak hanya ada
satu pengunjung di
ruangan
3 17.30 - Memonitor asupan S:-
intake dan output cairan O : terlihat diit yang
diberikan habis, tidak
ada residu
3 20.00 - mengkolaborasi dengan S:-
ahli gizi untuk pemberian O : klien mendapat diit
nutrisi susu BBLR 30cc/OGT
48
4 12.40 - memberikan anti biotik S:-
sesuai advis dokter O : klien terpasang
infus umbilical 5%
dengan teraphi PO
Ferlin drop 1x0,3cc
3 14.00 - mengkolaborasi dengan S:-
ahli gizi untuk O : klien masih
pemberian nutrisi terpasang OGT dengan
diit 30cc
F. Evaluasi
NO TANGGAL TT
EVALUASI
DX JAM
1 17-10-2014 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2 98% , auskultasi paru :
ronchi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi
dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S:-
O : Suhu : 36,2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
49
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 14.00 S:-
O : BB : 1060gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 14.00 S:-
O : Hasil leukosit klien 24.7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan tekhnik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
1 18-10-2014 S:-
14.00 O : Cairan dalam tabung suction tampak jernih
50
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/m
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi
dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
3 14.00 S:-
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan
diit 30cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 14.00 S:-
O : Leukosit 24.7
51
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- gunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
1 19-10-2014 S:-
14.00 O : Klien tampak terpasang ventilator O2
2ltr/mnt dengan SPO2 90% , auskultasi : ronchi
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/
- Jaga kepatenan jalan napas (suction)
- Observasi ttv,cuping hidung,retraksi
dada
- Posisikan klien semi fowler
2 14.00 S :-
O : Suhu 36,4oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan
sumber dingin/panas
- Ganti popok bila basah
52
3 14.00 S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus
umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi
4 14.00 S:
O : Hasil leukosit 24,7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- pantau tanda gejala infeksi suhu , lekosit,
penurunan BB
- berikan antibiotic sesuai advis dokter
- batasi jumlah pengunjung
- gunakan teknik aseptic selama
berinteraksi dengan klien
- bersihkan incubator secara berkala
53
B. Perawatan bayi dengan inkubator
54
c. Membungkus dengan selimut hangat.
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan.
55
kadar bilirubin dalam darahnya sebagai akibat hati bayi yang belum bekerja
sempurna.
Bayi premature juga mendapat bantuan pernapasan dalam bentuk
bantuan oksigen dalam jumlah tertentu. Hal ini pun harus di lakukan dengan
hati-hati, sebab jumlah kadar oksigen pada bayi premature harus di
perhatikan dengan benar. Bila jumlah oksigen pada bayi premature terlalu
sedikit, jumlah karbondioksidanya akan meningkat. Akibatnya, pembuluh
darah di otak akan melebar, bahkan bisa percah, dan mengakibatkan
perdarah di otak. Sebaliknya bila oksigen terlalu banyak, maka pembuluh-
pembuluh darah bisa menyempit, dan mengakibatkan sel-sel tubh bayi
kurang mendapatkan makanan.
56
perawatan intensif. Kesukaran bernafas adalah masalah yang paling biasa
pada bayi yang lebih kecil.
57
2. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan air yang
tidak dapat dirasakan dan intake cairan yang tidak adekuat
a. Perencanaan/Intervensi :
Mempertahankan jalur intravena dan memonitor infiltrasi
Memberikan cairan yang tepat dan jumlah yang tepat per jam
Amati tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit, output urin, membran
mukus, karakter fontanel.
Timbang secara harian pada waktu yang sama
b. Evaluasi : Bayi kehilangan berat badan minimal dan bertambah terus.
b.Evaluasi :
58
b. Evaluasi : Bayi mempertahankan kesehatan kulit
b. Evaluasi :
Bayi tidak mengalami tekanan hawa dingin
Bayi mempertahankan temperatur yang stabil
59
• •Anjurkan orangtua untuk berkunjung dan melakukan tugas
pengasuhan pada bayi
b. Evaluasi :
• Orangtua mengindikasikan pengetahuan dan keahlian dengan
melaksanakan tugas-tugas pengasuhan.
• Orangtua mengunjungi NICU secara reguler
60
b. Hangatkan inkubator sampai suhu yang diinginkan sebelum meletakkan
bayi di dalamnya.
c. Bersihkan kasur dan tutupi dengan lembaran seprei bersih.
d. Pastikan bahwa reservoir air inkubator kosong; bakteri yang berbahaya
dapat berkembang dalam air dan menginfeksi bayi. Membiarkan
reservoir kering tidak akan mempengaruhi fungsi inkubator.
e. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup
kecuali jika bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk
pengamatan atau prosedur.
f. Letakkan hanya satu bayi dalam tiap inkubator.
g. Tutup kap, secepat mungkin setelah meletakkan bayi di dalamnya, dan
pertahankan jendela inkubator tetap tertutup setiap saat guna
mempertahankan kehangatan inkubator.
h. Periksa suhu inkubator setiap jam selama delapan jam pertama kemudian
setiap 3 jam.
i. Ukur suhu bayi setiap jam selama delapan jam pertama kemudian setiap 3
jam, jika suhu bayi kurang dari 36,5°C atau lebih dari 37,5°C, sesuaikan
suhu inkubator berdasarkan suhu tersebut.
j. Berikan bayi kepada ibu segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan
perawatan khusus dan prosedur serta terapi yang sering
Pada intinya ada 4 cara bayi baru lahir kehilangan panas yaitu :
61
2. Radiasi meliputi kehilangan panas melalui pemancaran panas dari tubuh
bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Hal ini terjadi misalnya
bayi yang baru lahir segera di taruh di ruang ber-AC yang dingin maha
suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya terpancar ke sekitarnya
yang bersuhu lebih rendah misalnya 200 C
3. Konduksi yaitu cara kehilangan panas melalui persinggungan dengan
benda yang lebih dingin. Hal ini terjadi misalnya bayi baru lahir
telanjang ditimbang pada alas timbangan logam tanpa alas maka akan
ada panas dari tubuh bayi yang pindah ke alas logam timbangan tersebut
4. Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini terjadi
misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela atau pintu yang
terbuka maka akan ada aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin)
yang akan berpengaruh pada suhu bayi
62
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif
cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan
yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu
tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR
tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu
dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui
kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai
pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan
antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
(Perinansia, 2008).
63
3. Tujuan merode kangguru
Ibu bertindak seperti ibu kangguru yang mendekap bayinya dengan tujuan
mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh
dengan kontak langsung secara terus-menerus.
64
Bagi Petugas Kesehatan
Bagi petugas kesehatan akan bermanfaat dari segi efisiensi tenaga
karena ibu lebih banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian,
kebutuhan petugas akan berkurang. Bahkan petugas dapat melakukan tugas
lain yang lebih memerlukan perhatian dari petugas misalnya pemeriksaan
lain atau kegawatan pada bayi maupun memberi dukungan kepada ibu dalam
menerapkan perawatan metode kanguru.
Bagi Negara
1) Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini dapat dilakukan
dalam skala makro, maka dapat menghemat devisa (import susu
formula).
2) Dengan peningkatan pemanfaatan ASI kemungkinan bayi sakit lebih
kecil dan ini tentunya menghemat biaya perawatan kesehatan yang
dilakukan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta (WHO,
2003).
65
d) Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos dalam
(laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya,
agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika
bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada
ibu dan bayi seluas-luasnya
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai
baju yang longgar dan berkancing depan.
66
Gambar 2.2 perawatan metode kanguru
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai
popok dan memakai kaus kaki.
j) Selamaperpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek, dll),
dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi
dalam posisi kanguru.
67
lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang
rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan
stabil dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.
Kemampuan untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan
merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat dimulai meskipun
pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga
meningkatkan asupan ASI.
Jangka Waktu
Selama ibu dan bayi merasa nyaman, kontak kulit langsung ibu-
bayi dapat berlanjut selama mungkin, pertama di institusi, kemudian
68
dilanjutkan di rumah. Biasanya diteruskan hingga mencapai waktu tertentu
(sampai mencapai usia kehamilan sekitar 40 minggu atau berat badan 2500
g). Setelah itu biasanya bayi sudah menunjukkan tanda-tanda kurang
nyaman dalam kondisi kanguru. Bayi akan mulai menggeliat untuk
menunjukkan bahwa ia merasa tidak nyaman, menarik badannya keluar,
menangis dan menjadi rewel tiap kali si ibu mencoba melakukan kontak
kulit. Pada saat inilah secara berangsur-angsur bayi mulai dilepaskan dari
PMK. Tentu saja menyusui tetap berlanjut. Ibu dapat kembali melakukan
kontak kulit sesekali waktu misalnya setelah bayi mandi atau bila udara
dingin pada malam hari, atau ketika bayi memerlukan kehangatan.
69
Gambar 2.4 menyusui dalam PMK
70
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat
kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian
hari (WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar
dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih
tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-
3.499 gram (Muthayya, 2009). Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia
gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37
minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth
retriction) (Wong, 2008).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
71
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi
berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C,
bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan
berat kurang dari 2000 gram
72
DAFTAR PUSTAKA
73