Professional Documents
Culture Documents
morbiditas dan mortalitas diabetes melitus yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2
target utama yaitu: menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan
mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes. Penatalaksanaan
diabetes dengan terapi obat dapat menimbulkan masalah-masalah terkait obat yang dialami
oleh penderita, salah satunya adalah masalah pemilihan obat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan tujuan terapi tidak tercapai sehingga penderita dirugikan (Anonim, 2005). Oleh
karena itu dilakukan penelitian tentang evaluasi ketepatan pemilihan obat diabetes yang
digunakan untuk memastikan kesesuaian antara obat diabetes dengan kondisi penderita dan
untuk mencapai keberhasilan terapi.
Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
darah plasma vena (Anonimb, 2006). Diagnosis klinis DM pada umumnya akan dipikirkan
apabila ada keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan
yang tidak dapat di jelaskan penyebabnya. Keluhan lain yang mungkin di sampaikan penderita
antara lain badan terasa lemah, sering kesemutan, gatal-gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada
pria dan pruritus pulvai pada wanita. Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl juga dapat di gunakan sebagai
patokan diagnosis diabetes mellitus (Anonim, 2005).
Dalam menentukan diagnosis diabetes melitus harus diperhatikan asal bahan darah
yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena. Untuk memastikan diagnosis diabetes melitus, seyogyanya dilakukan di laboratorium
klinik yang terpercaya (Anonima, 2006).
Pasien Diabetes mellitus yang paling banyak yaitu Diabetes mellitus tipe 2 yang merupakan
jenis Diabetes mellitus terbanyak di Indonesia yang meliputi lebih dari 90% dari semua populasi
Diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada
orang dewasa, tetapi semakin terlihat pada anak-anak dan remaja. Pada Diabetes mellitus tipe 2 tubuh
mampu memproduksi insulin, tetapi tidak cukup ataupun tubuh tidak mampu untuk merespon
efeknya (resistensi insulin), yang mengarah ke penumpukan glukosa dalam darah. Banyak orang
dengan DM tipe 2 tidak menyadari penyakit mereka untuk waktu yang lama karena gejalanya muncul
selama waktu bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi yang menyebabkan rusaknya tubuh karena
kelebihan glukosa darah. Mereka sering didiagnosis hanya bila komplikasi telah berkembang.
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan kriteria ADA 2010 yaitu didapatkannya keluhan klasik
seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia) dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, peningkatan kadar glukosa darah, lemah badan,
kesemutan, gatal, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita
(American Diabetes Association, 2010).
Komplikasi DM dapat berupa akut yaitu hipoglikemi dan penyakit kronis seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan (mata), impotensi, ulkuskaki dan
gangrene (Kementerian Kesehatan RI, 2011).