Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The purpose of this study was to examine the association of religiosity with the adjustment to the boarding
school students. The hypothesis of this study was the relationship of religiosity on adjustment. The research samples are
132 students of Madrasah Aliyah boarding Rasyidiah Khalidiah Amuntai. Sampling technique use proportional
stratified sample. Methods of data collection using the Likert method, the details as much as 60 item religiosity scale
and scale adjustment of 60 items. The validity of the test results using the correlation of Pearson Product moment where
religiosity scale showed a fall item 8 and 52 item valid with a correlation coefficient of 0.301 to 0.737 moving with a
significance level of 5%, while the scale of adjustment showed a fall item 7 and 53 item valid with a correlation
coefficient of 0.301 to 0.541 moving with a significance level of 5%, the results of reliability testing two variables using
the formula of Cronbach Alpha coefficient indicates reliabilities of 0.884 to 0.935 for the adjustment and religiosity,
which shows a second measurement scale is reliable and very reliable. The results of the data analysis using product
moment correlation showed that the count r = 0.511 and r = 0.172 in table 5% significance level at which a count r
0.511> 0.172 r table means the hypothesis is accepted.
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: nadziratha@yahoo.com
2
Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan dengan menghubungi: nawanghimawan@gmail.com
698
RELIGIUSITAS DAN PENYESUAIAN DIRI
Jalaluddin (2007), religiusitas adalah suatu tuntutan dari berbagai pihak. Semua itu
keadaan yang ada dalam diri individu yang merupakan suatu runtutan atau rangkaian dari
mendorongnya untuk bertingkah laku dalam berbagai tugas perkembangan yang memang
kehidupan sehari – hari sesuai dengan kadar harus dijalankan oleh individu seumuran
ketaatannya terhadap agama atau religi. mereka, dilewati dan dipenuhi. Masa yang
Nilai religius sendiri merupakan sistem semacam ini yang sedang santri tersebut alami
nilai yang terbentuk dan dianggap bermakna yaitu masa remaja, dimana kebanyakan dari
bagi manusia. Sistem ini dibentuk melalui mereka hanya mengenal bersenang-senang
belajar dan bersosialisasi, hal tersebut tanpa adanya tanggungan lain kecuali belajar.
dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi Fenomena ketidak mampuan santri dalam
pendidikan dan masyarakat luas. Yusuf (2004) menyeseuaikan diri peneliti temukan di pondok
menjelaskan pada dasarnya manusia adalah pesantren Rasyidiyah Khalidiyah melalui
makhluk beragama (homoreligius). informasi dari guru bimbingan kesiswaan dan
Homoreligius adalah makhluk yang memiliki guru bagian kesiswaan yang mana dikatakan
rasa keagamaan dan kemampuan untuk mereka bahwa ada beberapa kondisi dan situasi
memahami serta mengamalkan nilai–nilai religi, yang sedang dihadapi oleh Santri pondok
baik yang bersifat ritual personal maupun pesantren Rasyidiah Khalidiah yang mungkin
ibadah sosial, seperti menjalin hubungan antara menjadi pemicu adanya gangguan atau
manusia dan lingkungan yang bermanfaat bagi hambatan dalam penyesuaian diri dengan
kesejahteraan umat. dirinya sendiri, teman sebaya atau lingkungan
Kehidupan di pondok pesantren yang sekitar. Hambatan penyesuaian diri ini terjadi
sangat berbeda dengan kehidupan santri baik di sekolah ataupun di asrama mereka
sebelumnya membuat santri harus melakukan tinggal, seperti santri belum bisa menyesuaikan
penyesuaian diri agar bisa bertahan hingga bisa diri terhadap dirinya sendiri dalam
menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren menggunakan waktu luang, mereka masih ikut-
tersebut. Padatnya jadwal yang diterima para ikutan dengan temannya sekelompoknya
santri kemudian memberikan dampak lain pada walaupun itu dalam hal negatif. Kemudian
kehidupannya. Setiap harinya santri mempunyai hambatan berikutnya yaitu adanya santri yang
jadwal kegiatan yang sudah tersusun, mulai dari sering tidak bertanggung jawab yaitu ketika
bangun tidur hingga tidur kembali diatur diberikan tugas baik itu dari guru maupun
sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu yang pembina asrama sering tidak dilaksanakan dan
terbuang percuma. Secara khusus kondisi santri diabaikan, kemudian sikap sangat agresif yaitu
pondok pesantren Rasyidiah Khalidiah relatif, sering berkelahi dengan teman seasramanya
mereka itu penuh dengan adanya tantangan dan atau sekelas ,mencuri barang punya teman
lainya, memalak teman sekelas maupun teman pesantren Rasyidiah Khalidiah, tidak semuanya
seasramanya, menghamburkan uangnya untuk mempunyai relegiusitas positif, tetapi
sesuatu yang tidak menjadi kebutuhan penting, kebanyakan santri menunjukkan kecondongan
memilah-milih dalam berteman, berhubungan pada sikap yang positif. Karena santri pondok
dengan lawan jenis, hambatan lainnya ini masih mempunyai anggapan dan pemikiran
diantaranya sulitnya penyesuaian diri terhadap yang masih murni dan belum banyak tercampur
kurikulum yang ditetapkan madrasah yang pada hal-hal yang negatif.
banyak mengacu pada pelajaran pondok, sekian Santri pondok pesantren Rasyidiah
lama mereka tidak ada progam pelajaran di khalidiah ini, masih mempunyai kemauan kuat
pondok kemudian ditetapkan adanya pelajaran menuruti atau mentaati peraturan yang telah
pondok, jadi mereka merasa berat karena ditetapkan di asrama, seperti peraturan untuk
adanya tambahan tanggungan. Adanya shalat berjama’ah di mesjid setiap waktu shalat.
hambatan penyesuaian diri dengan teman Banyak dari mereka yang datang terlebih dahulu
sebayanya. kemudian melakukan shalat qabliyah. Santri
Dalam pandangan Islam hambatan pondok ini juga lebih mudah dalam
penyesuaian diri sebagai gangguan emosioanal menyetorkan hafalan tahfidz kepada
atau kepribadian, ini dikarenakan karena pembimbingnya. Kalau dibedakan antara santri
keinginan kuat manusia untuk lari dari pondok dengan santri non pondok, maka santri
kenyataan hidup yang ada. Timbulnya stres, pondok inilah setidaknya yang lebih baik dari
rasa cemas, kecewa, frustasi, semua itu terjadi pada santri non pondok. Berdasarkan uraian
karena aturan yang telah ditetapkan oleh Allah yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
swt banyak yang dilanggar oleh manusia. Tidak untuk melakukan penelitian mengenai
sedikit manusia yang bersifat sombong, merasa “Hubungan religiusitas dengan penyesuaian diri
dirinya mempunyai segalanya dan bisa siswa pondok pesantren”
melakukan apa saja sehingga tidak mampu lagi
mengontrol atau mengendalikan dirinya sendiri. Penyesuaian Diri
Akibat perbuatan-perbuatan yang negatif, Penyesuaian diri adalah interaksi yang
yang dilakukan oleh manusia. Mereka selalu berlangsung secara terus menerus dengan diri
merasa tidak nyaman, tidak tentram di mana sendiri, orang lain dan Tuhannya. Penyesuaian
saja dan kapan saja mereka berada. Manusia diri dengan ilmu jiwa adalah proses dinamika
tidak bisa bangkit dengan caranya sendiri yang bertujuan untuk mengubah kelakuan agar
karena adanya kesalahan yang diperbuat oleh terjadinya hubungan yang sesuai dengan
manusia itu sendiri dalam menginterprestasikan lingkungannya (Musthafa, 1982). Pendapat lain
ayat-ayat Allah swt. Relegiusitas Santri pondok juga dikemukakan oleh Gerungan (2004) yang
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu tentang menolong orang yang menganiaya?
berbuat kerusakan di (muka) bumi. (Nabi menjawab): kau cegah ia. (Shohih
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- bukhori) Sebagai mana pada hadist diatas,
orang yang berbuat kerusakan. bahwa kita dianjurkan untuk dapat saling tolong
Kematangan intelektual mencakup aspek- menolong kepada orang yang menganiaya
aspek: kemampuan mencapai wawasan diri maupun yang teraniayah. Dalam artian
sendiri, kemampuan memahami orang lain dan mencegahnya sebagai bentuk kematangan
keberagamaannya, kemampuan mengambil dalam bersosial. Tanggung jawab mencakup
keputusan, keterbukaan dalam mengenal aspek-aspek; Sikap produktif dalam
lingkungan. Dalam Al-Quran Allah SWT mengembangkan diri, Melakukan perencanaan
berfirman dalam Al-Quran surat Al-Hujurat 13 dan pelaksanaannya secara fleksibel, Sikap
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan interpersonal, Kesadaran akan etika dan hidup
seorang perempuan dan menjadikan kamu jujur, Melihat perilaku dari segi konsekuensi
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya atas dasar sistem nilai, kemampuan bertindak
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya independen.seperti hadist berikut ini yang
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Artinya : Allah telah mewahyukan kepadaku
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara supaya hendaklah kamu hormat-menghormati
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui satu sama lain, agar jangan ada sesorang yang
lagi Maha Mengenal. Dari teks ayat diatas menganiaya yang lain. Dan agar jangan ada
mengisyaratkan bahwasannya manusia sesorang yang sombong terhadap yang lain.
diciptakan dari berbagai suku dan bangsa (Sunan Abu Dawud)
supaya untuk saling mengenal satu sama Sebagai mana penyesuaian diri pada
lainnya, sehingga sampai pada tujuannya yaitu dimensi tanggung jawab. Pada hadist diatas
sebagai wawasan diri sendiri. menganjurkan pada kita semua untuk dapat
Kematangan sosial mencakup aspek- saling hormat-menghormati satu sama lainnya,
aspek: keterlibatan dalam partisipasi sosial, agar tidak ada seseorang yang menganiaya yang
kesediaan kerja sama, Kemampaun lain. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab kita
kepemimpinan. sikap toleransi, keakraban dalam bersahabat dalam hubungan
dalam pergaulan seperti yang dikatakan di interpersonal.
dalam sebuah hadist yang.Artinya : Tolonglah Religiusitas adalah suatu keadaan yang
saudaramu, baik ia orang yang menganiaya ada dalam diri individu yang mendorong untuk
maupun yang dianiaya. Bertanya sesorang bertingkah laku dalam kehidupan sehari – hari
(sahabat): Ya Rasulullah! Kami mengerti sesuai dengan kadar ketaatanya terhadap agama.
Selanjutnya dikatakan bahwa religiusitas juga dan sikap yang disepakati oleh lingkungan.
dapat diartikan sebagai keadaan yang ada dalam Faktor lain yaitu pengalaman pribadi atau
diri manusia dalam merasakan dan mengakui kelompok pemeluk agama. Pengalaman konflik
adanya kekuasaan tertinggi yang menaungi moral dan seperangkat pengalaman batin
kehidupan manusia dengan cara melaksanakan emosional yang terikat secara langsung dengan
semua perintah Tuhan sesuai dengan Tuhan atau dengan sejumlah wujud lain pada
kemampuannya dan meninggalkan semua sikap keberagamaan juga dapat membantu
larangan – Nya, sehingga hal ini akan membawa dalam perkembangan sikap keberagaman.
ketentraman dan ketenangan pada dirinya. Faktor ketiga adalah kebutuhan-kebutuhan yang
(Jalaluddin, 2007) tidak dapat dipenuhi secara sempurna, sehingga
Religiusitas bukan hanya yang berkaitan mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan
dengan aktifitas yang tampak dan dapat dilihat kepuasan agama. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
mata, tapi juga aktifitas yang tak tampak yang dapat dikelompokkan dalam empat bagian:
terjadi dalam hati seseorang, sehingga pertama kebutuhan akan keselamatan, kedua
religiusitas meliputi berbagai macam sisi atau kebutuhan akan cinta, ketiga kebutuhan untuk
dimensi (Ancok & Suroso,2005) memperoleh harga diri dan keempat kebutuhan
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan yang timbul karena adanya kematian. Daradjat
bahwa religiusitas sebagai suatu keadaan yang (dalam Jalaluddin, 2007), mengatakan ada enam
ada dalam diri individu yang mendorong untuk kebutuhan yang menyebabkan orang
bertingkah laku dalam kehidupan sehari – hari membutuhkan agama. Melalui agama kebutuhan
sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap – kebutuhan tersebut dapat disalurkan.
agama atau religinya. Kebutuhan tersebut ialah: pertama kebutuhan
Faktor–faktor yang Mempengaruhi akan rasa kasih sayang, kedua kebutuhan akan
Religiusitas menurut Robet H. Thouless (dalam rasa aman, ketiga kebutuhan akan rasa harga
Sururin, 2004), mengemukakan empat faktor diri, keempat kebutuhan akan rasa bebas, kelima
religiusitas yang dimasukkan dalam kelompok kebutuhan rasa sukses, dan keenam kebutuhan
utama yaitu : pengaruh–pengaruh sosial, rasa ingin tahu.
berbagai pengalaman, kebutuhan dan proses Berdasarkan uraian pendapat-pendapat
pemikiran. diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai
Faktor sosial mencakup semua pengaruh beriku: Ada hubungan religiusitas dengan
sosial dalam perkembangan sikap keberagaman penyesuaian diri siswa pondok pesantren.
yaitu: pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial
dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat
diperoleh 53 aitem yang sahih dan 7 aitem yang maupun dalam penyesuaian diri di asrama
gugur Koefisien korelasi untuk aitem-aitem ataupun lingkungan sosial. Layanan
yang valid bergerak 0,301 - 0,541. Reliabilitas konseling dibuat berkelompok (group
skala penyesuaian diri koefisien reliabilitas counseling) dan dibatasi paling banyak 10-15
sebesar 0,884. Data penelitian “Normal” pada orang tiap kelompok sehingga guru juga
kedua skala, skala religiusitas (0,901) dapat lebih berinteraksi dengan santri dan
penyesuaian diri (1,078). Adanya garis linier juga memudahkan santri untuk berdiskusi.
dengan persamaan Y = 105,21 + 0,34X. Garis 2. Bagi subjek penelitian
linier tersebut dapat diartikan bahwa antara Dari riset ini didapat bahwa ada
religiusitas dengan penyesuaian diri ada keterkaitan antara religiusitas terhadap
hubungan linier positif antara kedua variabel. penyesuaian diri. Oleh karena itu, diharapkan
penelitian ini akan memberikan pengetahuan
Kesimpulan dan Saran baru bagi santri atau guru untuk menghadapi
Kesimpulan kemunduran– kemunduran yang dialami
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pada masa remaja baik secara fisik maupun
analisa data penelitian, serta diperkuat dengan psikis dengan melakukan kegiatan positif,
dasar teori yang telahdijabarkan, maka salah satunya dengan mengikuti kegiatan
diperoleh suatu kesimpulan yaitu ada hubungan religius untuk lebih mendalami nilai–nilai
religiusitas dengan penyesuaian diri siswa agama yang diyakini dalam hati maupun
pondok pesantren. dalam ucapan yang kemudian
diaktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah
Saran laku sehari-hari. Dengan demikian santri
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis akan lebih dapat menyesuaikan diri.
ingin memberikan saran sebagai berikut: 3. Saran untuk penelitian
1. Bagi Institusi (Pondok Pesantren Rasyidiah Dalam penelitian selanjutnya,
Khalidiyah) khususnya bagi peneliti yang tertarik dengan
Disarankan untuk menyediakan layanan permasalahan yang sama, diharapkan dapat
bimbingan konseling khusus bagi santri yang lebih memperkaya penelitian ini, yaitu
tinggal di pondok pesantren dan layanan dengan melihat faktor – faktor lain yang
bimbingan konseling harus di isi oleh guru berhubungan terhadap keadaan psikologis
yang berkompeten dibidangnya. Bimbingan santri pondok pesantren. Faktor – faktor
konseling ini diperlukan karena selama santri tersebut misalnya konsep diri dan dukungan
tinggal di asrama mengalami banyak sosial orang tua. Diharapkan melalui
masalah, baik dalam pengajaran di madrasah penelitian yang dilakukan dapat
Kepustakaan
Ancok, D., Suroso, F.N. 2005. Psikologi Islam:
Solusi Islam atas problem–problem
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.