Hari Minggu tanggal 21 Maret 2010, pukul 21.25 Wita telah
terjadi kecelakaan Lalu Lintas yakni TABRAK LARI. Bermula dari rasa keingintahuan Korban tentang seorang kemenakan yang belum juga tiba di rumah sejak sore hari karena kemenakan tersebut sedang mengikuti latihan Vocal Group di Gereja. Setelah mengetahui hal tersebut, sekitar pukul 21.23 Wita, Korban segera menyusul ke Gereja dengan tanpa mengenakan baju dan hanya mengenakan celana puntung untuk mengecek keberadaannya. Sementara korban menyebrangi jalan raya, tiba- tiba seorang pengendara sepeda motor ; Pelaku Tabrak Lari, melintas dan langsung menyambar korban. Akan tetapi si Pelaku segera meninggalkan lokasi tanpa menyadari jika tasnya tercecer di atas jalan, yang di dalam tas tersebut berisi sebuah Celana Panjang, Baju Kaos, Baju Beckles Olah Raga, Sejadah, Celana Dalam dua (2) buah dan beberapa Jeruk Nipis. Menurut penuturan saksi mata yang berada sekitar sepuluh (10) meter dari TKP, menuturkan bahwa korban tergeletak persis di seberang jalan dengan kedua kaki menghadap Gereja dan kepala menghadap rumah saksi. ‘Awalnya’, kata saksi ‘kami bisa pastikan bahwa telah terjadi suatu tabrakan, tetapi kami hanya mengira bahwa itu hanya seekor anjing yang tertabrak’. Menjelang 3 menit kemudian, bergerak sebuah mobil dari arah Pomalaa yang akan melintas di TKP, Untungnya pengemudi mobil tersebut melihat dengan jelas bahwa yang sedang tergeletak di atas jalan adalah seorang manusia. Dengan serta-merta, saksi berteriak ke arah Gereja bahwa ada seorang yang telah tertabrak dan sedang tergeletak di atas jalan raya. Mendengar teriakan saksi, keluarlah tiga (3) orang dari dalam Gereja lalu segera menuju TKP. Setibanya di sana, ketiga orang tersebut masih bingung dan tidak mengetahui siapa sebenarnya yang sedang mereka papah karena keadaan sekeliling yang agak gelap. Namun setelah melihat lebih dekat, salah seoarang dari mereka mengenal bahwa ternyata yang sedang mereka papah adalah Om mereka sendiri ( Korban ). Tanpa basa-basi, mereka bertiga langsung mengangkat korban ke rumah korban dengan perasaan panic yg luar biasa.Setelah beberapa menit saling menghubungi antar keluarga di sekitar TKP, mereka langsung membawa korban ke RSUD Kolaka TANPA MELAPORKAN KEJADIAN TERSEBUT KE POLSEK TERDEKAT, dalam hal ini POLSEK Wundulako. Alasan mereka untuk tidak melaporkan kejadian perkara, karena didasari oleh beberapa faktor: 1. Sikap/perasaan panik beserta pemikiran bahwa korban harus segera dilarikan ke Rumah Sakit tanpa hambatan yang sgnifikan dan segera tertolong. 2. Hanya memiliki Pemahaman bahwa melaporkan kejadian tersebut berarti akan berujung pada pencarian pelaku Tabrak Lari tersebut, sementara para keluarga korban menganggap bahwa tidaklah perlu mencari pelakunya lalu menuntutnya secara hukum tanpa memikirkan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan oleh keluarga yang bisa saja terjadi di luar kehendak mereka; cacat seumur hidup atau meninggal dunia. 3. Kurangnya pemahaman tentang Birokrasi dan Administrasi berkaitan dengan pembuatan Pelaporan Registrasi Kejadian Perkara yang dalam hal ini ditangani oleh pihak Kepolisian dan Asuransi Jiwa kepada korban lalu lintas yang mengalami Cacat Seumur Hidup atau Meninggal Dunia yang tentunya ditangani oleh JASARAHARJA. Setelah berada di Rumah Sakit selama tiga (3) hari dan empat (4) malam karena keadaan kritis, ternyata korban Meninggal Dunia, tepatnya di hari Kamis, tanggal 25 Maret 2010, jam 3 dini hari. Karena merasa sangat kahilangan orang yang dikasihi, maka barulah pihak keluarga menyadari untuk melaporkan Kejadian Perkara tersebut kepada pihak Kepolisian, Tepatnya di hari ke-5 setelah Kejadian Perkara, tanggal 26 Maret 2010, salah seorang kerabat pergi ke POLRES Kolaka guna melaporkan kejadian tersebut.
Demikianlah Kronologi Kejadian Perkara Tabrak Lari, untuk