You are on page 1of 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Infeksi Menular Seksual (IMS)


2.1.1 Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah suatu penyakit infeksi yang kebanyakan
ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal, atau lewat vagina), selain itu juga
dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan. Kuman
penyebab infeksi tersebut dapat berupa jamur, virus dan parasite (Widyastuti,
2009).
Pertama kali penyakit ini disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease
(VD) yang berasal dari kata Ueuus(dewi cinta), namun saat ini sebutan yang paling
tepat adalah Sexually Transmitted Infection (STI) yang berarti penyakit-penyakit
yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin (Daili, 2010).
Penyakit IMS disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri yang berbeda, virus dan
parasite dan tersebar temtama melalui kontak seksual, termasuk vagina, anal dan
oral seks (Najmah, 2016). Pada umumnya seseorang tidak sadar dirinya menderita
IMS karena bersifat asimptomatik atau tidak menunjukkan gejala khusus.
Penyakit ini memiliki pengamh yang besar pada kesehatan seksual dan
reproduksi di seluruh dunia dan juga termasuk diantara 5 penyakit yang pelayanan
kesehatannya dicari masyarakat untuk mengobati IMS tersebut. Namun, ketika
gejala yang ada timbul pada seseorang, perasaan malu, stigmatisasi ataupun
keduanya membuat banyak individu yang terkena IMS mencari pengobatan di
luar pelayanan kesehatan, yaitu dengan pengobatan tradisional, pengobatan
mandiri dengan alternative atau obat bebas di pasaran, bahkan tidak berobat sama
sekali.
Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular
dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik
hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis
kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan
penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada
daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital. Kelompok umur
yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS adalah kelompok remaja
sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
2.1.2 Tanda dan Gejala
Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:
1. Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut atau
bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang sangat sakit
disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,
kehijauan, berbau atau berlendir.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak
menyebabkan sakit atau burning urination.
d. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
e. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan
tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran
reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam sistemik
reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )
f. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
2. Laki-laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus , mulut atau
bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang sangat
sakit di sekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama
atau setelah urination.
d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong
zakar.

2.1.3 Kelompok Perilaku Resiko Tinggi


Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan perilaku resiko
tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar
terserang penyakit tersebut.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
1. Usia
a. 20 – 34 tahun pada laki – laki
b. 16 – 24 tahun pada wanita
c. 20 – 24 tahun pada pria dan wanita
2. Pelancong
3. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
4. Pecandu narkotik
5. Homo seksual.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan IMS


1) Faktor dasar
a) Adanya penularan penyakit
b) Berganti-ganti pasangan seksual
2) Faktor medis
a) Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis,
b) Pengobatan modern,

c) Pengobatan yang mudah, murah, cepat, dan efektif, sehingga risiko resistensi
tinggi, dan bila disalahgunakan akan meningkatkan risiko penyebaran infeksi,
3) IUD dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan kehamilannya saja, berbeda
dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai alat pencegahan terhadap
penularan infeksi IMS,
4) Faktor sosial seperti mobilitas penduduk, prostitusi, waktu yang santai, kebebasan
individu, dan ketidaktahuan (Daili, 2003).

2.1.5 Macam-macam infeksi menular seksual


Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi empat
kelompok yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik,
Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata,
Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies.
2.1.6 Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual
Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual dibedakan menjadi
dua, yaitu IMS mayor ( penularannya dengan hubungan seksual ) dan IMS minor (
Penularannya tidak harus dengan hubungan seksual ).
1) IMS mayor
a. Gonore

a) Etiologi Gonore: Neisseria gonorrhoeae .


b) Masa inkubasi : Pria 2-5 hari, gejala pada wanita sulit diketahui oleh
karena sering asimtomatik .
c) Cara Penularan Penyakit Gonore:
Orang yang terkena gonore umumnya tertular pertama kali dengan orang
yang terinfeksi saat melakukan hubungan seksual melalui vagina, oral,
anus. Sedangkan kontak non seksual terjafi pada ibu hamil yang terkena
gonore kemudian menularkan pada anaknua saat prose persalinan.
Bakteri ini masuk melalui lapisam dalam uretra (saluran kemih), leher
rahim, rektum (jalur usus besar ke anus) dan tenggorokkan atau bagian
putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke
bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore
bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul
sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
d) Gejala klinis: Pria duh tubuh uretra, kental, putih kekuningan atau
kuning, kadang-kadang mukoid atau mukopurulen; eritema dan atau
edema pada meatus. Sedangkan pada wanita seringkali asimtomatik,
apabila ada duh tubuh serviks purulen atau mukopurulen, kadang-kadang
disertai eksudat purulen dari uretra atau kelenjar Bartholini. Pada wanita
biasanya datang berobat setelah ada komplikasi antara lain servisitis,
bartilinitis, dan nyeri pada panggul bagian bawah.
e) Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: sediaan langsung, kultur
(biakan), tes betalaktamase, tes Thomson.
f) Komplikasi : Pada pria epididimitis, orkitis => infertilitas, sedangkan
komplikasi pada wanita adneksitis, salpingitis => kehamilan ektopik,
infertilitas, striktur uretra, konjungtivitas, meningitis, dan endokarditis .
g) Pencegahan : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan dan
menggunakan kondom.

b. Sifilis

a) Etiologi Sifilis : Treponema Palidum.


b) Merupakan penyakit menahun dengan remisi dan ekserbasi,dapat menyerang
seluruh organ tubuh. Mempunyai periode laten tanpa manifestasi lesi pada
tubuh,dan dapat di tularkan dari ibu kepada janinnya. Sifilis di bagi menjadi
sifilis akuisita (di dapat) dan sifilis kongenital. Sifilis akuisita di bagi menjadi
3 stadium, yaitu Stadium I (Sifilis Primer), Stadium II (Stadium Sekunder),
Stadium III (Sifilis Lanjut).
c) Mekanisme Penularan Penyakit
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain
seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak
dalam uterus). Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina,
anus, atau di dubur. Luka juga dapat terjadi di bibir dan dalam mulut, Wanita
hamil dengan penyakit ini dapat terbawa ke bayi. Spirochaeta penyebab
sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan
genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini
juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa
kehamilan. Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah
terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh
manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki
vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang
kecil. Sifilis sangan infeksius pada tahap 1 dan 2. selain juga dapat
disebarkan per-plasenta.
d) Gejela Klinis
a. Stadium I (Sifilis Primer)
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat
khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras
(indurasi), dasar ulkus bersih dan bewarna merah seperti plak, dan
soliter (biasanya hanya 1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki
biasanya terdapat pada preputium, ulkus koronarius, batang penis dan
skrotum. Pada wanita di labium mayora dan minora, klitoris dan
serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya pada anus,
rektum, bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara (Barakbah,
2008).
b. Stadium II (Sifilis Sekunder)
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada
kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise.
Juga adanya kelainan kulit dan selaput lendir dapat diduga sifilis
sekunder, bila ternyata pemeriksaan serologis reaktif. Lesi kulit
biasanya simetris, dapat berupa makula, papul, folikulitis,
papulaskuomosa, dan pustul. Jarang dijumpai keluhan gatal. Lesi
vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. Pada sifilis
sekunder yang mengalami relaps, lesi sering unilateral dan berbentuk
arsiner. Pada kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten
alopecia yang dimulai pada daerah oksipital (Daili, 2003).
c. Stadium III (Sifilis Lanjut)
Kecuali gumma, lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada
bagian ujung arteriol dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan
peradangan dan nekrosis (Daili, 2003). Pross gumma juga terjadi pada
laring, paru, gastrointestinal, hepar, dan testis. Pada kardiovaskuler,
sifilis III menyebabkan miokarditis, gangguan katup jantung dan
aneurisma aorta (Barakbah, 2008).
e) Diagnosis: di tegakan dengan diagnosis klinis di konfirmasi dengan
pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan lapangan gelap (pemeriksaan
lapangan gelap, mikroskop fluorensi) menggunakan bagian dalam lesi guna
menemukan T.pallidum. Selain itu menggunkan penentuan antibody dalam
serum ( tes menentukan anti body nonspesifik, tes menentukan antibodi
spesifik, antibody terhadap kelompok antigen yaitu tes Reiter Protein
Complement Fixation).
f) Upaya Pencegahan :
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di cegah dengan
cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan
kondom. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar
tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :
o Tidak berganti-ganti pasangan.
o Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan
pempratikkan ‘protective sex’.
o Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi
darah yang sudah terinfeksi.

c. Ulkus Mole

a) Etiologi: Haemophillus ducreyi gram negatif streptobacillus, biasa disebut


chancroid merupakan penyakit infeksi genentalia akut.
b) Gejala klinis : Ulkus multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi
bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah
bening inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema di
atasnya, seringkali disertai tanda-tanda fluktuasi, biasanya tidak disertai
gejala sistemik.
c) Diagnosis ulkus mole di tegakan berdasarkan riwayat pasien, keluhan dan
gejala klinis,serta pemeriksaan labolatorium. Pemeriksaan langsung bahan
ulkus dengan pengecatan gram memperlihatkan basil kecil negatif gram yang
berderat berpasangan seperti rantai di intersel atau ekstrasel. Dengan
menggunkan kultur H.ducreyi, pemeriksaan yang di peroleh lebih akurat.Bahan
di ambil dari dasar ulkus yang di peroleh lebih akurat. Bahan di ambil dari
dasar ulkus yang purulen atau pus. Selain itu bisa dengan tes serologi ito-
Reenstierma ,tes ELISA, presipitin, dan aglutinin.
d) Komplikasi : Luka terinfeksi dan menyebabkan nekrosis jaringan.
e) Pencegahan: Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, dan menggunakan kondom.

d. Limfogranuloma Venerum

a) Limfogranuloma Venerum adalah infeksi menular seksual yang


mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama
pada daerah genital, inguinal, anus, dan rectum.
b) Penyebabnya adalah Clamydia trachomatis, yang merupakan organisme
dengan sifat sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan sel,
metabolisme, struktur, maupun kepekaan terhadap antibiotika dan
kemoterapi, dan sebagian lagi bersifat seperti virus yaitu memerlukan sel
hidup untuk berkembang biaknya.
c) Gejala penyakit berupa malaise, nyeri kepala, athralgia , anoreksia, nausea,
dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening inguinal
medial dengan tanda – tanda radang.Penyakit ini dapat berlanjut
memberikan gejala – gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi.
d) Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan gambaran klinis, tes GPR, tes Frei,
tes serologi, pengecatan giemsa dari pus bubo,dan kultur jaringan.
e) Komplikasi : Elefantiasis genital atau sindroma anorektal
f) Pencegahan : Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan,

e. Granuloma Inguinal
Granuloma Inguinal merupakan penyakit yang timbul akibat proses granuloma
pada daerah anogenital dan inguinal. Etiologinya adalah: Donovania granuloma
( Calymatobacterium granulomatosis ). Lebih banyak menerang usia aktif ( 20 –
40 tahun ) . Dan lebih sering terdapat pada pria dari pada wanita.Perjalanan
penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, awalnya timbul lesi
bentuk papula atau vesikel yang berwana merah dan tidak nyeri, perlahan
berubah menjadi ulkus granulomatosa yang bulat dan mudah berdarah,
mengeluarkan sekret yang berbau amis.

2) IMS Minor
a. Herpes Genitalis

a) Herpes genitalis adalah infeski pada genital yang disebabkan oleh Herpes
simpleks virus dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok
dengan dasar eritema dan bersifat rekurens. Hubungan resiko yang
beresiko tinggi dengan seseorang penderita herpes dapat meningkatkan
resiko terkena virus herpes simpleks.
b) Manifestasi klinis di pengaruhi oleh faktor hospes, pajanan HSV
sebelumnya, episode terdahulu dan tipe virus. Daerah predileksi pada pria
biasanya di preputium, gland penis, batang penis, dapat juga di uretra dan
daerah anal (homoseksual).Sedangkan pada wanita biasanya di dareah
labia mayor atau labia minor, klitoris, introitus vagina, serviks.
c) Gejala klinis: diawali dengan papul – vesikel. Ulkus/erosi multipel
berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri dan edema di
inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai gejala sistemik.
Herpes genital dapat kambuh apabila ada faktor pencetus daya tahan
menurun, faktor stress pikiran, senggama berlebihan, kelelahan dan lain-
lain. Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer
d) Komplikasi dapat ditumpangi oleh infeksi bakteri lain. Pencegahannya
tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada pasangan,
menggunakan kondom, dan hindari faktor pencetus.

b. Tricomoniasis

a) Merupakan infeksi dari penyakit protozoa yang disebebakan oleh


Trichomonas vaginalis, biasanya di tularkan melalui hubungan seksual
dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada pria
maupun wanita,namun peranannya pada pria sebagai penyebab penyakit
masih diragukan.
b) Gejala pada wanita sering asimptomatik . Bila ada keluhan biasanya
berupa sekret vagina yang berlebihan dan berbau.Sekret berwarna
kehijauan dan berbusa.
c. Kandidiasis vaginalis

a) Kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang


disebabkan oleh candida, candida albicans dan ragi (yeast) lain
(terkadang C.glabarata) dari genus candida.
b) Kandida pada wanita umumnya infeksi pertama kali timbul pada vagina
yang di sebut vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis),jika
mukosa vagina dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiosis
vulvovaginalis ( KVV).
c) Gejala penyakit ini adalah rasa panas dan iritasi pada vulva, selain itu
juga sekret vagina yang berlebihan berwarna putih susu. Pada dinding
vagina terdapat gumpalan seperti keju.
d. Vaginosis bacterial

a) Adalah suatu sindrom perubahan ekositem vagina dimana terjadi


pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi H2O2 di
vagina dengan bakteri anaerob ( seperti Prevotella Sp, Mobiluncus
Sp,Gardenerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis) yang

menyebabkan peningkatan pH dari nilai kurang 4,5 sampai 7,0.9

b) Wanita dengan vaginosis bacterialis dapat tanpa gejala atau mempunyai


bau vagina yang khas seperti bau ikan, amis, terutama waktu
berhubungan seksual. Bau tersebut di sebabkan karena adanya amin yang
menguap bila cairan vagina menjadi basa

e. Kondiloma Akuminata

a) Kondiloma Akuminata ialah infeksi menular seksual yang disebabkan


oleh human papiloma virus (HPV) dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim genital warts,kutil
kelamin, penyakit jengger ayam Untuk kepentingan klinis maka KA
dibagi menjadi 3 bentuk: bentuk papul, bentuk akuminata, bentuk datar.
Meskipun demikian tidak jarang di temukan bentuk peralihan.
b) Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis. Untuk lesi yang
meragukan bisa menggunakan asam asetat 5 % yang di bubuhkan ke lesi
selama 3-5 menit,lesi kondiloma akan berubah menjadi putih.Dapat juga
dilakukan pemeriksaan histopatologis.

f. Skabies
Adalah penyakit kulit yang disebebkan oleh infestasi dan sensitisasi
Sarcoptes Scabies Var. hominis .Gambaran klinisnya terjadi pada malam
hari karena aktifitas tungau meningkat padasuhu kulit yang lembab dan
hangat. Lesi khas adalah papul yang gatal sepanjang terowongan yang
berisi tungau . Lesi pada umumnya simetrik dan berbagai tempat
predileksinya adalah sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan
tangan. Aerola mammae, umbilicus, penis, aksila, abdomen, bagian bawah,
dan pantat.

g. AIDS
Acquired Imunodeficiency Syndrome adalah kumpulangejala yang timbul
akibat menurunnya kekebalan suhu tubuh yang di peroleh,di sebabkan oleh
human imunodeficiency virus ( HIV ).11,12 AIDS disebebkan oleh masuknya
HIV kedalam tubuh manusia. Jika sudah masuk dalam tubuh ,HIV
akanmenyerang sel- sel darah putih yang mengatur system kekebalan
tubuh,yaitu sel –sel penolong,” sel T Helper”
Gejala mayor:
- Penurunan BB yang mencolok/ pertumbuhan abnormal
- Diare kroniklebih dari 1 bulan
- Demam lebih menjadi 1 bulan
- Limfadenopati umum
- Kandidiasis orofaring
- Infeksi umum berulang
- Batuk lebih 1 bulan
- Dermatitis umum
- Infeksi HIV maternal
2.2 Manajemen Varney
Manajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah-langkah
dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak
bidan dalam pengambilan keputusan. Klinis untuk mengatasi masalah.
Langkah-langkah tersebut yaitu:
a. Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang lengkap dan
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
1) Tanggal dan Jam pemeriksaan : untuk memastikan ketepatan waktu
dan menentukan kunjungan ulang.
2) Tempat : mengetahui identiitas tempat pemeriksaan.
3) No. Register : memundahkan pencarian dalam rekam medis.

A. Data Subjektif : data yang diperoleh dari klien dan merupakan hasil
anamnesa.
1. Identitas/budaya
a. Nama Istri/ nama suami : mempermudah mengenali ibu dan
suaminya serta mencegah kekeliruan. (Hani, dkk. 2011 :87)
b. Umur
Umur ibu, menururt Suparyanto dalam karya tulis ilmiah
tentang kandidiasis pada WUS (Rhomi, 2014 :18), mengatakan
bahwa usia subur wanita memiliki kesempatan 95% untuk
hamil. Pada usia 30 atau lebih persentasenya menurun hingga
90%. Sedangkan usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga
menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun wanita hanya mempunyai
kesemaptan maksimal 10% untuk hamil.
c. Agama
Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut klien sebagai dasar
dalam memberikan asuhan.
d. Pendidikan
Untuk menyesuaikan komunikasi sehingga seorang klien akan
paham dengan penyuluhan yang kita sampaikan. (Fraser. 2011 :
168).
e. Pekerjaan
Pekerjaan ibu perlu diketahui apakah ada pengaruh pada
kehamilan, seperti bekerja dipabrik rokok, percetakan, dan lain-
lain (Romauli, 2011 : 163)
f. Penghasilan
Mengetahui tingkat ekonomi ibu. Menurut Wen dkk dalam
Bobak (2005:778), ibu berpenghasilan rendah lebih cenderung
terdisposisi pada penyakit komplikasi obstettrik selama hamil
(plasenta previria, solusio plasenta, premature, IUGR, BBLR).
g. Alamat
Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya
tentang kehamilannya serta untuk kunjungan rumah jika
diperlukan ( Hani dkk, 2011 : 07).
h. Nomor telepon
Untuk menghubungi ibu jika ibu tidak melakukan kunjungan
sesuai jadwal yang telah disepakati.
2. Alasan datang
Pemerikasaan kehamilan atau kunjungan ulang atau ada keluhan
yang dirasakan ibu hamil. (sulistyawati, 2009 : 167).
3. Keluhan utama
Mengetahui masalah/ketidaknyamanan yang dihadapi ibu selama
hamil ini. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Keluhan yang dapat
muncul pada kondisi infeksi menular seksual adalah luka dengan
atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian
tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil diikuti luka yang sangat sakit
disekkitar alat kelamin, cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina
bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau, dan berlendir, sakit saat
buang air kecil, tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh
disekitar alat kelamin, sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa
sakit yang hilang muncul dan tidak berkaitan dengan menstruasi
bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi, dan kemerahan
disekitar alat kelamin (Daili et al, 2011).
4. Riwayat menstruasi
Memberikan tentang kesan faal alat reproduksi atau kandungan,
meliputi :
a. Menarch : tingkat kesuburan seorang wanita.
b. Siklus : mengetahui keteraturan saat menstruasi . lebih awal atau
lebih lambat. Normalnya 25 - 32 hari (pada Bacterial Vaginosis,
Servisitis dan Kandidiasis dapat berlangsung lebih pendek, dan
dapat ditemukan metrorargia) (Daili et al, 2011).
c. Lama : memastikan tanggal bersihnya , apakah itu merupakan
darah menstruasi atau darah Hartman sign. Normalnya 6-8 hari
(pada Bacterial Vaginosis, Servisitis dan Kandidiasis dapat
berlangsung lebih pendek, dan dapat ditemukan metrorargia)
(Daili et al, 2011).
d. Jumlah : menentukan apakah darah menstruasi atau darah
hatman sign. Normalnya 2-4 pembalut/hari, namun pada
Bacterial Vaginosis, Servisitis dan Kandidiasis dapat
berlangsung lebih pendek, dan dapat ditemukan metrorargia)
(Daili et al, 2011).
e. HPHT : membentu penetapan tanggal perkiraan kelahiran.
f. Fluor albus : cairan vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan,
berbau, dan berlendir (Daili et al, 2011).
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
a. Kehamilan
Untuk mengetahui ketidaknyamanan atau masalah yang
dirasakan ibu pada kehamilan yang lalu yang dapat
menimbulkan bahaya jika terjadi dikehamilan sekarang
(gestosis) seperti preeklampsi, perdarahan pervaginam, pusing
hebat, pandangan kabur, kejang-kejang, bengkak ditangan dan
wajah.
b. Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, tempat persalinan,
penolong persalinan, komplikasi selama persalinan, keadaan
bayi baru lahir, serta keadaan anak sekarang. Jika wanita pada
kelahiran terdahulu melahirkan dengan cara bedah sesar,
untuk kelahiran saat ini mungkin melahirkan pervaginam.
c. Nifas
Mengetahui adanya masalah yang terjadi selama nifas.
Adakah panas, perdarahan, kejang-kejang dan laktasi.
(Romauli, 2011 : 165)
Salah satu faktor resiko terjadinya infeksi menular seksual
adalah multi paritas dan penggunaan alkon khususnya AKDR dan
alkon dengan hormon kombinasi (Daili et al, 2011).

6. Riwayat kehamilan sekarang


a. Trimester I
Berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya kehamilan,
ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda,
obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
b. Trimester II
Berisis trentang ANC diaman dan berapa klai, keluhan, obat
yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. Sudah atau belum
merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan gerakan janin
(gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan pada usia
18 minggu dan pada multigravida 16 minggu ), serta
imuniasasi yang pernah didapat.
c. Trimester III
Berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan, obat
yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. (Hani, dkk. 2011
:126).
7. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui tingkat kesiapan ibu dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan. Ditanyakan menikah atau tidak, berapa
kali menikah (Hani, dkk, 2011 : 126). Jika hamil diluar nikah dan
kehamilan tersebut tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu
akan sangat mebenci kehamilannya (Sulistyawati, 2009 :101).
8. Riwayat kesehatan ibu
Infeksi Menular Seksual, bahayanya dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian janin dalam
kandungan, infeksi perinatal, IUGR, kelainan konginentalm
ketuban pecah dini, prematuritas, chorioamnionitis, infeksi
puerpuralis, bayi berat badan lahir rendah, dan infeksi neonatal
(Agustini dan Arsani, 2013).
9. Riwayat kesehatan keluarga
Informasi tentang keluarga pasien penting untuk mengidentifikasi
wanita yang beresiko menderita penyakit genetic yang dapat
mempengaruhi kehamilan (Romauli, 2011 :167). HPV
merupakanjenis virus DNA yang menyebabkan gen cacat yang
dapat diturunkan secara genetic karena kerusakan pada tingkat
DNA tidak dapat diperbaiki (Daili et al, 2011).
10. Riwayat Kontrasepsi
Apakah sebelumn hamil ini ibu menggunakan kontrasepsi atau
tidak, jika ya ibu menggunakan kontrasepsi jenis apa, sudah
berhenti berapa lama, keluhan selama menggunakan kontrasepsi
dan rencana penggunaan kontrasepsi setelah melahirkan. Hal ini
untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB
atau tidak (Romauli, 2011 :164). Penggunaan alkon khususnya
AKDR dan alkon dengan hormon kombinasi dapat menyebabkan
terjadinya infeksi menular seksual (Daili et al, 2011).
11. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Untuk mengetahui asupan nutrisi untuk pemenuhan kebutuhan
ibu dan janin sehari-hari serta persiapan persalinan. Energy
2300 kkal. Protein 65 gram, kalsium 1,5gram/hari (trimester
akhir membutuhkan 30-40 gram), zat besi rata-rata 3,5 gr/hari,
fosfor 2 gr/hari, dan vitamin A 50 gram. Dapat diperoleh dari
3x makan dengan komposisi satu centong nasi, satu potong
daging/ telur/tahu/tempe, satu mangkuk sayuran dan satu gelas
susu dan buah. (Sulistyawati, 2009 :63). Gizi rendah asam
folat, vitamin E dan C merupakan salah satu faktor Bacterial
Vaginosis, Servisitis dan Kandidiasis (Daili et al, 2011).
b. Pola istirahat
Mengetahui kebiasaan/pola istirahat ibu dalam sehari.
Kebutuhan istirahat ibu hamil yaitu istirahat malam 8-10
jam/hari, dan istirahatsiang 1-2 jam/hari (Sulistyawati, 2009 :
63).
c. Pola eliminasi
Mengetahui apakah ada masalah dalam hal pola eliminasi.
Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester II yaitu sering
kencing, nyeri pinggang, konstipasi (Sulistyawati, 2009 : 63).
Pada ibu yang menderita infeksi menular seksual dapat
mengalami nyeri saat berkemih (Daili et al, 2011).
d. Pola Aktifitas
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun tidak
terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan menganggu
kehamilannya. Ibu hamil utamanya trimester III membuthkan
bantuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Kelelahan
dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada
setiap ibu hamil, mmisalnya perdarahan dan abortus
(Sulistyawati, 2009 :64). Infeksi menular seksual dapat
disebabkan oleh aktifitas seksual yang tidak baik (dimulai
pada saat usia dinidan multi partner) dan aktifitas yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan
imunitas menurun sehingga rentan terhadap infeksi (Daili et
al, 2011).
e. Riwayat seksual
Pada ibu hamil trimester III tidak boleh terlalu sering dan hati-
hati karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan
persalinan premature (Sulistyawati, 2009 : 64). Wanita yang
mengkomersialkan kewanitaannya kepada beberapa pria,
rentan terjadi infeksi genitalia interna sampai ke panggul bila
tidak terdeteksi dan diobati sejak dini. Ada rasa sakit ketika
melakukan hubungan seksual (Daili et al, 2011).
12. Riwayat Psikolososial
Faktor-faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial,
persepsi tentang hamil, apakah kehamilannya direncanakan atau
diiinginkan serta bagaimana dukungan keluarga (Sulistyawati,
20019 : 173). Kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif, free
sex, budaya berganti-ganti pasangan (misal penduduk primitive
papua) merupakan faktor penyebab terjadinya infeksi menular
seksual (Daili et al, 2011).

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Naik/tidak, cemas/tidak, utnuk mengetahui keadaan umum
klien secara keseluruhan. (Sulistyawati. 2009 :174).
b. Kesadaran
Pemilaian Glasgow coma scale (GCS), compos mentis (sadar
penuh), apatis (perhatian kurang). (Rukiyah, 2011 : 97).
c. Tekanan darah
Tekanan darah dikatan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Nila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan atau diastolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat
berlanjut mmenjadi preeclampsia dan eklampsi (Romauli,
2011 : 173).
d. Nadi
Nadi ibu hamil 80-90 x/menit. (Sulistyawati, 2009 : 61)
e. Suhu
0
Normal 36,5-37,5 C. bila suhu ibu hamil >37,5 dikatan
kemam, berarti ada infeksi dalam kehamilan (Romauli, 2011 :
173).
f. Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi system pernafasan. Normalnya 16-24
x/menit (Romauli, 2011 : 173).
g. Berat badan
Untuk memnatau perkembangan berat badan tiap bulannya
paakah mengalami penambahan atau penurunan. Kenaikan BB
tiap minggunya adalah 0,4-0,5 kg/minggu.
h. LILA
Lila > 23,5 cm. LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indicator
kuat untuk status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga ibu
beresiko melahirkan BBLR (Romaulli, 2011 :173).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Muka
Terdapat edema/tidak, terdapat chloasma/tidak,
pucat/tidak, ekspresi ibu (kesakitan/tidak). Edema
menunjukkan adanya penyakit jantung, penyakit ginjal,
preeclampsia berat, kekurangan gizi, anemia. (Manuaba,
2007 :215).
2) Mata
Kondisi konjungtiva, sclera icterus apa tidak. Edema
kelopak maya menunjukkan kemungkinan klien menderita
hipoalbunemia, tanda PEB dan anemia. Konjungtiva pucat
atau cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya
(kadar hemoglobin) secara kasar (manuaba, 2007 : 162).
3) Hidung
Simetris, ada secret, polip, dan kelainan lain.
4) Mulut dan Gigi
Kondisi bibir, adakah sariawan, adakah caries, adakah gigi
berlubang. Gigi berlubang dan caries pada iu hamil
sebaiknya segera dibersihkan dan di tambal karena dapat
menyebabkan infeksi. Gambaran gangguan gigi dan lidah
akibat mual muntah atau hipersalivasi (Manuaba,
2001:162).
5) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid/tidak, adanya pembendunan
vena jugularis/tidak. Ibu hamil dengan pembesaran
kelenjar tirodi berhubungan dengan gangguan fungsi
kelenjar tersebut. (Saifuddin, dkk. 2009 : 289). Adanya
pembesaran limfe merupakan salah satu tanda terjadinya
infeksi (Daili et al, 2011).
6) Payudara
Hiperpigmentasi areola, putting susu menonjol,
kelenjarmontgomery tampak (Manuaba, 2007 :215).
7) Abdomen
Bentuk bujur/lintang, adakah bekas operasi/tidak, terdapat
striae gravidarum. ( Manuaba. 2007 : 215).
Pada ibu yang menderita infeksi menular seksual
terdapat nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari
pada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya
bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang
panggul akan sulit ditegakkan. Bila sudah terjadi iritasi
peritonium, maka akan terjadi “reburn tanderness” nyeri
tekan dan kekakuan otot sebelah bawah. Tergantung dari
berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula
disertai gejala ileus paralitik (Daili et, al. 2011).
8) Genetalia
Kebersihan genetalia, adakah varises, adakah keputihan,
adakah tanda-tanda penyakit menular. Pengeluaran fluor
karena infeksi dengan diagnosis banding trichomonas
vaginalis atau candida albicans serta infeksi vaginosis
bakterialis. Kondiloma akuminata terjadi karena infeksi
virus, jika ukurannya besar sebaiknya persalinan melalui
SC( Manuaba, 2007 : 163).
Pada ibu yang menderita IMS terdapat cairan yang
tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,
kekuningan, kehijauan, berbau, atau berlendir, terdapat
tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar
kelamin, serta sakit saat buang air kecil (Daili et al, 2011).
9) Ekstermitas
Adakah edema tungkai, adakah varises, kaki sama panjang
atau tidak. Edema tungkai sebagai tanda kemungkinan
terjadinya preeclampsia, bendungan akibat kepala sudah
masuk PAP dan tekanan pada vena cava inferior
(Manuaba, 2007 : 163).
b. Palpasi
1) Leher
Tampak tidaknya bendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar limfe, dan pembesaran kelenjar tiroid. Bendungan
vena diakibatkan oleh penyakit jantung (Manuaba, 2007 :
215).
2) Payudara
Payudara teraba atau tidak benjolanm abnormal, kolostrum
ada/tidak. (Saifudin, 2009 : 179).
3) Abdomen
a) Leopold I
Untuk menentukan bagian apa yang teraba di fundus,
menentukan tinggi fundus uteri. Tanda kepala : keras,
bundar, melenting. Tanda bokong : lunak, kurang
bundar, kurang melenting. (Medforth, 2012 : 47)
b) Leopold II
Untuk menentukan bagian apa yang terletak disamping
kiri dan kanan. Letak punggung : keras, datar,
memanjang.
c) Leopold III
Untuk menentukan bagian terbawah janin dan apakah
bagian terbawah sudah masuk PAP atau belum.
d) Leopold IV
Untuk menetukan seberapa jauh bagian terendah
masuk PAP. Leopold IV dilakukan jika kepala sudah
masuk PAP.
4) Ekstermitas
Adanya odema pada ekstermitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga preeclampsia, siabetes
mellitus, jantung, dan kekurangan albumin darah.
(Manuaba, 2007 : 151).
Pada ibu yang menderita infeksi menular seksual terdapat
nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol dari pada nyeri di
kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila
terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan
sulit ditegakkan. Bila sudah terjadi iritasi peritonium, maka
akan terjadi “reburn tanderness” nyeri tekan dan kekakuan otot
sebelah bawah. Tergantung dari berat dan lamanya
peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus
paralitik (Daili et, al. 2011).
c. Auskultasi
Terdengarnya detak jantung janin menunjukkan bahwa janin
hidup. Janin sehat jumlah detak jantungnya 120-140 kali/menit.
(Manuaba, 2007 : 161).
d. Perkusi
Tungkai, reflek patella (+), bila refelk patella negative berarti
berkaitan dengan kekurangan vitamin B1, penyakit saraf, dan
intoksikasi magnesium sulfat (Manuaba, 2007: 161).
3. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan tiap trimester atau jika ada indikasi.
a. Pemeriksaan Hb
Untuk mengetahui apakah ibu anemia tau tidak, golongan
darah, serta rhesus
Kadar Hb >10-11 gr% ≥ 7-10 gr% < 7 gr%
Klarifikasi Anemia Anemia Anemia berat
ringan sedang
.
b. Glukosa dalam urine, untuk memastikan adanya diabetes
mellitus. Kemungkinan glukosaria yang terjadi setelah makan,
disebabkan intolerasni insulin, tetapi keadaan ini cepat menjadi
normal kembali. Pemeriksaan glukosa urine dengan
menggunakan fehling :
Jernih Jernih
Hijau Hijau
dengan dengan
dengan dengan
endapan endapan
sedikit endapan
kuning merah
Warna Tetap endapan kuning
kemerahan bata
urine biru kuning (kadar
(kadar (kadar
(kadar gula gula 500-
gula 1400- gula >
100-500 1400
2000 2000
mg/dl) gr/dl)
gr/dl) gr/dl)
nilai - + ++ +++ ++++

c. Pemeriksaan protein urine


Peningkatan protein urone terdapat pada penderita
preeclampsia, penyakit jantung, nefritis, dan sistitis.
Pemeriksaan protein urine dengan menggunakan asam asetat :
Lebih keruh Urine jelas
Kekeruhan Sangat keruh
dan urin keruh dan
Kondisi ringan tanpa dan
terdapat berkeping-
urine butiran menggumpal
butiran keping (0,12-
(0,01-0,05) (>0,05)
(0,05-0,2) 0,15)
nilai + ++ +++ ++++

d. Pemeriksaan IMS
1) IVA test
Hasil negatif bila tidak ada lesi bercak putih, positif 1 bila
terdapat lesi bercak putih ireguler dan membentuk sudut
angular, positif 2 bila terdapat lesi bercak putih yang padat
dan berbatas jelas.
2) Papsmear
Hasil kelas I: tidak ditemukan selab normal, kelas 2 :
sitologik atipik tidak ganas, kelas 3 : sitologik sugestif tidak
konklusif ganas, kelas 4 : sitologik sangat sugestif
keganasan, kelas 5 : sitologik konklusif keganasan.
3) Kolposkopi
Untuk menentukan daerah biopsi.
4) Biopsi
Bila hasil biopsi normal, maka tidak ada kelainan atau
keganasan pada jaringan yang diambil. Tapi bila hasil biopsi
dinyatakan abnormal, bukan berarti kanker. Hasil abnormal
berarti ada kelainan pada jaringan yang bisa berarti jinak
atau ganas dengan intrepetasi sebagai berikut :
a) Jinak: Tidak ada sel-sel kanker. Benjolan atau
pertumbuhan berada di bawah kendali dan tidak
menyebar ke area lain dari tubuh.
b) Atypical atau curiga keganasan: Hasil tidak jelas.
Beberapa sel tampak abnormal tetapi tidak pasti kanker.
Biopsi bedah mungkin dibutuhkan untuk mengambil
sampel sel.
c) Ganas: Sel-selkanker, tidak terkontrol dan memiliki
potensi atau telah menyebar ke area lain dari tubuh.

Bila hasil biopsi inconclusive/tidak dapat


disimpulkan/tidak memadai, maka kemungkinan sampel
jaringan yang diambil tidak representative (sampel tidak
cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker) dan
mungkin biopsi harus diulang.
5) Konisasi (conebiopsy)
Sejenis biopsi tetapi pengambilan jaringan abnormal dalam
bentuk kerucut. Bahan/ specimen dikirim ke laboratorium
untuk diidentifikasi patologi anatominya.
(Daili et al, 2011)

c. Diagnosis dan Masalah


Identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat diagnosis dan masalah yang
spesifik. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis. Masalah pada ibu yang
menderita IMS adalah keputihan, gatal, berbau (Daili et al, 2011).
d. Diagnosis dan Masalah Potensial
Mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan
dilakukan pencegahan. IMS jika tidak ditangani dapat berpotensi
menyebabkan PID, infeksi fetus dan neonatus seperti konjungtivitis,
pneumonia, infeksi faring, ensefalitis, defisit neurologis, penurunan fungsi
kognitif, imunodefisiensi. Komplikasi pada kehamilan dan kelahiran dapat
menyebabkan aborsi spontan, prematur, korioamnionitis, endometritis
(Handsfield, 2011).
e. Kebutuhan Segera
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan nakes lain berdasarkan kondisi klien.
f. Rencana Asuhan (Intervensi)
Merumuskannya sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama
klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksankannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan teori yang terbaru. Pada ibu hamil dengan IMS intervensi
yang dapat dilakukan yaitu:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/Dengan mengetahui kondisinya, Ibu akan lebih mudah untuk diajak
bekerja sama dalam menyusun rencana asuhan secara terarah dan
terencana.
2) Lakukan konseling untuk persetujuan (inform consent) kepada
keluarga pasien atas tindakan yang akan dilakukan pada dirinya.
R/ Untuk bukti tertulis (dokumentasi) apabila keluarga pasien
melakukan tuntutan kepada tenaga kesehatan.
3) Berikan HE mengenai kebutuhan nutrisi, personal hygiene dan
kebutuhan fisik, psikologis dan materi.
R/ Menambah pengetahuan pasien agar pasien memiliki persiapan
yang cukup dalam menghadapi penyakitnya.
4) Kolaborasi dengan dokter
R/ Untuk kepastian diagnosa dan pemberian terapi jika perlu
5) Lakukan rujukan
R/Agar masalah pasien dapat segera ditangani sesuai dengan prosedur
dan kebutuhan pasien.
g. Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implementasi)
Dilakukan pelaksanaan langsung secara efisien dan aman. Bila dilakukan
seluruhnya oleh bidan, sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya.
Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan atau belum
h. Evaluasi
Untuk mengetahui keefektifan asuhan yang telah diberikan. Hal ini
dievaluasi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan
masalah yang telah diidentifikasi. Meningat proses manajemen asuhani ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
mnajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak
efektif, serta melakukan penyesuaian rencana asuhan tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ni Nyoman Mestri dan Ni Luh Kadek Alit Arsani. 2013. Infeksi
Menular Seksual dan Kehamilan. Uniiversitas Pendidikan Ganesha,
Singharaja.

Bobak, Lowdermik, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC.

Daili et al. 2013. Tinjauan Penyakit Menular Seksual (PMS). In: Djuanda,
A.,Hamzah, M., and Aisah, S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed.
Jakarta: Balai Penerbitan FKUI, 363-365.

Fraser M. D. Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.

Handsfield, H. H. 2011. Color Atlas & Synopsis of Sexually Transmitted Disease


(3rd ed). McGraw-Hill.

Hani umi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan


Bidan. Jakarta: EGC.

Romauli, S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah dkk, 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Saifudin. 2009. Ilmu Kebidanan, edisi 4, cetakan 2. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati. 2009. Tumbang, status gizi, dan imunisasi dasar. Yogyakarta: Nuha
Medika.

You might also like