Professional Documents
Culture Documents
Gambar :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta
Diterbitkan oleh :
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta
Lampiran ……………………………………………………………………………..
Ir. AHYANI, MA
NIP.196311231990031009
GAMBARAN UMUM
1 Kota Magelang 18.12 119,003 6,567 119,416 6,590 119,879 6,616 120,438 6,647 120,792 6,666
2 Kota Surakarta 44.03 502,873 11,421 505,401 11,479 507,798 11,533 510,105 11,585 512,226 11,634
3 Kota Salatiga 52.96 173,377 3,274 175,989 3,323 178,719 3,375 181,304 3,423 183,815 3,471
4 Kota Semarang 373.67 1,588,511 4,251 1,616,494 4,326 1,644,374 4,401 1,672,994 4,477 1,701,114 4,552
5 Kota Pekalongan 44.96 285,000 6,339 288,001 6,406 290,903 6,470 293,718 6,533 296,404 6,593
6 Kota Tegal 34.49 241,326 6,997 242,714 7,037 243,901 7,072 244,978 7,103 246,119 7,136
6 Kota di Jawa
568.23 2,910,090 5,121 2,948,015 5,188 2,985,574 5,254 3,023,537 5,321 3,060,470 5,386
Tengah
1 Boyolali 1,015.07 938,999 925 945,534 931 951,817 938 957,857 944 963,690 949
2 Klaten 655.56 1,137,909 1,736 1,143,633 1,745 1,148,994 1,753 1,154,040 1,760 1,158,795 1,768
BAB II
EKONOMI MAKRO
1. Ekonomi Primer
Pemanfaatan sumber daya alam secara rutin merupakan kegiatan
sektor primer. Sektor primer ini mencakup pertanian, kehutanan,
perikanan, dan pertambangan. Industri sektor primer umumnya
merupakan bagian terpenting pada suatu negara berkembang dan
menurun tingkat kepentingannya seiring dengan perkembangan
negara tersebut menjadi negara maju. Sektor Primer merupakan
sektor utama perekonomian ekstrak atau hasil bumi. Sektor ini
meliputi bahan baku dan makanan dasar, yang diterapkan dalan
bentuk pertanian, perkebunan, pertambangan, kelautan, dan
sebagainya.
2. Sektor Sekunder
Sektor sekunder adalah sektor yang mengolah bahan baku dari
sektor Primer maupun Sektor sekunder itu sendiri, menjadi
barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor sekunder merupakan
sektor yang mendukung sektor primer. Sektor ini meliputi Sektor
Bangunan, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Listrik, Gas dan
Air Bersih.
Kata lain sektor sekunder merupakan sektor ekonomi yang
mengolah hasil sektor primer menjadi barang jadi, seperti
pada manufaktur dan konstruksi. Industri pada sektor ini dapat
dibagi menjadi industri ringan dan industri berat. Dalam proses
produksinya, industri pengolahan pada sektor ini umumnya
mengkonsumsi energi dalam jumlah besar, memerlukan pabrik
dan mesin, serta menghasilkan limbah.
Sektor sekunder adalah bagian manufaktur dari perekonomian
yang menggunakan bahan-bahan mentah dan barang-barang
setengah jadi (intermediate products) untuk menghasilkan
barang-barang jadi (final goods) atau barang-barang setengah jadi
lainnya. bagian dari sektor sekunder adalah sektor industri
pengolahan, sektor listrik , gas dan air minum, dan sektor
bangunan. Sektor industri adalah kegiatan yang meliputi proses
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
peningkatan kapasitas produksi yang bertujuan meningkatkan
mutu barang dan jasa. proses produksi dapat dilakukan secara
mekanis, kimiawi ataupun proses lainnya. Sektor listrik, gas dan
air minum adalah kegiatan yang meliputi proses pembangkitan
dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh pln
maupun non pln. Sektor gas adalah kegiatan proses produksi dan
penyediaan gas kota untuk dijual baik kepada sektor lain maupun
kerumah tangga. Sektor air minum adalah kegiatan yang meliputi
proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk
menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannya. Sektor
bangunan adalah kegiatan yang meliputi proses konstruksi yang
dilakukan baik oleh kontraktor umum maupun oleh kontraktor
khusus yang mencakup kegiatan pembuatan, pembangunan,
pemasangan dan perbaikan berat maupun ringan.
Sektor sekunder merupakan aktivitas lanjutan dari pada sektor
primer yang lebih bersifat pemprosesan dan pembuatan dan
banyak menggunakan keluaran (output) sektor primer sebagai
bahan mentah untuk diproses menjadi barang setengah jadi.
Sehingga dapat memberikan nilai tambahan yang besar kepada
sektor primer.
Pergerakan pola perekonomian dari sektor primer ke sektor
sekunder diharapkan mampu mempercepat pergerakan struktur
perekonomia di wilayah itu. Ketika sector primer mengalami
penurunan secara bersamaan sector sekunder mengalami
kenaikan. Demikian halnya dengan sektor tersier juga mengalami
peningkatan. Ini berarti bahwa struktur perekonomian suatu
wilayah mulai mengarah pada struktur ekonomi modern.
Kesempatan berusaha dan lapangan kerja terbuka, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Ketika
sektor primer struktur perekonomiannya mengalami penurunan
demikian juga sector sekunder mengalami perlambatan dan sector
tersier mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
tersebut sudah mengarah pada struktur perekonomian yang lebih
modern. Pergerseran sektor tidak hanya perubahan dari sector
yang lain, tapi bisa jadi pengaruh dari luar wilayah dapat
berdampak pada pergeseran sektor tersebut. Sebagai gambaran
seperti perubahan pola perekonomian di negara tetangga akan
berdampak pada pola perekonomian di negara kita.
Pada tahun 2015 sektor sekunder sebagai penyumbang peranan
terbesar kedua, berperan sebesar 35,82 persen setelah sektor
tersier. Sektor tersier mempunyai peran 63,66 %. Dari empat
agregat sektor sekunder yang memberikan kontribusi terbesar
adalah konstruksi besarnya 26,90% disusul sektor industri
pengolahan dengan kontribusi 8,58%. Sektor Listrik, gas dan air
bersih memberikan sumbangan sebesar 0,33 % terhadap total
PDRB kota Surakarta. Struktuar PDRB sektor sekunder dari
tahun ke tahun mengalami berubahan yang fluktuatif. Hal ini
dapat dipahami karena harga berlaku di pasar mengalami
perubahan sesuai kondisi di lapangan. Pada saat tertentu jumlah
tertentu kebutuhan meningkat sedangkan jumlah barang terbatas,
atau terjadi sebaliknya.
3. Sektor Tersier.
Sektor Tersier merupakan sektor ekonomi yang berkaitan dengan
pada nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan
informasi, daya cipta, organisasi dan koordinasi antar manusia
sehingga tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam
bentuk jasa. Sektor ini meliputi lapangan usaha perdagangan,
restoran, hotel, angkutan, keuangan, komunikasi, dan jasa-jasa.
Sektor ekonomi tersier (juga dikenal sebagai sektor jasa atau
industry jasa) adalah satu dari tiga sektor ekonomi, yang lainnya
adalah sektor sekunder (manufaktur) dan sektor primer
(pertambangan, pertanian dan perikanan ). Definisi umum
sektor tersier adalah menghasilkan suatu jasa daripada produk
akhir seperti sektor sekunder. Kadang sebuah sekotar tambahan,
1. Sektor Pertanian
Pengertian pertanian dalam arti sempit hanya mencakup
pertanian sebagai budidaya penghasil tanaman pangan padahal
kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan pertanian dapat meng-
hasilkan tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi
sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan
pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan
pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani
memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan
pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program
dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara
pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian
industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering
kali disamakan.
Sedangkan pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak
hanya mencakup pembudidayaan tanaman saja melainkan
membudidayakan serta mengelola dibidang perternakan seperti
merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat
bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam,
bebek, angsa. Serta pemanfaatan hewan yang dapat membantu
tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu cakupan dalam
bidang pertanian. Kegiatan pertanian merupakan mata
pencaharian terbesar penduduk didunia termasuk di Indonesia.
Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian
(menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan
perkebunan (menghasilkan buah-buahan) terutama pada masa
kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian dan perkebunan
menjadi penentu tingkat social dan perekonomian seseorang.
Meskipun kegiatan pertanian hanya menyumbang rata-rata 4%
dari PDB (Produk Domestik Bruto) suatu negara namun kegiatan
pertanian ini menjadi penyedia lapangan pekerjaan terbesar bagi
setiap negara. Program-program pembangunan pertanian yang
tidak terarah tujuannya bahkan semakin terjerumus sektor ini
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor
yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian
besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian hingga saat ini masih belum
dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat
kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan baik
lokal maupun nasional. Pembangunan pertanian dianggap penting
dari keseluruhan pembangunan yang dilakukan. Ada beberapa hal
yang mendasari mengapa pembangunan pertanian mempunyai
peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang
besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan yang cukup
besar, besarnya pangsa terhadap ekspor, banyaknya penduduk
yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam
penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan
di pedesaan. Potensi pertanian di Kota Surakarta pada
kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita
masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa sekarang bukan
saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor
pertanian keseluruhan.
Kota Surakarta dengan luas wilayah pertanian yang sangat
terbatas, perlu adanya manajemen pengelolaan lahan yang efektif
efisien dan berdaya guna, sehingga dapat memanfaatkan lahan
sempit berdaya maksimal. Penerapan teknik intensifikasi beras
(SRI:System of Rice Intensification) kegiatan yang dilaksanakan
dengan kombinasi dari kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan produktifitas pertanian dan juga penghasilan para
petani. Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua
kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup
(termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan
pembudidayaan tanaman.
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
STRUKTUR PDRB SEKTOR PERTANIAN KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
A Pertanian, Kehutanan, dan 107,625.81 0.50 123,953.56 0.52 134,120.70 0.51 156,759.32 0.54 167,748.49 0.52 182,751.51 0.52
1 Pertanian, Peternakan,
Perburuan dan Jasa 107,115.75 0.50 123,405.35 0.52 133,531.37 0.51 156,085.01 0.54 167,057.60 0.52 181,997.00 0.52
Pertanian
2 Kehutanan dan 7.57 0.00 8.42 0.00 8.20 0.00 9.21 0.00 10.31 0.00 10.93 0.00
3 Penebangan
Perikanan Kayu 502.50 0.00 539.79 0.00 581.12 0.00 665.10 0.00 680.59 0.00 743.58 0.00
Jumlah 107,625.81 0.50 123,953.56 0.52 134,120.70 0.51 156,759.32 0.54 167,748.49 0.52 182,751.51 0.52
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
Jumlah 107,625.81 6.07 116,492.47 12.81 119,290.28 -2.14 125,292.13 13.04 127,634.25 -3.52 129,926.80 0.52
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
C Industri Pengolahan 1,636,047.97 7.62 1,932,330.19 8.08 2,184,220.23 8.27 2,440,165.97 8.39 2,789,563.68 8.70 3,002,990.09 8.58
C Industri Pengolahan 1,636,047.97 4.38 1,746,601.12 6.76 1,874,945.81 7.35 2,044,003.66 9.02 2,184,105.67 6.85 2,263,993.97 8.58
STRUKTUR PDRB SEKTOR PENGADAAN LISTRIK DAN AIR BERSIH KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Pengadaan Listrik dan
D 47,061.77 0.22 51,207.57 0.21 57,110.07 0.22 58,562.30 0.20 60,379.07 0.19 61,213.06 0.17
Gas
Pengadaan Air, Pengl.
E Sampah, Limbah dan 48,303.14 0.22 50,226.77 0.21 49,150.21 0.19 49,564.92 0.17 52,562.74 0.16 55,285.78 0.16
Daur Ulang
Jumlah 95,364.91 0.44 101,434.34 0.42 106,260.29 0.40 108,127.21 0.37 112,941.82 0.35 116,498.85 0.33
Sumber : BPS, PDRB Kota
PERKEMBANGAN PDRB SEKTOR PENGADAAN LISTRIK DAN AIR BERSIH KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Pengadaan Listrik dan
D 47,061.77 4.21 50,905.97 8.17 57,293.50 12.55 61,821.35 7.90 63,499.68 2.71 61,092.81 0.17
Gas
Pengadaan Air,
E Pengelolaan Sampah, 48,303.14 6.54 49,441.81 2.36 48,187.39 -2.54 47,384.05 -1.67 48,594.69 2.55 49,454.24 0.16
Limbah dan Daur Ulang
Jumlah 95,364.91 100,347.78 5.23 105,480.89 5.12 109,205.41 3.53 112,094.36 2.65 110,547.05 -1.38
Sumber : BPS, PDRB Kota
5. Konstruksi
Perkembangan pada sektor- sektor ekonomi umumnya
diikuti oleh sektor bangunan. Hampir Semua sektor ekonomi
mempunyai keterkaitan dengan sektor ini. Namun kontribusinya
F Konstruksi 6,060,192.51 28.23 6,463,871.49 27.04 7,132,200.69 26.99 7,707,302.44 26.50 8,591,705.73 26.80 9,410,744.97 26.90
F Konstruksi 6,060,192.51 6.72 6,175,996.77 1.91 6,512,554.87 5.45 6,767,584.32 3.92 7,014,333.33 3.65 7,390,395.31 5.36
Jumlah 6,158,285.91 28.68 7,030,574.00 29.41 7,583,991.00 28.70 8,453,511.42 29.07 9,133,998.89 28.49 9,909,553.65 28.33
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
PERKEMBANGAN PDRB SEKTOR PERDANGAN DAN AKOMODASI KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G 5,113,356.59 6.06 5,647,923.34 10.45 5,764,372.04 2.06 6,193,415.14 7.44 6,461,014.08 4.32 6,730,422.13 22.56
Mobil dan Sepeda Motor
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I 1,044,929.32 5.49 1,130,160.17 8.16 1,218,509.72 7.82 1,288,357.53 5.73 1,377,875.81 6.95 1,463,048.48 5.76
Minum
Jumlah 6,158,285.91 6,778,083.51 10.06 6,982,881.77 3.02 7,481,772.67 7.14 7,838,889.89 4.77 8,193,470.61 4.52
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
J Informasi dan Komunikasi 2,439,338.58 11.36 2,659,909.56 11.13 2,968,644.77 11.23 3,201,750.06 11.01 3,453,784.47 10.77 3,715,658.93 10.62
Jumlah 3,005,519.90 14.00 3,255,601.19 13.62 3,608,252.00 13.65 3,915,140.49 13.46 4,282,484.41 13.36 4,648,057.91 13.29
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
PERKEMBANGAN PDRB SEKTOR TRANSPORTASI DAN KOMONIKASI KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
H Transportasi dan Pergudangan 566,181.32 4.89 591,897.31 4.54 630,022.97 6.44 695,071.27 10.32 750,350.60 7.95 811,007.78 2.67
J Informasi dan Komunikasi 2,439,338.58 6.09 2,646,721.83 8.50 2,959,428.76 11.81 3,204,036.98 8.27 3,490,330.91 8.94 3,723,082.11 10.62
Jumlah 3,005,519.90 3,238,619.14 7.76 3,589,451.73 10.83 3,899,108.24 8.63 4,240,681.51 8.76 4,534,089.89 6.92
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
STRUKTUR PDRB SEKTOR JASA KEUANGAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Uraian
gori (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
K Jasa Keuangan dan Asuransi 783,042.54 3.65 874,845.28 3.66 980,309.86 3.71 1,065,842.54 3.67 1,173,873.01 3.66 1,326,074.81 3.79
L Real Estate 907,497.62 4.23 997,530.77 4.17 1,081,941.05 4.09 1,148,116.83 3.95 1,296,580.03 4.04 1,436,443.80 4.11
M,N Jasa Perusahaan 136,373.29 0.64 160,589.58 0.67 181,151.78 0.69 208,386.73 0.72 235,080.88 0.73 272,952.59 0.78
Jumlah 1,826,913.45 8.51 2,032,965.63 8.50 2,243,402.69 8.49 2,422,346.10 8.33 2,705,533.91 8.44 3,035,471.21 8.68
Sumber : BPS, PDRB Kota Surakarta,2015
PERKEMBANGAN PDRB SEKTOR JASA KEUANGAN DAN JASA PERUSAHAAN KOTA SURAKARTA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2010-2015
Kate 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Analisis
gori
ekonomi
Uraian kota Surakarta tahun
(Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta) % (Rp/juta)
iii
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
K Jasa Keuangan dan Asuransi 783,042.54 7.15 818,294.40 4.50 842,704.78 2.98 872,109.50 3.49 907,659.83 4.08 968,341.37 3.79
L Real Estate 907,497.62 5.80 971,859.64 7.09 1,040,600.25 7.07 1,094,700.86 5.20 1,164,923.59 6.41 1,249,065.08 4.11
M,N Jasa Perusahaan 136,373.29 8.00 151,629.26 11.19 162,516.32 7.18 177,726.37 9.36 189,915.26 6.86 207,530.85 0.78
Jumlah 1,826,913.45 20.95 1,941,783.30 22.78 2,045,821.35 17.24 2,144,536.73 18.05 2,262,498.68 17.35 2,424,937.30 8.68
9. Jasa-jasa
Secara umum sektor jasa- jasa mengalami peningkatan dalam hal
kontribusinya terhadap total PDRB Kota Surakarta, pada tahun
2010 kontribusinya sebesar 10,01 persen, pada tahun 2015 sudah
mencapai 13,37 persen. Dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan yang naik walaupun kecil. Sub sektor jasa
pemerintah umum memberikan peran lebih besar dibanding sub
sektor swasta.
Jumlah 2,579,001.79 12.01 2,967,690.79 12.41 3,432,235.89 12.99 3,877,358.74 13.33 4,274,772.71 13.33 4,675,535.65 13.37
Laju inflasi
Kota Surakarta, Jawa Tengah dan Nasional tahun 2010 - 2015
Rata-rata
Wilayah 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Inflasi
Secara umum inflasi Kota Surakarta pada tahun 2015 lebih rendah
jika dibanding dengan angka inflasi nasional, yaitu sebesar 2,56
persen. Begitu pula jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang
mencapai 8,01 persen, tentunya inflasi pada tahun 2015 jauh lebih
rendah.
Besarnya inflasi Surakarta tahun 2015 yang mencapai 2,56 persen
tersebut, dikarenakan seluruh indeks kelompok pengeluaran
mengalami kenaikan yang lebih rendah bila dibandingkan kenaikan
indeks kelompok pada tahun 2014. Bahkan indeks kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada 2015 mengalami
penurunan indeks sebesar 2,01 persen.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama tahun
2015 sehingga terjadinya inflasi pada tahun 2015 diantaranya, tarif
angkutan udara, bawang merah, beras, bawang putih, sewa rumah,
rokok, tarif rumah sakit, pasir, gula pasir, upah pembantu, kontrak
rumah, tarif listrik, bahan bakar rumahtangga, uang sekolah, mobil,
telur ayam ras. Sebaliknya komoditas yang harganya turun sehingga
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
menghambat tingginya inflasi terutama komoditas bensin, cabe
merah, cabe rawit, cabe hijau, angkutan antar kota, angkutan dalam
kota, minyak goring, batu bata, semen, telepon seluler, solar, obat
dengan resep, cumi-cumi, petai, alpukat, dan ikan bandeng segar.
Selama kurun waktu dua belas bulan, Kota Surakarta sembilan kali
mengalami inflasi dan tiga kali terjadi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi
pada bulan Desember 2015 yang mencapai 0,99 persen dan terendah
0,12 persen pada bulan Maret. Sebaliknya pada bulan Januari,
Pebruari dan September terjadi deflasi masing-masing sebesar 0,20
persen, 0,91 persen dan 0,45 persen.
Tingginya inflasi yang terjadi pada bulan Desember 2015 sebesar 0,99
persen disebabkan karena naiknya seluruh indeks pengeluaran yang
ada, utamanya karena naiknya indeks kelompok bahan makanan yang
mencapai 4,09 persen. Kenaikan indeks kelompok tersebut terutama
dipicu oleh kerena naiknya indeks subkelompok bumbu-bumbuan
yang mencapai 26,01 persen. Komoditas yang memicu tingginya
kenaikan subkelompok tersebut, yaitu bawang, bawang putih, cabe
merah, dan cabe rawit.. Sebaliknya deflasi yang terjadi pada Pebruari
2015 sebesar 0,91 persen terutama disebabkan karena turunnya
indeks kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan masing-masing sebesar 2,48 persen
dan 2,75 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga
sehingga memberikan dampak deflasi, utamanya adalah harga bensin
turun 7,02 persen sehingga memberikan andil deflasi sebesar 0,28
persen, cabe merah turun harganya sebesar 52,53 persen dan
memberi andil deflasi sebesar 0,26 persen, cabe rawit turun harganya
40,18 persen dengan memberi andil deflasi sebesar 0,20 persen, tarif
angkutan dalam kota turun 10,37 persen dengan memberi andil
deflasi 0,10 persen, tarif angkutan antar kota turun 13,08 persen
dengan memberi andil deflasi 0,09 persen dan harga bahan bakar
rumahtangga turun 3,76 persen dengan memberi andil deflasi sebesar
0,08 persen.
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
Laju inflasi menurut kelompok barang/jasa
Kota Surakarta tahun 2010 - 2015
5. Kelompok Kesehatan.
Kelompok kesehatan pada tahun 2015 mengalami inflasi
sebesar 4,11 persen dengan IHK sebesar 115,69 lebih rendah
dibandingkan inflasi tahun 2014 sebesar 4,86 persen dengan IHK
sebesar 111,12. Dari 4 sub kelompok yang ada, tiga sub kelompok
mengalami kenaikan indeks/inflasi dan satu sub kelompok
mengalami deflasi atau penurunan perubahan indeks. Inflasi
terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika
sebesar 5,65 persen diikuti sub kelompok jasa kesehatan sebesar
5,40 persen diikuti sub kelompok kelompok jasa perawatan
jasmani sebesar 2,22 persen dan sub kelompok . Sedangkan sub
kelompok obat-obatan mengalami perubahan indeks yang
mengecil atau deflasi yaitu sebesar 1,78 persen. Secara
keseluruhan kelompok ini pada tahun 2015 memberikan
sumbangan inflasi sebesar 4,11 persen. Komoditas yang dominan
memberikan sumbangan inflasi adalah bedak.
Kelompok kesehatan sumbangan terhadap inflasi umum setiap
tahunnya berfluktuasi. Pada tahun 2010 laju inflasi kelompok
kesehatan 0,14 %, sumbangan terhadap inflasi umum paling kecil.
Kelompok kesehatan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2011 laju
inflasinya mulai meningkat yaitu 3,34%. Pada tahun 2012 laju
inflasi pada kelompok kesehatan turun kembali sebesar 1,98%.
Pada tahun 2013 laju inflasi kelompok ini naik hampir tiga kali
lipat dari tahun sebelumnya menjadi 5,10%. Dan turun kembali
menjadi 4,93 % pada tahun 2014. Laju inflasi pada tahun 2014
kelompok kesehatan besarnya diatas rata-rata selama lima tahun
terakhir. Laju inflasi rata-rata lima tahun terakhir besarnya 3,89%
sedangkan laju inflasi kelompok kesehatan pada tahun 2015
besarnya 4,11%.
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
6. Kelompok Pendidikan
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada tahun
2015 mengalami inflasi sebesar 3,81 persen dengan IHK sebesar
112,00 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun
2014sebesar 0,06 persen dengan IHK sebesar 107,89. Dari 5 sub
kelompok yang ada, kesemuanya sub kelompok mengalami
kenaikan indeks/inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub
kelompok pendidikan sebesar 4,76 persen diikuti sub kelompok
rekreasi sebesar 3,34 persen dan sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 2,12 persen.
Sedangkan sub kelompok olah raga dan sub kelompok kursus-
kursus/pelatihan mengalami kenaikan indeks /relatif kecil yaitu
sebesar 1,98 persen dan 0,26 persen. Secara keseluruhan
kelompok ini pada tahun 2015 memberikan sumbangan inflasi
sebesar 3,81 persen. Komoditas yang dominan memberikan
sumbangan inflasi adalah laptop/notebook.
Pada kelompok pendidikan laju inflasi setiap tahunnya dibawah
5%. Kelompok ini laju inflasi terjadi pada bulan bulan tertentu,
seperti ketika tahun ajaran baru atau permulaan semester setiap
tahunnya. Hal ini karena pada setiap semesternya terjadi
perubahan materi pelajaran maupun agena akademiknya. Rata-
rata laju inflasi pada kelompok pendidikan selama lima tahun
terakhir sangat kecil yaitu 3,50 %.
7. Kelompok Transportasi.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada
tahun 2015 mengalami deflasi sebesar 2,01 persen dengan IHK
sebesar 123,14 lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2014
sebesar 7,22 persen dengan IHK sebesar 125,66. Dari 4 sub
kelompok yang ada, dua sub kelompok mengalami kenaikan
indeks/inflasi, dua sub kelompok mengalami penurunan
Analisis ekonomi kota Surakarta tahun iii
indeks/deflasi. Satu sub kelompok mengalami kenaikan dan satu
sub kelompok tidak terjadi perubahan indeks/indeks tetap. Inflasi
terjadi pada sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar
0,65 persen dan satu sub kelompok jasa keuangan tidak
mengalami perubahanindeks/ angka relative stabil.
Deflasi terjadi pada sub kelompok komunikasi dan pengiriman
sebesar 0,42 persen dan sub kelompok transport mengalami
deflasi sebesar 2,94 persen. Sedangkan sub kelompok jasa
keuangan tidak mengalami perubahan indeks/relatif stabil.
Secara keseluruhan kelompok ini pada bulan Desember 2015
memberikan sumbangan deflasi sebesar 2,94 persen. Komoditas
yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah angkutan
udara, tarip kereta api dan angkutan antar kota.
Kelompok transportasi merupakan kelompok terakhir dari 7
kelompok agregat menghitungan inflasi. Kelompok ini lebih
bersifat administrasi price, karena barang dan jasa kelompok ini
lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Pada tahun
2015 kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 2,01 %,
walaupun masih terkendali namun perlu dicermati karena
kelompok ini berpengaruh terhadap barang atau jasa lainnya. Laju
inflasi Kelompok ini perlu dipertahankan dengan harapan
pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga terhadap bahan
bakar minyak.
IHK IHK
Inflasi Inflasi
KELOMPOK/SUB KELOMPOK Desember Desember
2014 2015
2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5)
UMUM/TOTAL 116.84 119.83 6.49 2.56
1 BAHAN MAKANAN 129.65 134.96 10.12 4.10
1.1 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 124.48 131.18 10.71 5.38
1.2 Daging dan Hasilnya 104.29 107.03 3.46 2.63
1.3 Ikan Segar 138.58 148.02 16.04 6.81
1.4 Ikan Diawetkan 126.61 134.35 16.06 6.11
1.5 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 120.93 125.48 11.15 3.76
1.6 Sayur-sayuran 146.15 162.16 18.89 10.95
1.7 Kacang-kacangan 125.45 126.43 -0.13 0.78
1.8 Buah-buahan 121.48 139.54 4.38 14.87
1.9 Bumbu-bumbuan 213.04 202.38 26.97 -5.00
1.10 Lemak dan minyak 111.22 106.11 -4.76 -4.59
1.11 Bahan Makanan Lainnya 118.46 119.32 9.03 0.73
2 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 110.02 113.30 3.17 2.98
2.1 Makanan Jadi 108.86 109.39 2.36 0.49
2.2 Minuman yang Tidak Beralkohol 106.05 111.43 2.05 5.07
2.3 Tembakau dan Minuman Beralkohol 122.84 137.57 9.02 11.99
3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS, & BAHAN BAKAR 113.85 117.49 8.00 3.20
3.1 Biaya Tempat Tinggal 110.58 113.67 4.80 2.79
3.2 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 125.79 129.13 16.67 2.66
3.3 Perlengkapan Rumahtangga 112.84 119.26 6.74 5.69
3.4 Penyelenggaraan Rumahtangga 107.24 112.52 6.48 4.92
4 SANDANG 112.57 115.44 2.76 2.55
4.1 Sandang Laki-laki 113.05 115.59 2.75 2.25
4.2 Sandang Wanita 111.61 115.68 3.21 3.65
4.3 Sandang Anak-anak 121.87 125.57 5.50 3.04
4.4 Barang Pribadi dan Sandang Lain 105.57 107.09 -0.02 1.44
5 KESEHATAN 111.12 115.69 4.86 4.11
5.1 Jasa Kesehatan 109.72 115.64 6.31 5.40
5.2 Obat-obatan 104.77 102.90 -1.70 -1.78
5.3 Jasa Perawatan Jasmani 114.57 117.11 0.77 2.22
5.4 Perawatan Jasmani dan Kosmetika 115.64 122.17 7.15 5.65
6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 107.89 112.00 4.60 3.81
6.1 Pendidikan 108.70 113.87 6.12 4.76
6.2 Kursus-kursus / Pelatihan 103.92 104.19 0.27 0.26
6.3 Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 103.46 105.65 1.04 2.12
6.4 Rekreasi 110.77 114.47 3.96 3.34
6.5 Olahraga 103.73 105.78 3.16 1.98
7 TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 125.66 123.14 7.22 -2.01
7.1 Transpor 141.97 137.80 10.24 -2.94
7.2 Komunikasi dan Pengiriman 97.75 97.34 -0.21 -0.42
7.3 Sarana dan Penunjang Transpor 108.56 109.27 4.12 0.65
7.4 Jasa Keuangan 121.61 121.61 20.39 0.00