Professional Documents
Culture Documents
III
Pengantar
Dalam belajar manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan mempelajari laporan
keuangan, yang merupakan gambaran dari hasil berbagai keputusan yang diambil oleh
manajemen perusahaan. Dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan
dapat diketahui informasi tentang perkembangan kinerja perusahaan yang penting untuk
diketahui oleh berbagai pihak yaitu perusahaan maupun pihak-pihak lain seperti perbankan,
pemerintah dan para investor. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana laporan keuangan
digunakanan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh kreditor untuk mengevaluasi
kemungkinan dibayarnya pinjaman, dan untuk pemegang saham untuk meramalkan laba,
dividen, dan harga saham.
Meskipun angka rata-rata industri akan dibahas kemudian secara lebih rinci, namun angka rata-
rata industri bukanlah angka yang harus dikejar perusahaan pada kenyataannya. Beberapa
perusahaan yang dikelola dengan sangat bagus akan berada diatas rata-rata industri, sedangkan
beberapa lainnya berada dibawah rata-rata industri. Namun sayangnya di Indonesia belum ada
suatu lembaga yang khusus menyajikan nilai rata-rata industri.
Seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Apakah
jumlah setiap aktiva yang dilaporkan dalam neraca sudah wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah
jika dibandingkan dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan?
Allied dan perusahaan lainnya harus meminjam atau memperoleh modal dari sumber lain untuk
membeli aktiva. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva , maka biaya modalnya menjadi
terlalu tinggi, dan akibatnya laba akan menurun. Sebaliknya jika aktiva terlalu rendah, maka
penjualan yang menguntungkan akan hilang. Berikut adalah rasio yang menganalisis berbagai
jenis aktiva.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $3.000
Inventory Turnover Ratio = = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 4,9 kali
$615
Perputaran persediaan Allied = 4,9 kali ini adalah lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
industri sebanyak 9 kali. Hal ini menunjukkan bahwa Allied menyuimpan terlalu banyak
persediaan.Kelebihan persediaan ini menunjukkan bahwa Allied tidak produktif dalam
mengelola persediaan, dan merupakan investasi dengan tingkat return yang rendah atau nol.
Dengan perputaran persediaan yang rendah kita juga perlu curiga apakah Allied menyimpan
barang-barang yang rusak atau usang yang tidak sebanding degan nilai yang ditetapkannya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan bahwa penjualan terjadi sepanjang tahun, sedangkan
angka persediaan dilaporkan pada suatu waktu tertentu. Oleh karena itu akan lebih baik bila
digunakan angka rata-rata persediaan. Jika perusahaan bersifat sangat musiman, atau
kecenderungan penjualan sangat naik dan turun sepanjang tahun, maka perlu untuk melakukan
penyesuaian. Untuk mempertahankan komparabilitas dengan rata – rata industri, dalam hal ini
kita tidak menggunakan angka rata-rata persediaan itu.
MENGEVALUASI PIUTANG: DAY SALES OUTSTANDING (DSO)
Periode penagihan rata-rata (Average Collection Period= ACP) atau Day Sales Outstanding
/DSO, yaitu hari rata – rata yang ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum
menerima kas.
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DSO = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟 𝐻𝑎𝑟𝑖 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛/360 =
$375 $375
= = 45 hari
$3.000/360 $8,333
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $3.000
Fixed Assets Turnover = = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑎𝑡𝑎𝑝 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = = 3 kali
1.000
Rasio perputaran aktiva tetap Allied adalah sama dengan rasio rata-rata industri menunjukkan
bahwa perusahaan menggunakan aktiva tetap sama intensifnya dengan perusahaan lain dalam
industri serupa. Jadi, Allied mempunyai jumlah aktiva tetap yang tepat dalam kaitannya dengan
perusahaan lain.
Permasalahan yang potensial dapat timbul ketika kita menginterpretasi rasio perputaran aktiva
tetap ialah bahwa aktiva tetap mencerminkan biaya historis aktiva. Inflasi bisa menyebabkan
sebagian besar aktiva yang dibeli di masa lalu akan dinilai terlalu rendah. Oleh sebab itu jika kita
membandingkan perusahaan lama yang memperoleh sebagian aktiva tetapnya beberapa tahun
yang lalu dengan harga yang rendah dengan perusahaan baru yang memperoleh aktiva tetapnya
baru-baru ini, maka kita akan menemukan bahwa perusahaan lama mempunyai perputaran aktiva
tetap yang lebih tinggi. Hal ini mencerminkan kesulitan yang dihadapi akuntan dalam mengatasi
inflasi daripada ketidak efisienan lain pada bagian perusahaan baru. Saat ini profesi akuntansi
sedang mencari cara membuat laporan keuangan yang mencerminkan nilai saat ini dan bukan
nilai historis.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $3.000
Total assets turnover ratio = = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = $2.000 = 1,5 kali
Untuk memahami dengan baik bagaimana leverege keuangan mempengaruhi risiko dan
pengembalian, perhatikan tabel 3.1. berikut ini:
Tabel 3.1. Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Pengembalian Pemegang saham
Perusahaan U (Unleveraged)
Aktiva lancar $ 50 Hutang $0
Aktiva tetap $ 50 Ekuitas saham biasa $100
Total aktiva $100 Total kewajiban &ekuitas $100
Perusahaan L (Leveraged)
Aktiva lancar $ 50 Hutang $ 50
Aktiva tetap $ 50 Ekuitas saham biasa $ 50
Total aktiva $100 Total kewajiban &ekuitas $100
Total utang meliputi utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Para kreditur lebih
menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio utang ini, maka semakin besar
perlindungan terhadap kerugian kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. Sebaliknya, pemegang
saham akan menginginkan leverage yang lebih besar karena akan meningkatkan laba yang
diharapkan.
Debt Ratio Allied 53,2%, yang berarti kreditur telah memberikan lebih dari setengah pembiayaan
perusahaan. Rasio ini melebihi rasio rata-rata industry sebesar 40%. Hal ini akan membahayakan
perusahaan dan akan menyebabkan perusahaan harus membayar biaya yang lebih mahal jika
perusahaan ingin menambah tambahan dana tanpa terlebih dahulu meningkatkan modal ekuitas.
Kreditur enggan minjamkan tambahan dana kepada perusahaan, dan manajemen mungkin
menghadapi risiko kebangkrutan jika perusahaan meningkatkan rasio utang dengan meminjam
tambahan dana.
𝐸𝐵𝐼𝑇 $283,8
TIE = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 = = 3,2 kali
$88
Rasio TIE mengukur seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat
memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat
mengakibatkan adanya tindakan hukum dari kreditur perusahaan , dan mungkin menimbulkan
kebangkrutan. Perhatikan bahwa laba sebelum bunga dan pajak (EBIT), bukannya laba bersih
sebagai pembilang. Karena bunga dibayar dengan dolar sebelum pajak, maka kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga tidak dipengaruhi oleh pajak.
Beban bunga Allied dibayar 3,2 kali. Karena rasio rata-rata industri adalah 6 kali, maka
kemampuan Allied dalam menutup beban bunga memiliki margin pengaman yang relatif rendah.
Jadi, rasio TIE memperkuat kesimpulan kita berdasarkan rasio utang bahwa Allied akan
menghadapi kesulitan jika perusahaan ini berusaha meminjam tambahan dana.
Rasio cakupan beban tetap (fixed charge coverage ratio) adalah serupa dengan rasio TIE,
tetapi rasio ini lebih eksklusif karena mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan dilease dan
harus melakukan pembayaran dana pelunasan (sinking fund). Leasing telah digunakan secara
luas dalam industri tertentu dalam tahun-tahun terakhir, yang membuat rasio ini lebih disukai
daripada rasio TIE, untuk tujuan tertentu. Pembayaran lease Allied tahunan adalah $28juta, dan
perusahaan harus membayar dana pelunasan tahunan sebesar $20 juta untuk membantu melunasi
utang. Karena pembayaran dana pelunasan utang harus dibayar dengan dolar setelah pajak,
sedangkan pembayaran bunga dan lease dilakukan dengan dolar sebelum pajak, maka
pembayaran dana pelunasan harus di grossed up dengan membaginya dengan (1-tarif pajak)
untuk memdapatkan laba sebelum pajak yang dibutuhkan untuk membayar pajak dan juga
sisanya dana untuk melakukan pembayaran dana pelunasan.
𝐸𝐵𝐼𝑇+𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒
Fixed Charge Coverage = = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑢𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎+𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒+
(1−𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘)
$283,8+$28
=$88+$28+$20/0,60 = 2,1 kali
RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang melihat pengaruh gabungan dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi perusahaan. Rasio ini merupakan hasil
bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio yang sudah kita bahas
sebelumnya berguna untuk menilai keefektifan operasi perusahaan.
MARJIN LABA ATAS PEJUALAN (PROFIT MARGIN ON SALES)
Marjin laba atas penjulan (profit margin on sales), dihitung dengan membagi laba bersih
dengan penjualan, akan memberikan laba per dolar penjualan:
Rata-rata industry = 5%
Margin laba Allied berada dibawah rata-rata industri sebesar 5%. Hal ini terjadi karena biaya
terlalu tinggi. Biaya yang tinggi ini umumnya terjadi karena operasi perusahaan berjalan secara
tidak efisien. Namun rendahnya margin laba Allied juga diakibatkan oleh besarnya penggunaan
utang.
Rendahnya marjin laba ini tidak menunjukkan adanya masalah operasi, tetapi hanya perbedaan
dalam strategi pembiayaan, dan perusahaan dengan margin laba yang rendah akan memiliki
tingkat pengembalian yang lebih tinggi kepada pemegang saham karena menggunakan leverage
keuangan. Pada bagian berikutnya nanti kita akan melihat bagaimana margin laba dan
penggunaan utang berinteraksi untuk mempengaruhi pemngembalian pemegang saham.
Basic earning power menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba
operasi.
𝐸𝐵𝐼𝑇 $283,8
Basic Earning Power Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = $2,000 = 14,2%
$113,5
= $2,000 = 5,7%
Rasio harga saham terhadap nilai buku memberikan indikasi lain tentang bagaimana investor
memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif
tinggi biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi dari nilai bukunya, dibanding
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah.
Pertama kita tentukan dulu nilai buku per saham sebagai berikut:
Kemudian kita membagi harga pasar per saham dengan nilai buku untuk memperoleh rasio nilai
pasar/buku (market to book value ratio) sebesar 1,3 kali :
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 $23,00
Rasio nilai pasar/buku = M/B = = $17,92 = 1,3 kali
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
Untuk melakukan analisis tren (trend analysis), kita dapat melakukan dengan memplot rasio
selama suatu waktu, seperti diperlihatkan pada gambar 3.1 sebagai berikut:
18
16
14
12
10 ABC
8 Industri
Column1
6
4
2
0
1993 1994 1995 1996 1997
Gambar 3.1. Tingkat Pengembalian atas Saham Biasa, 1993 – 1997
ROE = 12,7%
ditambah
Aktiva tetap
dengan Aktiva
Penjualan,$ $1,000
Total biaya $2.886,5 Dikurangkan
lancar
dari 3,000
$2,886,5
Kas dan
Bi.Operasi
sekuritas $10
Bunga +
lainnya,$2,616,2 dividen
saham
(tenaga kerja,
preferen $92
overhead dan
sebagainya Piutang Persediaan
$375 $615
Penyusutan Pajak $78,3
$100
Gambar 3-2, menunjukkan bagan Du Pont yang dimodifikasi, karena manajer mengembangkan
pendekatan umum yang menunjukkan bagaimana ROE dipengaruhi oleh perputaran aktiva
(TOA), marjin laba (PM on sales), dan leverage.
Bagian kiri bagan mengembangkan marjin laba atas penjualan (PM on sales). Berbagai pos
beban dicantumkan dan kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total biaya perusahaan
Allied, yang dikurangkan dari penjualan untuk memperoleh laba bersih (NI) perusahaan. Ketika
kita membagi laba bersih dengan penjualan, kita mendapatkan 3,8 % dari setiap dolar penjualan
tersedia untuk pemegang saham. Jika marjin laba terlalu rendah atau cenderung menurun, maka
kita dapat memeriksa masing-masing pos beban untuk mengidentifikasi dan kemudian
mengkoreksi kesalahan.
Pada sisi sebelah kanan dari gambar 3-2 dityunjukkan berbagai kategori aktiva, totalnya, dan
kemudian membagi penjualan dengan total aktiva untuk mendapatkan ”perputaran aktiva” setiap
tahun. Rasio perputaran aktiva perusahaan adalah 1,5 kali.
Persamaan Du Pont
Marjin laba dikalikan dengan perputaran total aktiva disebut persamaan Du Pont (Du Pont
equation), dan persamaan ini memberikan tingkat pengembalian atas aktiva (ROA)
Rumus yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dapat diperoleh dari
perkalian marjin laba dengan perputaran total aktiva.
Allied memperoleh 3,8 sen, atas setiap dolar penjualan, dan perputaran aktiva adalah 1,5 kali
selama tahun berjalan. Oleh karena itu perusahaan memperoleh pengembalian atas aktiva (ROA)
= 5,7%.
Jika perusahaan hanya dibiayai dengan ekuitas saham biasa, maka tingkat pengembalian atas
aktiva (ROA) dan pengembalian atas ekuitas (ROE) akan sama karena total aktiva akan sama
dengan ekuitas saham biasa:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROA = = 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 = ROE. …………………………………….. (3-1)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Persamaan ini berlaku jika Total aktiva = Ekuitas saham biasa, yaitu jika perusahaan tidak
menggunakan hutang. Disini perusahaan ABC menggunakan hutang, sehingga ekuitas saham
biasa akan lebih kecil dari total aktiva. Oleh karena itu, pengembalian kepada pemegang saham
biasa (ROE) harus lebih besar daripada ROA sebesar 5,7%. Secara spesifik, ROA dapat
dikalikan dengan multiplier ekuitas, yaitu rasio aktiva terhadap ekuitas saham biasa. Semakin
tinggi utang yang digunakan, semakin kecil ekuitas, dan semakin tinggi multiplier ekuitas.
ROE perusahaan tergantung pada ROA dan penggunaan kewajiban atau (leverage).
ROE = ROA x Multiplier ekuitas ……………………………………………. (3-2)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
= x 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
= 5,7 % x $2,000/$896
= 5,7% x 2,33
= 12,7%
Sekarang kita dapat mengkombinasikan persamaan 3-1 dan 3-2 untuk membuat persamaan Du
Pont yang diperluas, yang menunjukkan bagaimana marjin laba (PM), rasio perputaran aktiva,
multiplier ekuitas dikombinasikan untuk menentukan ROE:
ROE = (marjin laba)(perputaran total aktiva)(Multiplier aktiva)
=(PM)(TOA)(EM)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
= x 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Acid Test ratio (QR) 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 $385 2,1 x Buruk
= = = 1,2 x
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 $310
Manajemen Aktiva
Perputaran Persediaan(ITO) 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $3,000 9,0 x Buruk
= = = 4,9 x
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 $615
Profitabilitas
Profit Margin on sales =
(marjin laba atas penjualan) 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑦𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 $113,5 5,0% Buruk
= = 3,8%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 $3,000
M/B (Nilai pasar/Nilai buku) 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 $23,00 1,7 x Rendah
= = $17,92 = 1,3 x
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
1. Banyak perusahaan besar mengoperasikan divisi yang berbeda pada industri yang berbeda,
dan perusahaan semacam ini sangat sulit untuk mengembangkan seperangkat rata-rata
industri yang berarti untuk tujuan komparatif. Oleh karena itu, analisis rasio lebih berguna
bagi perusahaan kecil dibandingkan perusahaan multidivisi.
2. Kebanyakan perusahaan ingin lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industri, sehingga
bila hanya mencapai kinerja rata-rata tidaklah terlalu baik. Sebagi target untuk mencapai
kinerja tingkat tinggi, perusahaan hendaknya memfokuskan pada rasio perusahaan yang
sudah menjadi ”leader” . Dalam hal ini benchmarking akan sangat membantu.
3. Inflasi dapat memberikan distorsi yang buruk pada neraca perusahaan- nilai yang dicatat
seringkali sangat berbeda dengan nilai ”sebenarnya”. Lebih jauh karena inflasi
mempengaruhi beban penyusutan dan biaya persediaan, maka laba juga akan terpengaruh.
Jadi analisis rasio untuk satu perusahaan selama satu waktu, atau analisis komparatif pada
perusahaan yang mempunyai umur berbeda, harus diinterpretasikan dengan pertimbangan
yang tepat.
4. Faktor musiman juga dapat mendistorsi analisis rasio. Misalnya, rasio perputaran persediaan
produsen pemroses makanan akan sangat berbeda jika penyajian angka persediaan di neraca
dilakukan sebelum musim pengalengan dan sesudah musim pengalengan. Permasalahan ini
dapat diminimalkan dengan menggunakan rata-rata bulanan untuk persediaan dan piutang
ketika menghitung rasio perputaran.
5. Perusahaan dapat menggunakan teknik ”window dressing” untuk membuat laporan
keuangan nampak lebih baik. Contoh. Perusahaan dalam hal ini, sebuah perusahaan
melakukan pinjaman berjangka 2 tahun pada tanggal 29 Desember 1997, menahan hasil
pinjaman ini sebagai kas selama beberapa hari, dan kemudian melunasi pinjaman pada
tanggal 2 Januari 1998. Hal ini akan meningkatkan rasio lancar dan rasio cepat, serta
membuat neraca akhir pada tahun 1997 kelihatan baik. Namun peningkatan ini hanya
merupakan window dressing, seminggu kemudian neraca perusahaan kembali pada tingkat
yang lama.
6. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan. Seperti disebutkan
sebelumnya, penilaian persediaan serta metode penyusutan dapat mempengaruhi laporan
keuangan dan dengan demikian mendistorsi perbandingan diantara perusahaan. Jika suatu
perusahaan melease sebagian besar peralatan produktifnya, maka aktiva itu kemudian akan
nampak relatif rendah terhadap penjualan, karena aktiva yang dilease seringkali tidak
muncul di neraca. Pada saat yang sama, kewajiban lease mungkin tidak muncul sebagai
utang. Oleh karena itu, leasing dapat meningkatkan baik rasio perputaran maupun rasio
utang secara artifisial. Namun, profesi akuntasi telah mengambil langkah – langkah untuk
mengurangi permasalahan ini.
7. Sangat sulit menyamaratakan apakah suatu rasio tertentu baik atau buruk. Misalnya, rasio
lancar (Curent ratio) yang tinggi mungkin menunjukkan posisi likuiditas yang kuat, yang
nampak bagus, atau kas yang berlebihan, yang buruk (karena kelebihan kas di bank bukan
merupakan aktiva yang manghasilkan laba). Demikian juga rasio perputaran aktiva tetap
yang tinggi mungkin menunjukkan bahwa suatu perusahaan telah menggunakan aktivanya
secara efisien atau dikapitalisasi terlalu rendah dan tidak mampu membeli cukup aktiva.
8. Suatu perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang kelihatan bagus dan yang lainnya
kelihatan buruk, yang membuat sulit untuk menyatakan apakah perusahaan tersebut kuat
atau lemah. Namun prosedur statistik dapat dipergunakan untuk menganalisis pengaruh
bersih dari sekumpulan rasio. Banyak bank dan organisasi pemberi pinjaman lainnya
menggunakan prosedur statistik untuk menganalisis rasio keuangan perusahaan, dan
menurut analisis mereka perusahaan diklasifikasikan sesuai dengan probabilitas mereka
dalam mengantisipasi kesulitan keuangan.
Analisis rasio sangat berguna, tetapi analisis harus memahami permasalahan diatas dan
membuat penyesuaian yang diperlukan. Analissi rasio yang dilakukan secara
mekanis,dengan cara membabi-buta adalah berbahaya, tetapi jika digunakan dengan
intelegensi dan dengan pertimbangan yang tepat akan memberikan masukan yang
bermanfaat tentang operasi perusahaan. Pertimbangan Anda dalam menginterpretasikan
sekumpulan rasio masih akan lemah pada saat ini, tetapi hal ini akan membaik jika Anda
telah mempelajari seluruh bab dalam buku ini.
MELIHAT DILUAR ANGKA-ANGKA (Looking Beyond The Number)
Dengan mempelajari keseluruhan bab akan membantu Anda dalam memahami laporan
keuangan dan kemampuan Anda untuk menginterpretasikan angka-angka akuntansi.
Kemampuan dasar ini penting dalam membuat keputusan bisnis, mengevaluasi kinerja, dan
meramalkan kemungkinan perkembangan dimasa mendatang.
Meskipun hal itu penting untuk memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan,
namun analis keuangan yang bagus tidak hanya sekedar menghitung dan menginterpretasikan
angka-angka. Analis yang baik mengakui bahwa faktor-faktor kualitatif tertentu harus
dipertimbangkan ketika mengevaluasi perusahaan. Faktor-faktor ini, yang diihtisarkan oleh
American Association of Individual investors (AAII) adalah sebagai berikut:
5. Persaingan.
Pada umumnya persaingan yang meningkat akan menurunkan harga dan marjin laba. Dalam
meramalkan kinerja masa depan, tindakan atas persaingan saat ini dan kemungkinan
masuknya pesaing baru di masa mendatang sangat penting untuk dinilai.
LATIHAN SOAL-SOAL
3-1. ABC Industries memiliki aktiva lancar $3juta. Rasio lancar (CR) perusahaan adalah 1,5, dan
rasio cepat (QR) =1,0.
3-3. BB Barstools memiliki multiplier ekuitas sebesar 2,4. Aktiva perusahaan ini dibiayai dengan
beberapa kombinasi utang jangka panjang dan ekuitas saham biasa. Berapakah rasio utang
perusahaan?
3-4. DD Dealers memiliki ROA sebesar 10%, margin laba 2%, dan ROE sebesar 15%.
Berapakah perputaran total aktiva perusahaan? Berapakah ekuitas multiplier perusahaan
(EM)?
ROA = 3%
ROE = 5%
3-6. Kartika Corporation memiliki aktiva lancar sebesar $1.312.500 dan kewajiban lancar
sebesar $525.000. Tingkat persediaan awal = $375.000, dan perusahaan akan menaikkan
dana sebagai wesel bayar tambahan serta menggunakannya untuk meningkatkan persediaan.
Berapa banyak utang jangka pendek (wesel bayar) perusahaan dapat meningkat tanpa
menekan rasio hingga dibawah 2,0? Berapakah QR perusahaan setelah Kartika
meningkatkan jumlah dana jangka pendek hingga jumlah maksimum?
3-7. Kartika Company memiliki rasio cepat (QR) sebesar 1,4 kali, CR = 3 kali, perputaran
persediaan = 6 kali, total aktiva lancar sebesar $810.000, dan kas serta sekuritas sebesar
$120.000 pada tahun 1997. Berapakah penjualan tahunan Kartika dan DSO pada tahun
tersebut?
3-8. HP Corporation memiliki utang yag beredar sebesar $500.000 dan membayar suku bunga
sebesar 10%. Penjualan tahunan perusahaan adalah $2 juta, tarif pajak rata-rata 30%, dan
marjin laba bersih atas penjualan adalah 5%. Jika perusahaan tidak mempertahankan rasio
TIE sebesar 5%, maka bank akan menolak memperbaharui pinjaman, dan akibatnya dapat
menimbulkan kebangkrutan. Berapakan TIE perusahaan?
3-9. ROE Midwest Packaging dalam tahun yang lalu hanya sebesar 3%, tetapi manajemen telah
mengembangkan rencana operasi baru yang dirancang untuk memperbaikinya. Rasio baru
ini membutuhkan rsio utang sebesar 60% dengan beban bunga sebesar $300.000 per tahun.
Manajemen memproyeksikan akan memperoleh EBIT sebesar $1 juta astas penjualan $10
juta, dan mengharapkan dapat memiliki rasio perputaran total aktiva sebesar 2,0. Menurut
kondisi ini, tarif pajak akan menjadi 34%. Jika perusahaan melakukan perubahan, maka
berapakah ROE yang akan diperoleh perusahaan?
3-10. CC Construction Company, yang baru saja didirikan, membutuhkan aktiva senilai $1 juta,
dan mengharapkan akan memiliki rasio BEP sebesar 20%. CC tidak memiliki sekuritas, sehingga
semua labanya berasal dari laba operasi. Jika perusahaan dapat membiayai 50% aktivanya
dengan utang, maka perusahaan harus membayar suku bunga sebesar 8%. Asumsikan tarif pajak
atas semua laba kena pajak adalah 40%, maka berapakah perbedaan antara ROE yang diharapkan
bila 50% aktiva dibiayai dengan utang dan ROE yang diharapkan bila aktiva dibiayai seluruh nya
dengan shaam biasa