Professional Documents
Culture Documents
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat, dan hidayah-NYA serta keluasan ilmu-NYA sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Besar harapan saya bahwa makalah ini bisa bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya, serta dapat menjadi sumber kontribusi penambahan
pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
A. Pengertian Batubara................................................................................. 3
B. Sejarah Batubara Di Indonesia................................................................. 3
C. Undang-Undang Yang Mengatur Tentang Batubara............................... 7
D. Kebijakan Perpajakan Pada PKP2B........................................................ 11
E. Industri Pertambangan Batubara Indonesia......................................... 13
BAB II GENESA DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA
A. Genesa Batubara..................................................................................... 16
B. Lingkungan Pengendapan Batubara....................................................... 18
C. Komposisi Kimia Batubara.................................................................... 20
D. Keterdapatan BatuBara di Tawanga Tua................................................ 21
BAB III METODE PEMANFAATAN BATUBARA
A. Pengolahan Batubara.............................................................................. 28
B. Klasifikasi Batubara........................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
Sejak itulah yang berproduksi hanya dua unit saja, yaitu produksi
Ombilin dan produksi Bukit Asam.Sejak tahun 1973 terjadi perubahan dalam
dunia perbatubaraan. Akibat krisisenergi yang dimulai oleh embargo minyak oleh
sejumlah negara-negara Arabdalam Perang Timur Tengah, perhatian dunia
kemudian beralih ke bahan bakar batubara. Sejalan dengan itu, unit produksi
Bukit Asam diubah statusnya menjadiPT Tambang Batubara Bukit Asam
(persero). Ini didasarkan kepada PeraturanPemerintah Nomor 24 Tahun 1980 dan
sejak tahun 1981 terpisah dari PNTambang Batubara. Sejak itu pula PN Tambang
Batubara hanya memiliki satuunit produksi saja yaitu tambang batubara Ombilin
di Sumatera Barat.Berdasarkan Surat Putusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 49 Tahun 1981,PN Tambang Batubara mengadakan kerjasama dengan
sejumlah perusahaanswasta asing yang bertujuannya untuk mengembangkan
potensi batubaraIndonesia. Kerjasama usaha tersebut dimulai dengan
mengusahakan cadangan batubara yang terdapat di daerah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1990
tanggal 30 Oktober1990, PN Tambang Batubara dibubarkan dan dilebur ke dalam
Tambang Batubara
Bukit Asam (PTBA) agar lebih efisien dengan satu Badan Usaha Milik
Negara(BUMN) yang mengelola pertambangan batubara serta para kontraktornya.
Dari para kontraktor tersebut, pemerintah melalui PTBA memperoleh bagian hasil
batubara dalam bentuk natura sebesar 13,5 % dari hasil produksi batubara. Padata
hun 1993, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden tersebutditandatangani
4. Sejak 1991
a. Undang-Undang
UUD 1945;
UU Gangguan (Hinderordonnantie) 1926;
UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan;
UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara;
UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
b. Peraturan pemerintah
d. Peraturan menteri
PERMEN ESDM Nomor 47 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pembuatan Dan Pemanfaatan Briket Batubara Dan Bahan Bakar
Padat Berbasis Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Penerapan Kompetensi Profesi Bidang Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi Dan
Penutupan Tambang;
PERMEN ESDM Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perubahan Penanaman Modal Dalam Rangka Pelaksanaan Kontrak
Karya Dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Usaha Jasa Pertambangan Mineral Dan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 33 Tahun 2009 tentang Pelimpahan
Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Energi Dan Sumber Daya
Mineral Kepada Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Dalam
Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2010;
PERMEN ESDM Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan
Pemasokan Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk Kepentingan
Dalam Negeri;
PERMEN ESDM Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pendelegasian
Wewenang Pemberian Izin Usaha Di Bidang Energi Dan Sumber
Daya Mineral Dalam Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di
BIdang Penanaman Modal Kepada Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal;
PERMEN ESDM Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Penetapan Dan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 12 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan Dan Sistem Informasi
Wilayah Pertambangan Mineral Dan Batubara;
PERMEN ESDM Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai
Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian
Mineral;
f. Lain-lain
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan
Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2000 tentang Penanggulangan
Masalah Pertambangan Tanpa Izin;
Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin, Penyalahgunaan Bahan
Bakar Minyal Serta Perusakan Instalasi Ketenagalistrikan dan
Pencurian Aliran Listrik;
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1086 K/40/MEM/2003 tentang
Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Khusu Bidang Geologi
dan Pertambangan;
Keputusan Menteri ESDM Nomor 1603 K/40/MEM/2003 tentang
Pedoman Pencadangan Wilayah Pertambangan;
Dunia saat ini mengkonsumsi batu bara sebanyaklebih dari 4050 Jt. Batu
bara digunakan diberbagai sektor termasuk pembangkit listrik, produksi besidan
baja, pabrik semen dan sebagai bahan bakar cair.Batu bara kebanyakan digunakan
untuk alatpembangkit listrik – batu bara ketel uap atau lignit –atau produksi besi
dan baja – batu bara kokas.
a. Produksi Batu Bara
Produksi batu bara saat ini berjumlah lebih dari 4030Jt – suatu kenaikan
sebesar 38% selama 20 tahunterakhir. Pertumbuhan produksi batu bara
yangtercepat terjadi di Asia, sementara produksi batubara di Eropa menunjukkan
penurunan.Negara penghasil batu bara terbesar tidak hanya terbatas pada satu
daerah lima negara penghasilbatu bara terbesar adalah Cina, AS, India,
Australiadan Afrika Selatan. Sebagian besar dari produksibatu bara dunia
digunakan di negara tempat batubara tersebut di produksi, hanya sekitar 18%
dariproduksi antrasit yang ditujukan untuk pasar batubara internasional.Produksi
batu bara dunia diharapkan mencapai 7 milyar ton pada tahun 2030 dengan
Cinamemproduksi sekitar setengah dari kenaikan ituselama jangka waktu
tersebut. Produksi batu baraketel uap diproyeksikan akan mencapai sekitar
5,2milyar ton; batu bara kokas 624 juta ton; dan batubara muda 1,2 milyar ton.
Pertumbuhan pasar batu bara ketel;uap dan batu bara kokas akan sangat
kuat di negara-negara berkembang di Asia, dimanakebutuhan akan listrik dan
akan baja dalam konstruksi, produksi mobil dan kebutuhan akanperalatan rumah
tangga akan meningkat sejalandengan bertambahnya penghasilan.
1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta
tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan
zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri
amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.
2. Prosesdekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar
pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan
b. Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terediri
dari aenvawa anorganik (SiO2, A12O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO,
MgO, Na2 O, K2O, dan senyawa logam lainnya dalam jumlah yang
kecil) yang akan membentuk abu/ash dalam batubara. Kandungan non
combustible material ini umumnya diingini karena akan mengurangi
nilai bakarnya. Pada proses pembentukan batubara/coalification,
dengan bantuan faktor ti:ika dan kimia alam, selulosa yang berasal dari
tanaman akan mengalami pcruhahan menjadi lignit, subbituminus,
bituminus, atau antrasit. Proses transformasi ini dapat digambarkan
dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
Umumnya, formasi batuan di daerah ini diatur jenis severals rock seperti
pembentukan Mekongga, pembentukan Tokala, pembentukan Meluhu, ultrabasa
batuan beku, Pompangeo kompleks, pembentukan Langkawa, pembentukan
Boepinang dan alluvial. Berdasarkan studi tentang sejarah geologi, wilayah ini
dimulai pada usia Permo-karbon pra. Mereka mendirikan batuan sedimen dan
batu kapur di mana menetap di bagian dalam laut neritik. Setelah itu batu yang
diperoleh elevasi dan ditransformasikan ke Mekongga metamorohic dan batu
marmer Palezoikum. Dalam Permo-Trias usia, granit menyusup batuan metamorf.
Hasil deskripsi secara megaskopis, batubara pada stasiun 1 dalam keadaan segar
menunjukan warna segar hitam, warna lapuk coklat kekuningan, tekstur
nonklastik, struktur berlapis dengan kedudukan N2070E/200 di stasiun 1 dan
N2470E di stasiun 2 dan tersusun oleh komponen organik dengan kelembapan
tinggi dan rapuh (unconsolidated). Berdasarkan klasifikasi batuan non-klastik oleh
Noor (2012), batuan ini merupakan Batubara.
1. Satuan alluvial
Pembahasan mengenai satuan alluvial darah penelitian meliputi dasar
penamaan, penyebaran dan ketebalan, ciri endapan, umur dan lingkungan
pengendapan dan hubungan stratigrafi dengan batuan lainya.
a. Dasar penamaan
Penamaan dari satuan alluvial didasarkan atas ciri yang dijumpai di
lapangan. Berdasarkan atas ciri yang dijumpai di lapangan material penyusun dari
satuan ini terdiri dari endapan-endapan yang belum terlitifikasi dengan baik.
b. Penyebaran satuan
Penyebaran dari satuan alluvial ini menempati 124,49 Ha atau sekitar
10,20% dari total luas daerah penelitian. Endapan ini terletak pada bagian tengah
daerah penelitian atau tepatnya di sekitar sungai Aala Tawanga.
c. Ciri endapan
Material penyusun dari satuan ini terdiri dari material hasil rombakan batuan yang
lebih tua berupa material-material lepas dari bongkah hingga lempung, yakni
batuan metamorf sejenis sekis. Dari hasil pengamatan lapangan dari sedimen ini
diperoleh bahwa material sedimen tersusun atas sekis mika, sekis klorit dan
Gambar 2.6 sedimen satuan alluvial di tepi sungai Aala Tawanga, tersusun atas
hasil rombakkan batuan metamorf penyusun daerah penelitian. Difoto ke arah
N3210E (Satapona, 2015)
1. Komposisi batubara
Data perbandingan komposisi kadar abu batubara dibawah, menunjukan
variasi nilai kadar abu dan nilai kadar air, yang berbeda dengan stasiun 6, stasiun
21 dan stasiun 23 yang mendominasi nilai kadar abu yang tinggi sedangkan pada
stasiun 22 memiliki kadar yang rendah. 10-30% menunjukan batas maksimal
untuk kualitas batubara yang baik, jadi batubara daerah penelitian belum bisa
diproduksi dalam skala industri sebab nilai kadar abu dan kadar air berada pada
skala nilai tinggi. Hal, tersebut didasarkan Pusat Sumber daya Geologi yang
menjelaskan bahwa nilai kadar abu dan nilai kadar air < 35%, maka batubara
tersebut memiliki kualitas yang bagus yang telah dapat diproduksi lebih lanjut
(Rizal, 2015)
1.Jumlah karbon terlambat (fixed carbon) dan zat terbang (volatile matter) untuk
batubara dengan Rank tinggi (FC ≥ 69%).
2. Nilai kalori (calorific value) untuk batubara dengan Rank rendah ( FC ≤ 69%).
Batu bara yang langsung diambil dari bawah tanah, disebut batu bara
tertambang run-of-mine (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang
tidak diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai
ukuran. Namun demikian pengguna batu bara membutuhkan batu bara dengan
mutu yang konsisten. Pengolahan batu bara juga disebut pencucian batu bara
(“coal benification” atau “coal washing”) mengarah pada penanganan batu bara
tertambang (ROM Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian
dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu. Pengolahan tersebut tergantung pada
kandungan batu bara dan tujuan penggunaannya. Batu bara tersebut mungkin
hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses
pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran.
Ship Load Out dimana proses disini adalah pemindahan batubara dari
stockpile ke kapal tongkang(pemuat batubara)
1. Volatile dibawah 9,1%, dmmmf dengan coal rank 100 yaitu Antrasit
2. Volatile diantara 9,1-19,5%,dmmmf dengan coal rank 200 yaitu Low
Volatile/Steam Coal
3. Volatile diantara 19,5-32%,dmmf dengan coal rank 300 yaitu Medium
Volatil Coal
4. Volatile lebih dari 32 %, dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu Haig
Volatile Coal
Diessel, C.,F.,K. 1992. On the Correlation between Coal Facies and Depositional
EnvironmentsProceeding of 20th Symposium of Department of Geology :
University of Newcastle.
www.geofacts.co.cc
kimiadahsyat.blogspot.com
ilmubatubara.wordpress.com