You are on page 1of 54

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

(PTS)

UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS GURU

DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKUALITAS

DI SMA NEGERI 2 PANDIH BATU KECAMATAN PANDIH BATU

KABUPATEN PULANG PISAU

Disusun oleh:

MUNIQOH TRI KARTIKO SARI,S.Ag


NIP.19780720 200903 2 003

SMA NEGERI 2 PANDIH BATU


KECAMATAN PANDIH BATU KABUPATEN PULANG PISAU
2017
ABSTRAK

Muniqoh Tri Kartiko Sari, S.Ag(2017) “Upaya Meningkatkan Aktivitas Guru


Dalam Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas Di SMA Negeri 2 Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau”.
Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan,
dimana pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi meningkatnya kualitas
kehidupan manusia. Proses pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses pendidikan yang secara umum menempati posisi sentral dalam mendorong
individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Aktivitas adalah merupakan bentuk kegiatan perilaku dan nalar yang disadari
dalam mewujudkan suatu kehendak, kegiatan ini sebagai penopang tercapainya
bentuk pekerjaan dan sangat mempengaruhi akan warna pekerjaan.
Perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran dalam diri individu yang
menyertai kegiatan yang sedang dilakukan atau diartikan pula suatu proses pemusatan
energi psikis terhadap objek tertentu. Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari
lingkungannya. Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai manipestasi
dari pendidikan, ini semua tergantung pada kemampuan guru itu sendiri.
Guru memegang peranan penting sebagai pelaksana operasional
pembelajaran. Guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar perlu
mengetahui dengan jelas, aktivitas apa yang harus dilaksanakannya, agar proses
belajar mengajar dalam pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya. Guru
sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku siswa.
Berhasil tidaknya suatu proses belajar, akan banyak tergantung dari sampai berapa
jauh guru telah mampu memainkan peranan tersebut.
Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang aktivitas dan
perhatian guru terhadap siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.
Dan secara khususnya ingin mengetahui sejauhmana kegiatan guru dalam
mempersiapkan diri untuk terlaksananya pembelajaran yang berkualitas, dalam arti
pembelajaran yang mampu mendongkrak hasil prestasi siswa dalam belajar.
Populasi penelitian seluruh guru yang ada di SMA Negeri 2 Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau. Adapun sampel yang diambil yaitu semua guru yang ada di
sekolah tersebut sejumlah 13 orang. Pengumpulan data menggunakan angket yang
diisi oleh responden dan hasil wawancara dengan semua guru tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian guru terhadap
siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas cukup tinggi prosentasenya.
Hal ini terbukti dengan adanya bukti pekerjaan dalam bentuk ketatalaksanaan,
kegairahan dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, dan terdokumentasi-
kannya hasil prestasi belajar anak.

i
PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Illahi Robbi atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Sekolah yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Guru Dalam Mewujudkan
Pembelajaran Berkualitas Di SMA Negeri 2 Pandih Batu Kabupaten Pulang
Pisau”.
Selain dari itu terkandung harapan semoga hasil penelitian ini bisa bermanfaat
dan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan tercapainya program
peningkatan mutu pendidikan dilingkungan SMA Negeri 2 Pandih Batu Kabupaten
Pulang Pisau.
Penyusunan PTS ini termotivasi oleh adanya tugas dan fungsi penulis
membina tenaga pendidikan lainnya terutama rekan guru dalam peningkatan mutu
pembelajaran yang bisa berimplikasi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di
SMA Negeri 2 Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu dicermati oleh
pelaku pendidikan di daerah, baik dalam pengembangan perangkat pelaksanaan yang
mutlak merupakan pijakan dalam proses pembelajaran, maupun implementasi
perangkat tersebut oleh guru di sekolah. Guru atau sekolah mempunyai kewenangan
dan kewajiban untuk merancang dan menentukan hal-hal yang berkenaan dengan
pembelajaran, seperti hal apa yang akan diajarkan, mengelola pengalaman belajar,
menentukan cara mengajar, bagaimana anak belajar, dan menilai keberhasilan dalam
proses dan hasil pembelajaran. Core bisnis pendidikan bermuara pada pembelajaran.
Guru merupakan sosok strategis sebagai ujung tombak yang paling depan
dalam ketercapaian peningkatan mutu pendidikan sebab ditangan gurulah proses
pembelajaran berlangsung. Tugas guru sarat dengan beban, tapi sangatlah
membanggakan dan mengharumkan, sebab di tangan guru awal kecerdasan dan
kesejahteraan bangsa dimulai.
Dalam penyusunan PTS ini penulis banyak mengalami hambatan dan
kesulitan, namun atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, Alhamdulillah dapat
diselesaikan. Untuk itu kepada semua pihak penulis mengucapkan banyak terima
kasih, semoga amal baik semua pihak mendapat ridho dan imbalan yang berlipat
ganda dari Alloh Yang Maha Kuasa. Aamiin.

ii
DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................................... i
PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 5


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 5
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................. 8
A.Administrasi Pembelajaran ................................................................................... 8
B. Ruang Lingkup ..................................................................................................... 9
C. Jam Kerja ............................................................................................................ 10
D. Uraian Tugas Guru ............................................................................................. 10
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran ............................................................... 12
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran ........................................................ 18
BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN ................................... 33
A. Metode Penelitian ............................................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 33
C. Alat Pengumpul Data ......................................................................................... 33
D. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN ........................................... 36
A. Teknik Pengolahan Data .................................................................................... 36
B. Pengolahan Data ................................................................................................. 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 51
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 51
B. Saran-saran ......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 54

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa
kita sebagai abdi negara dan bangsa berkewajiban untuk mencerdaskan bangsa.
Hal ini bisa tercapai hanya melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Pendidikan amat penting sebagai wahana dalam ikhtiar membangun
manusia berkualitas. Usaha tersebut harus ditandai dengan meningkatnya proses
belajar dan mengajar untuk mewujudkan kecerdasan, pengetahuan dan
keterampilan yang dilandasi nilai-nilai luhur kehidupan yang terefleksikan dalam
kehidupan sehari-hari secara konsisten.
Proses beiajar mengajar merupakan salah satu bagian dari proses
pendidikan, dimana pendidikan merupakan sarana yang strategis bagi
meningkatnya kualitas kehidupan manusia, yang bisa dilihat dari derajat
kesejahteraan, menurunnya kemiskinan dan kebodohan serta terbukanya berbagai
pilihan dan kesempatan dalam mengembangkan diri di masa yang akan datang.
Dengah demikian proses belajar mengajar secara umum menempati posisi sentral
dalam mendorong individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam
berbagai aspek kehidupan.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, unsur guru memegang
peranan penting sebagai pelaksana operasi digaris terdepan. Guru dalam
pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar perlu mengetahui dengan jelas,
aktivitas apa yang harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar dalam
pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan
budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut
perlunya perbaikan sistem pembelajaran.
Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti itu diperlukan
upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh
mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-
aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,
keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kualitas pembelajaran.
Didalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, kedudukan guru
cukup memegang peranan penting, karena tugas guru di sekolah bukan hanya
membekali murid dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi guru harus pula
memperhatikan berbagai aspek lainnya, umpamanya kondisi emosional atau
kondisi psikis murid seperti yang dikemukakan oleh Whiterington dalam
bukunya “Educational Psychology- (Psikologi Pendidikan)" yang diterjemahkan
oleh M. Buchori (1982: 55-56) bahwa:

5
6

"Perbedaan-perbedaan juga terdapat timbul sebagai akibat faktor-faktor


emosional dan kesalahan-kesalahan pedagogis. Cara mengajar yang jelek
dapat timbul sebagai akibat dari ketaksanggupan untuk mengetahui
kesukarankesukaran yang dihadapi pengajar. Mengajar bukan semata-
mata menerangkan suatu pelajaran saja. Dalam mengajar guru harus juga
memperhatikan kondisi emosional dan psikis pelajar. Sikapnya, cita-
citanya, semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran".

Dan uraian di atas tergambarlah bahwa tugas guru demikian luasnya,


tidak hanya memberikan materi pelajaran semata-mata, tetapi dengan tugasnya
harus mengetahui segala aspek dan kondisi yang ada pada diri anak. Walaupun
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar banyak sekali rintangan dan halangan
yang menghambat dalam pelaksanaannya, seorang guru harus dapat
menghindarkan semua hambatan dan memusatkan perhatian hanya kepada anak
beserta seluruh latarbelakang pribadinya. Sebagaimana menurut pendapat Slamet
(1988 : 107) bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai manipestasi
dari pendidikan, itu semua tergantung pada kemampuan guru itu sendiri. Maka
dari itu guru memegang peranan penting, karena sebagai mediator dalam pendidikan,
seperti dikemukakan oleh Moh. Surya:
"Guru sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleli perubahan
tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu proses belajar, akan banyak
tergantung dari sampai berapajauh guru telah mampu memainkan
perhatian tersebut"
Kompetensi profesional guru, selain dapat menguasai seluruh metoda
dan teknik mengajar, juga harus memperhatikan unsur kedisiplinan yang masih
banyak terabaikan, sebagaimana pendapat Udi Turmudi sebagai berikut:
"Kenyataan sekarang banyak guru yang mengajar dalam kelas asal
mengajar saja biar anak memperhatikan atau tidak, bukan persoalan,
pokoknya bahan telah disampaikan. Atau dilain pihak, guru menuliskan
sejumlah soal dalam papan tulis, anak disuruh mengerjakannya,
sedangkan guru entah kemana. ini jelas memperlihatkan
ketidakdisiplinan dari pihak guru sendiri, yang tidak memungkinkan
menumbuhkan disiplin pada diri anak, karena guru memberikan
contoh yang keliru".

Secara keseluruhan dari uraian di atas merupakan gambaran bahwa


peranan guru amat penting dalam memperhatikan peserta didik selama
pelaksanaan pembelajaran, apalagi dari beberapa pendapat di atas kondisi
7

guru dalam pembelajaran saat ini memungkinkan kurang berkualitas. Penyebab


secara umum menurut hasil survei LPMP Pusat (Depdiknas, 2003).
1. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penyelenggaraan
(guru) bukan untuk peserta didik.
2. Kuantitas, kualitas, pemerataan dan kesejahteraan guru dan meratanya
penempatan guru sangat lemah untuk menjadi perhatian karena
manajerial pendidikan bernuansakan birokratis politis.
3. Pembelajaran yang diselenggarakan bersifat pemindahan isi
(content transmission). Pola mengajar hanya menyampaikan
pokok bahasan.
4. Kualitas pengajaran hanya diukur dari daya serap kurikulum.
Pembelajaran tidak diarahkan kepada partisipatori total dari peserta
didik.
5. Pembelajaran selalu mereduksi teks yang ada dengan harapan tidak
salah melangkah. Teks atau buku acuan dianggap segalanya dalam
meningkatkan hasil pembelajaran.

B. Rumusan dan Batasan Masalah


Dan permasalahan penelitian tersebut, maka penulis akan batasi
kepada masalah penelitian secara khusus dalam tataran ruang lingkup peranan dan
perhatian guru dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yang meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Apakah aktivitas guru dalam pembuatan administrasi proses belajar mengajar
dapat mewujudkan pembelajaran?
2. Apakah aktivitas guru dalam persiapan awal proses belajar mengajar
berkualitas?
3. Apakah guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berkualitas?
4. Apakah aktivitas guru pada akhir proses belajar mengajar berkualitas?
5. Apakah aktivitas guru setelah melaksanakan evaluasi berkualitas?
8

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Administrasi Pembelajaran
Pengertian
1. Program
Pembahasan mengenai program tidak dapat dilepaskan dengan
aspek kebijakan. Menurut Dye (1992), kebijakan atau yang dalam hal ini
adalah kebijakan publik secara prinsip dapat diartikan sebagai “Whatever
government choose to do or not to do“. Hal tersebut diperkuat oleh
Hogwood dan Gunn (1986) yang menyebutkan bahwa kebijakan publik
adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai
hasil-hasil tertentu.
Sedangkan pengertian program itu sendiri, menurut Jones (1984),
program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dalam
pengertian tersebut menggambarkan bahwa program-program adalah
penjabaran dari langkah-langkah dalam mencapai tujuan itu sendiri.
2. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan
berikut:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu
kegiatan pembelajaran
2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan/membentuk
kompetensi tersebut.
3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi
tersebut sudah dimiliki peserta didik.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam
9

pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana


pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan
sistem penilaian.
3. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Maka ringkasnya RPP adalah rencana
operasional kegiatan pembelajaran setiap atau beberapa KD dalam setiap
tatap muka di kelas. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu)
Komptensi Dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi setapak
yang dilakukan oleh guru di kelas dalam mendampingi peserta didik.
Satu hal yang amat penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa
kegiatan pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta
didik, sedangkan guru berperan sebagai pendamping, fasilitator.
Artinya, ketika guru memilih pendekatan, metode, materi,
pengalaman belajar, interaksi belajar mengajar harus memungkinkan
peserta didik berinteraksi dan aktif, sedang guru memfasilitasi dan
mendampinginya.
B. Ruang Lingkup
Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Pasal
35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses
pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata
pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat
pendidiknya.
10

Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen sekolah, akan terlibat
langsung dalam kegiatan manajerial tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara
lain penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat lainnya,
pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian Nasional (UN), ujian
sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru dalam siklus tahunan tersebut secara
spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah tempat guru bekerja.
C. Jam Kerja
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan
beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@
60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal
tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap muka dalam
satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu per semester.
Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran yang disusun
secara mingguan.
D. Uraian Tugas Guru
1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada
awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan
penyusunan RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau 12
hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai kegiatan tatap muka.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap
muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran
dengan tahapan kegiatan berikut.
a. Kegiatan awal tatap muka
• Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup kegiatan pengecekan
dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan
perangkat administrasi.
• Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal pelajaran yang
ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal waktu atau beberapa waktu
sebelumnya tergantung masalah yang perlu disiapkan,
11

• Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam


pelajaran.
b. Kegiatan tatap muka
• Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif antara peserta
didik dengan guru dapat dilakukan secara face to face atau
menggunakan media lain seperti video, modul mandiri, kegiatan
observasi/ekplorasi.
• Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud
dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium,
studio, bengkel atau di luar ruangan.
• Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan pembelajaran
atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam
struktur kurikulum sekolah.
c. Membuat resume proses tatap muka
• Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap
muka yang telah dilaksanakan. Catatan tersebut dapat merupakan refleksi,
rangkuman, dan rencana tindak lanjut.
• Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain
yang disediakan di sekolah dan dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka.
• Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara dengan 1 jam
pelajaran.
3. Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik
maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non
tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap
serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.
a. Penilaian dengan tes.
• Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir
semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai
kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan.
12

• Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.


• Penilaian hasil test, dilakukan di luar jadwal pelaksanaan test,
dilakukan di ruang guru atau ruang lain.
• Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena
waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap
muka.
b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap.
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Perhatian

Perhatian merupakan suatu gejala psikologis. Dalam kehidupan


sehari-hari istilah perhatian sering digunakan tetapi tidak selalu dalam arti
yang sama. Hal ini tergantung pada ruang lingkup penggunaannya. Dalam
lapangan psikologi para ahli mengemukakan pendapat yang bermacam
ragam. Hal tersebut tergantung pada pandangan dan keyakinan masing-
masing. Walaupun terdapat perbedaan, secara umum menunjukkan adanya
kesamaan pendapat yaitu adanya aktivitas yang disadari dalam kegiatan
yang sedang dilakukan dan terarah kepada satu tujuan, seperti halnya
dikemukakan oleh Kartini Kartono (1984:59) berikut:
"...mengkonsentrasikan diri, mengarahkan aktivitas psikhis pada suatu titik
objek".

Ada hal yang penting dalam rumusan perhatian, yaitu aktivitas psikhis
yang terkonsentrasi dan tertuju pada suatu objek. Dalam hal ini energi
psikis dipusatkan pada suatu objek. Segala aktivitas akan tertuju kepada
suatu objek sehingga objek lain diabaikan, seperti dikemukakan Djasman
Adimiharja (1982:54), bahwa: Perhatian merupakan tingkah laku aktif,
suatu proses yang beradaptasi dengan lingkungan. Kita dikatakan
menunjukkan perhatian bila aktivitas alat indra difokuskan pada beberapa
perangsa tertentu.

Perhatian sebagai suatu aktivatas psikis dalam menerima rangsangan


melalui alat indra, baik indra perasa, penglihatan, penciuman dan
sebagainya. Penerimaan rangsangan tersebut disertai dengan minat dan
kemauan individu yang menimbulkan tingkah laku.
13

Dalam proses kegiatan yang sedang berlangsung akan lebih efektif,


bila disertai dengan perhatian yang tinggi. Dikemukakan oleh Kartini
Kartono (1984: 143) bahwa "... minat dan perhatian yang terarah serta
terbimbing, orang jadi selalu sibuk dan aktif berbuat sehingga muncul rasa
berarti dan bahagia".

Perhatian merupakan sesuatu yang penting dalam proses penyeleksian


bermacam-macam rangsangan yang diterima indra sesuai dengan minat
dalam dirinya. Manifestasi perhatian tak dapat diamati secara langsung,
tetapi ditafsirkan melalui tingkah laku yang tampak. Seperti dikemukakan
oleh Bimo Walgito (1985 : 53) bahwa "Pemusatan dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan pads st!atu atau sekumpulan objek".

Perhatian juga merupakan proses mental terhadap stimulus, yang dapat


memberikan pengaruh terhadap individu dalam memberikan respon
terhadap suatu objek yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan
Jalaludin Rachmat (1986:65) bahwa "Perhatian adalah proses mental ketika
stimulus lainnya melemah".

Selanjutnya Gojali (1967: 116) menyatakan bahwa "Perhatian adalah


keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu
objek atau sekumpulan objek".

Faktor psikis turut menyusun proses perhatian seseorang, dan perlu


dipahami syarat-syarat perhatiannya. Berkenaan dengan itu, Ema
Zain (1973 : 136) mengemukakan sebagai berikut:

Syarat-syarat perhatian adalah:

a) Inhibisi atau penghambatan yaitu perangsang yang tak ada


sangkut-pautnya dengan objek perhatian harus dihambat.
b) Apersepsi menghubungkan suatu objek yang baru dengan isi jiwa
yang telah ada.
c) Adaptasi yaitu penyesuaian diri dengan objek.
d) Kemauan terhadap suatu objek.
e) Perasaan-perasaan yang ditimbulkan oleh objek.
f) Luas perhatian tidak terlalu banyak.
g) Harus dijaga kekuatannya jangan terjadi kegoncangan atau disebut
siliasi.
14

Berdasarkan batasan dan pengertian yang telah diungkapkan, dapat


disimpulkan bahwa perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran dan
pemusatan energi psikis yang menyertai suatu aktivitas yang sedang berlangsung.
Pada umumnya perhatian tertuju pada suatu objek.
Timbulnya perhatian bermacam cara tergantung kepada kesiapan individu.
Untuk mengetahui cara timbulnya perhatian perlu memahami dulu jenis-jenisnya,
dimana jenis perhatian ada 3 macam, yaitu berdasarkan timbulnya, berdasarkan luas
objeknya, dan berdasarkan intensitasnya.
Pada umumnya timbul perhatian pada individu tidak lama tergantung pada
individu itu sendiri, tergantung situasi dan kondisi, dan tergantung kemauan dan
kemampuannya, sebagaimana dikemukakan oleh Kaswan (1984:23) pada intinya
perhatian dapat dibedakan berdasarkan timbulnya, luas objeknya dan intensitasnya.
a. Berdasarkan Cara Timbulnya
Pada hakikatnya tiap individu dalam menerima berbagai rangsangan muncul
perhatian. Ada yang timbul secara spontan, disengaja, dan karena kebiasaan.
Perhatian spontan timbulnya secara langsung tanpa paksaan atau keharusan, hal
tersebut semata-mata karena menyenangi dan keingintahuan atau paksaan. Contoh,
pada suatu saat sekumpulan pejabat sedang mengadakan rapat, para anggotanya
diharuskan mendengarkan penjelasan pimpinan (perhatian disengaja), tetapi secara
tiba-tiba datang orang gila berteriak-teriak, semua anggota rapat serempak melihat
pada orang gila tersebut (perhatian spontan). Perhatian karena kebiasaan,
dipengaruhi oleh kebiasaan yang dilakukan individu dalam memperhatikan
sesuatu tergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Contoh, seorang
olahragawan akan menaruh perhatian pada sebidang lapangan rumput, untuk
bermain sepakbola, sedangkan peternak cenderung akan tertarik untuk
menggembala ternak.
b. Berdasarkan Luas Objeknya
Berdasarkan luas objeknya perhatian ada 3 (tiga) macam, yaitu perhatian
konsentratif, perhatian distributif dan perhatian sembarang. Perhatian
konsentratif merupakan suatu perhatian yang terpusat pada suatu objek
tertentu. Contoh seorang anak sedang membaca sebuah buku di
perpustakaan, maka perhatiannya akan terpusat pada buku yang sedang
dibacanya. Sedangkan perhatian distributive merupakan ketidakajegan
seseorang sehingga tersebar kepada berbagai hal yang dapat dilihat, diraba
15

atau didengarnya. Perhatian sembarang yaitu perhatian yang relatif pendek dan
tidak menetap kepada suatu objek.
c. Atas Dasar Intensitasnya
Perhatian yang dipengaruhi oleh besar kecilnya atau tinggi rendahnya
kesadaran individu yang menyertai aktivitas yang sedang dilakukan. Setiap
individu mempunyai intensitas perhatian yang berbeda dalam menaruh perhatian
terhadap objek yang lama.
Dengan diketahuinya jenis jenis perhatian, individu dapat meningkatkan
perhatian agar tercapai tujuan yang diharapkan. Namun dalam meningkatkan
perhatian tersebut banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang terdapat
di dalam maupun di luar diri individu itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang, karena
stimulus yang dapat diterima individu bermacam-macam. Rangsangan tersebut
mula-mula diterima oleh alat indra yang kemudian diseleksi. Bila rangsangan
yang diterima sesuai dengan dirinya, maka rangsangan tersebut akan disalurkan
melalui saraf ke otak. Perhatian akan menyertai alat indra dalam menerima
rangsangan. Rangsangan tersebut tidak mungkin sernuanya diterima oleh alat
indra, karena alat indra individu terbatas kemampuannya. Kemampuan individu
dalam memperhatikan berbagai objek dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagaimana dikemukakan Singgih D. Gunarsa (1983: 107) bahwa:
"Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi dalam dua
golongan besar yaitu faktor luar dan faktor dalam. Termasuk faktor luar adalah
faktor-faktor yang terdapat pada objek yang diamati yaiiu : intensitas atau
ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan. Sedangkan yang termasuk faktor
dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri
sebagai pengamat, yaitu: motif, kesediaan dan harapan.

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, jadi faktor-faktor yang mempengaruhi


perhatian individu adalah faktor luar dan faktor dalam:

a. Faktor Luar
Yang dimaksud faktor luar adalah segala rangsangan yang datangnya dari
objek yang diamati, yang termasuk ke dalam faktor luar antara lain:
1) Kuat lemah rangsangan (intensitas) dan ukuran
Objek yang diamati lebih diperhatikan bila menyimpang dan kebiasaan
(sangat besar, sangat tinggi, sangat pendek dan sangat kecil) dari benda-
16

benda lainnya.
2) Kontras
Sesuatu yang berbeda dengan yang ada disekelilingnya. Misalnya sangat
cantik diantara orang-orang yang jelek, atau sangat serak diantara orang-
orang yang merdu dan sebagainya.
3) Pengulangan
Suatu objek yang gerakannya berulang dalam waktu tertentu, akan
menarik perhatian, namun kalau berulangnya terus-menerus tak terbatas
waktu, tak akan menarik perhatian lagi. Contoh, suara petasan yang
berangkai, suara kentongan tanda bahaya dan lain-lain. Hal ini semua akan
menarik perhatian tapi apabila tukang pandal besi memukul-mukul besi
dan pagi sampai sore tak menarik perhatian lagi.
4) Gerakan
Suatu benda yang bergerak-gerak akan menarik perhatian, misalnya
mainan yang bergerak-gerak diantara mainan-mainan yang diam pada
etalase toko.
b. Faktor Dalam
Yang dimaksud faktor dalam adalah berbagai hal yang berhubungan
dengan diri individu yang bersangkutan, yang termasuk pada faktor ini antara lain:
1) Motif
Motif merupakan daya pendorong dalam diri individu untuk melakukan
kegiatan, tercapai tidaknya suatu tujuan banyak ditentukan oleh besar
kecilnya motif dari individu yang bersangkutan, Rochman Natawidjaya
(1978:46) mengemukakan bahwa, "Motif, ialah setiap kondisi atau keadaan
seseorang atau sesuatu organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk
memulai atau melanjutkan suatu atau serangkaian tingkah laku perbuatannya".
2) Kesediaan
Perhatian akan lebih terpusat bila adanya kesediaan dari individu dalam
menghadapi sesuatu objek. Contoh: suatu instruksi akan lebih diperhatikan
bila adanya kesediaan dari orang yang diberi instruksi/perintah. Instruksi tak
akan diperhatikan bila yang diperintahnya sedang sibuk atau sedang bingung.

3) Harapan
Sesuatu objek yang menjadi harapan akan lebih diperhatikan dibanding
dengan objek lain yang bukan harapannya. Maka makin besar harapan
17

terhadap sesuatu objek makin tinggi pula intensitas perhatiannya. Contoh:


seseorang yang mengharapkan punya kekasih yang cantik, baik hati dan pakai
kerudung, tiba-tiba menemukan gadis seperti tersebut, maka hal tersebut akan
lebih diperhatikannya.

4) Gangguan terhadap perhatian


Yang dimaksud dengan gangguan terhadap perhatian yaitu adanya perangsang
lain yang mengganggu terhadap perhatian individu, pada waktu individu
tersebut sedang memperhatikan sesuatu objek. Misalnya: guru-guru sedang
memperhatikan ceramah kepala sekolah, tiba-tiba perhatiannya terganggu
oleh suara gemuruh kelas yang ambruk. Supaya perhatian tetap terpusat
kepada suatu objek, maka gangguan yang merintangi perhatian harus diatasi.
Adapun usaha untuk mengatasi gangguan perhatian seperti dikemukakan oleh
F. Patty (Kaswan, 1982: 96) sebagai berikut:
Beberapa cara untuk mengatasi gangguan perhatian ini:
1) memperkuat motivasi
2) memperkuat usaha dalam menjalankan tugas
3) membiasakan diri dalam membantu in attention terhadap gangguan
perhatian

Dengan memperhatikan pendapat di atas menunjukkan bahwa gangguan


terhadap perhatian dapat diatasi, diantaranya dengan memperkuat motivasi,
memberikan pengertian dan sebagainya. Untuk meningkatkan perhatian guru
terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas harus diberikan
motivasi melalui rapat-rapat, penataran-penataran, memberikan tanggung jawab/
pengakuan dan meningkatkan kesejahteraannya.
2. Peranan dan Fungsi Perhatian dalam Proses Pembelajaran
Peranan guru sangat besar dalam pelaksanaan proses belajar mengajar,
karena guru sebagai penanggung jawab utama pada proses belajar mengajar di
kelas. Guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Guru harus
penuh inisiatif dan kreatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, karena
gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi kelas, terutama keadaan
siswa dengan segala latar belakangnya. Proses belajar mengajar merupakan
komponen utama bahkan bisa dikatakan bahwa proses belajar mengajar
merupakan inti dari seluruh komponen pendidikan, walaupun guru bukan satu-
18

satunya sebagai sumber pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh Nanang


Fattah (2000:81) bahwa:
"Proses Belajar Mengajar (PBM) yang sesuai dengan kebutuhan
merupakan bentuk belajar yang menghadapkan siswa dengan atau sejumlah
sumber belajar secara individual atau sekelompok, tidak hanya sebatas cara
konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa dalam kelas.
Proses belajar mengajar yang efektif adalah suatu kondisi yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan berbeda pendapat
dengan guru, sehingga terjadi interaktif”.

Karena sangat kompleksnya tanggung jawab guru dan semakin cepatnya


perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga guru selain dapat menguasai kelas dan
sebagai figur yang digugu dan ditiru juga harus lebih cepat menangkap berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan namun tetap jadi guru sebagai pendidiklah yang
menjadi dominan.
Sejak digulirkannya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), pelaksanaan
proses belajar mengajar tak lagi bersifat sentralistik, tetapi diserahkan ke daerah
sesuai dengan kebutuhan dengan istilah kebersamaan dalam tujuan dan
keseragaman dalam penyajian, dengan pengertian cara melaksanakan proses
belajar mengajar disesuaikan dengan kebutuhan daerah namun harus tetap
mengacu kepada standar kurikulum sekolah.
Kecepatan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menurut para
ahli belum bisa menggantikan posisi guru, karena guru sebagai kunci dalam
pelaksanaan interaksi proses belajar mengajar yang fungsi utamanya dalam proses
belajar mengajar yaitu adanya perubahan tingkah laku pada diri anak.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprayekti (2003: 4) bahwa:
"Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi
dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja
direncanakan agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar.
Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan yang relatif
konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan prilaku ini merupakan hasil belajar
yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
1. Aktivitas Awal Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
mempersiapkan seluruh perangkat yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar yaitu berupa administrasi pengajaran. Dimana makna administrasi
19

pengajaran adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang


pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana secara
berhasil guna dan berdaya guna. Administrasi pengajaran berfungsi sebagai
pedoman dalam pengelolaan pengajaran agar terencana, terorganisir,
terlaksana dan, terawasi dengan baik. Administrasi pengajaran berkaitan erat
dengan proses belajar mengajar. Berdasarkan pedoman penyusunan kalender
pendidikan yang diterbitkan oleh dinas pendidikan sebagai kegiatan awal
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar perlu melakukan persiapan
mengajar.

Persiapan mengajar mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam


mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum melaksanakan proses
belajar mengajar, bertujuan untuk:

1) Menjabarkan kegiatan dan bahan yang akan disajikan guru dalam tahap
pelaksanaan pengajaran.
2) Memberikan arah tugas yang harus ditempuh dalam proses belajar
mengajar.
3) Mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya.
4) Sebagai dasar untuk pengawasan dan penilaian pelaksanaan pengajaran.

Pada kurikulum KTSP yang dimaksud dengan persiapan mengajar


adalah seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta
penilaiannya, dijabarkan ke dalam bentuk silabus yang didalamnya terdiri dan
komponen komponen yang saling berkaitan, adapun komponen silabus terdiri
dari:
1) Kompetensi dasar adalah target kompetensi yang harus dicapai, hal
tersebut sudah tertera dalam kurikulum KTSP.
2) Hasil belajar adalah keadaan kemampuan siswa setelah memenuhi suatu
tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi.
3) Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih terarah dan spesifik.
4) Pengalaman belajar adalah pelaksanaan proses belajar mengajar dengan
langkah-langkah yang lebih terinci yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
5) Alokasi waktu yang merupakan penjatahan beberapa waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran materi tersebut.
6) Sarana dan prasarana sebagai pendukung terlaksananya dengan baik
pembelajaran tersebut.
7) Penilaian yang merupakan alat ukur ketercapaian dan keberhasilan
pembelajaran tersebut.
20

Jadi apabila seorang guru akan mengajar tanpa menjabarkan kurikulum ke


dalam program pengajaran yang direalisasikan ke dalam silabus, sangat sulit
untuk menyajikan materi pelajaran.
2. Aktivitas Keterlaksanaan Pembelajaran Berkualitas
Setelah administrasi pengajaran disiapkan hasil penjabaran dan kurikulum
berupa program pengajaran yang direalisasikan ke dalam bentuk silabus, langkah
berikutnya adalah menyajikan kedalam proses belajar mengajar yang didalamnya
terjadi interaksi antara guru dengan murid dalam usaha mencapai target
kompetensi yang terdapat dalam kurikulum KTSP.
Pemberlakukan kurikulum KTSP merupakan salah satu langkah strategis
guna memantapkan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip-
prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
"mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi yang
menyenangkan dan menyediakan pengalaman yang beragam dengan belajar
centered ini, beberapa model pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan
dengan melalui berbuat” (Depdiknas, 2003 : 3).
Peran guru sebagai transformator harus diubah menjadi seorang fasilitator
yaitu menciptakan kesempatan atau peluang agar peserta didik dapat
mengeksplorasi gagasan, mengajukan pertanyaan dan lebih jauhnya dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan arahan dan bimbingan aktif guru.
Di dalam kelas yang berpusat pada siswa (student centered) peran guru adalah
membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip. Siswa membangun
pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru membantu (mediator) proses ini
agar informasi bisa bermakna dan sangat relevan.
Untuk mewujudkan keterlaksanaan proses pembelajaran yang bersifat
student centered ini, beberapa model pembelajaran telah dikembangkan
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tertentu dengan menggunakan
berbagai pendekatan dan metode serta dilandasi teori-teori belajar, misalnya
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang harus diimplementasikan
menurut kurikulum KTSP.
1) Makna Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai terjemahan dari Contextual Teaching
and Learning (CTL) mempunyai dua sisi kepentingan yaitu sebagai pilosofis
dan sebagai strategi. Sebagai pilosofis merupakan konsep belajar yang
21

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata
siswa, baik fisik maupun mental. Dan sebagai strategi memadukan teknik-
teknik tertentu untuk memotivasi siswa lebih akktif dan kreatif memadukan
antara pengetahuan yang dimilikinya dalam penerapan melalui pengamalan
nyata sehari-hari (Husen. S. KTSP: 9).
Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik didorong untuk membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh
dari usaha peserta didik mengkonstruksi pengetahuan, dan keterampilan baru
ketika belajar. Perlu dipahami bahwa pembelajaran kontekstual bukan berarti
guru harus mengkontekskan setiap materi ajar ke dalam situasi nyata yang
berupa fisik, tetapi dapat juga dengan masalah yang disimulasikan, yang
artinya dengan menarik segala imajinasi yang dekat dengan alam pikiran
peserta didik untuk dijadikan bahan belajar (Sri Wardhani, 2002).
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu konsepsi yang membantu guru
menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang berguna
untuk memotivasi peserta didik dalam membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan (Benchard. Dit_ PLP, KTSP).
Menurut pendapat Zahonk, 1995 (dalam Dit. PLP, 2003) yang
dikembangkan Husen (LPMP, KTSP : 10) ada lima elemen yang perlu
diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual, yaitu:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara
menyusun:
a. Konsep sementara (hipotesis)
b. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan
(validasi)
c. Merevisi konsep tersebut dan mengembangkannya.
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.

2) Strategi Pembelajaran Konsekstual


Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi kontekstual (CTL) menurut
Slamet Mulyana (LPMP Bahasa, KTSP: 14) memiliki karakteristik sebagai
berikut:
22

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran


diarahkan agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah
dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada peserta didik (learning by doing)
3) Pembelajaran dilakukan melalui kerja kelompok, berdiskusi saling
mengoreksi (learning in a group)
4) Kebersamaan, kerjasama saling memahami (learning to know each other
deepy)
5) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan produktif (learning to
ask, to inquiry, to work together).
6) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan (learning as an enjoy
ancivity).

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama dalam setiap


pelaksansan pembelajarannya, yaitu konstruktivisme (contctructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik (authentic
assessment).
(1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosopis) pembelajaran
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik sedikit demi
sedikit, tahap demi tahap kemudian hasilnya diperluas dengan konteks terbatas
tidak sekoyong-konyong, bahkan prosesnya kadangkala tidak terlalu mulus dan
selalu mendapat halangan dan rintangan.
Dalam konstruktivisme seorang guru harus memperhatikan hal-hal (LPMP,
KTSP) sebagai berikut :
a. Mengakui adanya konsepsi awal pengetahuan yang dimiliki peserta didik
melalui pengalaman sebelumnya.
b. Menekankan kepada kemampuan minds on (berpikir) dan hands on
(keterampilan), perpaduan logika dan kinestika.
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual.
d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
e. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.
(2) Bertanya (questioning)

Bertanya merupakan induk dari strategi pembelajaran kontekstual yang


kadang kala bisa disebut awal dan jantung dari pengetahuan sehingga merupakan
aspek terpenting dan pembelajaran. Seorang bertanya bisa karena ingin tahu,
menguji, menginformasi, mengapersepsi, mengarahkan dan menggiring,
23

mengaktifkan skemata, menghakimi, mengklarifikasi, memfokuskan, dan bisa


menghindari kesalahpahaman. Pengetahuan dapat dibangun mulai dari bertanya.
(3) Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran agar
retensinya kuat, daya ingatnya lama, bahkan akan menunculkan kepuasan
tersendiri bagi peserta didik dibandingkan hanya melalui pewarisan. Dengan
menemukan kemampuan berpikir mandiri (kognitif tingkat tinggi, kritis, kreatif,
inovatif dan improvisasi) akan terlatih sehingga kondisi selanjutnya akan
terbiasa. Inquiri mempunyai siklus observasi, bertanya, menduga, kolekting dan
konsklusi (Husen, KTSP:15)
(4) Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil belajar diperoleh dari
hasil kerjasama dengan orang lain, peserta didik dengan peserta didik, peserta
didik dengan guru, atau peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran kontekstual guru disarankan untuk membentuk
kelompok belajar agar terjadi interaksi dalam hal yang pandai membantu yang
lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat mendorong
temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan
sebagainya.
(5) Pemodelan (modeling)
Pemodelan akan lebih membantu dalam pembelajaran kontekstual. Pada
pendekatan kontekstual harus ada model yang dapat ditiru, diadaptasi dan
dimodifikasi. Dengan adanya model untuk dicontoh biasanya konsep akan lebih
mudah dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan bisa
dilakukan oleh guru atau dari peserta didik yang dipandang mampu membantu
memberi kejelasan kepada peserta didik lainnya, misalnya siswa ditunjuk untuk
mendemonstrasikan menggunakan termometer dihadapan temannya. Siswa
tersebut adalah model. Siswa lain menggunakan model tersebut sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai.
(6) Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari,
merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan, atau mengevaluasi kembali
bagaimana belajar yang telah dilakukan. Refleksi berguna untuk evaluasi diri,
koreksi, perbaikan, atau peningkatan diri. Kegiatan refleksi dapat direalisasikan
24

dengan pertanyaan langsung tentang hal-hal yang diperoleh peserta didik pada
hari itu rangkuman), catatan atau jurnal dibuku peserta didik untuk memperbaiki
kegagalan, kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu
(learning how to learn) hasil karya dan sebagainya.
(7) Penilaian Otentik (authentic assessment)
Pada pelaksanaan pembelajaran kontekstual penilaian harus memberikan
gambaran perkembangan belajar peserta didik secara komprehensif. Penilaian
harus berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan
produk hasil pembelajaran, sehingga seluruh usaha peserta didik mendapat
penghargaan. Hakikat penilaian yang diwujudkan merupakan penilaian atas
usaha peserta didik yang berkenaan dengan pembelajaran, bukan merupakan
hukuman atau hadiah. Macam penilaian otentik adalah membuat catatan harian
melalui observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi peserta didik, wawancara
atau angket untuk menilai afektif, portopolio untuk menilai seluruh hasil kerja
peserta didik, tes untuk menilai tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
bahan ajar.
Kata kunci penilaian otentik adalah "Apakah peserta didik belajar,
bagaimana usahanya?", dan bukan melalui pertanyaan "Apakah yang sudah
dikuasai peserta didik?" (Husen, LPMP, KTSP: 18).
Pendapat lain tentang stretegi pembelajaran kontekstual yaitu menurut
Center of Occupation Research and Development (CORD) ada lima strategi
berjenjang dalam pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT yaitu:
(1) Realiting; yaitu belajar yang dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
(2) Experiencing; yaitu belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention)
(3) Applying; yaitu belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam
konteks pemanfaatannya.
(4) Cooperating; yaitu belajar melalui konteks komunikasi inter personal,
pemakaian bersama.
(5) Transferring; yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi
atau konteks baru (Nurhadi, 2003 : 23).

3) Model Pembelajaran Kontekstual

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu berpusat pada


anak, aktif, kreatif, memecahkan masalah, mempraktikan dan sebagainya, maka
alternatif model pembelajaran berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :
25

a. Model Cooperative Learning (CL)


Struktur tujuan kooperatif dapat terjadi hanya jika siswa lain dengan siapa mereka
bekerja sama dapat mencapai tujuan. Tiap-tiap individu ikut andil
menyumbangkan pencapaian tujuan. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai
jika dan hanya jika siswa lain juga mencapai tujuan. Model cooperative ini
mengutamakan keberhasilan dengan kebersamaan. Fase-fase model Cooperative
Learning (fase yang dikembangkan LPMP, KTSP)
No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Menyampaikan tujuan Menyampaikan semua tujuan yang


dan memotivasi siswa ingin dicapai
2 Menyajikan informasi Menyajikan informasi dengan demonstrasi
atau lewat bacaan
3 Pengorganisasian kelas / Penjelasan bentuk kelompok, membantu
pengelompokan belajar dalam transisi kerja secara efisien
4 Membimbing kelompok Membimbing kelompok belajar saat bekerja
bekerja dan belajar menyelesaikan tugas
5 Evaluasi Mengevaluasi hasil kinerja siswa atau
kelompok untuk mempresentasikan hasil
6 Penghargaan Menghargai hasil upaya/belajar individu atau
kelompok
b. Model Problem Baseed Instruction (PBI)
Salah satu indikasi adanya transfer belajar adalah kemampuan menggunakan
informasi dan keterampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang
kadangkala setiap hari dihadapi. Intisari model pembelajaran ini mengarah kepada
melatih anak untuk berkemampuan memecahkan masalah.
Fase-fase model Problem Bassed Instructiolni (PBI) Fase yang
dikembangkan oleh LPMP, KTSP).
No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Orientasi terhadap Menjelaskan kompetensi dasar, memotivasi siswa


Masalah
agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Pengorganisasian/ Membantu mendefinisikan, mengorganisasikan


pengelompokkan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

3 Membimbing Mendorong aktivitas untuk mengumpulkan


penyelidikan Informasi sesuai masalah, melaksanakan
eksperimen/uji data untuk mendapatkan
penjelasan pemecahan masalah

4 Mengembangkan Membantu dalam merencankan, menyiapkan


produk seperti laporan,video, model dan
membantu dalam pembagian tugas
26

No Fase-Fase Perilaku Guru

menyajikan produk

5 Menganalisis dan Membantu dalam melakukan refleksi dan evaluasi


mengevaluasi terhadap proses penyelidikan

c. Model Pembelajaran Langsung (direct instruction)


Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang
proses belajar peserta didik berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan
deklaratif yang tersetruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah (konstruktivisme).
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah tetapi metode
ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan
erat dengan model pembelajaran langsung (Husen,KTSP:36). Pembelajaran
langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama
dalam analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus
menjamin keterlibatan peserta didik melalui kerja mental dalam menangani
informasi baru yang diterimanya. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan agar
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.
Fase dan peran guru dalam pembelajaran langsung (Fase yang
dikembangkan LPMP, KTSP)
No Fase-Fase Perilaku Guru
1 Penyampaian tujuan Menyampaikan kompetensi dasar, informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar
2 Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan keterampilan atau
pengetahuan dan menyajikan informasi tahap demi tahap
keterampilan
3 Membimbing latihan Memberikan latihan secara terbimbing
4 Mengecek pemahaman Mengecek kemampuan peserta didik dan
dan memberikan umpan memberikan umpan balik
balik
5 Memberikan latihan Mempersiapkan latihan untuk peserta didik
dan penerapan konsep dengan menerapkan konsep yang dipelajari
pada kehidupan sehari-hari

4) Teknik Pembelajaran Kontekstual


Dalam pelaksanaan model pembelajaran, guru dapat memilih teknik yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Beberapa teknik yang dapat digunakan
antara lain:
27

(1) Student Team Achievement Divisions (STAD, Slavin, 1980)


Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok.
Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta "mengajar"
temannya.
a) Buatlah kelompok (3-5) orang secara heterogen.
b) Diskusikan bersama bahan belajar dalam kelompok
c) Bahan belajar tiap kelompok bisa berbeda.
d) Tiap anggota kelompok saling membantu (tutorial, sharing)
e) Presentasi hasil kerja kelompok.
f) Kuis individual terjadwal.
g) Buat skor perkembangan/kemajuan belajar tiap siswa.
h) Umumnya rekor tim dan individual.

(2) Jigsaw
Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya pemberian motivasi kepada
siswa untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran mereka. Ciri pembelajaran
tipe Jigsaw (LPMP, 2003) adalah:
a) Buatlah kelompok (4-6) siswa secara heterogen dengan sebutan jigsaw/asal
b) Bentuk kelompok ahli dengan anggota terdiri dari wakil kelompok jigsaw,
kelompok ini disebut counterpart group (CG)
c) Berikan bahan belajar terdiri dari beberapa bagian
d) Tiap kelompok CG membahas bagian tertentu dengan berbeda
e) Tiap anggota CG mempelajari bahan belajar yang sama
f) Tiap kelompok CG kembali ke kelompok jigsaw/asal
g) Pelaksanaan tutorial per bagian dilaksanakan oleh anggota CG di kelompok
jigsaw/asal
h) Kuis individual terjadwal
i) Buatlah skor perkembangan tiap siswa
j) Umumkan hasil kuis

(3) Investigasi kelompok


Tipe ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas serta berbagai
pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada kreatif positif para siswa.
Model ini mempunyai empat karakteristik (LPMP, 2003):
Pertama; kelas harus dibagi kelompok yang heterogen.
Kedua; kelompok tersebut dihadapkan kepada materi pembahasan yang
kompleksitasnya tinggi, dengan harapan mengembangkan meningkatnya daya
keingintahuan (kuriositas) dan saling ketergantungan positif diantara mereka.

Ketiga; di dalam kelompoknya mereka terlibat komunikasi aktif untuk


meningkatkan keterampilan belajar. Komunikasi positif diharapkan terjadi dalam
perencanaan, investigasi, pelaksanaan investigasi, analisa dan sintesis hasil
investigasi untuk pembuatan laporan, serta evaluasi proses dan hasil.
28

Keempat; guru bertindak sebagai sumber belajar dan pimpinan tak langsung,
memberikan arahan dan klarifikasi bila diperlukan, dan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.

(4) Think pair Share (TPS)


Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah adanya
optimalisasi partisipasi siswa. Ciri pembelajaran dengan tipe ini (LPMP, 2003):
a) Sajikan materi secara klasikal
b) Berikan problem (pendalaman, perluasan, aplikasi)
c) Bahas secara berpasangan (think-pairs)
d) Presentasikan hasil kelompok (share)
e) Buat skor perkembangan individual
f) Umumkan hasil kuis

(5) Numbered Head Together (NHT)


Teknik ini mengembangkan ketergantungan positif antara siswa. Mereka yang
berkemampuan tinggi harus bersedia membantu, meskipun mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi sebagai
tanggung jawab untuk meraih nama baik kelompok. Hal ini dilakukan untuk
memotivasi yang lemah agar tidak takut dalam belajar. Ciri NHT (LPMP, 2003):
a) Buatlah kelompok yang heterogen (4-5 orang)
b) Tiap kelompok diberi nomor
c) Berikan persoalan materi bahan ajar
d) Bekerja dalam kelompok untuk mencapai mupakat
e) Presentasikan hasil kerja kelompok
f) Kuis individual
g) Buat skor perkembangan individual
h) Umumkan hasil kuis

(6) Teams Games Tournamen (TGT)

Teknik ini merupakan teknik pembelajaran yang menekankan kepada pola


turnamen sehiagga anak dibawa untuk berkompetensi, kegiatannya seperti STAD
di atas, tetapi yang membedakan kompetisi dengan cara membandingkan antar
kemampuan anggota tim/kelompok (De Varies cs, 78).
(7) Circle of Learning (Learning together ; Jhonson and Jhonson)
Yang dianggap istimewa dalam tipe ini adalah adanya ketergantungan dalam arti
positif. Dalam kegiatannya masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi dan mendengarkan pemikiran dan
pendapat anggota yang lainnya. Adapun ciri pembelajarannya (LPMP, 2003):
a) Kelompok heterogen (5-6 anggota)
29

b) Giliran berbicara semua anggota kelompok


c) Mendengarkan dan memberi kontribusi
d) Mengajukan pertanyaan
e) Presentasi dan kesimpulan rangkuman

(8) Co-op co-op


Teknik ini identik dengan investigasi kelompok. Orientasi pada tugas
pembelajaran yang kompleks, siswa berupaya mempelajari bahan yang telah
ditugaskan, setiap siswa mempunyai tugas sesuai dengan topiknya. Teknik ini
memerlukan cara dan keterampilan nalar yang cukup tinggi, termasuk
menganalisis dan melakukan sintesis bahan pelajaran. Adapun ciri pembelajaran
ini (dikembangkan oleh LPMP, 2003) adalah:
a) Memunculkan masalah
b) Diskusi kelas
c) Seleksi tim/ topik
d) Seleksi siswa yang berkemampuan sesuai bagian masalah
e) Seleksi topik dalam kelompok
f) Presentasi topik
g) Presentasi kelompok
h) Evaluasi oleh siswa dengan bimbingan

Saat pelaksanaan proses belajar mengajar guru benar-benar melibatkan siswa


secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi, ikut serta memecahkan
berbagai masalah. Dengan kepiawaian guru dalam menyajikan materi pelajaran tidak
terasa bahwa siswa sedang benar-benar mengidentifikasikan dirinya dengan guru,
karena bagi siswa SD saat itu guru sebagai sosok yang dianggap benar segala-galanya
dan tidak pernah melakukan kesalahan, bahkan tidak jarang figur guru dapat
mengalahkan figur orang tuanya sendiri.
3. Aktivitas Akhir Pembelajaran
Selanjutnya langkah-langkah yang perlu ditempuh setelah proses belajar
mengajar selesai, guru harus melakukan evaluasi, analisis hasil evaluasi dan
melakukan tindak lanjut hasil evaluasi.

1) Melaksanakan Evaluasi

Kegiatan akhir dari proses belajar diantaranya adalah melaksanakan evaluasi


untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses hasil belajar
siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk menjadi
bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan, pemberian umpan
30

balik, pemberian informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya,


juga untuk memberikan laporan kepada orang tuanya.

Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes yang mencakup aspek
kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pelaksanaan penilaian dapat
dilakukan dengan berbagai cara, bisa dilaksanakan sebelum proses belajar mengaiar,
yang disebut free test maksudnya untuk mengetahui sejauh mana bahan lalu telah
dikuasai siswa, bisa dilaksanakan saat proses belajar mengajar sedang berlangsung
atau penilaian proses dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan
dimana tes lisan memiliki kelebihan yaitu dapat menilai kemampuan dan
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap serta kepribadiannya, karena
berhadapan langsung, tes ini juga menolong siswa yang mengalami kesulitan
memahami soal, karena bisa bertanya langsung. Sedangkan kelemahannya ialah
subjektivitasnya sangat tinggi, juga waktu yang diperlukan cukup lama untuk dapat
mengetes seluruh siswa. Selain tes lisan ada juga melalui tes pembuatan, dan
kunjungan rumah (observasi).

Tes perbuatan merupakan tes yang pelaksanaannva dinyatakan dengan


perbuatan atau penampilan yang dilakukan sejak siswa melakukan persiapan,
melaksanakan, sampai hasil akhir yang dicapai. Untuk penilaian ini umumnya
diperlukan sebuah format pengamatan yang bentuknya dibuat sedemikian rupa
sehingga guru dapat menuliskan nilai pada tempat yang sudah disediakan.

Teknik penilaian observasi dilakukan guru untuk mendapat informasi tentang


siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan
observasi berlangsung. Dalam kegiatan observasi perlu dipersiapkan format
pengamatan diantaranya berisi prilaku-prilaku, batas waktu pengamatan.

2) Analisis Hasil Evaluasi


Kegiatan menganalisis hasil evaluasi yaitu berupa kegiatan menganalisa
butir soal, agar diperoleh soal yang bermutu. Soal yang bermutu adalah soal yang
dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuan yang
diharapkan sejak penyusunan administrasi pembelajaran, diantaranya untuk
menentukan siswa mana yang sudah sesuai dengan tuntutan kompetensi atau
belum mencapai harapan yang tertera dalam kompetensi. Bila sudah memperoleh
standar kompetensi berarti siswa tersebut sudah belajar tuntas, namun apabila
siswa belum mencapai standar kompetensi yang diujikan berarti siswa belum
31

belajar tuntas dan perlu diadakan perbaikan-perbaikan melalui tindakan lanjutan


yang berupa remidial.
Dengan cara menganalisa hasil evaluasi akan diketahui butir-butir soal
mana yang belum dikuasai siswa dan soal-soal yang sudah dikuasai siswa dengan
cara membandingkan soal-soal yang dijawab oleh siswa dengan benar dan soal-
soal yang dijawab oleh siswa tapi masih salah. Bila standar yang dijawab oleh
siswa belum mencapai minimal 60% berarti guru harus melaksanakan penjelasan
ulang pada materi yang belum dikuasai siswa. Namun apabila soal-soal yang
dijawab oleh siswa telah mencapai lebih dari 60% berarti pokok bahasan pada
materi pelajaran perlu dilanjutkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Safari (2003:84) "Soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan
informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan
siswa mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan".

3) Melaksanakan Remidial Hasil Pelajaran

Bagi siswa yang lambat belum mencapai ketuntasan dalam belajar masih
diberikan kesempatan untuk menguasai materi pelajaran maka diadakan
pembelajaran remidial sesuai dengan yang dikemukakan oleh Made Alit Mariana
(2003 : 6) sebagai berikut:

"Dalam pelaksanaannya tidak semua siswa mencapai ketuntasan dalam


belajar, artinya ada siswa yang tidak mencapai standar kompetensi
yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pembelajaran yang biasa
dilaksanakan. Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang lambat
mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran ... ".

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar peranan guru harus memahami

pribadi serta potensi yang dimiliki siswa secara tepat, kesulitan-kesulitan apa yang

dihadapi siswa yang sebenaraya, siswa harus diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru diharapkan bisa merancang

ketuntasan belajar yang harus dicapai siswa, seperti dikemukakan oleh MA

Mariana (2003 : 6) yaitu:

a) Penentuan ketuntasan pokok bahasan materi pelajaran yang harus dituntaskan


oleh siswa.
32

b) Merencanakan ketuntasan yaitu dengan cara memenggal berupa bagianbagian


pokok bahasan yang harus dicapai siswa yang berurutan.
c) Pembelajaran untuk ketuntasan yaitu guru merancang hal-hal yang akan
dipelajari siswa sebagai acuan dalam belajar tuntas, cara siswa
mempelajarinya agar tuntas.
d) Penentuan peringkat pencapaian siswa, yaitu melaksanakan evaluasi terhadap
pencapaian siswa, terutama pencapaian secara individual. Siswa dibuat
peringkatnya berdasarkan pada hal-hal yang telah dipelajarinya atau
dikuasainya sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.
BAB III
METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah penelitian sangat perlu menggunakan
metode yang tepat dan sesuai dengan masalah yang diteliti, agar masalah tersebut
bisa akurat dalam pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif. Mengenai hal ini Suryabrata
(1983:19) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai berikut:
".....penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi sebagai berikut:
Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian
kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
dilaksanakan. Mengingat sifatnya yang demikian maka penelitian
deskriptif dalam pendidikan lebih berfungsi untuk pemecah masalah
praktis pendidikan sedikit sekali fungsinya dalam pengembangan ilmu.

Mengacu pada penjelasan di atas, dengan metode deskriptif ini penulis


berusaha menggambarkan atau melukiskan situasi-situasi atau kejadian pada
masa sekarang dan penulis berusaha memperoleh informasi secara lengkap
tentang masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah
yang tepat. Langkah-langkah ini tidak terbatas pada proses penyimpulan data
saja, tetapi meliputi analisis, interpretasi dan kesimpulan dari data yang
diperoleh. Sehingga penelitian ini dapat menjelaskan atau menggambarkan
masalah yang diteliti.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan sumber yang sangat penting untuk
penulisan karya ilmiah. Populasi dan sampel merupakan sumber data dalam
penelitian. Sehubungan populasinya hanya 13 (tigabelas) orang maka agar akurat
penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Dalam hal ini adalah
guru SMA Negeri 2 Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau.
C. Alat Pengumpul Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan alat


sebagai berikut:
1. Wawancara

33
34

2. Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan yang dapat berguna

dan menunjang tujuan penelitian.

3. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan alat yang lebih spesifik pembuktian
pekerjaan guru dalam masalah penelitian ini, sehingga hasil penelitian lebih
akurat akan kebenaran data dalam menjawab tujuan penelitian.
4. Angket
Angket atau quesioner adalah seperangkat pertanyaan dan pernyataan yang
harus dijawab oleh responden. Jenis angket yang digunakan adalah angket
tertutup.
D. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Angket
a. Merumuskan spesifikasi data
b. Menuangkan ke dalam kisi-kisi penyusunan angket
c. Menyusun angket
d. Uji coba angket
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Penyerahan angket
Angket diserahkan kepada seluruh guru untuk diisi, dalam waktu relatif
singkat angket tersebut dikumpulkan lagi, ditampung kembali untuk
dilakukan pengolahan selanjutnya.
b. Melakukan wawancara dengan guru-guru di kelas sambil melihat
dokumen yang ada dan dimiliki serta dibuat olehnya setiap hari (waktu
tertentu)
3. Pengolahan data
a. Memeriksa data, setelah angket terkumpul dari sampel sumber data, maka
angket diseleksi untuk diperiksa keabsahannya.
b. Tabulasi data, memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket
sesuai dengan jawaban responden, kemudian nilai yang masih mentah
tersebut dibuat dalam bentuk tabel.
c. Penafsiran data, yaitu untuk menjelaskan data yang sudah diperoleh
35

berdasarkan prosentase dari alternatif jawaban. Adapun rumus yang

digunakan untuk menafsirkan data adalah sebagai berikut:

F x100 = %
N
Keterangan :
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
% = Prosentase yang dicari
36

BAB IV
HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN

A. Teknik Pengolahan Data


Teknik perhitungan data dimaksudkan untuk mengolah data yang diperoleh
sehingga dapat memberikan arti yang diharapkan yaitu dapat menggambarkan
tentang aktivitas yang berupa perhatian guru terhadap siswa dalam proses belajar
mengajar di SMA Negeri 2 Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau.

B. Pengolahan Data
1. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perlengkapan administrasi apakah
yang perlu dipersiapkan sebelum proses belajar mengajar? Hasil jawaban yang
masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
No Alternatif Jawaban f %
a Alat peraga, jadwal pelajaran, materi pelajaran, buku 8 80
sumber, kurikulum, kalender pendidikan dll
b Meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala sekolah 1 10
c Papan tulis, alat tulis, perlengkapan laboratorium, ruang 1 10
perpustakaan
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar yaitu mencapai 80% bahwa


mengajar adalah alat peraga, jadwal pelajaran, materi pengajaran, buku sumber,
kurikulum, kalender pendidikan. Sebagian kecil (10%) pendapat responden yaitu
meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala sekolah, dan ada pula (10%)
responden menentukan papan tulis, alat tulis, perlengkapan laboratorium, ruang
perpustakaan sebagai kelengkapan administrasi belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar administrasi pengajaran yang
perlu dipersiapkan oleh guru sebelum proses belajar mengajar adalah alat peraga,
jadwal pelajaran, materi pengajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan.
37

2. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan apa yang dilakukan dalam
menyiapkan perencanaan pengajaran sebelum proses belajar mengajar dimulai?
Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

No Alternatif Jawaban f %
a Menyusun program pengajaran, memperhatikan jadwal
pelajaran, mengkaji materi, menentukan model 4 40
pembelajaran, dan menyusun lembar proses penilaian
b Mengabsen siswa, menarik tabungan, membersihkan kelas 5 50
c Membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar 50% guru dalam menyapkan
perencanaan pengajaran sebelum proses belajar mengajar dimulai adalah yaitu
mengabsen siswa, menarik tabungan, membersihkan kelas. Sebagian kecil (40%)
menyusun program pengajaran, memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji materi,
menentukan model pembelajaran, dan menyusun lembar proses penilaian, dan paling
kecil (10%) membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam menyiapkan


rencana pengajaran adalah mengutamakan mengabsen siswa, menarik tabungan,
membersihkan kelas.

3. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dengan siapa berkonsultasi dalam


mempersiapkan perlengkapan dan perencanaan pengajaran? Hasil jawaban yang
masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 3

No Alternatif Jawaban f %
a Rekan guru-guru 7 70
b Dengan penjaga sekolah - -
c Dengan kepala sekolah 3 30
Jumlah 10 100
38

Sebagian besar guru mempersiapkan perlengkapan dan perencanaan pengajaran


berkonsultasi dengan rekan guru dan sebagian kecil dengan kepala sekolah dan tak
ada seorangpun yang berkonsultasi dengan penjaga.
Maka dapat disimpulkan bahwa responden dalam mempersiapkan perlengkapan
dan perencanaan pengajaran 70% berkonsultasi dengan rekan guru-guru. Dan hanya
30% yang berkonsultasi dengan kepala sekolah. Hal ini menunjukan guru masih
kurang berani melakukan konsultasi dengan atasan.
4. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dalam pembuatan silabus/model
pembelajaran, siapa yang menjadi teman bekerjasama (berkonsultasi) ? Hasil jawaban
yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 4

No Alternatif Jawaban f %
a Rekan guru-guru 3 30
b Kepala Sekolah 4 40
c Pengawas TK/SD 2 20
d Pemandu Mata Pelajaran di Gugus 1 10
Jumlah 10 100

Sebagian besar (40%) responden dalam membuat model pembelajaran/ silabus


selalu berkonsultasi dengan kepala sekolah, sebagian (30%) dengan teman guru-guru,
yang berkonsultasi dengan Pengawas TK/SD hanya (20%) dan yang memanfaatkan
pemandu mata pelajaran di gugus sekitar (10%).
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang memanfaatkan
pemandu mata pelajaran dalam membuat silabus/model pembelajaran, hal ini terlihat
dari analisa tabel di atas.
5. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang perlu disiapkan dalam
menyiapkan perencanaan penilaian proses? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana
pads tabel di bawah ini: Tabel 5
No Alternatif Jawaban f %
a Lembar kerja siswa 2 20
b Lembar soal tes tertulis 1 10
c Lembar kebutuhan siswa 1 10
d Lembar pengamatan 5 20
e Lembar kumpulan pekerjaan siswa 1 10
Jumlah 10 100
39

Secara umum (50%) dalam menyiapkan perencanaan penilaian proses


menyiapkan lembar pengamatan, responden yang menyiapkan lembar kerja siswa
hanya (20%), yang menyiapkan lembar kebutuhan siswa (10%) juga untuk masing-
masing lembar soal tes dan lembar kumpulan pekerjaan siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru dalam menyiapkan alat untuk
penilaian proses lebih berminat untuk mempersiapkan lembar pengamatan, bahkan
bisa dikatakan masih kurang minat untuk membuat lembar kerja siswa.
7.Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan dalam persiapan
awal pelaksanaan proses belajar mengajar ? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana
pads tabel di bawah ini:
Tabel 6

No Alternatif Jawaban f %

a Mengatur siswa 3 30

b Mengelola kelas 1 10

c Mengabsen siswa 1 10

d Menarik tabungan 4 40

e Langsung pelaksanaan proses belajar mengajar 1 10

Jumlah 10 100

Sebagian besar (40%) pada awal pelaksanaan proses belajar mengajar


responden menarik uang tabungan, (30%) responden mengatur siswa, yang
melakukan pengabsenan, yang mendahulukan mengelola kelas dan yang langsung
melaksanakan pembelajaran masing-masing (10%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya kegiatan guru pada awal


pelaksanaan proses belajar mengajar adalah menarik tabungan dari siswa.

7. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan pada awal
pelaksanaan proses belajar mengajar? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada
tabel di bawah ini:
40

Tabel 7

No Alternatif Jawaban f %

a Mengecek kehadiran, mencatat dan mengumpulkan 5 50


informasi data siswa

b Langsung mengajar 3 30

c Memilih materi pelajaran yang akan disampaikan 2 20

Jumlah 10 100

Sebagian kecil (20%) responden pada awal pelaksanaan proses belajar


mengajar melakukan kegiatan memilih materi yang akan disampaikan, sebagian besar
(50%) mengecek kehadiran, mencatat dan mengumpulkan informasi data siswa, dan
yang langsung melakukan pembelajaran hanya (30%) dari responden.
Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya guru-guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu pada awal pelaksanaan proses belajar mengajar mengecek kehadiran, mencatat
dan mengumpulkan informasi data siswa.
8. Jawaban responden atas pertanyaan tentang pendekatan pembelajaran yang
disiapkan sejak awal penyusunan perangkat pembelajaran? Hasil jawaban yang
masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 8

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui pendekatan konvensional 8 80


b Melalui pendekatan kontekstual 1 10
c Melalui pendekatan kolaborasi konvensional dan
2 20
kontekstual
Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden saat persiapan penyusunan perangkat


pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional, sebagian kecil (20%) dengan
kolaborasi antara konvensional dan kontekstual, sebagian kecil (10%) menggunakan
teknik kontekstual.
41

Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMA Negeri 2 Pandih Batu sejak
awal menyusun persiapan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional (cara
lama belum berorientasi kepada kebutuhan anak).

9. Jawaban responden atas isi angket mengenai implementasi kurikulum KTSP


dengan model pembelajaran kontekstual.Hasil jawaban responden sebagaimana pada
tabel di bawah ini :
Tabel 9
No Alternatif Jawaban f %
a Belum memahami 7 70
b Memahami tapi belum melaksanakan 1 10
c Memahami dan sedang diupayakan dilaksanakan 2 20
Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden belum memahami tentang model


pembelajaran kontekstual, sebagian kecil (20%) responden yang telah memahami dan
berupaya melaksanakan model pembelajaran kontekstual, dan responden yang
memahami tapi belum melaksanakan (10%).
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SMA Negeri 2 Pandih Batu belum
melaksanakan model pembelajaran kontekstual dalam mengimplementasikan
kurikulum KTSP.
10. Jawaban responden atas isi angket model pembelajaran kontekstual yang dapat
digunakan sehari-hari untuk semua mata pelajaran. Hasil jawaban responden
sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 10
No Alternatif Jawaban f %

a Model pembelajaran koperatif 2 120

b Model pembelajaran berbasis masalah 1 10

c Model pembelajaran langsung 7 70

Jumlah 10 100
42

Sebagian besar (70%) menggunakan model pembelajaran langsung, sebagian


kecil (20%) menggunakan model pembelajaran kooperatif, dan sebagian terkecil
(10%) menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru SMA Negeri 2 Pandih Batu yang
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dapat digunakan sehari-hari
adalah model langsung.

11. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket mengenai teknik pembelajaran
dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan di kelas. Hasil jawaban
responden sebagaimana pads tabel di bawah ini:
Tabel 11

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui teknik Student teams achievement division 1 10

b Melalui teknik Jigsaw 8 80

c Melalui Numbered head together 1 10

Jumlah 10 100

Sebagian besar (80%) menggunakan teknik Jigsaw, sebagian kecil (10%)


dengan teknik Numbered head together dan teknik Student Teams Achivernent
Division.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SMA Negeri 2 Pandih Batu
menggunakan teknik Jigsaw dalam mengimplementasikan model pembelajaran
kooperatif.

12. Jawaban responden atas isi angket yang membedakan keunggulan model
pendekatan pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan konvensional. Hasil
jawaban responden sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 12
No Alternatif Jawaban f %
a Kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa 7 70
b Guru berfungsi hanya sebagai fasilitator 2 20
c Adanya pembagian kelompok 1 10
43

Jumlah 10 100
Sebagian besar (70%) menentukan bahwa model kontekstual lebih unggul
dalam kegiatan pembelajaran berpusat pada anak, sebagian (20%) menentukan pada
sisi guru sebagai fasilitator, dan terkecil (10%) adanya pembagian kelompok.
Maka dapat disimpulkan secara umum bahwa guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu memahami keunggulan model pembelajaran kontekstual dalam hal aktivitas
pembelajaran terpusat pads siswa.
13. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket tentang apa yang dilakukan pada
saat membuka proses belajar mengajar? Hasil jawaban responden sebagaimana
pada tabel di bawah ini:
Tabel 13
No Alternatif Jawaban f %
a Tanya jawab mengarah ke materi yang telah dikuasai siswa 5 50
b Bertanya materi yang akan disampaikan 1 10
Memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan
c 4 40
khusus
Jumlah 10 100

Sebagian besar (50%) responden saat mulai membuka proses belajar


mengajar melakukan tanya jawab yang mengarah ke materi yang telah dikuasai
siswa, sebagian (40%) memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan
khusus, sebagian kecil (10%) bertanya materi yang akan disampaikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMA Negeri 2 Pandih Batu
pada awal membuka proses belajar mengajar melakukan tanya jawab yang
mengarah ke materi yang dikuasai siswa.
14. Jawaban responden atas isi pertanyaan tentang apa yang ditampilkan saat proses
belajar mengajar dimulai?. Hasil jawaban responden sebagaimana pada label di
bawah ini :
Tabel 14

No Alternatif Jawaban f %
Memperlihatkan buku sumber, alat peraga, Lembar Kerja
a 2 20
Siswa
Bersikap ramah tamah, jujur, adil, tidak diskriminasi,
b 3 30
humoris
Tenang, percaya diri, tidak cemas, memberi salam, disiplin,
c 5 50
apresiasi, materi ringan dan menarik
Jumlah 10 100
44

Sebagian besar (50%) responden saat proses belajar mengajar dimulai


memperlihatkan sikap tenang, percaya diri, tidak cemas, member salam, disiplin,
apresiasi, materi ringan dan menarik. Sebagian (30%) bersikap ramah tamah, jujur,
adil, tidak diskriminasi, humoris. Sebagian kecil (20%) memperlihatkan buku
sumber, alat peraga, Lembar Kerja Siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SMA Negeri 2 Pandih Batu dalam
awal proses belajar mengajar memperlihatkan sikap tenang, percaya diri, tidak cemas,
member salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan menarik.
15. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap
siswa saat proses belajar mengajar berlangsung?. Hasil jawaban responden
sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 15
No Alternatif Jawaban f %
a Melayani siswa yang lambat 3 30
b Melayani semua siswa tanpa ada perbedaan 5 50
c Melayani siswa yang berkebutuhan khusus 2 20
Jumlah 10 100
Sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sikap yang diperlihatkan
saat proses belajar mengajar melayani semua siswa tanpa ada perbedaan, melayani
siswa yang lambat (30%) dan sebagian kecil (20%) melayani siswa yang
berkebutuhan khusus .
Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian guru-guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu siswa saat proses belajar mengajar walaupun bervariasi pendapat yang dilandasi
argumen masing-masing, lebih dominan melayani seluruh siswa tanpa ada perbedaan.
16. Jawaban responden atas pertanyaan secara teoritis dan pada lajimnya kegiatan
proses belajar mengajar dibagi ke dalam tiga bagian. Hasil jawaban responden
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 16

No Alternatif Jawaban F %

a Membaca, menulis, berhitung 3 30

b Materi, metoda, dan evaluasi 3 30

c Kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir 4 40


45

No Alternatif Jawaban F %

Jumlah to 100

Berdasarkan tabel di atas bagian utama yang dilakukan responden saat proses
belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagian besar (40%) responden menyatakan
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebagian lagi masing-masing
(30%) menyatakan bagian materi, metoda dan evaluasi dan melakukan kegiatan
membaca, menulis dan berhitung.
Maka dapat disimpulkan bahwa bagian utama saat proses belajar mengajar
yang dilakukan guru SMA Negeri 2 Pandih Batu yaitu melaksanakan kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir.
17. Jawaban responden atas pertanyaan, apa yang dilakukan terhadap siswa saat
proses belajar mengajar berlangsung. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di
bawah ini: Label 17

No Alternatif Jawaban f %
Mengkaji data presentasi siswa
a 2 20

b Wawancara dengan tiap siswa 4 40


Memahami tiap pribadi siswa sesuai dengan potensi yang
c dimilikinya 4 40

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas ada dua indikator yang masing-masing (40%)


perhatian responden terhadap siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan
melakukan wawancara dengan tiap siswa. Sebagian kecil (20%) melakukan
pengkajian data prestasi siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu saat mulai proses belajar mengajar yaitu memahami tiap pribadi siswa sesuai
dengan potensi yang dimilikinya, melakukan wawancara dengan tiap siswa.
18. Jawaban responden atas pertanyaan apa yang dilakukan terhadap siswa saat awal
proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 18
46

No Alternatif Jawaban f %

a Penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan 4 40


bahan pelajaran

b Menulis, membaca, diskusi 3 30

c Bertanya materi pelajaran terdahulu 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar (40%) pada awal proses belajar
mengajar melakukan penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan bahan
pelajaran, sebagian (30%) melakukan lebih awal menulis, membaca dan diskusi. Dan
paling kecil hanya (20%) mengadakan bertanya materi pelajaran terdahulu.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu pada awal proses belajar mengajar melakukan penjelasan singkat tujuan
pembelajaran, menata alat dan bahan pelajaran.
19. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perilaku dalam kegiatan inti proses
belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 19
No Alternatif Jawaban f %

a Merinci kehadiran siswa sambil menilai proses 3 30

b Penjelasan, melakukan demonstrasi dan siswa melakukan 5 50


percobaan, diskusi dan presentasi hasil

c Evaluasi tertulis 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden yaitu kegiatan inti dalam
proses belajar mengajar (50%) melakukan penjelasan demonstrasi yang dilakukan
guru, siswa melakukan percobaan, diskusi dan presentasi. Sebagian kecil melakukan
merinci kehadiran siswa sambil penilaian proses (30%), dan melakukan evaluasi
tertulis hanya (20%).
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu pada kegiatan inti proses belajar mengajar melakukan demonstrasi, percobaan
oleh siswa, dan diskusi serta presentasi oleh siswa.
47

20. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan diakhir pembelajaran. Hasil
jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 20
No Alternatif Jawaban f %
a Menganalisis kemampuan siswa dalam belajar 3 30
b Mengadakan tanya jawab untuk penguatan 2 20
c Diskusi kelompok membuat rangkuman 5 50
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden pada akhir belajar
mengajar sebagian besar (50%) melakukan diskusi kelompok membuat
rangkuman. Sebagian (30%) menganalisis kemampuan siswa dalam belajar. Dan
sebagian kecil mengadakan tanya jawab sebagai penguatan (5%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan guru SMA Negeri 2
Pandih Batu pada kegiatan akhir proses pembelajaran menyuruh anak
melakukan diskusi kelompok untuk merangkum materi yang telah diajarkan.

21. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang dilakukan terhadap siswa
yang lambat belajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 21
No Alternatif Jawaban f %
a Memberikan pelayanan yang sama dengan siswa lain 6 60
b Melaporkan kepada kepala sekolah dan orang tuanya 1 10
c Membimbingnya sambil melanjutkan program pengajaran 3 30
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden terhadap siswa


yang lambat belajar sebagian besar (60%) memberikan pelayanan yang sama dengan
siswa lain. Sebagian kecil (30%) membimbingnya sambil melanjutkan program
pengajaran. Dan sebagian kecil (10%) melaporkan kepada kepala sekolah dan orang
tuanya.
48

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan guru SMA Negeri
2 Pandih Batu terhadap siswa yang lambat belajar yaitu memberikan pelayanan
yang sama dengan siswa lainnya.

22. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang dilaksanakan setelah
selesai proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di
bawah ini:

Tabel 22

No f %
Alternatif Jawaban
a Melaksanakan evaluasi baik lisan maupun tulisan 8 80

b Menginformasikan kelemahan-kelemahan siswa - -

c 2 20
Menganalisis kemampuan siswa
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden setelah proses


belajar mengajar selesai dilaksanakan sebagian besar (80%) melaksanakan
evaluasi, sebagian kecil (20%) menganalisa kemampuan siswa, dan tidak ada yang
menginformasikan kelemahan-kelemahan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yang dilakukan guru SMA
Negeri 2 Pandih Batu setelah proses belajar mengajar selesai yaitu melaksanakan
evaluasi baik lisan maupun tulisan.

23. Jawaban responden atas pertanyaan angket mengenal maksud kegiatan


melaksanakan evaluasi diakhiri pembelajaran. Hasil jawaban responden sebagaimana
tabel di bawah ini:

Tabel 23

No f %
Alternatif Jawaban
a Untuk mengetahui sejauh mana materi telah diserap siswa 5 50

b Untuk mengetahui pencapaian target nilai rata-rata siswa 3 30


49

c Untuk mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan 2 20


proses belajar mengajar
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (50%) menyatakan bahwa


manfaat melaksanakan evaluasi adalah untuk mengukur kemampuan guru dalam
melaksanakan proses belajar rengajar. Sebagian kecil (30%) untuk mengetahui
sejauhmana materi telah diserap oleh siswa. Sebagian terkecil (20%) untuk
mengetahui tercapainya target nilai rata-rata siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SMA Negeri 2


Pandih Batu manfaat dilaksanakan evaluasi tertulis adalah untuk mengukur
kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

24. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang manfaat diadakan


penilaian proses. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 24

No Alternatif Jawaban f %

a Mengamati perilaku siswa, kegiatannya, kesulitannya 8 80

b Memperjelas tugas siswa 1 10

c Memberi penghargaan terhadap siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan responden menyatakan bahwa manfaat


dilaksanakan penilaian proses sebagian besar (80%) adalah untuk mengamati perilaku
siswa dan (10%) untuk memberi penghargaan bagi siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SMA Negeri 2 Pandih
Batu menyatakan bahwa manfaat dilaksanakan penilaian proses adalah untuk
mengamati perilaku siswa, kegiatannya, kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
25. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang manfaat diadakan remidial.
Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 25
50

No Alternatif Jawaban f %

a Memberi kesempatan kepada siswa memperbaiki nilai 1 10

Perbaikan dalam mengajar, pemantapan materi yang


b 8 80
belum dikuasai siswa

c Perbaikan pencapaian nilai rata-rata siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (80%) menyatakan manfaat


dilaksanakannya remidial pengajaran adalah untuk perbaikan dalam mengajar,
pemantapan materi yang belum dikuasai siswa. Sebagian masing-masing (10%)
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki nilai dan untuk perbaikan
rata-rata siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SMA Negeri 2
Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau menyatakan bahwa manfaat dilaksanakan
remidial pengajaran adalah untuk perbaikan dalam mengajar, pemantapan materi-materi
yang belum dikuasai siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah
dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perhatian guru terhadap
siswa dalam pelaksanaan proses mengajar di SMA Negeri 2 Pandih Batu
Kabupaten Pulang Pisau sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dari aktivitas guru sejak
sebelum proses pembelajaran dilaksanakan hingga setelah selesai proses
pembelajaran.

Aktivitas guru sebelum proses pembelajaran dilakukan antara lain dengan


diawali penyusunan program pembelajaran dalam bentuk menyusun jadwal
pembelajaran, mengkaji kurikulum sebagai pedoman kompetensi apa yang harus
dimiliki oleh anak, menjabarkan kurikulum ke dalam program semester, persiapan
harian (silabus), program evaluasi, dan penyusunan soal untuk evaluasi.

Aktivitas guru sewaktu berlangsungnya proses pembelajaran melalui


interaksi belajar mengajar, menjalin hubungan timbal balik antara anak dengan
orang tua sebab guru di sekolah berfungsi sebagai pengganti orang tua. Guru
berupaya memfasilitasi kebutuhan anak dalam belajar rnelalui pendekatan
pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan awal
pengkondisian siswa, kegiatan inti merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan
oleh anak sebagai subjek pembelajaran, dan diakhiri kegiatan ini guru beraktivitas
mengadakan evaluasi guna melihat keberhasilan pembelajaran tersebut. Untuk
lebih bergairah dan meningkatnya basil pembelajaran guru berupaya dengan
berbagai model pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran konvensional
masih tetap menjadi dominan digunakan guru, dan sekali-sekali dikolaborasikan
dengan model kontekstual.

Aktivitas guru setelah proses pembelajaran berakhir melakukan analisis


hasil evaluasi, bila hasilnya kurang memuaskan dalam arti standar minimal
pencapaian belum bisa diraih oleh anak, maka guru berupaya melakukan

51
52

penambahan jam belajar atau remidial. Tuntasnya aktivitas guru bila secara
administrasi hasil pembelajaran anak telah didokumentasikan secara baik.

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan
saran kepada berbagai pihak, diantaranya:

1. Kepada seluruh guru agar rutinitas penyusunan ketatalaksanaan pembelajaran


lebih ditingkatkan, agar benar-benar dapat digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Orientasi penyusunan perangkat pembelajaran ini harus
menggambarkan kunkulum secara realitas, disamping secara idealitas.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran upayakan penggunaan alat peraga yang
menarik siswa, sebab anak akan lebih senang belajar bila sesuai dengan
keinginannya. Model pembelajaran kontekstual agar segera dilaksanakan
sebab pola pengajarannya terarah dan sangat dekat dengan kehidupan anak itu
serdiri. Potensi yang dimiliki anak dikembangkan melalui pengalaman anak
itu sendiri dalam kehidupannya.
3. Sehubungan adanya bantuan operasional guru segera mengajukan anggaran
kebutuhan pembelajaran kepada kepala sekolah. Oleh karena membenahi
perangkat dan penunjang pembelajaran sangat penting agar mutu
pembelajaran bisa meningkatkan kualitas dan prestasi belajar anak. Sebagai
contoh dalam pelaksanaan ulangan harian soal dicetak/ di-tik melalui
komputer dan dicopy, agar tiap anak bisa langsung membaca lembar soal dan
secara langsung bisa menjawab dengan baik dalam lembar jawabannya.
4. Hasil analisis evaluasi segera ditindaklanjuti secara terprogram. Tuntutan
kurikulum KTSP dalam setiap kompetensi dasar minimal 75% anak harus
belajar tuntas. Hal ini bisa dilakukan melalui tambahan belajar/remidial secara
terprogram berdasarkan pencapaian kompetensi dasar tersebut.
5. Agar permasalahan hasil pembelajaran ini cepat bisa ditanggulangi segeralah
mengusulkan kepada kepala sekolah diadakan program diskusi mingguan,
baik dilaksanakan di sekolah ataupun secara bersama-sama dilakukan di
tingkat gugus. Dalam diskusi ini manfaatkanlah tenaga pendidikan terlatih
yang telah dan pernah mengikuti pelatihan di tingkat kabupaten atau provinsi.
53

6. Guru perlu lebih banyak memahami dan mengembangkan metode, teknik dan
model pembelajaran agar peserta didik merasa terangsang untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
54

PUSTAKA

Achar (1998). Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Strategi Pengajaran.


Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi (1990). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta


Rineka Putra.
Dahlan (1990). Model-model Pembelajaran. Penerbit Ponegoro Bandung.
Depdiknas, (KTSP). Kerangka Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi/Kurikulum
KTSP; Ditjen Dikdasmen.
------------(2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Ditjen
Dikdasmen.
-------------(1996). Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar; Ditjen
Dikdasmen.
-------------(2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),
Direktorat LPL Depdiknas.
-------------(2004). Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi; Model-model
Pembeiajaran Materratika, Direktorat PLF Depdiknas.
Dinas Pendidikan Jabar (KTSP). Pengantar Model Pembelajaran, Bandung: BPTP.
H.D. Sujana. S. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung Falah
Production.
Karli Hilda, Margaretha, (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi 2,
Bandung : Bina Media Informasi.

K. Davies, Ivor (1993). Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers


Nurhadi dkk, (KTSP). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK,
Malang : UNM.
Sri Wardhani, Dra.M.Pd., Strategi Pembelajaran Matemaiika yang Kontekstual /
Realistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah
PPPG Matematika, Yogyakarta: 2002.
------------(2004). Pedoman Pembelajaran Bahasa Indonesia secara Kontekstual untuk
Guru SD, Direktorat Dikdasmen : LPMP Jawa Barat.

-----------(2004). Pedoman Pembelajaran Sains secara Kontekstual untuk Guru SD.


Direktorat Jendral Dikdasmen : LPMP Jawa Barat.

Supardi. A. dan Wahyudin, (1990). Metodologi Riset Pengungkapan Permasalahan


Teori Pemecahannya, Bandung: LAIN Sunan Gunung Djati.

You might also like