Professional Documents
Culture Documents
TAHUN 2017
OLEH :
VATRA CAHYAPUTRA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Identifikasi Mutu Pelayanan
Kesehatan Dan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Nasional)”
Laporan penelitian ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas pelajaran Bahasa
Indonesia SMA Semesta Semarang.
Atas selesainya penelitian ini, ucapan terima kasih kami haturkan kepada:
1. Bapak H. Mohamad Alim, S.E., selaku Kepala Desa Karangsono, Sukorejo, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur, yang sudah mengizikan kami untuk melaksanakan penelitian di
Desa Karangsono sehingga kami dapat menyelesaikan laporan.
2. Ibu Sari Nurhayati, A.Md Keb., selaku bidan Desa Karangsono dan seluruh tenaga
kesehatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas banyak bantuan dan dukungan
dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Masyarakat Desa Karangsono yang telah membantu kami sebagai narasumber utama
penilitian ini.
4. Bapak Akhmad Afwa, S.Hum., selaku guru Bahasa Indonesia atas dukungan dan
binaannya.
5. Orang tua, kerabat, guru, serta teman teman yang telah memberi dukungan, doa, dan
semangat pada kami dalam penyelesaian projek kami ini.
Akhir kata, kami menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari tubuh, jiwa, serta sosial yang sangat
mungkin setiap individu hidup produktif dengan cara sosial serta ekonomis. Dengan kesehatan
ini setiap individu dapat melaksanakan aktivitas sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa sehingga dapat hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. Di sisi lain kesehatan
salah satu faktor dan sektor yang sangat di sorot dalam suatu dinamika keadaan suatu negara.
Tingkat dan mutu kesehatan masyarakat merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kehidupan masyarakat. Berbicara
tentang mutu kesehatan, maka hal ini tak lepas dari tingkat pelayanan kesehatan itu sendiri
sebagai hal yang harus sangat diperhatikan demi meningkatnya mutu kesehatan masyarakat.
Dalam mengatur masalah kesehatan diperlukan suatu badan khusus yang bertanggung
jawab dalam menyelenggarakan jaminan kesehatan, dimana badan tersebut harus memberikan
mutu pelayanan yang baik agar dapat tercapainya kepuasan pelayanan. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO, 2010), mendorong seluruh negara mengembangkan jaminan kesehatan untuk
semua penduduknya (Universal Health Coverage). Dengan jaminan kesehatan tersebut semua
penduduk di negara yang mengembangkan jaminan kesehatan ini termasuk peserta jaminan
kesehatan (WHO, 2010).
Di Indonesia, pada tanggal 1 Januari 2014 telah didirikan suatu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan yang selaras dengan tujuan Organisasi Kesehatan Dunia dalam
mengembangkan jaminan kesehatan untuk semua penduduk. BPJS Kesehatan ini merupakan
Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014)
Pelayanan kesehatan dan program BPJS merupakan dua hal yang sangat berpengaruh
dan memiliki peran penting sebagai motor pembangun mutu kesehatan masyarakat Indonesia,
mulai dari sektor desa, kota, provinsi hingga tolak ukur nasional. Berdasarkan hal tersebut,
peniliti ingin melakukan pengukuran dan pengamatan terhadap mutu pelayanan kesehatan dan
pengaruh program BPJS Kesehatan di salah satu desa di Provinsi Jawa Timur, yaitu Desa
Karangsono.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data evaluasi dan masukan
terhadap mutu pelayanan kesehatan untuk kedepannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Setiap individu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, seperti pasien, masyarakat
atau organisasi masyarakat, profesi pelayanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah
daerah, pasti mempunyai pandangan yang berbeda tentang unsur apa yang penting dalam mutu
pelayanan kesehatan. Perbedaan perspektif tersebut antara lain disebabkan oleh terdapatnya
perbedaan dalam latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman,
lingkungan, dan kepentingan (Pohan, 2007).
Menurut Pohan (2007) setiap individu akan menilai mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan standar atau karakteristik atau kriteria yang berbeda-beda.
a. Perspektif Pasien/Masyarakat
Dimensi Service Quality (Servqual) yaitu dimensi mutu untuk perusahaan jasa,
diperkenalkan oleh Zeithaml dkk (dalam Rangkuti, 2006) menyatakan bahwa pelayanan yang
bermutu terbentuk dari dimensi Service Quality (Servqual) yaitu, kehandalan, daya tanggap,
jaminan, empati, bukti fisik. Dengan memperhatikan dimensi tersebut, maka pemberi
pelayanan kesehatan dapat membentuk pelayanan kesehatan bermutu (Rangkuti, 2006).
Dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan itu sendiri
dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu pelayanan
kesehatan. Secara luas, pengertian standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan
tentang mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses, dan keluaran
sistem pelayanan kesehatan (Pohan, 2007).
Standar pelayanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk menjabarkan mutu
pelayanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua individu yang
terlibat dalam pelayanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia
pelayanan kesehatan, penunjang pelayanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi
pelayanan kesehatan, dan akan bertanggung-gugat dalam melaksanakan tugas dan
perannya masing-masing (Pohan, 2007).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siddiqui (2010), bahwa harapan pelanggan
mempengaruhi mutu pelayanan. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitiannya yang berjudul
Mengukur Harapan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan Asuransi Jiwa (Measuring the
Customer Perceived Service Quality for Life Insurance) di Kota Lucknow, Delhi, Mumbai,
Bangalore, dan Kolkata, India. Hasil penelitian terhadap 868 responden bahwa harapan
pelanggan terhadap pelayanan mempengaruhi mutu pelayanan Asuransi Jiwa yang terdiri dari
lima dimensi yaitu, kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik
(www.ccsenet.org)
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ningrum (2014), bahwa mutu
pelayanan mempengaruhi kepuasan pasien. Hal tersebut ditunjukkan dengan penelitiannya
tentang Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan BPJS dengan Kepuasan Pasien di Poliklinik
THT Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Hasil penelitian terhadap 64 responden menunjukkan
sebanyak 44 responden (68,8%) mengatakan mutu pelayanan kesehatan BPJS kurang baik, dan
pada kepuasan pasien sebanyak 36 responden (56,2%) menyatakan kurang puas dengan
pelayanan kesehatan BPJS. Hasil uji statistik Spearman’s Rho Correlation menyatakan terdapat
hubungan antara mutu pelayanan kesehatan BPJS dengan kepuasan pasien di Poli Klinik THT
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya (ρ=0,002) (www.stikeshangtuah-sby.ac.id).
2.2.1 Pengertian
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan (Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 Pasal 1).
Dalam penyelenggaraannya BPJS Kesehatan memiliki Visi dan Misi untuk mencapai
mutu pelayanan yang baik kepada seluruh penduduk Indonesia peserta jaminan kesehatan
nasional ini (www.bpjs-kesehatan.go.id)
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan
nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang
handal, unggul, dan terpercaya.
2.2.3 Kepesertaan
Bagi yang mempunyai upah atau gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah atau
gaji dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji atau upah besaran
iurannya ditentukan dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan
tidak mampu membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah (Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 16).
Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf a meliputi
orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
merupakan Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai huruf f yang menerima upah.
a) Investor;
b) Pemberi Kerja;
c) Penerima Pensiun;
d) Veteran;
2.2.4 Iuran
Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja,
dan/atau pemerintah (Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional Pasal 1). Besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan kesehatan diatur
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Pasal 19).
a. Pemberi Kerja wajib membayar Iuran Jaminan Kesehatan seluruh Peserta yang menjadi
tanggung jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur, maka iuran
dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan
Kesehatan dikenakan denda administrasi sebesar 2% per bulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar
Iuran Jaminan Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan dapat
dilakukan di awal untuk lebih dari 1 bulan
c. Pilihan iuran sesuai kelas perawatan adalah sebagai berikut :
1. Kelas 1 : Rp. 59.500 per orang per bulan;
2. Kelas 2 : Rp. 42.500 per orang per bulan;
3. Kelas 3 : Rp. 25.500 per orang per bulan.
2.2.5 Manfaat
BAB III
METODELOGI
Menurut Singarimbun (1991) survei yaitu “penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok”. Sedangkan
menurut Suhermin (2007) survei adalah aktivitas untuk mengestimasi sesuatu (seperti : jumlah
orang, persepsi atau pesan-pesan tertentu).
3.1.2 Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan
merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik
(Setyadin, 2013).
3.2 Sampel
Sampel menurut Dharma (2011), adalah sekelompok individu yang merupakan bagian
dari populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan
pengamatan/pengukuran pada unit ini. Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar
dan tenaga kesehatan di Desa Karangsono.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan melalui proses hasil
rata-rata jumlah pasien yang berkunjung pada klinik kesehatan pada tiap harinya.
Ruang lingkup penelitian ini adalah cakupan wilayah desa, dengan membatasi
penelitian terhadap objek-objek yang telah ditentukan.
sebagai pusat agen pelayanan kesehatan desa. Sedangkan dalam pelaksanaan wawancara
peneliti mengambil tempat secara acak (toko, sekolah, balai desa, dll)
Penelitian dilaksanakan pada 10 April – 11 April 2017 untuk pengambilan data survei
dan kuisoner. Sedangkan untuuk pelaksanaan wawancara dilaksanakan pada 12 April 2017.
Mekanisme pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik survei dan
menggunakan instrumen kuisoner sebagai media perhitungan kepuasan. Sedangkan untuk
mengetahui respon pasien/masyarakat, kami menggunakan pendekatan dengan mekanisme
wawancara acak pada beberapa masyarakat/pasien.
Dalam penelitian ini variabel data yang terkumpul melalui metode kuesioner kemudian diolah
dengan tahapan sebagai berikut :
Memeriksa daftar pertanyaan pada lembar kuesioner yang diserahkan oleh para
pengumpul data. Selanjutnya kuesioner dikumpulkan kepada peneliti dan diperiksa kembali
untuk memastikan kelengkapan jawaban. Setelah memastikan bahwa semua pernyataan diisi
lengkap, peneliti memberi kode dari lembar kuesioner responden.
a) Kode 2 = Puas
b) Kode 1 = Kurang Puas
3. Kepuasan Terhadap adanya BPJS Kesehatan
Terdiri dari 2 alternatif jawaban yaitu sebagai berikut :
a) Kode 2 = Puas
b) Kode 1 = Kurang Puas
Sedangkan untuk data hasil wawancara acak terhadap masyarakat/pasien (sampel) untuk
menentukan respon diolah dengan membuat beberapa kesimpulan sesuai hasil yang didapat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Kami menggunakan lima dimensi atau parameter dalam survei dan kuisoner untuk
mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan di Desa
Karangsono. Kesulurahan sampel yang peneliti gunakan adalah 50 koresponden, berdasar pada
jumlah rata-rata pasien yang berkunjung pada klinik kesehatan desa (polindes).
Kehandalan
Pada penelitian ini mutu pelayanan kehandalan di Desa Karangsono terbagi menjadi 3
kategori yaitu Baik, Cukup, dan Kurang Baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
1 Baik 36 72 %
2 Cukup 10 20 %
3 Kurang Baik 4 8%
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mutu
pelayanan kehandalan kesehatan di Desa Karangsono adalah Baik yaitu sebanyak 36
responden (72%) dari 50 responden.
Daya Tanggap
Pada penelitian ini mutu pelayanan daya tanggap di Desa Karangsono terbagi menjadi
3 kategori yaitu Baik, Cukup, dan Kurang Baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Daya Tanggap di Desa Karangsono
1 Baik 23 46 %
2 Cukup 18 36 %
3 Kurang Baik 9 18 %
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mutu
pelayanan daya tanggap kesehatan di Desa Karangsono adalah di antara baik dan cukup
yaitu sebanyak 23 responden (46%) menyatakan baik dan 18 responden (36%) dari 50
responden.
Jaminan
Pada penelitian ini mutu pelayanan jaminan di Desa Karangsono terbagi menjadi 3
kategori yaitu Baik, Cukup, dan Kurang Baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
1 Baik 30 60 %
2 Cukup 16 32 %
3 Kurang Baik 4 8%
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mutu
pelayanan jaminan kesehatan di Desa Karangsono adalah Baik yaitu sebanyak 30
responden (60%) dari 50 responden.
Empati
Pada penelitian ini mutu pelayanan empati di Desa Karangsono terbagi menjadi 3
kategori yaitu Baik, Cukup, dan Kurang Baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
1 Baik 36 72 %
2 Cukup 13 26 %
3 Kurang Baik 1 2%
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mutu
pelayanan empati kesehatan di Desa Karangsono adalah Baik yaitu sebanyak 36
responden (72%) dari 50 responden.
Bukti Fisik
Pada penelitian ini mutu pelayanan bukti fisik di Desa Karangsono terbagi menjadi 3
kategori yaitu Baik, Cukup, dan Kurang Baik.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Bukti Fisik di Desa Karangsono
1 Baik 12 24 %
2 Cukup 20 40 %
3 Kurang Baik 18 36 %
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan mutu
pelayanan bukti fisik kesehatan di Desa Karangsono adalah kisaran cukup yaitu
sebanyak 20 responden (40%) dan kurang 18 responden (36%) dari 50 responden.
Kepuasan
Sedangkan hasil survei dan kuisoner terhadap tingkat kepuasan secara umum
masyarakat Desa Karangsono terhadap pelayanan kesehatan terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu Puas, dan Kurang Puas.
Untuk lebih jeas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kepuasan Mutu Pelayanan Kesehatan di Desa Karangsono
1 Puas 46 92 %
2 Kurang Puas 4 8%
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden Puas terhadap
pelayanan kesehatan di Desa Karangsono. Sebanyak 46 responden (92%) dari 50
responden menyatakan puas.
4.1.2 Respon
Tenaga Kesehatan
Secara umum, masyarakat menyatakan respon yang baik perihal tenaga kesehatan di
Desa Karangsono.
Berikut beberapa ungkapan reponden mengenai tenaga kesehatan di Desa Karangsono:
“...kalau soal kehandalan, bu bidan sini, atau kader posyandu sangat handal, cepat,
nggak ribet mas, tenaga kesehatannya juga sangat menyatu sama lapisan masyarakat,
jadi anak-anak kecil gitu juga gampang diatur...” (R2)
“....ya gitu sih mas, cepet tanggap, kalau ada apa-apa sih kayak darurat gitu langsung
ke tempat. Pokok kita sebagai masyarakatnya ya paham gimana keadaan..” (R9)
“....kalau soal tenaga kesehatan di sini, ya...bagus mas, selain fokus sama kesehatan
mereka juga peduli sosial. Desa kami sering dapat penghargaan tentang banyak
program kesehatan sosial, ya yang sering aktif bu bidan sama ibu kader-kader itu,
kayak salah satunya program piring terbang yang sampai provinsi...” (R7)
Program Kesehatan
Secara umum, perihal program kesehatan di Desa Karangsono. Seperti posyandu,
vaksinisasi, rapat kader dan penyuluhan. Masyarakat merespon dengan sangat antusias
dan menyatakan sangat senang. Peneliti justru menagkap hal baru terkait salah satu
program kesehatan sosial di Desa Karangsono, yaitu Program Piring Terbang.
Berikut beberapa ungkapan reponden mengenai program kesehatan di Desa
Karangsono:
“...kalau kegiatan sih, ya semua lancar mas, partisipan juga selalu banyak. Kalau saya
boleh cerita dikit, dulu warga kami ini apatis sekali sama kayak posyandu atau vaksin.
Tapi ya semenjak ada bu bidan khususnya...sekitar tahun 2009 nan, mereka sangat ulet
meyakinkan tentang ini itu, jadi ini seperti kayak perubahan yang signifikan..” (R7)
“...posyandu sih...ya bagus mas, selalu ada jadwal teratur, walau kadang kita aja
sebagai warga kadang gak nangkep semua pengumuman kalau misal posyandu di ganti
hari karena apa gitu...tapi program kayak posyandu, penyuluhan kalau habis ada kasus
apa gitu, tenaga kesehatan selalu cepet, jadi kami merasa sangat diperhatikan” (R5)
Secara umum, masyarakat memberikan respon yang baik terhadap pelayanan kesehatan
dan jaminan, sedangkan untuk fasilitas, beberapa responden menyatakan merasa
kurang, dan sangat butuh di tingkatkan.
Berikut beberapa ungkapan reponden mengenai hal tersebut:
“....pelayanannya memuaskan mas, di sini tenaga kesehatan itu meyatu gitu sama
lapisan masyarakat, dan aktif sama kegiatan desa. Soal jaminan, ya kami percaya lah,
kami percaya kalau apa yang bidan berikan pada kami itu ya cocok. Fasilitas? Ya kalau
polindesnya sediri sih, kurang lah ya mas, harusnya agak besar. Tapi kalo kliniknya
bu bidan sendiri sih lebih bagus mas.” (R7)
“.....baik mas, paham sama pasiennya, padahal ya kadang pasien sendiri yang agak
ribet, cemas, hehe. Jaminan sih, ya terpercaya mas. Justru banyak orang luar desa kalo
berobat ke sini biasanya, ke klinik bu bidannya itu. Fasilitasnya? Ya saya berharap
makin lengkap mas, sekalian kalo ada gigi juga (fasilitas kesehatan gigi), biar kita gak
ribet harus ke dokter gigi...” (R9)
“....kalau masalah fasilitas mas ya...kalau polindes nya itu perlu di besarin kali ya biar
lebih nyaman, sama kalau perlu ada mobil ambulance mas, biar kalau negrujuk pasien
cepet, biar bu bidannya ndak pusing....” (R3)
Kami menggunakan dua kategori (Puas dan Kuarng Puas) dalam survei dan kuisoner
untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap pengaplikasian program BPJS
kesehatan di Desa Karangsono. Kesulurahan sampel yang peneliti gunakan adalah 50
koresponden (data sampel/koresponden kami paparkan di lampiran), berdasar pada jumlah
rata-rata pasien yang berkunjung pada klinik kesehatan desa (polindes).
Pada dasarnya penerapan program BPJS Kesehatan ini merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk melindungi warga atas jaminan kesehatannya. Hal yang paling disorot dari
pengaplikasian BPJS ini adalah perihal jaminan biaya kesehatan yang dapat diminimalkan.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kepuasan Program BPJS Kesehatan di Desa Karangsono
1 Puas 19 38 %
2 Kurang Puas 31 62 %
Jumlah 50
Berdasarkan tabel 4.7 bahwa hasil survei menyatakan sebagian besar responden merasa kurang
puas terhadap program BPJS Kesehatan yang berjalan di Desa Karangsono. 31 Responden
(62%) dari 50 responden menyatakan kurang puas akan hal tersebut.
4.2.2 Respon
“....ya gimana ya mas. Sebenarnya BPJS kesehatan itu membantu khusunya buat
kalangan yang kurang mampu. Tapi pihak desa sini kurang sosialisai aja. Jadinya
nggak semua masyarakat tau” (R1)
“..kalau saya pribadi sih ya sudah baik mas, membantu biaya juga. Seperti persalinan
istri saya. Tapi jujur ya, saya sebenarnya sebelumnya belum paham sama
mekanismenya, untungnya istri saya itu kan dirujuk..soal BPJSnya di bantu sama bu
bidan itu...” (R8)
“....BPJS itu yang kaya jaminan asuransi itu kan ya mas? Itu sih, saya kurang paham.
Saya kalau berobat ya udah berobat, soalnya juga biaa berobat di sini kayak sesuai
dengan kondisi masyarakat.” (R10)
“....kalau saya sih..saya belum daftar BPJS, saya ndak paham mas gimana.
Kebanyakan yang ikut sih pegawai pabrik Sampoerna deket sini” (R4)
“.....Saya pernah pakai sih mas sekali pas di rumah sakit, karena pas itu sama ibu bidan
di rujuk, kecelakaan. Setau saya sih BPJS itu untk mengurangi biaya gitu kan ya mas?”
(R7)
4.3 Respon Tenaga Kesehatan Terhadap Mutu Kesehatan Dan Pelaksanaan Program
BPJS Kesehatan Di Desa Karangsono
Untuk mengetahui respon tenaga kesehatan terhadap mutu kesehatan dan BPJS
Kesehatan, kami mewawancarai bidan desa, petugas klinik dan beberapa kader desa. Dari hasil
wawancara cepat, kami menuah beberapa hasil. Seperti cerita keadaan masyarakat dan
kesehatannya di tahun 2006 an ketika bidan di desa ini dipindah dan ditukar tugas dengan bidan
desa yang sekarang.
Dari yang kami dapati, mutu kesehatan masyarkat di Desa Karangsono dulunya cukup
memprihatinkan. Warga secara general sangat apatis dengan perihal kesehatan, seperti
posyandu. Warga lebih percaya pada dukun bayi. Selain itu memang di karenakan pasifnya
bidan desa sebelumnya. Sampai akhirnya, generasi tenaga kesehatan setelahnya melakukan
banyak perubahan bersama bantuan lapisan perangkat desa. Untuk menjadikan kesehatan
sebagai salah satu hal yang prestisius dan sangat perlu diperhatikan.
“....ya memang pertamanya kitanya yang ulet mas, ngasih tau masyarakat yang kadang keras
kepala, maksa buat posyandu, vakisnisai, bahaya ini itu, ya cukup sulit.” (Yayuk, Kader)
Salah satu hal yang dilakukan adalah melakukan pendekatan secara langsung dan
melibatkan masyarakat dalam ikut serta dengan kepedulian kesehatan. Selain itu, tenaga
kesehatan juga berupaya meningkatkan mutu kesehatan sosial dengan cara unik dan sederhana.
Yaitu dengan menciptakan seuatu program yang bernama “Piring Terbang”. Program ini
merupakan kegiatan rutin sumbangan seikhlasnya oleh warga yang dilaksanakan setelah
kegiatan masyarakat. Seperti arisan, posyandu, penyuluhan atau yang lainnya. Yang nantinya
uang sumbangan tersebut akan dikembalikan dengan bentuk suau paket hadiah untuk ibu pasca
melahirkan.
“...jadi dari uang piring terbang tersebut, kita membelanjakan barang-barang yang berguna
untuk jabang bayi dari ibu yang telah melahirkan di Desa Karangsono. Lha mas, lewat
sini...rasa sosial, peduli, dan empati muncul. Dan memotivasi untuk para warga suapaya lebih
memperhatikan kesehatan, dan merasa diperhatikan oleh banyak orang, mengapa disebut
piring terbang? Karena kita pakai piring mas buat tempat sumbangannya, jadi piringnya
keliling gitu..jadi namanya piring terbang” (Sari Nurhayati, Bidan Desa Karangsono)
“....jadi kalau diukur sih mas, mutu kesehatan desa kami ini adalah salah satu yang paling
bagus di Kabupaten Pasuruan. Tahun 2015 kemarin Desa Karangsono juga mendapat
Maslahat Awards dari pemerintah atas mutu kesehatan dan kehandalan tenaga kerja kami..”
(Mohammad Alim, Kepala Desa Karangsono)
Terkait BPJS, kami mendapatkan hasil bahwa Program BPJS Kesehatan yang
diterapkan di Desa Karangsono pada dasarnya sudah berjalan dengan cukup baik. Hanya
berkendala pada pendistribusian informasi yang kurang. Tetapi untuk menanggulangi masalah
tersebut, tenaga kesehatan di Desa Karangsono membentuk bagian khusus yang memiliki tugas
yang berfokus pada membantu administasi BPJS Kesehatan warga Desa Karangsono.
“....memang warga beberapa masih belum paham BPJS itu bagaimana, mereka tahunya BPJS
ya pokok bisa mengurangin biaya gitu mas, tapi kita dari tim kesehatan desa sudah membentuk
tim sendiri untuk membantu pengurusan BPJS, apalagi buat pasien yang kurang mampu dan
harus dirujuk” (Iin, Tenaga Kesehatan Klinik)
Sedangkan terkait dengan pencairan dana BPJS Kesehatan terhadap lembaga kesehatan
seperti klinik dan polindes desa inilah yang menjadi sorotan tersendiri. Menurut tanggapan
beberapa tenaga kesehatan, BPJS masih terkesan lambat dalam pencairan dananya,
“...ya sebagai pihak yang melayani kesehatan. Kami berfokus pada kesehatan masyarakat,
soal biaya memang nomer 2. Tapi kalau biacara dana dan pencairan, BPJS masih terkesan
nggak cepat gitu mas, mungkin cairnya satu-dua bulanan atau ndak ya nunggak..” (Sari
Nurhayati, Bidan Desa Karangsono)
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Pada umumnya, tingkat kepuasan dan respon masyarakat Desa Karangsono terhadap
mutu pelayanan kesehatan adalah baik, dan puas. Menurut hasil kuisoner dan survei
didapatkan bahwa faktor yang sangat perlu ditingkatkan adalah bukti fisik (sarana dan
prasarana).
3. Pada umumnya, menurut tenaga kesehatan di Desa Karangsono mutu kesehatan di Desa
Karangsono tergolong sangat baik dan meningkat. Sedangkan terkait program BPJS
Kesehatan, program tersebut berjalan cukup baik walaupun terdapat kendala seperti
pendistribusian informasi yang belum maksimal, serta pencairan dana BPJS yang terkesan
masih sangat lamban.
5.2 Saran
1. Dapat dilakukannya penelitian lanjut tentang kajian lebih dalam tentang hal-hal yang
sangat mempengaruhi mutu kesehatan masyarakat.
2. Dapat dilakukannya pengkajian lebih lanjut terkait program BPJS Kesehatan yang
diaplikasikan di sektor desa.
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Keperawatan Pemkab Muba, 2015, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Diploma III Keperawatan, Musi Banyuasin
BPJS Kesehatan, 2014, Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014, BPJS
Kesehatan
BPJS Kesehatan, 2014, Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan,
BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan Indonesia, 2015, Jumlah Peserta BPJS Kesehatan PBI dan Non PBI
Dimutakhirkan Tanggal 01 April 2015 (online). (http://www.bpjskesehatan.go.id/, diakses 18
April 2017)
Dharma, Kelana Kusuma, 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan, Trans Info Media,
Jakarta
Efendi & Makhfudli, 2015, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba Medika, Jakarta
Haliman & Wulandari, 2012, Cerdas Memilih Rumah Sakit, Rapha Publishing,
Yogyakarta
Kantor Operasional BPJS Kesehatan Sumsel, 2015, Jumlah Peserta BPJS Kesehatan PBI
dan Non PBI Hingga Bulan Maret 2015 (online). (http://www.sumselprov.go.id/, diakses 04
April 2017)
Ningrum, Rinda Mustika, 2014, Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan BPJS Dengan
Kepuasan Pasien (online). (http://www.stikeshangtuah-sby.ac.id/, diakses 18 April 2017)
Siddiqui, Dr. Masood H, 2010, Measuring the Customer Perceived Service Quality for
Life Insurance (online). (http://www.ccsenet.org/, diakses 20 April 2017)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40, 2004, Sistem Jaminan Sosial Nasional,
Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44, 2009, Rumah Sakit, Republik Indonesia