You are on page 1of 31

Kematian di duga akibat Keracunan

Elena Silvia Tara


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470
elenasilviat@gmail.com
Pendahuluan
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu
penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan
beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian. Saat kematian seseorang belum dapat
ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi karena
dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik
sebelumnya maupun penyebab kematian itu sendiri.
Toksikologi adalah ilmu yang memepelajari sumber ,sifat serta khasiat racun ,gejala-
gejala dan pengobatan pada keracunan ,serta kelainan yang didapatkan pada korban yang
meninggal .Racun pula ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian
.Berdasarkan sumber ,dapat dibagikan menjadi racun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
kurare ,kokain ,opium dari papaver somniferum ,aflatoksin dari aspergilus niger .Ada juga racun
yang berasal dari hewan seperti toksin ular/laba-laba/hewan laut .Racun dari mineral didapatkan
dari arsen dan timah hitam. Racun dari sumber sintetik pula datangnya dari heroin .
Pembagian racun berdasarkan organ tubuh yang dipengaruhi misalnya racun yang bersifat
hepatotoksik dan nefrotoksik .Berdasarkan tempat di mana racun berada ,dapat dibagi menjadi
racun yang terdapat di alam bebas ,misalnya gas racun di alam .Yang kedua ,racun di rumah
tangga misalnya detergen ,desinfektan ,insektisida ,cleaners (pembersih) .Yang ketiga ,racun
dalam pertanian ,misalnya insektisida ,herbisida dan pestisida .Yang keempat ,racun yang
digunakan dalam industry dan laboratorium ,misalnya asam dan basa kuat ,logam berat. Yang
kelima ,racun dalam makanan ,misalnya CN dalam singkong ,toksin botulinus ,bahan pengawet
,zat aditif serta yang keenam ,racun dalam bentuk obat misalnya hipnotik ,sedative dan lain-lain.1

1
Aspek Medikolegal
1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan1
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 179 KUHAP


(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya.

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya1


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.

Pasal 184 KUHAP


(1) Alat bukti yang sah adalah:

2
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 186 KUHAP


Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP


(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai
wewenang untuk itu.

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter1


Pasal 216 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam

3
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.

Pasal 222 KUHP


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP


Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP


Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.

Aspek Hukum2
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan,
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

4
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.

Pasal 340 KUHP


Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

Pasal 351 KUHP


(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 354 KUHP


(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
sepuluh tahun.

Rahasia Jabatan dan Pembuatan Ska/ V Et R1


 Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter
Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

5
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.
 Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-
orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran.

Pasal 2 PP No 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal
3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP ini
menentukan lain.

Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.
Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau
tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat
melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966

6
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut
dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan
berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 322 KUHP


1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.

Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

Bedah Mayat Klinis, Anatomis Dan Transplantasi1


Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan
pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x
24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit.

Pasal 14 PP No 18/1981

7
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis
keluarga yang terdekat.

Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk
ke dan dari luar negeri.

Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk keperluan
penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 70 UU Kesehatan
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati, ataupun
bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk
kepentingan peradilan.2
Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat
dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang
segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.2
Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120, 179
dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun Visum
et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik dan
digunakan untuk kepentingan peradilan.
Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:2

8
1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan
2. Visum et Repertum Kejahatan Susila
3. Visum et Repertum Jenazah
4. Visum et Repertum Psikiatrik.
Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga
manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental atau
jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et Repertum
perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri adalah visum untuk
manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah untuk korban yang
sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter yang mampu, namun
sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter spesialis psikiatri yang bekerja
di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum
memuat hal-hal sebagai berikut:2
1. Pembukaan:
 Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan
 Tidak dikenakan materai
 Kerahasiaan
2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:
 Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat Pembantu
Letnan Dua)
 Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
 Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
 Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
 Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
3. Pelaporan/inti isi:
 Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)
 Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan
diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)
4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan
pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis.

9
5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan LN no.
350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran
tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut.2

Pemeriksaan Autopsi Forensik


Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap
bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian
serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab
kematian.3

Autopsi Medikolegal
Autopsi medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat
suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun bunuh diri.
autopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya penyidikan suatu
perkara. Tujuan dari autopsi medikolegal adalah :4
 Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas.
 Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian
 Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan.
 Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum.
Autopsi medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya
penyidikan suatu perkara. Hasil pemeriksaan adalah temuan obyektif pada korban, yang
diperoleh dari pemeriksaan medis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada autopsi
medikolegal :4
1. Tempat untuk melakukan autopsi adalah pada kamar jenazah, namun jika tidak
memungkinkan di kamar jenazah dapat di tempat lain yang tertutup.
2. Autopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi oleh pihak yang berwenang.
3. Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk autopsi.

10
4. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu
sebelum memulai autopsi. Tetapi kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari
pemeriksaan fisik.
5. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan autopsi.
6. Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan. Pada
kasus jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, photo, sidik jari, dan
lain-lain harus diperoleh.
7. Ketika dilakukan autopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
8. Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten.
9. Pada laporan autopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
10. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diautopsi.

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan autopsi forensik/medikolegal adalah:


1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan, termasuk
surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud dalam surat
tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap
mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah tersedia.
5. Mempersiapkan format autopsi, hal ini penting untuk memudahkan dalam pembuatan
laporan autopsi.

Tanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu :3
a. Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara
klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak
terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

11
b. Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa
ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan
obat tidur,tersengat listrik dan tenggelam.
c. Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.
Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.
d. Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.
e. Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat
dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu
dapat dihentikan.
A. Tanda kematian tidak pasti
1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi,palpasi,auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat tetapi bukan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme agonal
sehingga wajah tampak kebiruan
4. Tonus otot menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.
B. Tanda pasti kematian
1. Lebam mayat (livor motis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat
terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula membntuk bercak
berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian tubuh yang
tertekan alas keras. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin
lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkao dan menetap selama 8-12 jam. Lebam

12
mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian memperkirakan sebab kematian, misalnya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada
keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan
setelah terjadinya lebam mayat yang menetap dan memperkirakan saat kematian.lebam
mayat terdapat pada bagian tubuh yang terletak rendah. Bila terdapat penekanan, pembukuh
darah di daerah tersebut tertutup dan karena nya tidak dapat terisi darah dan darah tersebut
akan bebas dari lebam mayat. Pada kedua jenasah pada kasus meninggal nya pengusaha dan
istri nya ditemukan adanya lebam mayat berwarna merah terang .
2. Kaku mayat (rigor motis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena
metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Dimana pada
pemeriksaan pada kedua jenasah pengusahan dan istri nya tersebut ditemukan adanya kaku
mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar
tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses
pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi,
konduksi, evaporasi dan konveksi.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan
yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan
jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal
hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri
tersebut untuk bertumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa
warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan
penih dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Selanjutnya rambut menjadi mudah
dicabut dan kuku mudah terlepas wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
kelopak mata membengkak pipi tembem bibir tebal lidah membengkak dan sering terjulur
diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata yaitu
kira-kira 36-48 jam pasca mati. Pada kasus kedua jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan
istri nya belum ditemukan ada nya pembusukan tersebut.
5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera

13
dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang
pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara
atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi
adiposera.
6. Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat mengehentikan pembusukan.
Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarnagelap berkeriput dan tidak membusuk
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.

Pemeriksaan jenazah
Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan
teliti dan sistematik serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah,
pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda
tanatologik, gigi geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian
luar. Dimana pada kasus jenazah pengusaha dan istri nya belum ditemukan adanya bungkus atau
tutup jenazah, pakaian kedua jenazah masih dalam keadaan utuh tidak ada bekas robekan,
kemudian barang-barang disekitar kamar tidur kedua jenazah masih dalam keadaan utuh dan
tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka atau cedera pada kedua mayat tersebut.4
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et
Repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan
penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan bedah jenazah. Apabila dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga
tengkorak, leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb. Dari pemeriksaan
dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut diatas.4

Penyebab kematian pada kasus ini


a. Traumatologi

14
Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat
kekerasan benda tumpul pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka
memar (kontusio, hematom)m, luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek
(vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Umur
luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat
timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5
hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai
10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Kemudian luka lecet terjadi
akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan
kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal
jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan denga n kulit. Luka
lecet bisa merupakan luka lecet gores akibat benda runcing, luka lecet serut yang
merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan
kulit lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan karena penjejakan benda tumpul pada kulit,
luka lecet geser yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser
misalnya pad akasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Dan luka robek yang
merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang
ke satu arah. Cedera leher dapat terjadi pada misalnya penumpang kendaraan yang
ditabrak dari belakang karena terjadi hiperekstensi kepala yang disusul dengan
hiperfleksi.3
Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat
kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi
dan sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan
tumpul namun bentuknya beraturan. Pada luka akibat kekerasan benda tajam dimana
benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat
seperti pisau, golok dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan
tepi kertas atau rumput. Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan
dinding luka yang rata, berbentuk garis tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka
berbentuk garis atau titik. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, atau

15
sayat, luka tusuk dan luka bacok. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau
bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh.3
b. Toksikologi
Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi racun yang
terdapat di alam bebas, misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga;
misalnya deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih (cleaners). Racun yang digunakan
dalam pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam
industri dan laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat
dalam makanan misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat
aditif serta racun dalam bentuk obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang
bekerja lokal dan menimbulkan beberapa reaksi misalnya perangsangan,peradangan atau
korosif. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan
kematian akibat syok neurogenik. Contoh racun korosif adalah asam dan basa kuat :
H2SO4, HNO3, NaOH, KOH; golongan halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam.
Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem misalnya
barbiturat, alkohol, morfin terhadap susunan saraf pusat, digitalis, oksalat terhadap
jantung, CO terhadap hemoglobi darah. Terdapat pula racun yang mempunyai efek lokal
dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol yang menyebabkan erosi lambung dan
sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan depresi susunan saraf pusat.3
Faktor yang mempengaruhi keracunan :3
a. Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk
lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral dan paling
lambat ialah bila melalui kulit yang sehat
b. Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih sensitif
misalnya pada barbiturat.
c. Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami keracunan. Pada
penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk fisik
dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong
d. Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat terjadi
toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan, maka
toleransi akan menurun lagi

16
e. Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain. Pengaruh
langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat (kuat)
keracunan.
f. Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi terjadi
lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama
(kronik) atau waktu singkat/sesaat.
Kriteria Diagnostik Keracunan
Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun
penyebab. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti.
Yang terpenting pada penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa
racun dalam tubuh/cairan tubuh korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat nya
kelainan pada tubuh korban baik makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan
racun penyebab. Disamping itu perlu pula dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar
kontak dengan racun.3
Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang
racun apa kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat
dilakukan dengan lebih terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.3

Pemeriksaan Kedokteran Forensik Akibat Keracunan


Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yang sejak
semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan ada kasus yang sampai saat
sebelum autopsi dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus
dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat
terdapatkecurigaan akan keracunan,bila pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim
ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu,misalnya lebam mayat yang tidak biasa
(cheery pink colour pada keracunan CO, merah terang pada keracunan CN; kecoklatan pada
keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanasetin dan kina) luka bekas suntikan sepanjang vena dan
keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN) atau
bau kutu busuk (keracunan malation) serta bila pada autopsi tak ditemukan penyebab
kematian. Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa

17
pemeriksaan penting yaitu : pemeriksaan di tempat kejadian,autopsi dan analisis
toksikologik.3

Pemeriksaan di Tempat Kejadian


Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian
dan menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah
mungkin orang itu mati akibat keracunan misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah
ada sisa obat atau pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang morfinis, cari bubuk
heroin, pembungkusnya atau alat penyuntik. Bila terdapat muntahan, apakah berbau fosfor
(bau bawang putih) bagaimana sifat muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik),
berwarna hitam (H2SO4 pekat), kuning (HNO3), biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat
gelas atau alat minum lain, atau ada surat perpisahan/peninggalan jika merupakan kasus
bunuh diri. Mengumpulkan keterangan sebanyak mungkin tentang saat kematian, kapan
terakhir kali ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum kejadian ini apakah si pengusahan dan
istri nya sehat-sehat saja. Berapa lama gejala timbul setelah makan/minum terakhir, dan apa
gejala-gejalanya. Bila sebelumnya sudah sakit, apa penyakitnya dan obat-obat apa yang
diberikan serta siapa yang memberi. Harus ditanyakan pada dokter yang memberi obat, apa
penyakitnya,obat-obat apa yang diberikan dan berapa banyak,juga ditanyakan apakah apotik
memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa dihitung jumlahnya. Dapat pula ditanyakan
pada keluarga atau anak korban bagaimana keadaan emosi kedua korban tersebut sebelumnya
dan pekerjaan korban,sebab mungkin saja racun diambil dari tempat ia bekerja atau
mengalami industrial poisoning.3
Mengumpulkan barang bukti : kumpulkan obat-obatan dan pembungkus nya bila ada,
muntahan harus diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples periksa adanya etiket
dari apotik dan jangan lupa untuk memeriksa tempat sampah.3

Pemeriksaan Luar3
1. Bau
Dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak
tanah pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia,

18
fenol (asam karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus
keracunan pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang
hidung dan mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat
ia harus menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa
keluar dari lubang-lubang hidung dan mulut.
2. Pakaian
Pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun
yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat karena asam
sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan karena dari
penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi/kemauan korban
yaitu apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa
(pembunuhan). Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak-
bercak akan tersebar pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau
racun.
3. Lebam mayat
Warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna lebam mayat
pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. Perhatikan adanya
kelainan di tempat masuknya racun. Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan
yang baru.
4. Perubahan kulit
Misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan dan kaki pada
keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada keracunan perak (Ag)
kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna kuning
pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel atau bula pada tumit,
bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut.
Diperhatikan juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik dapat
ditemukan kuku yang menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium kronik
ditemukan kelainan trofik pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan
talium,arsen, air raksa dan boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti
fosfor, karbon tetra klorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.

19
Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot dan alat-alat dimana pada
pemeriksaan kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada
sianida berwarna merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui
mukosa usus. Lambung mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat
perforasi akibat zat korosif.

Jenis – jenis keracunan


a. Keracunan Karbon Monoksida3
Karbon monoksida (CO) adalah tracun yang tertua dalam sejarah manusia. Gas CO
adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir.
Sumber gas CO dapat ditemukan pada hasil pembakaran, motor yang menggunakan
bensin, gas arang batu, alat pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, cerobong asap
yang tidak bekerja dengan baik.
Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh
hemoglobin secara reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat
diri dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan
merupakan racun yang kumulatif. Absorpsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO
dalam udara lingkungan, kadar COHb sebelum pemaparan , lamanya pemaparan dan
ventilasi paru.
Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing
dengan O2 dalam mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom
oksidase dan sitokrom P-450, Hb dan sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb
mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuannya untuk
mengangkut O2. Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan lama nya inhalasi
menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala ataru kematian.
Tanda dan gejala keracunan CO
Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah. Pada gejala
saturasi sampai dengan 10% tidak terdapat gejala-gejala. Pada kondisi ekstrim dimana
kadar presentasi saturasi COHb mencapai 70-80 % gejala-gejala nya nadi lemah,
pernafasan lambat, gagal pernafasan dan mati.

20
Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan CO
Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis
adanya kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak
lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang, yang
tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada analisa toksikologik darah
akan ditemukan adanya COHb. Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat
hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita dirawat.

Pemeriksaan laboratorium keracunan CO


Untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji dilusi alkali. Perlu
diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali
ini. Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus karena
dikatakan bahwa darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan adanya
COHb dalam darah juga dapat melalui penentuan secara spektroskopis. Cara
spektrofotometrik adalah cara yang terbaik untuk melakukan analisis CO atas darah segar
korban keracunan CO yang masih hidup, karena hanya dengan cara ini, dapat ditentukan
rasio COHb : OxiHb. Darah mayat adalah darah yang tidak segar sehingga memberikan
hasil yang tidak dapat dipercaya. Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk mengukur
kadar CO dari sampel darah mayat dan cukup dapat dipercaya.

b. Keracunan Sianida3
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam
takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat
seperti bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen
sianida merupakan cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, alkohol, dan eter.
Garam sianida yang dipakai dalam pengerasan besi dan baja, dalam proses penyepuhan
emas dan perak serta dalam fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-tumbuhan
genus prunus , singkong liar, umbi-umbian liar,temu lawak, cherry
liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.
Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan
cyanogen dan uap HCN diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi

21
melalui kulit tetapi gas HCN lambat. Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui
mulut,inhalasi dan kulit. Setelah diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN
bebas dan tidak berikatan dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk methemoglobin akan
terbentuk methemoglobin.
Tanda dan gejala keracunan Sianida
Cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam
beberapa menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak
nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan
kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat
dan lemah, pernafasan cepat dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks
melambat. Kemudian mayat berwarna merah terang dan bau amandel .

Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Sianida


Pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang patognomonik
untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan
keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa keluar dari mulut,
dan lebam mayat berwarna merah terang.

Pemeriksaan laboratorium keracunan Sianida


Uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, yang diteteskan
satu tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-Pagenstecher dimana isi
lambung 50 mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring kemudian dicelupkan
ke dalam larutan guajacol dalam alkohol,keringkan.

c. Keracunan Arsen3
Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan
tidaklah mustahil dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini.
Disamping itu keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam
industri dan pertanian akibat memakan/meminum makanan/minuman yang
terkontaminasi dengan arsen. Sumber : industri dan pertanian terdapat dalam bahan yang
digunakan untuk penyemprotan buah-buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi

22
tanaman liar dan pembunuhan lalat.juga kadang-kadang didapatkan dalam cat dan
kosmetika. Arsen juga terdapat dalam tanah, air minum yang terkontaminasi, bir,
kerang,tembakau dan obat-obatan.
Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan
melalui kulit. Setelah diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam
hati,ginjal , kulit dan tulang.
Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga
metabolisme sel dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.
Tanda dan gejala keracunan Arsen
Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di daerah
tenggorok dengan rasa logam pada mulut.

Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Arsen


Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pembedahan
jenazah ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna merah,kadang-kadang
dengan perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Bila
korban cepat meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda kegagalan
kardio-respirasi akut. Bila meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan anemi
hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal
serta nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat keracunan kronik tampak keadaan gizi
buruk, pada kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak tangan dan kaki. Kuku
memperlihatkan garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
Pemeriksaan laboratorium keracunan Arsen
Curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30 mg/kg (pada rambut
kepala normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80 ug/kg (kuku
normal). Dapat dilakukan uji reinsch.

d. Keracunan Timbal3
Sumber timbal terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan
accu/baterrai, pipa air, bahan dasar cat, benda-benda keramik dan gelas.

23
Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran
cerna terutama usus halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit
yang utuh dan diikat oleh sel darah merah.
Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot
polos usus, ureter, uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .
Tanda dan gejala keracunan Timbal
Pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa logam), muntah-muntah
berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang hitam, nyeri perut,
syok, hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban tampak pucat
yang tak sesuai dengan derajat anemi,rasa logam pada mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-
kadang diare.

Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Timbal


Pada keracunan akut yang meninggal ditemukan tanda-tanda dehidrasi,lambung
mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis dan feses berwarna hitam.
Jika keracunan kronik maka didapatkan tubuh sangat kurus, pucat,terdapat garis
Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak hitam.

Pemeriksaan laboratorium keracunan Timbal


Normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml. Bila lebih dari 70 ug/100
ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml berarti telah terjadi
keracunan.

e. Keracunan alkohol3
Sumber alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti
whisky,brandy,rum,vodka,gin (mengandung 45% alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale
(48%). Alkohol sintetik seperti air tape, tuak, dan brem.
Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut
dan lambung. Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.
Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel
sehingga bersifat sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan

24
temperatur akibat penguapan, sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan
lebih hebat lagi mengakibatkan inflamasi.
Tanda dan gejala keracunan Alkohol
Pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan berupa penurunan
keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40 mg% telah
timbul penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan pemanjangan
waktu reaksi. Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala banyak
bicara, ramai,refleks menurun.

Pemeriksaan kedokteran forensik keracunan Alkohol


Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas. Mungkin ditemukan
gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda
perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ termasuk otak dan
darah berbau alkohol.

Pemeriksaan Laboratorium pada keracunan Alkohol


Untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah vena perifer
(kubiti atau femoralis).

Asuransi Jiwa
Klaim Asuransi Jiwa merupakan tuntutan dari Pemegang Polis / Penerima pengalihan hak
kepada Penanggung atas pembayaran Jumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Saldo Tunai yang
timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi. Penerima Klaim yaitu
Pemegang Polis atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum dalam polis.5

Dasar – Dasar Klaim :4


1. Kematian dari penerima
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi
ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi
ketika polis telah menghasilkan saldo tunai.

25
4. Penerima mengalami kecelakaan.
5. Penerima karena sakit memerlukan rawat inap atau rawat jalan.
Klaim Meninggal :
Klaim Meninggal terjadi apabila penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan
dalam polis telah meninggal dunia sementara polis masih berlaku.4
Persyaratan Klaim Meninggal :
1. Polisi asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.
4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat
meninggal dunia karena kecelakaan.
5. Pengajuan klaim atas kematian.
6. Kuesioner klaim.
7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
8. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan
hak dan untuk sementara terdapat hambatan.
10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.
12. Polisi asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman .
13. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
14. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.

26
15. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat
meninggal dunia karena kecelakaan.
16. Pengajuan klaim atas kematian.
17. Kuesioner klaim.
18. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
19. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
20. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan
hak dan untuk sementara terdapat hambatan.
21. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan
hak usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.
22. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.

27
RS UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No6, Jakarta 11510
Telp/fax 021-1212121

Jakarta , 15 Desember 2017


PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No.17/TU.RSUKRIDA/VII/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini, dr X, SpF, dokter pada rumah sakit sumber sehat, atas
permintaan dari kepolisian sektor Jakarta Barat dengan suratnya nomor
12/VER/7/2015/Sek.Jakarta, tertanggal lima belas desember tahun dua ribu tujuh belas pukul
tiga belas waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di RS Ukrida, telah melakukan pemeriksaan
korban dengan nomor registrasi 0812997 yang menurut surat tersebut adalah:----
Nama : Tn. Pengusaha---------------------------------------------------------------------------
Umur : 70 Tahun---------------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia---------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pengusaha-------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl. Buntu No. 001 Jakarta Barat-------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------

1. Ditemukan mayat yang meninggal di dalam kamar yang terkunci dari dalam bersama dengan
istrinya------------------------------------------------------------------------------------------
2. Posisi mayat tiduran di tempat tidurnya. Segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa--
3. Tidak ada barang yang hilang------------------------------------------------------------------------
4. Pada korban ditemukan :------------------------------------------------------------------------------
a. Mayat menggunakan baju tidur lengan panjang berwarna putih berukuran L dengan
satu buah saku disisi kanan bawah baju yang kosong--------------------------
b. Tidak ditemukan aksesoris pada tubuh korban--------------------------------------------
c. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan dan perkelahian pada tubuh mayat----
----------------------------------------------------------------------------------------
d. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat di
daerah punggung, berwarna merah terang, tidak pucat bila ditekan. Terjadi penurunan
suhu tubuh mayat menjadi 20oC, dan ditemukan sianosis pada wajah dan bibir. Tidak
ada tanda- tanda pembusukan, adiposera dan mumifikasi.----------
e. Rambut kepala berwarna hitam sedikit beruban dengan panjang 5 cm. Alis berwarna
hitam sedikit beruban dengan panjang 4 cm.----------------------------------
f. Kelopak mata terbuka 1 cm------------------------------------------------------------------
g. Mulut terbuka 1 cm. Kedua bibir berbentuk biasa. Gigi geligi lengkap.--------------
h. Dari lubang hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa Pada
lubang mulut ditemukan busa.--------------------------------------------------------------
i. Dengan penekanan pada dada tercium bau amandel-------------------------------------
j. Alat kelamin berbentuk biasa tidak menunjukkan kelainan. Lubang dubur berbentuk
biasa tidak menunjukkan kelainan.--------------------------------------------

28
5. Pada bedah mayat ditemukan: ----------------------------------------------------------------------
a. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal di
daerah dada lima millimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot
berwarna coklat dan cukup tebal.----------------------------------------------------------
b. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher menunjukkan warna merah terang.--
c. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak
terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus.--------
d. Lidah berwarna merah terang, perabaan kaku, tidak terdapat bekas gigitan maupun
resapan darah. Tonsil berwarna merah terang, membesar dan penampangnya. Kelenjar
gondok berwarna merah terang, membesar.---------------------------------------------------
e. Batang tenggorok dan cabangnya terdapat busa, berwarna putih.--------------------------
f. Kerongkongan terdapat lendir , selaput lendirnya berwarna putih.-------------------------
g. Paru kanan berwarna merah terang dan lebih padat, terdapat bercak-bercak perdarahan.
Penampangnya tampak berwarna merah terang.-------------------------------
Paru kiri berwarna merah terang dan lebih padat. Penampangnya tampak berwarna merah
terang. Berat paru kiri enam ratus gram dan yang kanan enam ratus gram.-------
h. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin, terdapat
bintik perdarahan.-----------------------------------------------------------------------
Katup jantung tidak menunjukkan kelainan. Tebal otot bilik jantung kanan empat
millimeter dan yang kiri dua belas millimeter. Otot putting cukup tebal. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak menunjukkan
kelainan. Berat jantung tiga ratus gram.---------------------------------------
i. Hati berwarna merah terang, permukaanya rata, tepinya tajam dan perabaan padat.
Penampang hati berwarna merah terang gambaran hati tampak jelas. Berat hati adalah
seribu dua ratus gram.-----------------------------------------------------------------------------
j. Lambung kosong.pada mukosa lambung terdapat luka berwarna merah kecoklatan,
perabaan mukosa licin, seperti sabun. Usus dua belas jari, usus halus dan usus besar tidak
menunjukkan kelainan.---------------------------------------------------------------------
k. Anak ginjal kanan berbentuk kacang merah dan yang kiri berbentuk kacang merah.----
Berat anak ginjal kanan dan kiri delapan gram.-----------------------------------------------
l. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan
licin, berwarna merah terang. Berat ginjal kanan Sembilan puluh gram dan yang kiri
seratus gram. Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas berwarna merah
terang, piala ginjal dan saluran kemih tidak menunjukkan kelainan.--------------
m. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna
putih, tidak menunjukkan kelainan.-------------------------------------------------------------
n. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras
otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat
perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukkan kelainan. Otak kecil dan batang
otak tidak menunjukkan perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya.--------
----------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan lebam mayat berwarna merah terang di daerah punggung,
terjadi sianosis (kebiruan) pada wajah dan bibir, tercium bau amandel dengan cara menekan dada

29
mayat. Sebab mati orang ini adalah keracunan sianida yang mengakibatkan hipoksia (sulit
bernapas).---------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya
dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.-------
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa

Dr. X, SpF.

30
Daftar Pustaka
1. Bagian Kedokteran Forensik. Komplikasi peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2014
2. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;
2007.
3. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, Winardi T, Mun’im, Sidhi,dkk. Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
4. Diunduh dari: asuransi jiwa. www.anneahira.com/klaim-asuransi-jiwa.html, pada tanggal 15
Desember 2017
5. Diunduh dari: klaim asuransi jiwa www.krl.co.id/prosedur-klaim-asuransi.html, pada tanggal 15
Desember 2017

31

You might also like

  • Blok 17 1
    Blok 17 1
    Document13 pages
    Blok 17 1
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 2 Fendy
    Skenario 2 Fendy
    Document29 pages
    Skenario 2 Fendy
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 4 - ELena
    Skenario 4 - ELena
    Document17 pages
    Skenario 4 - ELena
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Status
    Status
    Document8 pages
    Status
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Florence
    Florence
    Document17 pages
    Florence
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 16 Makalah
    Blok 16 Makalah
    Document15 pages
    Blok 16 Makalah
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 16 Fix
    Blok 16 Fix
    Document20 pages
    Blok 16 Fix
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Document31 pages
    Skenario 2
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Ipd Roykedona
    Ipd Roykedona
    Document13 pages
    Ipd Roykedona
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Padas
    Padas
    Document8 pages
    Padas
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Status Padas ELENA Bedah
    Status Padas ELENA Bedah
    Document6 pages
    Status Padas ELENA Bedah
    Minati Puspawardani
    No ratings yet
  • Padas
    Padas
    Document8 pages
    Padas
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Status
    Status
    Document8 pages
    Status
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Makalah Kelompok 3
    Makalah Kelompok 3
    Document13 pages
    Makalah Kelompok 3
    FarahDwitaAngelina
    No ratings yet
  • Blok 17 1
    Blok 17 1
    Document13 pages
    Blok 17 1
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Plenob4 JBUs
    Plenob4 JBUs
    Document25 pages
    Plenob4 JBUs
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Stroke
    Stroke
    Document14 pages
    Stroke
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Baku KATA PENGANTAR
    Baku KATA PENGANTAR
    Document1 page
    Baku KATA PENGANTAR
    Alexandro Hawula
    No ratings yet
  • Sken 6 - Hepatitis Akut
    Sken 6 - Hepatitis Akut
    Document23 pages
    Sken 6 - Hepatitis Akut
    Resi Septiani
    No ratings yet
  • PBL Reni 1
    PBL Reni 1
    Document13 pages
    PBL Reni 1
    irenfaustineliu
    No ratings yet
  • Kesehatan Gigi
    Kesehatan Gigi
    Document6 pages
    Kesehatan Gigi
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Oftalmopati Graves
    Oftalmopati Graves
    Document20 pages
    Oftalmopati Graves
    jukunk
    100% (2)
  • Makalah Kelompok 3
    Makalah Kelompok 3
    Document13 pages
    Makalah Kelompok 3
    FarahDwitaAngelina
    No ratings yet
  • pblb17 JBUs
    pblb17 JBUs
    Document20 pages
    pblb17 JBUs
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Isi Evrog Ester
    Isi Evrog Ester
    Document43 pages
    Isi Evrog Ester
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Stroke
    Stroke
    Document14 pages
    Stroke
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Referat BPPV Menda
    Referat BPPV Menda
    Document19 pages
    Referat BPPV Menda
    Santi Lestari
    No ratings yet
  • OSCE Uro
    OSCE Uro
    Document2 pages
    OSCE Uro
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Blok 20
    Blok 20
    Document9 pages
    Blok 20
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet
  • Skenario 2
    Skenario 2
    Document31 pages
    Skenario 2
    Thesy Lakonawa
    No ratings yet