Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada akhir abad 100, Sigmund Freud untuk pertama kalinya mengkombinasikan
speklasi-spekulasi filosofis dengan metode ilmiah primitif. Dari pengombinasian antara
spekulasi dan bukti klinis, Freud mengembangkan sebuah teori modern pertama
mengenai kepribadian. Kemudian, sejumlah peneliti lain ikut mengembangkan teori
kepribadian, sebagian dari mereka mengandalkan spekulasi filosofis dan yang lain
berangkat dari bukti empiris, namun tetap saja kedua kubu mengkombinasikan kedua
aspek dalam derajat masing-masing.
Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin persona, mengacu kepada topeng
teatrikal yang dikenakan aktor-aktor zaman Romawi dulu dalam drama-drama Yunani
mereka. Para aktor Romawi Kuno ini mengenakan sebuah topeng (persona) untuk
memproyeksikan sebuah peran ata penampilan yang keliru. Penggalian istilah kepribadian
dengan cara seperti ini tentunya tidak dapat menghasilkan definisi yang bisa diterima.
Meskipun tidak ada definisi tunggal yang diteima oleh semua teoitisi kepribadian
namun dapat dikatakan secara umum bahwa kepribadian (personality) adalah suatu pola
watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi
sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang. Watak (traits) memberikan kontribusi
bagi perbedaan-perbedaan individu dalam perilakunya,konsistensi perilakunya
disepanjang waktu, dan stabilitas perilaku tersebut disetiap situasi. Watak mungkin saja
unik, atau umum bagi beberapa kelompok orang, atau mungkin dimiliki seluruh spesies
manusia namun, polanya selalu berbeda bagi setiap individu. Karena itu, masing-masing
pribadi meskipun mirip dengan yang lain dalam satu-dua hal, tetap memiliki sebuah
kepribadian yang unik. Karakter (characteristic) adalah kualitas unik seseorang yang
mencakup atribut-atribut, seperti temperamen, fisik dan intelegensia.
Teori sosial psikoanalitik Karen Horney dibangun diatas asumsi bahwa kondisi sosial
dan budaya, khususnya pengalaman masa kanak-kanak, sebagian besar bertanggungjawab
bagi pembentukan kepribadian. Manusia yang tidak pernah terpuaskan kebutuhannya atas
cinta dan kasih sayang selama kanak-kanak akan mengembangkan permusuhan dasar
(basic holistic) terhadap orang tua mereka dan sebagai konsekuensinya, menderita
kecemasan dasar (basic anxiety). Seperti teoritikus kepribadian lainnya, pandangan
horney mengenai kepribadian, merupakan refleksi dari pengalaman-pengalaman
hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana gambaran umum psikoanalitik sosial ?
1.2.2 Bagaimana dorongan konfulsif ?
1.2.3 Bagaimana konsep dari konflik intrapsikis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran umum psikoanalitik sosial
1.3.2 Untuk mengetahui dorongan konfulsif
1.3.3 Untuk mengetahui konflik intrapsikis
BAB II
PEMBAHASAN
Horney (1939) membuat hipotesis bahwa masa kanak-kanak yang berat berperan
penting dalam menimbulkan kebutuhan-kebutuhan neurotik. Kebutuhan-kebutuhan
ini menjadi kuat karena hal ini merupakan satu satunya cara bagi sang anak untuk
merasakan perasaan aman. Walaupun demikian satu pengalaman awal tidak bisa
berperan untuk membentuk kepribadian di kemudian hari. Walaupun pengalaman-
pengalaman masa dewasa juga berpengaruh penting, terutama bagi individu normal,
pengalaman masa kanak kanak mempunyai peranan utama dalam perkembangan
kepribadian. Orang orang terus menerus menjalani pola pola tingkah laku yang sama
melakukan hal semacam itu karena mereka mengartikan pengalaman-pengalaman
baru sesuai dengan pola-pola tingkah laku yang sudah berkembang dalam diri mereka.
b. Pengaruh Kultur
Walaupun horney tidak gagal mempertimbangan faktor genetis, ia berulang kali
menitik beratkan pengaruh kultural sebahagi peran utama perkembangan kepribadian
neurotik dan kepribadian normal. Ia menyakini bahwa kultur modern terbentuk
berdasarkan kompetisi antar individual. Daya saing dan rasa permusuhan dasar yang
ditimbulkan oleh kultur modern menyebabkan perasaan terpisah. Perasaan sendiri di
dunia yang tidak ramah ini akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan kasih
sayang (need for affection) yang pada akhirnya membuat orang menilai cinta terlalu
tinggi. Sebagai akibatnya banyak orang melihat cinta dan kasih sayang sebagai
jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi. Memang cinta yang tulus dapat
menjadi pengalaman yang baik dan bermanfaat bagi seseorang. Akan tetapi
kebutuhan akan cinta yang berlebihan akan menjadi dasar yang kuat bagi
berkembangnya neurosis.
Menurut horney, masyarakat Barat mempunyai peranan dalam menimbulkan
lingkaran setan ini diantaranya dalam beberapa hal. Pertama, orang orang dalam
masyarakat diperkenalkan dengan ajaran kultur tentang kekeluargaan dan kerendahan
hati kedua keinginan masyarakat untuk sukses dan berhasil mencapai sesuatu tidak
pernah berakhir ketiga masyarakat Barat meyakinkan orang-orang bahwa mereka
hidup bebas dan dapat memperoleh apapun yang mereka inginkan melalui kerja keras
dan ketekunan. Kontradiksi kontradiksi ini yang ditimbulakan oleh pengaruh
lingkungan dan bukan pengaruh biologis menghasilkan konflik-konflik intrapsikis
yang mengancam kesehatan mental dari orang normal dan menghasilkan rintangan-
rintangan yang sulit dihadapi orang orang neutorik.
Terdapat dua konflik intrapsikis paling penting, yaitu gambaran diri ideal dan
kebencian diri. Gambaran diri ideal merupakan usaha untuk mengatasi konflik dengan
membuat gambaran diri sendiri yang seperti dewa. Kebencian diri merupakan
kecenderungan yang saling berhubungan tetapi juga tidak masuk akal dan kuat untuk
menganggap tendah dirinya yang sebenarnya.
Konflik intrapsikis yang terpenting adalah gambaran diri ideal atau ideal self image
dengan diri yang dipandang rendah atau despised real self. Membangun diri ideal adalah
usaha untuk memecahkan konflik dengan membuat gambaran bagus mengenai diri
sendiri. Diri rendah adalah kecenderungan yang kuat dan irasional untuk merusak
gambaran nyata diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori psikoanalisis sosial Karen Horney dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi
sosial dan kultural, terutama pengalaman masa kanak-kanak sangat berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian seseorang. Individu yang tidak mendapatkan cinta dan kasih
sayang yang cukup selama masa kanak-kanak akan mengembangkan rasa permusuhan
dasar terhadap orang tua mereka, sehingga timbul lah kecemasan dasar di dalam diri
mereka. Untuk melawan kecemasan dasar tersebut, individu melakukan perlawanan
terhadap kecemasan dasar tersebut dengan cara berhubungan dengan orang lain. (1)
Mendekati orang lain, (2) melawan orang lain, (3) menjauhi orang lain. Akan tetapi hanya
individu normal yang melakukan hal tersebut. Berbeda dengan orang neurotik yang
berperilaku kompulsif sehingga cenderung melakukan dengan satu cara. Tingkah laku
mereka yang kompulsif tersebut, berkembang menjadi konflik intrapsikis yang dapat
berupa gambaran diri ideal maupun kebencian diri.
3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, penulis mengetahui bahwa masih banyak
kekurangan untuk itu penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun
agar dalam pembuatan makalah yang akan datang bisa lebih baik dari yang sekarang, dan
semoga dengan membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang Konsep
Psikoanalisis Soasial.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess & Gregory J. Feist. Teori Kepribadian. 2013. Jakarta: Salemba Humanika