You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, di belakang rectum dan di depan kandung kencing. Ototnya disebut
miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium.
Peritoneum menutupi sebagian besar (tidak seluruhnya) permukaan uterus. Persediaan
darah didapatkan dari arteri uterina dan arteri ovaria. Panjang uterus adalah 5 sampai
8 cm, dan beratnya 30 sampai 60 gram. Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus
dibagi menjadi tiga bagian utam, yaitu fundus, corpus, dan istmus. Fundus merupakan
tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii. Corpus
merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, sedangkan istmus
merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang
dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerangwanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan
adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak.Walaupun demikian
tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker.Perjalanan
penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak
wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar. ovarium yang
bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh
yang diam-diam, karena memang seringkali pasientidak merasakan apa-apa, kalapun
terjadi keluhan biasanya sudah lanjut.memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar
21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan
meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat.
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melaluihubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun
anal. PMS dapat menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan,
sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk
terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang
lebih rentan. Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
1
dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap lebih parah. Penyakit menular seksual
merupakan penyakit dengan tingkat mortalitas yang tinggi disetiap tahunnya. Sampai
tahun 2012 organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah penderita penyakit
menular seksual khususnya HIV/AIDS di seluruh dunia meningkat hingga mencapai
5,2 juta.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Mioma Uteri?
2
2. Bagaimana Etiologi terjadinya Mioma Uteri?
3. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Mioma Uteri?
4. Apa Klasifikasi Mioma Uteri?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Mioma Uteri?
6. Apa saja Komplikasi Mioma Uteri?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Mioma Uteri?
9. Apa Pengertian Kista Ovarium?
10. Bagaimana Etiologi terjadinya Kista Ovarium?
11. Bagaimana Patofisiologi terjadinya Kista Ovarium?
12. Bagaimaana Manifestasi Klinis Kista Ovarium?
13. Apa saja komplikasi pada Kista Ovarium?
14. Apa Pengertian PMS?
15. Apa saja macam-macam PMS?

2.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Mioma Uteri
2. Untuk Mengetahui Etiologi terjadinya Mioma Uteri
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi terjadinya Mioma Uteri
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Mioma Uteri
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Mioma Uteri
6. Untuk Mengetahui Komplikasi Mioma Uteri
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Mioma Uteri
9. Untuk Mengetahui Pengertian Kista Ovarium
10. Untuk Mengetahui Etiologi terjadinya Kista Ovarium
11. Untuk Mengetahui Patofisiologi terjadinya Kista Ovarium
12. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Kista Ovarium
13. Untuk Mengetahui Komplikasi pada Kista Ovarium
14. Untuk Mengetahui Pengertian PMS
15. Untuk Mengetahui Macam-Mcam PMS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mioma Uteri
2.1.1 Pengertian
Mioma Uteri adalah tumor jinak yang paling umum pada daerah rahim
atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. mioma uteri juga
sering disebut dengan Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini mungkin
karena memang otot uterus atau rahimlah yang memegang peranan dalam
terbentuknya tumor ini. Mioma uteri adalah neplasma jinak yang berasal dari
otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut leiomioma,
fibromioma, atau fibroid. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling
sering ditemukan, dan 20-25% terjadi pada wanita dengan usia 35 tahun ke
atas (Mansjoer, 1999).
2.1.2 Etiologi
3
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri.Diduga
mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi
somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
Beberapa ahli dalam penelitiannya menemukan bahwa pada otot rahim
yang berubah menjadi mioma ditemukan reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada otot rahim normal. Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan
terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause
dan pengangkatan ovarium.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.

3. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan Estrogen.
Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20
tahun,ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
b. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

4
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang
menderita mioma.
d. Fungsi Ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga
terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon
mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi
oleh estrogen.
2.1.3 Patofisiologi
Miomoa memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding
miometrium normal. Menurut letaknya mioma terdiri dari mioma
submukosum, intramural, dan subserosa. Teori cell nest atau teori genitoblat
membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos
dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri
lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif
karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena :
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan

5
traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan
seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi
tiga jenis yaitu:
a. Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke
omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan
menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah
perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma
subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot
rahim dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis,
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini
memperluas permukaan ruangan rahim. Dari sudut klinik mioma uteri
submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan
jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

6
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan
keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun
hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Separuh dari penderita mioma uteri terjadi tanpa gejala. Umumnya
manifestasi klinis tergantung pada lokasi mioma, ukuran dan adanya
perubahan sekunder di dalam mioma tersebut. Adapun manifestasi klinis
tersebut adalah:
1. Tumor massa di bawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
2. Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorrhagi, dan didapat pada mioma
submukosa sebagai akibat pecahnya pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan
oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang berat. Mioma intramural juga
dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena ada gangguan kontraksi otot
uterus. Jenis subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
3. Nyeri
Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi.
Keluhan yang sering diutarakan adalah rasa berat dan dysmenorrhoe.
Kemungkinan disebabkan karena adanya gannguan peredaran darah, yang
disertai nekrose setempat, atau disebabkan proses radang dengan perlekatan
ke omentum usus. Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada
mioma subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut dan disertai rasa mual dan
muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena
tekanan terhadap urat saraf, dan menjalar ke pinggang serta tungkai bawah.
4. Akibat tekanan (pressure effect)
Penekanan pada organ di sekitar tumor seperti kandung kemih,
ureter, rectum atau organ rongga panggul lainnya akan menimbulkan
gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah
vena dalam panggul, serta gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai

7
mioma. Apabila terjadi tekanan pada vena cava inferior akan terjadi odem
tungkai bawah.
5. Infertilitas
Gangguan sulit hamil terjadi karena adanya penekanan pada saluran indung
telur.
2.1.6 Komplikasi
1. Pertumbuhan leimiosarkoma
2. Torsi (putaran tangkai)
3. Nekrosis dan Infeksi
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap :Hb,Albumin,Lekosit,Eritrosit,dsb.
2. USG : Terlihat ada massa atau tidak pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher :Untuk melihat perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi: Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen : Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
6. ECG : Untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif dengan pemeriksaan periodic
Kasus mioma yang terjadi pada wanita yang mencapai menopause
biasanya tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil, oleh karena itu
sebaiknya diobservasi saja. Bila ukuran mioma sebesar kehamilan 12-14
minggu dan disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya dioperasi,
walaupun tidak ada gejala atau keluhan. Pada masa post menopause, mioma
biasanya tidak memberikan keluhan. Tetapi bila terdapat pembesaran harus
dicurigai kemungkinan adanya keganasan (sarcoma).
2. Radioterapi
Hanya dilakukan pada wanita yangtidak dapat dioperasi (bad risk
patient), Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan, Bukan mioma
jenis submukosa, Tidak disertai radang pelvis, atau penekanan pada

8
rectum,Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
3. Operasi Miomektomi
Miomektomi dilakukan pada wanita yang masih menginginkan
keturunan. Syaratnya harus dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan
kemungkinan keganasan.

2.2 Kista Ovarium


2.2.1 Pengertian
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dannon
neoplastik. (Wiknjosastro, 2005) Ovarium merupakan sumber hormonal
wanita yang paling utama,sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam
pengatur proses menstruasi.Ovarium terletak antara rahim dan dinding
panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovari propium dan ke
dinding panggul oleh ligamentum infudibulo-pelvikum.Fungsinya sebagai
tempat folikel, menghasilkan dan mensekresi estrogen dan progesteron.
2.2.2 Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya
diketahui, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium
hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan bahwa penyebab
terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone
dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi

9
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.
2.2.3 Patofisiologi
1. Kista non neoplasma
a. Kista Fungsional
Kista folikel, kista di bentuk ketika folikel yang matang
menjadi oruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus menstruasi. Bilaruptur menyebabkan nyeri
akut pada pelvis, evaluasi lebih lanjut dengan USG atau
laparaskopi.Operasi dilakukan pada wanita sebelum pubertas, setelah
menopause atau kista lebih dari 8 cm.
b. Kista Non Fungsional
Kista inkulasi dalam konteks yang dalam timbul ivaginasi dan
permukaan epitelium yang berkurang.Biasanya tunggal atau multiple
berbentuk variabel dan terbatas pada cuboidal yang tipis, endometri
atau epitelium tuba berkurang 1 cm sampai beberapa cm.
2. Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progresterone
setelah ovulasi.Ditandai dengan keterlambatanmenstruasi atau menstruasi
yang panjang, nyeri abdomen bawah pelvis. Jika ruptur perdarahan
intraperitorial, terapinya adalah operasi ooverektomi.
3. Kista tuba lutein, ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari
semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium,
berlebihnya HCG. Tindakanya adalah mengangkat mola.
4. Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium dengan produk kista yang banyak.
Hiperplasi endometrim atau kariokarsinoma dapat terjadi pengobatan
dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi dan ovorektomi.
5. Kista Neoplasma Jinak (Winkjosastro, 1999).Kistoma ovarii simpleks.
Kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan torsi (putaran tingkai).
Diduga kista ini adalah jenis kista denoma serosum yang kehilangan
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
6. Kistoderoma ovarii musinosum. Asalkista ini belum pasti, namun diduga
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya 1 elemen mengalahkan
elemen yang lain atau berasal dari epitel germinativum.

10
7. Kristoderoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi pada peritoneum
disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas dan 30
% sampai 50 % akan mengalami keganasan.
8. Kista endrometroid biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yangmenyerupai lapisan epitel
endometrium, eKista dermoid. Pada suatu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur-struktur ektoderma dengan deferensiasi sempurna seperti
epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebastea putih menyerupai
lemak nampak lebih menonjol dari padaelemen-elemen aktoderm. Tumor
berasal dari sel telur melalui proses pathogenesis.
2.2.4 Manifestasi Klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala sampai pada
periode tertentu, hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini berlangsung
secara tersembunyi. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal dapat berupa gangguan hati Jika tumor sudah menekan
rektum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering
berkemih.Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul
yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama. Namun
bila kista berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri, bila kista
terpelintir atau pecah akan menimbulkan rasa sakit terutama pada perut, kista
berkembang menyebabkan perut terasa penuh, berat, kembung.Pada stadium
lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan
cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan
organ-organ didalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati.
2.2.5 Komplikasi
Perdarahan ke dalam kista Biasanya terjadi sedakit-sedikit, sehingga
berangsurangsurmenyebabkan pebesaran kista dan menimbulkan gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi bila perdarahan terjadi dalam
jumlahbanyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri
perut mendadak. Belum ada tindakan khusus agar terhindar dari penyakit
kista ovarium. Akan tetapi pencegahan ditujukanuntukmenurunkan angka
insidensi kista Ovarium dan secara tidak langsung akan mengurangi
angkakematian akibat kista Ovarium.

11
2.3 PMS (PENYAKIT MENULAR SEKSUAL)
2.3.1 Pengertian
Pada zaman dulu, penyakit kelamin ( veneral disease ) berasal dari kata
venus ( dewi cinta ). Saat itu, penyakit kelamin yang dikenal adalah sifilis dan
gonore. Sedangkan istilah PMS baru dikenal setelah ditemukannya jenis
penyakit kelamin selain kedua jenis penyakit di atas. PMS dikenal pula dengan
sebutan penyakit akibat hubungan seksual ( PHS ) atau sexually transmittied
diseases ( STD ). Penyakit ini menjangkit alat ( organ ) reproduksi laki-laki
atau perempuan terutama akibat dari hubungan seksual dengan orang yang
sudah terjangkit penyakit kelamin. Defenisi lain PMS merupakan penyakit
yang terjadi akibat adanya infeksi mikroorganisme patogen di area kelamin.
2.3.2 Macam – Macam PMS
1. HIV/ AIDS
HIV singkatan dari Human Immunodeficiensy Virus yaitu sejenis virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV akan masuk
dalam sel darah putih dan merusaknya sehingga sel darah putih yang
berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya.
Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah
terkena berbagai penyakit. Dimana kondisi ini disebut AIDS. AIDS
singkatan dari Acquired Immune Defeciency Syndrom yaitu kumpulan
gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV. Ketika individu sudah tidak memiliki sistem
kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh
dengan mudah. Oleh karena itu sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat
lemah maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat
lemah. Cara penularan HIV Dengan cara hubungan seksual ( sperma dan
cairan vagina ), darah atau produk darah ( luka, jarum suntik dan infus ).
12
a. Fase/tahapan perubahan HIV/AIDS Orang yang sudah terinfeksi HIV
biasanya sulit dibedakan dengan orang yang sehat dimasyarakat.
Mereka masih melakukan aktivitas seperti biasa, badan terlihat sehat,
dan masih bekerja dengan baik. Untuk sampai pada fase AIDS
seseorang telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa fase.
- Fase pertama : masa jendela ( window period )
Pada awal terinfeksi ciri-cirinya belum dapat dilihat meskipun
yang bersangkutan melakukan tes darah, karena pada fase ini sistem
antibodi terhadap HIV belum terbentuk, tetapi yang bersangkutan
sudah dapat menulari orang lain. Masa ini berlangsung 1-6 bulan.
- Fase kedua
Umur infeksi 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase ini
individu sudah positif HIV tetapi belum menampakkan gejala sakit.
Kemungkinan mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu ( biasanya
2-3 hari dan sembuh sendiri ).
- Fase ketiga
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit, belum disebut
sebagai gejala AIDS, tetapi sistem kekebalan tubuh mulai
berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV antara lain : Keringat
yang berlebihan di malam hari,Diare terus menerus,Pembengkakan
kelenjar getah bening,Flu tidak sembuh-sembuh,Nafsu makan
berkurang,Berat badan menurun.
- Fase ke empat
Sudah masuk pada tahap AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosis
setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T
( dibawah 2.001 mikro liter ) dan timbul penyakit tertentu yang
disebut dengan infeksi opurtunistik, yaitu Kanker khususnya kanker
kulit yang disebut sarcoma Kaposi,Infeksi paru-paru yang
menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernapas ( TBC
umumnya diderita oleh pengidap AIDS ),Infeksi usus yang
menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu,Infeksi otak
yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala dan sariawan.

13
b. Pencegahan HIV/AIDS
- Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pesan kunci ABCDE
Abstinensia : Tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah.
Be faithful : Setia pada pasangan yang sah ( suami-istri)
Condom : menggunakan kondom apabila salah satu pasangan
berisiko terkena HIV/AIDS.
Drugs : hindari pemakaian narkoba
Equipment : Mintalah peralatan yang steril
- Pencegahan penularan melalui darah
Skrining darah donor dan produk darah
Menggunkan alat suntik dan dan alat lain yang stril
Berhati-hati pada saat menangani segala hal yang tercemar oleh
darah segar
Pencegahan penularan dari ibu ke anak
Pemeriksaan dan konseling ibu hamil
Pemberian obat antiretroviral bagi ibu hamil yang mengidap
HIV/AIDS
Menjaga kebersihan alat reproduksi
Memeriksakan diri segera bila ada gejala-gejala HIV/AIDS
2. Gonorea
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva)
dengan masa inkubasi antara 2-10 hari setelah masuk kedalam tubuh.
a. Tanda Dan Gejala
-Pada pria :Rasa nyeri pada saat kencing,Keluarnya nanah kental
berwarna kuning kehijauan,Ujung penis berwarna merah dan bengkak.
- Pada wanita:Keputihan kental berwarna kekuningan,Rasa nyeri di
panggul
b. Komplikasi :Bartholinitis,PID,Infertilitas,KET,Infeksi mata pada bayi
yang baru dilahirkan dan dapat mengakibatkan kebutaan.

14
c. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral
dengan orang yang terinfeksi,Pemakaian Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit
ini,Menghindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik
selesai,Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna
mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan,Wanita tuna
susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika
terkena infeksi dapat segera diobati dengan bena,Pengendalian
penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
d. Pengobatan
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson
intramuskuler atau dengan pemberian antibiotik per-oral selama 1
minggu (biasanya diberikan doksisiklin),Pada pasien dewasa
pengobatannya dengan Ceftriaxone(Rocephin) 250 mg IM dan
doksisiklin 100 mg 2x/hari selama 7 hari,Regimen alternatif meliputi
pemberian : spektinomisin 2 g IM dan doksisiklin 100 mg,
Siprofloksasin 0,5 g atau norfloksasin 0,8 mg per oral 1x/hari dam
doksisiklin 100 mg, cefotakcim 1 g atau seftrisoksim 0,5 g IM dan
doksisiklin 100 mg, probenecid 1 g 1x/hari,Jika gonore telah
menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah
sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah,
infus).
3. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Treponema pallidum. Penyakit ini sangat kronis, bersifat sistemik dan
menyerang hampir semua alat tubuh.
a. Etiologi
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum
termasuk golongan Spirochaeta dan genus treponema yang berbentuk
seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2
mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak

15
seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme
ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin,
bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam
lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi
dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar.
b. Tanda Dan Gejala
-Stadium I ( fase primer ) : 2-4 minggu, adanya erosi, ulkus.
-Stadium II ( fase sekunder ) : 6-14 minggu. Gejala adalah merasa
tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah,
demam dan anemia
-Stadium III ( fase laten ) 3-10 th.
c. Masa inkubasi
-Tahap1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak
sakit chancre- tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung
dengan penderita. Chancre tempat masuknya penyakit hampir selalu
muncul di dalam dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus
yang tidak diobati (sampai 1 tahun berakhir), setelah beberapa
minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh
penderita.
-Tahap2
1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan,
sakit pada bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut
rontok dan terdapat bintil. Beberapa bulan kemudian akan
menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.
-Tahap3
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah
menimbulkan kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase
ini akan muncul gejala: kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit
jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.

d. Cara penularan

16
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa
contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis
(penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Luka terjadi terutama
pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau di dubur. Luka juga
dapat terjadi di bibir dan dalam mulut, Wanita hamil dengan
penyakit ini dapat terbawa ke bayi. Spirochaeta penyebab sifilis
dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui
hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital
(seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu
kepada bayinya selama masa kehamilan.
e. Pencegahan
Tidak berganti-ganti pasangan,Berhubungan seks yang aman
dengan menggunakan kondom dan harus selektif memilih
pasangan,Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril
dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.
f. Pengobatan
Sifilis dapat diobati dengan penisilin atau antibiotik lainnya.
Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding
perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan
pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan
penyuntikan procaine penisilin secara IM (procaine untuk
mengurangi rasa sakit),Orang yang kontak dengan pasien sifilis dini
( primer, sekunder dan laten ) harus diobati dengan salah satu
regimen berikut :Benzathin penisilin G 24 U secara IM,Tetrasiklin
hidroklorid 500 mg 4x/hari atau doksisiklin 100 mg 2x/hari selama
14 hari,Eritromisin 500 mg 4x/hari selama 15 hari ( jika alergi
penisilin, tetrasiklin).

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien Dan Penanggung Jawab
Ny. M (44th) yang beragama islam dengan suku bangsa Danai (Sumatra
Barat) berpendidikan terakhir SD, klien bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga. Klien tinggal di Jl. Pahlawan No. 62
Rt/Rw 10/16 Kel. Duren Jaya Bekasi Timur. Klien dirawat di Ruang
Mawar pada tanggal 20 Juli 2011 sampai 22 Juli 2011, dan dikaji pada
tanggal 20 Juli 2011 dengan diagnosa Kista Ovarium
dan Anemia.
Tn. A (51th) adalah suami klien dengan asal suku yang sama dan
berpendidikan SD, bekerja sebagai karyawan swasta. Tn. A tinggal dalam
satu rumah di Jl. Pahlawan No. 62 Rt/Rw
10/16 Kel. Duren Jaya Bekasi Timur. Penghasilan suami klien perbulan
adalah ± Rp. 500.000,-
3.1.2 Status Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri perut dirasakan sekitar 2 minggu yang
lalu, sejak itu klien memeriksakannya ke dokter, dan dianjurkan
dirawat di RSUD Kota Bekasi.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, tidak memiliki penyakit menular dan keturunan dari
pihak keluarga seperti TBC, jantung, hepatitis B, hipertensi dan
diabetes militus.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu

18
Klien mengatakan 1 tahun yang lalu klien pernah mengalami
penyakit yang sama yaitu kista ovarium, dan klien menanganinya
dengan operasi laparatomi pada tanggal 28 Januari 2010.

4. Riwayat Menstruasi
Klien menstruasi pertama berusia 15 tahun, menstruasi klien tidak
teratur dan disertai nyeri,banyak haid : klien 3X mengganti
pembalut setiap hari.
5. Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti program KB.
6. Riwayat Pernikahan
Klien menikah saat berusia 19 tahun dan suami berusia 26 tahun,
klien sudah menikah selama 25 tahun.
7. Riwayat seksual
Klien melakukan hubungan seksual sejak menikah pada usia 19
tahun. Kehidupan seksual klien teratur dengan frekuensi 2 x 1
minggu tanpa keluhan yang dirasakan klien.
8. Riwayat penggunaan zat
Klien tidak pernah merokok, meminum minuman keras dan
mengkonsumsi obat – obatan.
9. Data sosial dan spiritual
a.Pola fikir dan persepsi
Klien mengatakan BAB-nya berdarah, dan menanyakan
“apakah ada hubungan BAB-nya yang berdarah dengan
penyakit kistanya?” Klien tampak bertanya dan ingin tahu
tentang penyakitnya,dengan serius klien memegang tangan
perawat dan mengerutkan dahi saat bertanya.
b. Persepsi diri
Hal yang difikirkan klien saat ini adalah penyakit kistanya yang
muncul untuk kedua kalinya,klien menanyakan juga apa
mungkin dapat dioperasi lagi dengan tenggang waktu hanya 1
tahun,sementara ini klien dalam keadaan anemia dan akan

19
melakukan pemeriksaan kista lebih lanjut setelah anemianya
teratasi.
c.Konsep diri
- Body Image : klien tidak malu terhadap perubahan tubuhnya
- Peran : klien sebagai istri dan ibu dari 5 orang anak
- Ideal diri : klien ingin menjadi ibu yang sehat untuk anaknya
- Identitas diri : klien adalah seorang ibu rumah tangga
- Harga diri : klien merasa cemas dengan penyakitnya

d. Hubungan / komunikasi
Klien berbicara jelas, berbahasa indonesia, relevan, mampu
mengekspresikan, dan mampu mengerti orang lain. Klien
tinggal satu rumah dengan suami dan anak – anaknya. Suami
klien memegang peranan penting dalam keluarga. Motivasi
dari suami adalah dukungan moril dan materi. Tidak ada
kesulitan klien dalam keluarga.
e. Sistem nilai kepercayaan
Klien sering melakukan sholat 5 waktu di rumah, saat ini
suami klien dan keluarga sering berdo’a untuk kesembuhan
Ny. M
f. Pola aktifitas sehari – hari
a. Personal Hygiene
Klien biasa mandi 2x/hari,keramas 3x/minggu,menggosok
gigi setiapmandi, mengganti pakaian 2x/hari dan
menggunting kukunya 1x / minggu.
Selama dirawat di RS,klien belum pernah mandi,
menggosok gigi,keramas, dan gunting kuku.
b. Nutrisi Klien
Klien biasa makan nasi 3x /hari, dengan porsi sedang
karena tidak memiliki pantangan makanan. Klien
biasa minum 1500 ml / hari.
Semenjak dirawat, nafsu makan klien berkurang.
Klien makan nasi 3x /hari ¼ porsi, klien lebih menyukai
mengemil daripada makan nasi, dan

20
minum ±600ml/hari.
c. Pola eliminasi BAB
Klien biasa BAB 2x/hari dengan konsistensi lembek
Sejak di RS klien BAB dengan kontensitas lembek,sering
terasa sulit untuk mengedan karena mules yang berlebih
dan terkeluar darah secara menetes.
d. Pola istirahat
Klien biasa tidur malam selama 7 – 8 jam / hari dari jam
21.00 – 05.00 WIB.Klien mengatakan jarang tidur siang,
minimal ½ - 1 jam / hari karena merasa sakit di area
perutnya.
Selama di RS klien tidak dapat beristirahat baik
siang maupun malam jika merasakan nyeri pada
perutnya.
3.1.3 Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis (4,5,6)
TTV :
- Nadi : 84 X2 / menit
222
- Suhu : 36,2222C
- Pernafasan : 20 X / menit
- Tensi darah: 140 / 90
2. Pemeriksaan Fisik
-Kepala :Kepala tampak simetris, rambut klien bersih, klien
mengatakan sering pusing jika terbangun terlalu cepat.
-Mata : konjunctiva anemis, penglihatan klien masih nampak
jelas.
-Telinga : Telinga klien tampak kotor pada sebelah kiri,
pendengaran masih jelas.
-Hidung : Hidung klien bersih dan simetris, klien memiliki
penciuman yang normal.
-Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi terdapat karies & kotor.
Ompong pada gigi taring kanan sebanyak 2-3 buah.
-Leher : tidak ada pembengkakan & pembesaran kelenjar tiroid.
-Thorax : Simetris, suara nafas vesikuler, irama jantung reguler.

21
-Abdomen : Bentuk asimetris, terdapat benjolan di abdomen
dekstra, nyeri tekan pada abdomen kanan bawah, BU 5x / menit.
Kandung kemih tidak teraba.
-Genital luar : Tidak ada varises, tidak ada odema, tidak ada kista,
terdapat pengeluaran pervaginam dengan warna merah terang
seperti ada gumpalan, bau sedikit amis, banyaknya darah 2 – 3x
mengganti celana dalam.
-Ekstremitas : Tangan kanan & kiri berkuku panjang karena 1
minggu ini klien tidak memotong kuku. Terpasang infus
(transfusi darah) untuk menambah Hb dengan kolf ke-3.
-Kulit : Warna kulit tidak ada kehitaman turgor kulit elastis,
seluruh tubuh lengket karena klien belum mandi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium Tanggal : 20 Juli 2011
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Leukosit 9,6 ribu / μl 5 ~ 10
Hb 6,6 g/ dl 12 ~ 14
Ht 19,3 % 37 ~ 47
Trombosit 436 ribu / μl 150 ~ 400

b) Laboratorium Tanggal : 22 – Juli 2011


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Leukosit 5,6 ribu / μl 5 ~ 10
Hb 8,3 g/ dl 12 ~ 14
Ht 23,4 % 37 ~ 47
Trombosit 377 ribu / μl 150 ~ 400

c) USG sedang direncanakan

4. Therapy pengobatan
Ranitidin 2x1amp.iv
Antrain (seperlunya)
Cefotaxime 3x1g iv dalam pz 100 cc

22
Infuse RL 1500 cc/24 jam
Transfusi Hb darah 3 kolf sejak hari pertama perawatan. Pada
hari jum’at klien mendapatkan transfusi Hb kembali sebanyak 2
kolf.

3.1.4 Analisa Data


Nama:Ny.M Ruang:Mawar 4.2
Umur:44th No.Reg:113591
No. Analisa Data Etiologi Problem
1.) Ds: Klien mengatakan nyeri pada Adanya Massa Gangguan
area perut bawah, menjalar sampai di bawah Perut Rasa Nyaman
ke punggung seperti Nyeri
melilit – lilit, dirasakan selama ±4
jam secara terus – menerus dengan
skala 10 (sakit sekali)
klien biasa mengatasinya dengan
mengelus – elus bokongnya.
Do:-k/u Lemah
-Observasi TTV
S:37,82C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:122/61
- Klien tampak meringis saat nyeri
kambuh
- Klien tampak mengelus – elus
bagian bokong
- Terdapat masa pada perut bagian
bawah
- Terdapat nyeri tekan pada area
kanan bawah
- Bentuk abdomen asimetris
(benjolan di area kanan bawah.

3.2 Rumusan Diagnosa


Nama:Ny.M Ruang:Mawar 4.2
Umur:44th No.Reg:113591

23
No. Rumusan Diagnosa Tanggal Tanggal TTD
Ditemukan Teratasi
1. Gangguan Rasa Nyaman 20-Juli 2011 22-Juli-2011
Nyeri b/d Adanya Massa di
bawah Perut

3.3 Rencana Tindakan (Intervensi)


Nama:Ny.M Ruang:Mawar 4.2
Umur:44th No.Reg:113591

24
DX.Kep Tujuan Intervensi Rasional TTD
Gangguan Setelah -Berikan HE pada -Penjelasan
Rasa dilakukan px tentang yang adekuat
Nyaman tindakan penyebab nyeri dapat
Nyeri b/d keperawatan dan cara memberikan
Adanya selama 3 x 24 mengatasi nyeri. pengetahuan
Massa di jam, diharapkan -Kaji tingkat dan kepada px dan
bawah Perut nyeri klien intensitas nyeri. membut px
berkurang -Atur posisi lebih kooperatif.
-Mengetahui
dengan kriteria senyaman
perkembangan
hasil : mungkin.
nyeri px
-Klien -Ajarkan dan
-Meningkatkan
mengatakan anjurkan teknik
rasa nyaman px
nyerinya relaksasi. -Menurunkan
berkurang -Observasi TTV intensitas nyeri
-Skala nyeri (0- -Kolaborasi :
-Mengetahui
2) Berikan
keadaan umum
-Klien tampak analgetik :
px.
tenang Ranitidin -Memberikan
-Tidak ada nyeri 2x1amp.iv obat yang
tekan Antrain sesuai,dapat
Pada perut (seperlunya) mempercepat
bagian bawah Cefotaxime 3x1g proses
iv dalam pz 100 penyembuhan.
cc
Infuse RL 1500
cc/24 jam
.

25
Nama:Ny.M Ruang:Mawar 4.2
Umur:44th No.Reg:113591
No. Tgl/Jam Implementasi TTD
1. 20 juli -Berikan HE pada px tentang penyebab nyeri
2011/08.30 dan cara mengatasi nyeri.
R:Dapat menerima informasi yang di berikan
09.00
10.15 perawat .
11.00
-Kaji tingkat dan intensitas nyeri
R:Px Merasakan kesakitan oleh nyerinya.
-Atur posisi senyaman mungkin
11.30
R:Px mengatakan lebih nyaman
14.00
-Mengajarkan dan menganjurkan klien
teknik relaksasi tarik nafas dalam.
R:px mengatakan bisa melakukan
teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan
sering melakukannya.

26
-Observasi TTV dan K/U px
S:37,82C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:122/61
21 Juli
R:px masih merasa sakit dan demam
2011/08.30
--Kolaborasi : Berikan analgetik :
09.00
10.15 Ranitidin 2x1amp.iv
11.00
Antrain (seperlunya)
Cefotaxime 3x1g iv dalam pz 100 cc
Infuse RL 1500 cc/24 jam
11.30

14.00
-Berikan HE pada px tentang penyebab nyeri
dan cara mengatasi nyeri.
R:Dapat menerima informasi yang di berikan
perawat .
-Kaji tingkat dan intensitas nyeri
R:Px Merasakan kesakitan oleh nyerinya.
-Atur posisi senyaman mungkin
R:Px mengatakan lebih nyaman
-Mengajarkan dan menganjurkan klien
22 Juli
teknik relaksasi tarik nafas dalam.
2011/08.30
09.00 R:px mengatakan bisa melakukan
10.15
teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan
11.00
sering melakukannya.
-Observasi TTV dan K/U px
11.30 S:37,02C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:125/61
14.00
R:px masih merasa sakit dan demam menurun
--Kolaborasi : Berikan analgetik :
Ranitidin 2x1amp.iv
Antrain (seperlunya)
Cefotaxime 3x1g iv dalam pz 100 cc
Infuse RL 1500 cc/24 jam.

27
-Berikan HE pada px tentang penyebab nyeri
dan cara mengatasi nyeri.
R:Dapat menerima informasi yang di berikan
perawat .
-Kaji tingkat dan intensitas nyeri
R:Px Merasakan kesakitan oleh nyerinya.
-Atur posisi senyaman mungkin
R:Px mengatakan lebih nyaman
-Mengajarkan dan menganjurkan klien
teknik relaksasi tarik nafas dalam.
R:px mengatakan bisa melakukan
teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan
sering melakukannya.
-Observasi TTV dan K/U px
S:36,52C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:123/61
R:px masih merasa sakit dan demam menurun
--Kolaborasi : Berikan analgetik :
Ranitidin 2x1amp.iv
Cefotaxime 3x1g iv dalam pz 100 cc
Infuse RL 1500 cc/24 jam.

28
3.4 Evaluasi
Nama:Ny.M Ruang:Mawar 4.2
Umur:44th No.Reg:113591
No. Tgl/Jam Catatan Perkembangan TTD
1. 20 Juli S : klien mengatakan nyeri
2011/08.30 O : -klien tampak geisha
-K/u Lemah,Skali Nyeri 6
-Observasi TTV
S:37,82C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:122/61
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan
-Atur posisi senyaman mungkin.
-Ajarkan dan anjurkan teknik
relaksasi.
-Observasi TTV
21 Juli
-Kolaborasi : Berikan analgetik :
2011/08.30
Ranitidin 2x1amp.iv
Antrain (seperlunya)
Cefotaxime 3x1g iv dalam

S : klien mengatakan nyeri sedikit


berkurang.
O : -klien tampak tenang
-K/u Lemah,Skali Nyeri 4
-Observasi TTV
S:37,02C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:125/61
29
A : masalah sedikit teratasi
22 Juli
P : Intervensi dilanjutkan dengan
2011/08.30
-Atur posisi senyaman mungkin.
-Ajarkan dan anjurkan teknik
relaksasi.
-Observasi TTV
-Kolaborasi : Berikan analgetik :
Ranitidin 2x1amp.iv
Antrain (seperlunya)
Cefotaxime 3x1g iv dalam pz 100 cc

S : klien mengatakan nyeri


berkurang.
O : -klien tampak tenang
-K/u Baik,Skali Nyeri 3
-Observasi TTV
S:36,52C RR:23x/menit
N:60x/menit TD:123/61
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan karena
px pulang.

BAB IV
PENUTUP

30
4.1 Kesimpulan
Mioma Uteri adalah tumor jinak yang paling umum pada daerah rahim atau
lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. mioma uteri juga sering
disebut dengan Leiomioma, Fibromioma atau Fibroid, hal ini mungkin karena
memang otot uterus atau rahimlah yang memegang peranan dalam terbentuknya
tumor ini.
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang
banyak menyerangwanita.Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang
bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang
jinak.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor
ganas atau kanker.
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melaluihubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, oral maupun anal.

4.2 Saran
Agar senantiasa mengikuti pelatihan dalam merawat penderita Mioma
Uteri,Kista Ovarium,PMS sehingga kualitas hidup baik penderita maupun
keluarga yang hidup dengan dengan penyakit tersebut khususnya wanita semakin
baik.Memberikan support dan dukungan kepada keluarga yang terkena penyakit
tersebut.Senantiasa menjaga kebersihan diri, lebih baik mencegah dari pada
mengobati

DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Intan. Andyantoro, Iwan. Kesehatan Reproduksi untuk Kebidanan dan


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2012
Malik SR, Amin S, Anwar AI. Amiruddin. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2004.

31
Manuaba, IGB. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC.
Jakarta;1998.
Nugroho, Taupan. Buku Ajar Ginekologi untuk Kebidanana. Muha Medika. Yogyakarta. 2010
Nurrachma, Elly. Jurnal Faktor Pencegahan HIV/AIDS. Fakultas Kesehatan jurusan
Keperawatan. Universitas Indonesia.2009
Widyatun, Diah. Penyakit Menular Seksual. Jurnal Bidan Diah. 2012

32

You might also like