You are on page 1of 7

TATA TERTIB

MUSYAWARAH DAERAH II
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
KABUPATEN KAUR
2017
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAERAH II
PERASTUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
KABUPATEN KAUR, 20 MEI 2017

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal I

1. Musyawarah Daerah II Persatuan Perawat Nasional Indonesia merupakan


pemegang kekuasaan tertinggi Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang
selanjutnya dalam tata tertib ini disebut MUSDA
2. Kedaulatan organisasi ada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
MUSDA.
3. MUSDA dalam melaksanakan tugasnya berlandaskan pada peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
4. Peserta MUSDA terdiri dari tenaga perawat Kabupaten Kaur (Dinas Kesehatan,
Rumah Sakit, Puskesmas dan tenaga perawat yang bertugas di luar instansi
Kesehatan).

BAB II
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 2

1. Mengesahkan dan menetapkan jadwal acara dan tata tertib MUSDA


2. Memilih dan mengesahkan pimpinan MUSDA
3. Menelaah pertanggung jawaban pengurus daerah mengenai pelaksanaan program
kerja hasil MUSDA sebelumnya.
4. Memilih dan melantik Ketua Kabupaten terpilih masa jabatan 2017 – 2022
5. Menunjuk ketua Kabupaten terpilih sebagai ketua tim formatur.
6. Memilih anggota tim formatur.
7. Memberikan mandate kepada tim formatur untuk melengkapi personel pengurus
daerah.
8. Memberikan mandate kepada ketua kabupaten terpilih untuk melantik pengurus
kabupaten.
9. Mnegesahkan hal-hal prinsip dan strateginya lainnya
10. Mendengarkan pertanggungjawaban laporan pertanggungjawaban 2012 - 2017

BAB III
PESERTA MUSYAWARAH DAERAH

Pasal 3

Peserta MUSDA terdiri dari tenaga perawat Kabupaten Kaur (Dinas Kesehatan, Rumah
Sakit, Puskesmas dan tenaga perawat yang bertugas di luar instansi Kesehatan) dan
undangan lainnya.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

Pasal 4
HAK PESERTA

1. Peserta memilki hak dipilih dan memilih


2. Peserta berhak mendapatkan jadwal, tata tertib dan akomadasi selama acara
berlangsung.

Pasal 5
KEWAJIBAN

1. Setiap peserta wajib mengikuti seluruh acara MUSDA


2. Setiap peserta diwajibkan menjaga keamanan dan ketertiban selama berlangsung
MUSDA.
3. Setiap peserta berkewajiban tunduk dan taat pada tata tertib.

BAB V
HAK BICARA DAN HAK SUARA

Pasal 6
HAK BICARA

1. Hak bicara adalah hak untuk menyampaikan pendapat atau pertimbangan baik
secara lisan maupun tertulis.
2. Semua peserta mempunyai hak bicara baik diminta maupun tidak diminta yang
disetujui oleh pimpinan sidang.
3. Dalam menyampaikan pendapat dan atau pertimbangannya, disampaikan melalui
pimpinan sidang, apabila tidak melalui pimpinan sidang tidak perlu ditanggapi.
4. Intrupsi yang dapat diberikan harus berhubungan dengan hal-hal yang sedang
dibicarakan.

Pasal 7
HAK SUARA

1. Hak suara adalah hak untuk mengambil keputusan, baik melalui musyawarah
mufakat maupun melalui voting.
2. Setiap peserta berhak 1 (satu) kali memberikan suara.

Pasal 8
TATA CARA MENYAMPAIKAN PENDAPAT

1. Dalam menyampaikan pendapat dan atau pertimbangan setiap peserta terlebih


dahulu meminta izin kepada pimpinan sidang.
2. Apabila pimpinan sidang member izin, peserta bersangkutan baru diperkenankan
menyampaikan pendapat dan atau pertimbangnnya dengan menyebut nama
dengan menjunjung etik danmenggunakan komunikasi yang baik.
3. Lamanya penyampaian pendapat atau pertimbangan secara lisan dibatasi 3 (Tiga)
menit.
4. Apabila seseorang menyampaikan pendapat atau pertimbangan melebihi 3 (tiga)
menit, pimpinan sidang berhak untuk mengentikannya.
5. Apabila peserta belum merasa puas terhadap jawaban dari pimpinan sidang
terhadap pendapat dan atau pertimbangannya, yang bersangkutan berhak
meminta klarifikasi ulang dari pimpinan sidang ataupun dari peserta lain setelah
sebelumnya dizinkan oleh pimpinan sidang.

BAB VI
ALAT – ALAT KELENGKAPAN MUSDA

Pasal 9
HAK BICARA
Alat kelengkapan MUSDA terdiri dari

1. Pimpinan MUSDA
2. Sidang paripurna
3. Komisi
4. Formatur

Pasal 10
PIMPINAN MUSDA

1. MUSDA dipimpin oleh pimpinan MUSDA


2. Pimpinan MUSDA terdiri dari dari seorang ketua menrangkap anggota, seorang
wakil ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap angota dan 2 orang
anggota.
3. Komponen pimpinan MUSDA terdiri perwakilan Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan dan tenaga perawat yang bekerja diluar kesehatan.
4. Pimpinan MUSDA dipilih dan disahkan dalam sidang paripurna.
5. Pimpinan MUSDA berwenang dan berkewajiban menjaga kelancaran dan
ketertiban MUSDA.

Pasal 11
SIDANG PARIPURNA

1. Sidang paripurna adalah sidang MUSDA yang membahas :


a. Tata tertib dan jadwal MUSDA
b. Pemilhan pimpinan MUSDA
c. Hasil-hasil sidang komisi
d. Pemilihan ketua DPD Kabupaten
e. Pembentukan formatur
f. Pelantikan ketua DPD pengurus Kabupaten
g. Penutupan MUSDA.
2. Sidang paripurna dipimpin oleh pimpinan MUSDA.
Pasal 12
KOMISI

1. MUSDA dapat membentuk komisi


2. Setiap perwakilan MUSDA wajib menjadi salah satu anggota komisi, kecuali
pimpinan MUSDA
3. Pimpinan komisi terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang sekretaris
merangkap anggota dan seorang anggota.
4. Pimpinan komisi dipilih dari dan oleh anggota komisi
5. Komisi bertugas membahas materi dan mengambil keputuan terkait pokok
bahasan komisi yang mejadi bidang tugasnya.
6. Laporan komisi disusun oleh pimpinan komisi dengan memperahatikan masukan
dan saran anggota pada sidang komisi.
7. Laporan/hasil sidang komisi disampaikan pada sidang paripurna untuk
mendapatkan pembahasan dan pengesahan.
8. Apabila komisi telah menyampaikan laporannya dan sudah mendapatkan
persetujuan/pengesahan sidang paripurna, maka secara otomatis komisi tidak
berfungsi lagi dan tidak memilki kekuatan hukum.

Pasal 13
FOMATUR

1. Formatur bertugas menyusun kepengurusan lengkap pengurus daerah,


2. Formatur diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugasnya selama 14 hari
kalender sejak ditetapkan.
3. Ketua formatur adalah ketua DPD yang terpilih.
4. Hasil kerja tim fomatur dibuatkan berita acara dan dilampirkan dalam buku
MUSDA.

BAB VII
QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 14
QUORUM

1. Sidang – sidang paripurna dinyakatan sah apabila dihadiri oleh satu dari jumlah
peserta MUSDA yang terdaftar pada panitia.
2. Sidang komisi dinyatakan sah apabila dihadiri oleh setengah lebih dari satu dari
jumlah anggota komisi yang telah terdaftar pada panitia.
3. Apabila sidang tidak mencapai quorum seperti ayat 1 dan 2 sidang ditunda sampai
2 (dua) kali 5 (Lima) menit,.
4. Apabila sampai 2 (dua) kali penundaan masih belum tercapai quorum, maka
pimpinan MUSDA mempunyai kewenangan menyatakan sah sidang tersebut atas
persetujuan peserta MUSDA.

Pasal 15
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan melalui musyawarah untuk


mufakat .
2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak dicapai, pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan cara voting.
3. Voting dimaksud pada ayat 2 (dua) dilakukan secara tertutup.
BAB VIII
PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMILIHAN KETUA DPD

Pasal 16
Persyaratan calon ketua DPD harus memenuhi persyratan sebagai berikut :

1. Bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa


2. Pendidikan minimal D3 Keperawatan
3. Mempunyai NIRA (Nomor Induk Regestrasi Anggota ) Nasional
4. Wawsan luas dengan komitmen yang tinggi terhadap organisasi dan profesi
5. Apabila terpilih, bersedia berdomisili di Kabupaten Kaur yang membuktikan
dengan surat pernyataan tertulis di atas materai.
6. Memilki komitmen yangb kuat terhadap perjuangan terhadap profesi keperawatan
(implementasi Undang- Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan).

Pasal 17

1. Pemilih ketua dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap yaitu tahap pemilihan bakal
calon dan pemilihan ketua.
2. Seorang bakal calon berhak maju kedalam pemilihan calon ketua daerah
berdasarkan penunjukan dari anggota peserta MUSDA. apabila 1 (satu) bakal calon
mendapat dukungan 50 % + 1 dari peserta MUSDA, Maka dinyatakan peraih
suara terbanyak.
3. Apabila 2 calon memilki jumlah suara terbanyak sama, maka dilakukan pemilihan
putaran kedua.
4. Ketua terpilih adalah peraih suara terbanyak.
5. Apabila dalam pemilihan bakal calon ketua daerah ternyata hanya 1 (satu) bakal
calon, maka Bakal calon tersebut dapat langsung terpilih secara aklamasi.

Pasal 18
PEMBENTUKAN DEWAN PENASEHAT

Untuk menyusun Dewan penasehat dilaksnakan oleh formatur

Pasal 19
PEMBENTUKAN MEJELIS KEHORMATAN ETIK KEPERAWATAN NASIONAL

Untuk menyusun personil Majelis Kehormatan Etik Keparawatan Nasional dilaksanakan


formatur.
BAB IX
PENUTUP

Pasal 20

1. Segala Sesutu yang belum diatur dalam tata tertib ini diputuskan oleh MUSDA
sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART.
2. Apabila dalam musyawarah terjadi perbedaan pendapat yang tidak bisa
diselesaikan, maka keputusan akhir akan dikembalikan kepada AD/ART

Pasal 22
Keptusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan

Ditetapkan di : Cahaya Batin


Pada tanggal : Mei 2017

Musyawarah Daerah II
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Pimpinan sementara

JABATAN NAMA TANDA TANGAN

Ketua merangkap anggota 1.

Sekretaris merangkap anggota 2.

Anggota 3.

Anggota 4.

Anggota 5.

You might also like