You are on page 1of 13

BAB 3

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

3.1.1. Sejarah Singkat

PT Satrya Perkasa Esthetika Film merupakan salah satu importir film-film

Hollywood tertua di Indonesia yang melakukan impor film dari Eropa dan Amerika.

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 19 Juli 1985 dan beralamat di Jalan KH.

Wahid Hasyim No. 96, Jakarta Pusat, yang dimiliki dan dioperasikan oleh pemilik

dan pengelola Grup 21/XXI. Tujuan didirikannya PT Satrya Perkasa Esthetika

Filmadalah menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang mampu

menghadirkan film-film berkualitas sebagai suplisi dunia Perfilman Nasional

sebagaimana di atur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman.

Pada tahun 1991, PT Satrya Perkasa Esthetika Film menjalin kerja sama

distribusi film dengan Universal International Pictures dan Columbia Pictures serta

mengkhususkan operasi importasinya pada film-film yang diproduksi atau diedarkan

oleh kedua perusahaan tersebut.

PT Satrya Perkasa Esthetika Film tergolong sebagai importir film-film grade

A dimana perusahaan ini mengimpor enam produksi studio utama Motion Picture

Association of America (MPAA) yakni Paramount Pictures, Walt Disney, Sony

Pictures, Twentieth Century Fox, Universal Studios dan Warner Bros. Jumlah rata-

rata judul yang diimpor oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dalam 5 (lima) tahun

terakhir berkisar antara 50 (lima puluh) sampai 70 (tujuh puluh) judul film per tahun.

35
3.1.2. Visi dan Misi

Visi dan misi perusahaan sangatlah penting agar semua elemen kegiatan,

fungsi dan strategi dalam perusahaan selalu selaras. Berikut adalah visi dan misi PT

Satrya Perkasa Esthetika Film:

Visi :

Menjadi salah satu perusahaan importir film layar lebar yang menghadirkan film-

film berkualitas.

Misi :

Memberikan hiburan kepada masyarakat dengan mengimpor film-film layar lebar

berkualitas yang bersifat menghibur dan mendidik.

3.1.3. Bidang Usaha

PT Satrya Perkasa Esthetika Film memfokuskan usahanya sebagai

perusahaan importir film-film dari luar negeri yaitu dari beberapa negara produsen

film seperti Amerika Serikat dan Eropa. Film yang diimpor tersebut diedarkan ke

Pengusaha Bioskop Indonesia.

3.1.4. Struktur Organisasi

Bentuk struktur organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film yaitu berbentuk

line dan staff, dimana kekuasaan mengalir dari puncak pimpinan sampai kepada unit

organisasi yang berada dibawahnya. Berikut adalah struktur perusahaan PT Satrya

Perkasa Esthetika Film.

36
RUPS

KOMISARIS
Jimmy Herjanto

DIREKTUR
TR Anitio

MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER


UMUM HRD KEUANGAN OPERASIONAL
A

ACCOUNTING
STAFF STAFF
ADMINSTRA-
TION

(Sumber : PT Satrya Perkasa Esthetika Film)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Satrya Perkasa Esthetika Film

3.1.4.1.Uraian Kerja Terkait

Berikut adalah uraian kerja pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Merupakan forum para pemegang saham untuk mengambil sebuah keputusan

penting mengenai modal yang ditanam dalam perusahaan.

2. Komisaris

Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan perusahaan dalam

pengembangan perusahaan, mengadakan pembinaan dan pelaksanaan

kegiatan perusahaan.

37
3. Direktur

Bertanggung jawab untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan

ditempuh oleh perusahaan dan secara keseluruhan dalam pelaksanaan impor

dalam menyetujui Purchase Orderfilm yang akan dipesan dari produsen.

4. Manager Umum

Bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan tercapainya tujuan

perusahaan serta sebagai pengendali seluruh tugas dan fungsi-fungsi dalam

perusahaan.

5. Manager Human Resource Development (HRD)

Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan dan pengembangan,

mendokumentasikan data dan menyiapkan program kesejahteraan karyawan.

6. Manager Keuangan

Bertanggung jawab untuk merancang dan menetapkan Rencana Kerja dan

Anggaran Tahunan dan juga mencatat setiap transaksi yang terjadi dalam

proses impor. Bagian ini membawahi bagian akuntansi dan administrasi.

Tugas bagian akuntansi adalah menyelesaikan administrasi pembukuan atas

transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan dan menghasilkan laporan

keuangan. Tugas bagian administrasi adalah menginput data-data yang

diperoleh perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan impor perusahaan.

7. Manager Operasional

Bertanggung jawab dalam :

a. Membuat Purchase Order untuk produsen film.

b. Mengajukan Purchase Orderkepada Direktur agar disetujui untuk

mengimpor film.

38
c. Menghubungi PPJK untuk mengurus kepabeanan atas barang yang

diimpor.

d. Mengurus dokumen-dokumen yang digunakan dalam proses impor.

8. Staff

Bertanggung jawab terhadap manager atas pekerjaan yang ditugaskan oleh

manager masing-masing bagian.

3.2. Kebijakan Perpajakan Perusahaan

3.2.1. Prosedur Perpajakan

Kewajiban perpajakan yang sudah diterapkan oleh perusahaan adalah :

1. Pajak Pertambahan Nilai

PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal melakukan penyerahan Barang

Kena Pajak dengan penghitungan dasar pengenaan pajak dikalikan 10% dan

dibuatkan Faktur Pajak Standar yang akan digunakan sebagai bukti pungutan

pajak dalam hal melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang akan

digunakan untuk melaporkan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang

dilakukan setiap Masa Pajak bukanan dengan menggunakan SPT Masa PPN.

2. Pajak Penghasilan Pasal 21

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan, untuk itu perusahaan diwajibkan untuk memotong Pajak

Penghasilan atas gaji setiap karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan yang

seluruhnya ditanggung perusahaan.

3. Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor

PT Satrya Perkasa Eshtetika Film dalam hal pembayaran PPh Pasal 22 atas

impor dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkan Undang-Undang

39
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 22 atas impor dan juga dilakukan dan dihitung

sendiri (self assessment) oleh perusahaan pada akhir tahun.

3.3. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian eksploratoria

(penelitian kualitatif) yaitu suatu penelitian yang cenderung kepada analisis terhadap

objek penelitian berupa keterangan secara tertulis maupun lisan dari pemikiran dan

aktifitas lembaga. Pendekatan penelitian ini ialah mengembangkan pengertian,

konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi teori. Penulis menggunakan penelitian

ini untuk meneliti sesuatu yang belum diketahui dan belum dipahami dengan baik

berkaitan dengan bidang perpajakan pada usaha importir film.

Penulis menggunakan data primer untuk menyelesaikan penelitian ini. Yang

dimaksud dengan data primer adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan

melakukan tinjauan langsung ke tempat yang diteliti seperti melakukan inquires of

the client, dokumentasi,wawancara dan juga reperformance.

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa

metode pengumpulan data diantaranya sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku-buku

dari perpustakaan dan mencari data-data lain yang mendukung proses

pembahasan dan penyelesaian masalah.

40
b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data dilakukan melalui peninjauan langsung ke PT Satrya

Perkasa Esthetika Film guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan

cara :

1. Inquires of the client

Metode ini dilakukan guna memperoleh informasi mengenai latar

belakang dari objek penelitian seperti struktur organisasi, tugas dan

wewenang dan sejarah dari objek penelitian serta informasi lain yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Dokumentasi

Metode ini dilakukan guna mengumpulkan dokumen yang berhubungan

dengan masalah yang dibahas seperti :

a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

b. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)

c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai

3. Wawancara

Pengumpulan data ini dilakukan dengan tanya jawab baik dengan

pimpinan maupun dengan karyawan yang berada di PT Satrya Perkasa

Esthetika Film guna memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai

masalah yang akan dibahas didalam penelitian.

4. Reperformance

Pengumpulan data dengan melaksanakan penelitian yang dilakukan

kembali atas segala perubahan-perubahan yang ada dan juga memberikan

pendapat atau saran kepada pihak perusahaan. Yang dilakukan penulis

adalah melakukan penghitungan atas Bea Masuk, Pajak Pertambahan

41
Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor film berdasarkan data-

data yang ada pada tahun 2008, 2009 dan 2010 sesuai dengan peraturan

yang dalam PMK No. 102/PMK.011/2011.

3.4. Inti Bahasan

Dalam inti bahasan ini, dijelaskan tentang tata pelaksanaan impor dari mulai

perencanaannya, penghitungan pajak atas impor, dokumen-dokumen yang

digunakan, sarana yang digunakan dalam pelaksanaan impor sampai pelaksanaan

pembayaran pajak dalam rangka impor yang dilakukan oleh PT Satrya Perkasa

Esthetika Film.

3.4.1. PelaksanaanImpor di PT Satrya Perkasa Esthetika Film

Proses pelaksanaan impor pada PT Satrya Perkasa Esthetika Film dimulai

dari pembuatan Purchase Orderyang berisi jenis dan jumlah copy film yang akan

diimpor. Sebelum dilakukan proses pemesanan ke produsen film,Purchase Order

tersebut harus disetujui oleh Direktur.

Setelah mendapatkan persetujuan Direktur dan memperoleh Surat Keterangan

Pemasukan Barang, Purchase Order tersebut dikirim ke produsen film. Dalam waktu

sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari, produsen film di Amerika mengirimkan film dari

Thailand dan Australia melalui udara. Selama dalam perjalanan dari Thailand dan

Australia, PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan jasa PPJK untuk

menyiapkan Arrival Notice 1 (satu) atau 2 (dua) hari sebelum pesawat tiba.

Setelah pesawat datang, butuh waktu 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari untuk

proses bongkar ke gudang. Pembongkaran dan pengecekan barang di gudang disertai

surat rekomendasi dilakukan bila barang dikirim dalam satu pesawat dengan barang

42
yang diimpor oleh importir lain. Namun, apabila barang yang dikirim dalam satu

pesawat, maka tidak perlu dilakukan pembongkaran barang, tetapi hanya dilakukan

pengecekan barang.

Setelah 1 (satu) hari barang disimpan di gudang, dilakukan pembayaran biaya

PIB sebagai biaya atas impor seperti Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penghasilan Pasal 22 atas impor oleh PPJK beserta penyerahan Surat Keterangan

Rekomendasi Impor dan dokumen-dokumen lainnya yang tertera dalam Surat Tanda

Terima Dokumen. PT Satrya Perkasa Esthetika Film mendapat bukti setor pajak

SSPCP (Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya). Pembayaran yang

dilakukan PPJK yaitu dengan menulis HS. Kode barang yang bersangkutan ke dalam

aplikasi Bea Cukai, maka selanjutnya dapat diketahui berapa Bea Masuk, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor yang harus dibayar.

Bila nilai pajak yang terutang di atas Rp 50.000.000 maka pajak yang akan

dibayarkan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film dengan menggunakan cek.

Pengambilan DO (Delivery Order) gudang dilakukan 1 (satu) hari setelah

pembayaran PIB. Lalu memasukkan data PIB ke Bea Cukai untuk ditentukan

Pemberitahuan Jalur Merah (PJM) oleh PPD (Pejabat Pemeriksa Dokumen).

Selanjutnya PPD menunjuk PFPD (Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen) untuk

melakukan pengecekan fisik barang. Lalu setelah 2 (dua) sampai 3 (tiga) hari dibuat

Berita Acara atau Laporan Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Pemeriksaan Fisik

Barang Impor. Setelah Berita Acara dibuat, 2 (dua) hari setelahnya diserahkan ke

PPD.

Bila hasil pemeriksaan sesuai, maka dikeluarkan SPPB (Surat Pemberitahuan

Pengeluaran Barang) oleh Bea Cukai dan barang dapat keluar 1 (satu) hari setelah

dikeluarkan SPPB. Tapi bila hasil tidak sesuai, ditentukan Kasi P2 (Pencegahan dan

43
Penindakan) dan ditunjuk Pelaksana P2 untuk dilakukan pencegahan oleh Pelaksana

P2 dengan cara penyegelan dan P2 membuat Berita Acara ke PPD. Setelah

dikeluarkan SPPB, PPJK mengajukan Surat Pembukaan Segel ke Kasi P2 untuk

dibuat Surat Tugas Pembukaan Segel. Lalu petugas yang ditunjuk melakukan

pembukaan segel dan membuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Kepala

Hanggar. Setelah proses pengeluaran SPPB, maka barang dapat keluar dan langsung

diambil atau dikirim ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film.

3.4.2. Penghitungan Pajak Atas Impor Film

Dalam menghitung pajak dalam rangka impor terdapat hal-hal yang harus

diketahui terlebih dahulu, diantaranya Nilai Invoice(Cost), Biaya Perjalanan

(Freight), Asuransi (Insurance), tarif Bea Masuk, tarif Pajak Pertambahan Nilai, tarif

Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor dan NDPBM (Nilai Dasar Penghitungan Bea

Masuk) yang berlaku. Setelah diketahui hal-hal tersebut, maka selanjutnya dapat

dilakukan penghitungan pajak atas impor.

Penghitungan pajak atas impor dilakukan dengan menghitung besaran tarif

yang bersangkutan. Tarif tersebut dikalikan dengan DPP (Dasar Pengenaan Pajak)

yang merupakan jumlah dari Cost, Insurance and Freight (CIF). Berikut ini adalah

rumus yang berlaku untuk menghitung impor :

Bea Masuk = (Cost + Insurance + Freight) x Tarif Bea Masuk

PPN Impor = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 10%

PPh Pasal 22 = ((Cost + Insurance + Freight) + Bea Masuk) x 2,5% (memiliki

API)

44
Berdasarkan rumus untuk menghitung besarnya pajak yang dikenakan atas

impor film, dapat diketahui besarnya pajak yang harus dibayar oleh PT Satrya

Perkasa Esthetika Film ditambah dengan biaya administrasi.

3.4.3. Pelaksanaan Penyetoran Pajak Atas Impor Film

PT Satrya Perkasa Esthetika Film menggunakan jasa PPJK yang dipilih

untuk melaksanakan penyetoran pajak atas impor film dalam penyelesaian

administrasi impor film, saat dan tempat terutangnya pajak yaitu pada saat barang

masuk ke dalam Daerah Pabean atau tiba di bandara. Pembayaran dilakukan melalui

bank yang tunjuk oleh Bea Cukai dengan mendapat bukti setoran pajak SSPCP

(Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak lainnya) yang selanjutnya langsung

disetorkan ke PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai bukti bahwa pihak PPJK

telah membayar biaya-biaya tersebut. Pembayaran biaya administrasi PIB seperti

Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor

dilakukan bersamaan dengan penyerahan Surat Keterangan Rekomendasi dan

dokumen-dokumen lainnya dari PT Satrya Perkasa Esthetika Film.

3.4.4. Dokumen-Dokumen yang Digunakan

Dokumen-dokumen yang digunakan oleh PT Satrya Perkasa Esthetika Film

dalam menunjang kelancaran dan juga merupakan syarat pelaksanaan impor yaitu

antara lain :

1. Delivery Order (D.O)

Dokumen ini dikeluarkan oleh bank sebagai perintah (order) gudang yang

menguasakannya untuk menyerahkan barang-barang yang disimpan di

gudang tersebut dengan nama bank kepada yang memegang atau pihak yang

45
disebut dalam D.O. Biasanya D.O. tersebut dikeluarkan oleh bank pada saat

barang-barang dimasukkan dalam gudang dan diserahkan kepada pembeli

(importir). Selain itu, D.O. juga dapat digunakan sebagai surat jalan yang

dikeluarkan oleh Bea Cukai untuk mengeluarkan barang-barang dari bandara.

2. Pemberitahuan Impor Barang

Yaitu surat pernyataan yang menyatakan pemberitahuan impor barang. Surat

ini dijadikan sebagai faktur pajak standar karena didalamnya memiliki data-

data yang dapat dianggap sebagai faktur pajak standar.

3. Bill of Landing (B/L) / Air Waybill

Bill of Landing (B/L) merupakan dokumen untuk pengangkutan dengan

menggunakan kapal laut sedangkan Air Waybill merupakan dokumen untuk

pengangkutan dengan menggunakan pesawat terbang. B/L atau Air Waybill

memiliki merupakan dokumen yang paling penting karena mempunyai sifat

jaminan atau pengamanan.

4. HS Code (Harmony System)

HS (Harmony System) Code adalah kode untuk mengelompokkan jenis

komoditi impor yang nantinya akan menentukan tarif yang akan digunakan

dalam penentuan Bea Masuk. Daftar penamaan sistematik disusun oleh

Customs Cooperation Council (Dewan Pabean Dunia) untuk

pengklasifikasian dan penomoran barang dalam perdagangan internasional.

HS Code setiap jenis produk dapat dilihat dalam PIB.

5. Angka Pengenal Impor

Angka Pengenal Impor (API) merupakan tanda pengenal yang harus dimiliki

oleh setiap importir atau perusahaan yang melakukan perdagangan impor.

API diberlakukan untuk menghindari penyalahgunaan kegiatan impor dan

46
berbagai tindakan menyimpang lainnya. Untuk itu, API sudah mulai

diberlakukan di Indonesia sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Menteri

Perdagangan No. 1460/KP/XII/84 yang mengalami pembaharuan dengan

keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan No. 373/KP/XI/88.

6. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP)

SSPCP adalah surat dalam rangka impor yang digunakan sebagai bukti

bahwa importir telah menyetorkan pajak yang terutang. Pembayaran

penerimaan negara dilakukan wajib oleh Wajib Bayar dengan menggunakan

SSPCP dan dilampiri dokumen dasar pembayaran. SSPCP dibuat dalam 4

(empat) rangkap dengan peruntukan : Lembar ke-1 untuk Wajib Bayar,

Lembar ke-2 untuk KPPN dan diteruskan ke Kantor Bea dan Cukai, Lembar

ke-3 untuk Kantor Bea dan Cukai dan Lembar ke-4 untuk Bank Devisa

Persepsi.

3.4.5. Sarana yang Digunakan

Sarana yang digunakan PT Satrya Perkasa Esthetika Film sebagai importir

dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi yang salah satunya

yaitu membayar Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal

22 atas impor, serta kewajiban lainnya adalah dengan menggunakan Perusahaan

Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang terdaftar di Departemen Keuangan. PPJK

merupakan perusahaan jasa yang bertindak menyediakan jasa pengurusan tentang

formalitas kepabeanan dalam hal yang terkait didalamnya. PPJK yang dipilih adalah

PPJK yang telah memiliki ijin atau pengesahan dari Kantor Bea dan Cukai setempat.

47

You might also like