You are on page 1of 5

Menjadi Seorang Senator

Muhammad Firman, S.Si (1)

Elma Fitria, S.T (2)

(1) Senator Nymphaea KM ITB 2001-2002, (2) Senator HMTL KM ITB 2004-2005

Belajar menjadi (learning to be). Sebuah proses pengembangan seluruh aspek diri mulai dari
pengetahuan, keterampilan, hingga filosofi dan paradigma hidup, yang berlangsung dalam
waktu yang lama, menciptakan pembiasaan dan penjiwaan, hingga terbentuklah karakter dan
integritas. Ketika proses tersebut berakhir, haruslah dapat dikatakan “jadi”.

Proses yang panjang tersebut niscaya membutuhkan komitmen belajar terus-menerus. Oleh
karena itu, sepanjang masa jabatannya, dalam setiap tahap dan permasalahan yang dihadapi,
seorang senator dituntut mengerahkan akal dan nuraninya demi memberikan kontribusi
terbaik, dan selalu mengevaluasi kekurangan untuk sesegera mungkin diperbaiki.

Menjalani proses pembelajaran yang berat ini tidak bisa tidak dijalani dengan komitmen pribadi
yang (sangat) kuat, terlebih dengan sangat sedikitnya dukungan dari pihak lain yang seharusnya
memberi dukungan. Begitulah kenyataannya. Maka, menjadi seorang senator adalah sebuah
KERJA KERAS, yang hanya bisa dijalani sampai akhir dengan TOTALITAS.

Citra Diri Seorang Senator: Negarawan

Seorang senator memandang dirinya sebagai negawaran-pengemban amanat kebijkasanaan


sebuah bangsa, orang yang oleh publik dipercaya mengetahui yang benar dan yang salah serta
yang baik dan yang buruk bagi bangsanya, memahami filosofi dan cita-cita bangsa, dan oleh
karenanya dipercaya untuk menata kehidupan bangsa dalam sebuah negara beserta arahan,
aturan, dan kebijakan-kebijakannya.

Itu juga berarti dia adalah pemimpin bagi bangsanya. Disadari kesetiaan nuraninya pada
kebenaran, ia mampu membawa serta rakyatnya, mendidik beribu rakyatnya, agar dapat hidup
mulia sesuai jati diri bangsa-dalam konteks bangsa KM ITB, sebuah masyarakat terpelajar.

Didorong oleh kecintaan dan kepeduliannya akan bangsa, ia menjadi seseorang yang melihat
berbagai permasalahan yang ada dengan kerangka fikir kebangsaan. Oleh karena itu,
kepentingan dan eksistensi bangsa menjadi lebih penting baginya daripada kepentingan pribadi
atau kelompoknya, atau juga kepentingan lain dalam bentuk apapun. Sebagai contoh, penilaian
terhadap kinerja Kabinet KM ITB senantiasa ditinjau dari seberapa baik amanah warga kampus
ditunaikan oleh Kabinet, dan bukan dari sesuai tidaknya langkah-langkah Kabinet dengan
keinginan dan selera kelompoknya.
Mencitrakan diri sebagai seorang negarawan sangatlah mendasar sebagai senator karena hanya
citra dirilah yang akan menentukan kapasitas yang dipilih dan disiapkan oleh sang senator. Pada
akhirnya hal ini mempengaruhi kinerja dan komitmennya. Dan menjadi negarawan
membutuhkan kapasitas intelektual, mental, dan spiritual yang besar. Menjadi negarawan
berarti bekerja lahir batin melayani bangsanya, dengan komitmen seteguh batu karang.

Melihat dari pengalaman selama ini, tidak adanya citra diri sebagai negarawan seringkali
membuat seorang senator menjadi kerdil. Contoh mudah, tidak sedikit senator yang bersikap
tidak lebih dari seorang kurir dari himpunannya. Dengan dalih menjaga aspirasi, sang senator
memilih bicara secukupnya, tak tertarik menganalisa dan mengikuti perkembangan
pembahasan suatu materi sidang. Setiap kali sidang berkembangan dan memunculkan hal-hal
baru, sang senator tertahan dan memilih diam karena “hal itu belum dibahas di himpunan”.

Sadar akan Arti Penting Perannya (Sense of Urgency)

Eksistensi KM ITB terletak di tangan Kongres, dan eksistensi Kongres ada di tangan senatornya.
Jikalah Kongres KM ITB memiliki 50 orang senator, maka dapat dikatakan eksistensi dan wibawa
KM ITB ada di genggaman 50 orang tersebut. Oleh karena itu, jika senator tidak menjalankan
perannya, dengan sendirinya Kongres menjadi rapuh dan tidak dapat menjalankan perannya.
Kongres KM ITB yang tidak berperan akan kehilangan superioritasnya, dan akhirnya negara ini
berjalan tanpa kendali. Carut marutlah yang terjadi.

Kesalahan yang kerap dilakukan senator adalah rendahnya komitmen untuk hadir di setiap
agenda dan sidang-sidang Kongres, dan unjuk kerja yang buruk baik berupa lambatnya
pembahasan suatu masalah, atau bahkan sama sekali tidak melibatkan diri meskipun hadir di
dalam sidang. Peristiwa gagalnya Pemilu KM ITB tahun 2000 yang berujung pada peristiwa
MUKER 2001 adalah contoh gagalnya Kongres KM ITB menunaikan perannya, yang dikarenakan
komitmen dan kinerja yang buruk dari senator-senatornya.

Bekerja Konseptual: Memahami Konsepsi Negara KM ITB

Sebagai pemegang otoritas kebijakan KM ITB, senator bekerja di tataran konsep. Agenda-
agenda yang harus dibahas bersama dalam sidang, adalah hal-hal mendasar, yang berkaitan
dengan AD-ART ataupun masalah berskala lebih besar lagi seperti Kebijakan dan Rencana
Pengembagan ITB sebagai Badan Hukum Milik Negara. Semua masalah tersebut bersifat
konseptual.

Agar dapat memahami masalah dan mengambil kebijakan yang tepat, tentu saja setiap senator
HARUS memahami konsepsi KM ITB. Di dalam konsepsi itulah tercantum idealisme dan cita-cita
KM ITB. Sebaliknya, jika konsepsi KM ITB tidak dipahami, akan muncul keputusan-keputusan
dan aturan-aturan yang bertentangan. Contoh keputusan yang menarik untuk didiskusikan
kesesuaiannya dengan Konsepsi KM ITB adalah perubahan basis KM ITB di AD ART 2001.
Idealis dan Loyal: Kader KM ITB Sejati

KM ITB hanya akan hidup dengan baik jika dikelola oleh orang-orang yang yakin akan arti
penting keberadaan KM ITB, memahami filosofi dan cita-citanya, menjiwai idealisme, dan
mengenal betul setiap seluk beluk dunia KM ITB. Orang seperti itu dapatlah disebut seorang
kader KM ITB sejati. Seseorang yang bekerja dan mengabdi untuk KM ITB.

Pada kenyataannya, KM ITB sebagai tempat akumulasi legitimasi mahasiswa ITB senantiasa
menjadi target dari berbagai elemen yang ingin menguasai, mengambil keuntungan, dan
mendominasi demi kepentingannya. Senator yang bukan kader KM ITB sejati dapat terjebak
pada kepentingan kelompoknya, dan pada akhirnya menghancurkan KM ITB dari dalam.

Seorang Terpelajar: Cerdas, Berwawasan Luas, dan Terampil

Seorang senator sebagai insan terpelajar selalu, berpikir, bertindak, bekerja atas dasar kerangka
ilmiah yang objektif. Subjektivitas ditempatkan pada kerangka yang tepat dan konstruktif bagi
KM ITB. Cerdas melihat segala aspek yang terkait dalam suatu masalah, berikut segala dampak
yang mungkin terjadi dari masalah tersebut. Untuk itu, wawasan yang luas mutlak dibutuhkan.
Sebagai contoh, senator tidak dapat menganalisis dampak sebuah kebijakan Rektorat bagi
mahasiswa, jika senator tersebut tidak memahami ART ITB yang berlaku.

Kecerdasan dan wawasan luas ini perlu digunakan dengan terampil. Cerdas dan berwawasan
luas tapi tidak terampil menggunakannya, maka senator tersebut hanya akan menjadi jago teori
tanpa bisa memanfaatkan teori tersebut dalam dialog-dialog lintas elemen kampus. Menjadi
lemah dalam berdiplomasi, lobby, juga penarikan aspirasi. Sebuah kondisi yang
memprihatinkan dari seorang negarawan.

Wakil Rakyat: Memahami Aspirasi dan Dinamika Kampus

Kongres KM ITB adalah lembaga perwakilan. Tentu saja tugas dan kewajiban utamanya
adalah menjadi lidah dan otak bagi warga kampus. Untuk mampu melakukan tugas tersebut
dengan baik, tidak bisa tidak seorang senator harus memahami aspirasi dan dinamika di
tengah-tengah warga kampus.

Akan tetapi pemahaman saja tidak cukup. Dibutuhkan keberanian dan kebijaksanaan agar
aspirasi masyarakat kampus dapat diperjuangkan untuk memperoleh perwujudan yang terbaik.
Sekedar curah ide...

Senator yang baik:

- Memiliki citra diri kesenatoran yang kokoh

- Memahami konsepsi (nilai-nilai, tatanan, cita-cita, dan idealisme) KM ITB

- Memiliki wawasan yang luas

- Memiliki kebiasaan untuk senantiasa belajar dan mengembangkan diri

- Memiliki keterampilan yang baik dalam berfikir dan berbicara

- Peduli dan mencintai masyarakat kampus ITB

- Memiliki pergaulan yang luas di Departemen dan di ITB

- Berpemikiran terbuka dan meyakini bahwa harmoni dapat tercipta di tengah


pluralitas/keragaman

- Pekerja keras dan cerdas

- Pemikir kritis dan solutif

- Meyakini urgensi tugasnya sehingga bersedia bekerja penuh komitmen dan berkorban

- Beritikad baik untuk kepentingan KM ITB

Ilmu-ilmu yang sebaiknya dikuasai (minimal dasar-dasarnya) :

Filsafat, logika, etika, bahasa, tata negara, sosiologi, psikologi sosial, komunikasi,
kepemimpinan, organisasi, studi futuristik, filosofi pendidikan, budaya ilmiah, dll (masih banyak
lagi).

Keterampilah yang perlu dimiliki:

- Berpikir [analisa, sintesa, logika, analogi, berpikir sekuensial, berpikir lateral, berpikir
holistik, dll]

- Berbahasa [logika, eksposisi, argumentasi, persuasi, diplomasi, propaganda, agitasi, dialog,


debat, tata bahasa, penulisan format, dll]

- Berinteraksi [empati, komunikasi, diplomasi, sosialisasi]

Ditulis Kembali:

Fitrasani - Senator KM ITB 2007-2008

You might also like