You are on page 1of 11

AKUNTANSI BIAYA

PERTEMUAN KE 9

KELOMPOK 9

Cokorda Bagus Wiadnyana Putra / 1607531058


Putu Winda Agastya Paramita / 1607531063
Komang Ayusta Devi Savitri / 1607531064

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
9.1 Pengertian Produk Bersama Dan Sampingan
Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan
serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per
satuan) masing – masing produk bersama ini relative sama, sehingga tidak ada diantara produk
– produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan.
Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah,
yang diproduksi bersama dengan produk lain yang yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada
umumnya perbedaan antara produk bersama dengan produk sampingan didasarkan pada nilai
jualnya yang relative sama atau setidak – tidaknya material jumlahnya bila dibandingkan
dengan seluruh pendapatan perusahaan, maka produk – produk tersebut merupakan produk
bersama. Sebaliknya jika nilai jual salah satu produk relative kecil bila dibandingkan dengan
total pendapatan perusahaan, maka produk tersebut merupakan produk sampingan.
Pembedaan produk bersama dan produk sampingan atas dasar kriteria nilai jual tersebut
memungkinkan produk yang ada pada suatu saat diperlakukan sebagai produk sampingan, di
saat lain dapat menjadi produk bersama, atau sebaliknya.
Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sampingan
Produk bersama memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
b. Harga jual produk bersama relative tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan
yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya
salah satu di antara produk bersama tersebut. Dalam perusahaan daging kalengan
misalnya, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi
kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa jika ia tidak mengolah
atau memanfaatkan kulitnya (seperti halnya dibuat makanan atau dijual dalam bentuk
olahan dari kulit)
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada
saat terpisah dari produk bersama dari produk utama.
a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah
dari produk utama.
Contoh produk sampingan yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah
terpisah dari produk utamanya terdapat dalam proses penggilingan gabah. Produk sampingan
berupa menir, katul, dedak, yang dapat langsung dijual setelah terpisah dari beras.

9.2 Joint vs Common Cost


Joint cost adalah biaya yang mencangkup proses produksi barang gabungan sebelum di
pisahkan hasil produk nya (split off point). Common cost adalah biaya yang keluar untuk
mengolah produk yang ber beda dengan bahan dan tenanga kerja yang berbeda juga,yang
nantinya akan di bebankan ke produk nya.

Definisi lainnya :

1) Biaya bersama dapat didefinisikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead
cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun kegiatan produksinya secara
massa.
2) Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak bahan
baku diolah sampai dengan berbagai produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya
produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, bioaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.

Pengertian pertama biaya bersama diatas disebut biaya bergabung (common cost),
sedangkan pengertian yang kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung ialah
biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk terpisah (tidak diolah bersama) dengan
fasilitas sama pada saat yang bersamaan.

Perbedaan pokok antara biaya bergabung dan biaya bersama yaitu bahwa biaya
bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar
sebab akibat, atau dengan menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung juga tidak
meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya bersama tidak
dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabri
9.3 Metode Alokasi Biaya Bersama

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah


pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah
pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi
masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara
teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga
pokok setiap produk.

Alokasi Biaya merupakan pembebanan biaya secara proposional dari biaya tidak
langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada
masing-masing produk, oleh karena itu untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan
alokasi biaya.

Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:


1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan
keuangan internal dan eksternal.
2. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4. Biaya bahan yang hancur.
5. Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan
peraturan harga.
7. Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total
pendapatan perusahaan.
8. Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk
bersama

Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode


nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.
1. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa harga
produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa
setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai
pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada yang
lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya juga lebih tinggi
dibandingkan produk lain. Jadi dalam metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam
menentukan harga jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya
bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
a. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi
lanjutan dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost)
dialokasikan ke masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai
jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.
Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya
bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00.
Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk tertera pada table
berikut:

Produk Jumlah unit Harga unit


Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300

Penyelesaian :

Produk Jumlah Harga Nilai jual Rasio Alokasi HPP/


unit unit unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000

b. Metode nilai jual hipotesis


Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak
dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses
tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui sebelum dijual (setelah titk
pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama
adalah harga pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu
produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.
Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai
pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai
berikut:

Produk Hrg Biaya Nilai jual Jmlh Nilai jual Rasio Alokasi** HPP
bersama jual/ Tmbhan Hipotesis* Prduk (20.000.000) /kg
kg
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4

Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76% 7.352.000 735,2

Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18% 8.236.000 1.176,6

13.600.000 100% 20.000.000

Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma

Unit Produksi 5.000 10.000 7.000


Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses Rp400 Rp300 Rp500
lanjutan/unit

*(Harga jual – biaya tambahan)


**(rasio x 20.000.000)

2. Metode rata-rata biaya per satuan


Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai
produk atas dasar biaya per unit. Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama
dihasilkan beberapa produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam kualitas
yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini berpendapat bahwa semua
produk yang dikerjakan dengan proses yang sama harus menerima bagian yang sebanding
dengan total biaya gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter
produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp
2.000.000/1000)

Produk Kuantitas Rata-rata biaya Alokasi biaya


per satuan bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Tanah
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000

3. Metode rata-rata tertimbang


Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat memberika
solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena tidak
mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode yang
menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu
yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama.
Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit
produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.

Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot untuk
bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut :

Produk Jumlah Angka Jumlah produk x Alokasi biaya


produk penimbang angka penimbang bersama
(2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak 300 3 900 Rp620.689
tanah
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000

4. Metode unit kuantitatif / satuan fisik


Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan
ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama
mempunyai ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang
digunakan untuk mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini
beranggapan bahwa setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan
bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.

Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan biaya
sebesar Rp 1.000.000 :

Produk Kuantitas Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama


(pon)
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000

9.4 Perlakuan Produk Sampingan


Dalam produk sampingan titik berat pembahasannya adalah bagaimana
memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Alokasi biaya bersama
kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai
produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.

Meskipun demikian ada beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama kepada
produk utama dan produk sampingan . metode yang digunakan untuk memperlakukan produk
sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan:

· Metode yang tidak mencoba menghitung harga pokok produk sampingan atau
persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai
pendapatan atau pengurang biaya produksi. Metode ini disebut metode tanpa harga pokok (non-
cost methods).

Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan
sebagai berikut :

a) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain /


pendapatan diluar usaha.
b) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil
penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
c) Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e) Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar
/ reversal Cost Method)

Metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk


sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar biaya yang dialokasikan
tersebut. Metode ini dekenal dengan nama metode harga pokok (cost methods).

Dalam metode ini harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai
pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan
“ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk
produk utama berkurang. seringkali kita jumpai pengolahan satu atau bbrp bahan baku, dalam
satu proses produksi, dapat menghasilkan beberapa barang jadi. Dalam persh semacam ini, krn
bbrp produk yang dihasilkan bersasal dari proses pengolahan bahan baku yang sama, timbul
masalah pengalokasian biaya bersama (joint cost) kepada bbrp produk yang dihasilkan
tersebut.

Biaya bersama (joint produk) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
beberapa produk scr bersama. Biaya ini terdiri dari Bi BB, Bi TK, dan BOP. Produk yg
dihasilkan dlm hal ini berupa produk utama (produk yg harga jualnya relatif sama) dan produk
sampingan ( produk yg harga jualnya relatif kecil)
DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.co.id/2015/02/joint-vs-common-cost.html

http://studyworkframe.blogspot.co.id/2015/04/produk-bersama-dan-sampingan.html

http://yabeshulu.blogspot.co.id/2015/06/produk-bersama-dan-produk-sampingan.html

http://citraayuananda.blogspot.co.id/2012/01/perlakuan-akuntansi-terhadap-produk.html

You might also like