You are on page 1of 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Di mana tugas ini penulis sajikan
dalam bentu buku yang sederhana. Adapun judul penulisan Makalah, yang
penulis sajikan adalah sebagai berikut :

POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN


AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL BUAH
MARKISA

Tujuan penulisan makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Agroindustri . Sebagai bahan penulisan
diambil berdasarkan beberapa sumber literatur yang mendukung penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua
pihak,maka penulisan makalah ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun materil.
2. Adik-adik tersayang yang telah membantu penulisan tugas akhir ini.
3. Seluruh teman–teman yang telah memberikan dukungan dalam penulisan
makalah ini.

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu
sehingga terwujudnya penulisan ini. Akhir kata penulis mohon saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Malang, September 2010

Bety Oktavianita
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Judul Makalah ............................................................................. i
Kata Pengantar ......................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


BAB II PERMASALAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
BERBASIS PANGAN LOKAL BUAH MARKISA ............................... 5
BAB III BAB III PEMBAHASAN PENUNJANG PENINGKATAN
PRODUKSI ….............................................................. ........................... 7
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 10
4.1. Kesimpulan .......................................................................... 10

Daftar Pustaka .......................................................................................... 11


BAB 1
Pendahuluan

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai


bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin
(1981) yaitu perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman)
atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup
pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan,
pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan produk akhir
yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.
Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi
bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya
oleh konsumen. Agroindustri merupakan kegiatan yang saling berhubungan
(interlasi) produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran
dan distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi,
agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima subsistem
agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan.
usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan. Agroindustri dengan
demikian mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan
Dan Mesin Pertanian (IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).

Agroindustri juga sangat penting artinya bagi perekonomian Indonesia, karena


Indonesia sebagai negara agraris yang menghasilkan beraneka macam produk
pertanian yang memerlukan sarana pengolahan untuk memproses produk pertanian
primer menjadi aneka produk jadi yang diperlukan, baik oleh pasar domestik maupun
pasar mancanegara. Agroindustri tersebut sekaligus merupakan sarana untuk
meningkatkan nilai tambah produk pertanian, membuka lapangan kerja serta
memperluas pasar bagi produk pertanian dan pada akhirnya menunjang usaha
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Agroindustri merupakan faktor penting dalam perekonomian sebab :


1. Agroindustri langsung berhubungan dengan kegiatan produksi
2. untuk memenuhi kebutuhan primer umat manusia, yaitu kebutuhan akan
pangan dan sandang,
3. Membuka lapangan kerja diluar usahatani,
4. Meningkat-kan nilai tambah produk pertanian,
5. Meningkatkan penghasilan petani, dan
6. Merupakan penghasilan produk non-migas untuk konsumsi pasar dunia,
terutama pada negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki peranan penting karena


berfungsi sebagai lapangan usaha serta penyedia bahan pangan dan bahan baku.
Bahkan secara nasional dalam beberapa periode pembangunan bertahap lima tahunan
(Pelita), sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam Produk Domestik Bruto sector pertanian, yaitu 63% tahun
2002, sedangkan industri 4,32% pada tahun 2002. Demikian pula di Provinsi
Sulawesi Selatan, kontribusi sector pertanian yaitu 75,8% tahun 2002 dan industri
24,1% pada tahun 2002, dan selanjutnya Kabupaten Gowa sektor pertanian sebesar
9,83% tahun 2002 dan industri sebesar 3,04% pada tahun 2002. Dengan pertanian
sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor ekonomi yang meliputi
semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan segala kebutuhan pertanian
dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah dan didistribusikan kepada
konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada posisinya sebagai jembatan yang
menghubungkan antar sektor pertanian pada kegiatan hulu dan sektor industri pada
kegiatan hilir. Dengan pengembangan agroindustri secara cepat dan baik dapat
meningkatkan, jumlah tenaga kerja, pendapatan petani, volume ekspor dan devisa,
pangsa pasar domestik dan internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan
penyediaan bahan baku industri

Agroindustri saat ini belum mendapatkan sumber bahan baku yang


berkesinambungan, dalam arti kuantitas dan kualitas yang cukup sepanjang tahun
untuk menunjang kelancaran produksi, oleh karena itu diperlukan kerjasama yang
baik dan saling meguntungkan antara petani, pedagang perantara dan industri. Di
samping itu petani memiliki kendala dari segi permodalan sehingga tidak mampu
membeli bibit dan pupuk merupakan fenomena yang dihadapi selama ini, demikian
juga kemitraan yang sudah pernah dilakukan sejak tahun 1995-1997 namun tidak
sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dihadapi petani. Adapun jasa dan peranan
pedagang perantara tidak dapat dielakkan dari penelitian ini. olehnya itu, industri
pengolahan hasil-hasil pertanian terutama dalam upaya optimasi aktivitas
Agroindustri yang mencakup pendapatan petani, pedagang perantara dan industri
pengolahan, merupakan hal menarik untuk diteliti.
Tabel 1 Potensi dan Pemanfaatan Lahan dan Peluang Pengembangan Komoditi
Markisa di Sulawesi Selatan Tahun 2002

n Kabupaten Potensi Luas Peluang Pengembangan


o Lahan Pertanaman
(Ha) (%)
(Ha) (Ha)

A. Sentral
Pengembangan
Wilayah 2.673,85
Selatan 4.341 1.667,15 798,67 61,60
Gowa 1.120 320,33 71,31
Sinjai
Jumlah (1) 5.461 1.987,48 3.473,52 63,61

B. Sentral
Pengembangan
Wilayah Utra
Tator 7.060 180,81 6.879,19 97,44
Polmas 7.470 258 7.212,00 96,55
Enrekang 158 7,16 150,84 95,47

Jumlah (2) 14.688 445,97 14.242,03 96,96

Total (1) + (2) 20.149 2.433,45 17.715,55 87,92

Dari Tabel 1 tersebut menunjukan adanya potensi yang cukup besar pada
sentra pengembangan wilayah selatan. Di Kabupaten Gowa, potensi lahan sebesar
4.341 ha dengan luas pertanaman markisa 1.667,15 ha dimana peluang
pengembangan masih cukup besar yakni 2.673,85 ha atau sebesar 61,60% merupakan
potensi pengembangan tanaman markisa, sedangkan 38,40% adalah luas tanaman
markisa terhadap luas areal yang selama ini menjadi potensi yang sudah
dikembangkan, disamping itu rata-rata luas areal tanaman markisa tingkat petani
untuk 90 responden sebesar 1,23 ha yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman
markisa. Penelitian ini berfokus pada apakah petani markisa, pedagang perantara dan
industri pengolahan markisa di Kabupaten Gowa masih mampu memperoleh
pendapatan maksimal melalui pengalokasian faktor-faktor produksi secara optimal
dan tingkat efisiensi yang dicapai.
BAB II

PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
BERBASIS PANGAN LOKAL BUAH MARKISA

Industri sari buah (sirup markisa) adalah salah satu jenis agroindustri yang
cukup potensial di Propinsi Sulawesi Selatan khususnya kabupaten Gowa.
Sungguhpun demikian dalam perkembangannya, jenis industri tersebut mengalami
berbagai permasalahan.

Industri sari buah dan sirup markisa diproses dengan menggunakan


tekhnologi dalam negeri dan hasilnya dipasarkan tidak hanya di dalam negeri,
melainkan juga diekspor. Dalam memasarkan produk tersebut terdapat permasalahan
terutama dalam hal harga dan persaingan antara perusahaan sejenis. Mengenai harga,
sirup markisa lebih mahal daripada sirup biasa (esense). Hal ini disebabkan karena
sirup markisa menggunakan bahan baku buah markisa di samping gula, sementara
sirup biasa hanya menggunakan gula dan esense saja. Adalah hal biasa terjadinya
persaingan antara perusahaan sejenis, seperti industri sari buah dan sirup markisa ini.
Masalahnya menurut pengusaha persaingan tersebut tidak mematikan usaha industri
dan yang lain, misalnya sebagai akibat pengadaan bahan baku oleh perusahaan
tertentu. Di samping kedua masalah tersebut, informasi pasar merupakan masalah
cukup penting pula bagi pengusaha. Karena selama ini mereka tidak memperoleh
informasi pasar, tidak saja yang berkaitan produk sirup markisa, melainkan juga
dengan sirup biasa (esense) baik produksi lokal, domestic apalagi impor.

Di samping pemasaran, masalah utama dihadapi oleh pengusaha sirup buah


markisa adalah masalah bahan baku. Buah markisa sebagai bahan baku diperoleh
perusahaan dengan membeli langsung di pasar lokal dan ke petani. Pada musin
panen, pasokan bahan baku untuk sari buah dan sirup markisa lebih dari mencukupi
dengan kualitas yang baik dengan harga yang memadai. Sebaliknya pada saat bukan
musim panen, pasokan bahan baku relatif jauh berkurang, sehingga kadang-kadang
hanya dapat memenuhi sekitar 55% dari kapasitas produksi. Hal ini disebabkan di
samping faktor musim, juga daerah penghasil buah markisa utama di propinsi
Sulawesi Selatan ini hanya terdapat di Kabupaten Gowa dengan hasil rata-rata 17.4
ton per Ha. Sementara daerah lainnya, seperti Kabupaten Sinjai, Tanah Toraja dan
Palmas, hasilnya rata-rata di bawah 1 ton per Ha.

Tanama markisa adalah merupakan hasil perkebunan rakyat. Pada umur satu
tahun, tanaman markisa sudah dapat berbuah dan dipanen dua kali dalam satu tahun.
Musim panen biasanya jatuh pada bukan Juli, Agustus dan September. Sedangkan
musim panen raya terjadi pada bulan Desember, Januari dam Pebruari. Sebagai
tanaman musiman petani tidak mengalami hambatan dalam mengusahakan tanaman
markisa,mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pestisida sampai dengan pemungutan
hasil. Namun masalah yang sering dihadapi petani adalah dalam penjualan hasil
tanaman mereka, yaitu harga yang dibayar terlalu murah, produk mereka sering
ditolak oleh perusahaan, dan kadang-kadang pembayarannya tertunda.

Jadi jika ditarik dalam garis besar masalah yang dihadapi pengusaha markisa
di Kabupaten Gowa adalah antara lain:
1. Bahan baku yang berupa komoditi pertanian belum dapat
mencukupi kebutuhan industri pengolahan secara
berkedinambungan dikarenakan Produk pertanian bersifat musiman
dan sangat dipengaruhi kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas
produk agroindustri tidak terjamin
2. Kemampuan SDM yang terbatas dalam penguasaan manajemen dan
teknologi menyebabkan rendahnya efisiensi dan daya saing produk
agroindustri.
3. Informasi peluang usaha dan pemasaran belum memadai dengan
keterpaduan jaringan bisnis yang baik.
4. Masih adanya kesenjangan pengemhangan wilayah/ dalan hal
investasi.
5. Kurangnya sarana, prasarana dan transportasi.
6. Kemitraan usaha dan keterkaitan antara hulu dan hilir belum
berjalan lancar.
BAB III
PEMBAHASAN
PENUNJANG PENINGKATAN PRODUKSI

3.1 Ketersediaan Bahan Baku

Agroindustri berbasis pangan lokal memerlukan bahan baku berupa hasil


pertanian yang sesuai untuk diproses menjadi produk pangan. Hasil pertanian yang
berasal dari produksi setempat akan mempermudah produsen agroindustri
memperolehnya. Disamping lebih dekat sumber bahan bakunya, harganya bisa lebih
murah dibanding membeli bahan baku dari daerah lain yang lokasinya lebih jauh.
bahwa produksi pertanian setempat mencukupi untuk bahan baku agroindustri yang
ada di wilayah tersebut. Bisa dikatakan bahwa agroindustri tersebut tumbuh seiring
dengan ketersediaan bahan baku yang relatif mencukupi.

Kontinyuitas pasokan bahan baku sangat diperlukan agar agroindustri bisa


beroperasi sepanjang tahun. Buah markisa bersifat musiman tetapi masih bisa
diperoleh sepanjang tahun walaupun jumlahnya berfluktuasi. Pada musim panen
suplai Buah markisa relatif berlimpah, selebihnya bahan baku tersedia tetapi dalam
jumlah yang relatif sedikit. Fluktuasi suplai bahan baku dicerminkan oleh fluktuasi
harga komoditas tersebut. Jumlah permintaan yang relatif tetap sepanjang tahun dan
suplai yang bervariasi antar musim membuat harga barang tersebut berfluktuasi.
Walaupun petani Buah markisa mempunyai persediaan sepanjang tahun tetapi mereka
menjual dalam jumlah relatif banyak pada periode tertentu Pengusaha agroindustri
berupaya membeli bahan baku dalam jumlah relatif lebih banyak pada musim panen
ketika harga murah. Pembelian ini untuk mengkompensasi pembelian yang relatif
sedikit diluar musim panen atau pada waktu pasokan di pasar menipis. Walaupun
demikian pengusaha agroindustri tidak bisa membeli bahan baku sebanyak-
banyaknya pada musim panen atau ketika harga murah. Pembelian dalam jumlah
besar memerlukan biaya yang juga besar. Disamping itu Buah markisa, tidak bisa
disimpan dalam waktu lama. Penyimpanan dalam waktu lama bisa dilakukan tetapi
akan memakan biaya yang relatif besar.
3.2 Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang terampil diperlukan untuk agroindustri walaupun pada taraf
tertentu tidak memerlukan keahlian yang cukup tinggi. Umumnya ketrampilan tidak
diperoleh melalui pendidikan resmi, tetapi pemilik maupun pekerja mendapatkannya
melalui pengalaman. Jika memang masih menguntungkan maka pengusaha
agroindustri berupaya mendatangkan tenaga terampil dari luar daerah. Melalui
pelatihan yang bersifat praktis juga tidak sulit bagi pengusaha agroindustri utuk
mendapatkan tenaga terampil. Pada dasarnya tenaga kerja untuk bekerja di
agroindustri berbasis pangan lokal tersedia dalam jumlah cukup.

Untuk menumbuhkan agroindustri di suatu daerah perlu didukung sumber


daya manusia yang memadai. Dalam hal ini pengelola agroindustri harus mempunyai
jiwa wiraswasta (entrepreneurship). Keuletan sebagai wiraswasta akan mendorong
pelaku usaha secara jeli melihat setiap peluang yang ada dan dengan tangguh akan
mampu mengatasi segala hambatan yang dijumpai.

3.3 Pasar

Produk yang dihasilkan oleh agroindustri umumnya dijual di pasar lokal, yaitu
di tingkat kecamatan atau kabupaten. Beberapa produk dijual ke luar daerah,
misalnya ke kabupaten sekitarnya sampai ibukota Provinsi. Ada juga pengusaha
agroindustri yang mampu menjual ke luar negeri walaupun secara tidak resmi. Akan
lebih baik lagi jika bisa menjual ke luar negeri melalui ekspor resmi. Dalam hal ini
pengusaha agroindustri dituntut mampu menhasilkan produk olahan yang disukai
konsumen dan mampu memasarkan produk tersebut.

Dalam hal pemasaran produk agroindustri harus diperhatikan empat


komponen utama pemasaran, yaitu (i) kualitas produk (product), (ii) tempat
pemasaran (place), (iii) harga produk yang dijual (price), dan (iv) promosi atau iklan
(promotion). Kualitas produk harus dibuat sebaik mungkin agar bisa menarik minat
konsumen. Tempat memasarkan produk harus strategis agar mudah dijangkau oleh
konsumen. Harga jual produk harus terjangkau oleh konsumen dan tetap memberikan
kepada produsen maupun distributor. Sedangkan promosi perlu dilakukan agar
produk lebih dikenal dan bisa bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan
agroindustri lainnya. Misalnya, penjualan makanan lokal di daerah wisata merupakan
cara promosi kepada pengunjung dari luar daerah. Tidak kalah pentingnya adalah
kemaun konsumen untuk membeli produkyang antara lain ditentukan oleh
pendapatan per kapita. Sebagian pengusaha agroindustri di Kabupaten Gowa,
misalnya, menyatakan bahwa daya beli konsumen semakin menurun. Pengusaha
agroindustri menyiasati dengan cara ukuran produk dibuat lebih kecil atau
kualitasnya dikurangi agar harga jualnya tidak naik.

3.4 Investasi dan Kemitraan

Ada kesamaan kebutuhan investasi untuk pengembangan agroindustri di


semua wilayah. Investasi tersebut diperlukan untuk memasarka produk agroindustri
setempat ke daerah lain. Bisa juga dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan
perusahaan pemasaran yang sudah ada di tingkat provinsi maupun nasional. Salah
satu kendala yang dihadapi pengusaha agroindustri adalah sedikitnya penyerapan
pasar lokal. Perluasan pasar oleh perusahaan pemasaran akan meningkatkan skala
usaha. Pemasaran kurang efektif jika dilakukan oleh setiap usaha agroindustri karena
skalanya terlalu kecil, kurang efisien, serta sulit menembus pasar di daerah lain atau
tingkat nasional.

Investasi alat pengolah limbah sangat diperlukan bagi agroindustri buah


markisa. Pembuangan limbah tanpa pengolahan sama sekali membuat polusi yang
merugikan masyarakat sekitar atau di sepanjang daerah aliran sungai yang dilalui
limbah tersebut. Perlu dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten untuk
pengolahan limbah agroindustri buah markisa. Sedangkan investai unutk peralatan
agroindustri relatif belum diperlukan, atau sebagian sudah bisa dipenuhi dari pasar
seperti genset, karena umumnya menggunakan perlatan sederhana.

Infrastruktur yang memadai akan memudahkan pengusaha agroindustri


membeli bahan baku, melakukan pengolahan, distribusi produk, serta melakukan
komunikasi dengan konsumen. Investasi infrastrukur ini harus diprakarsai oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
BAB VI

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Bahan baku agroindustri berbasis pangan lokal tersedia dalam jumlah yang
cukup di setiap wilayah penelitian, walaupun ada fluktuasi suplai antar musim setiap
tahun. Usahatani buah markisa masih menguntungkan walaupun relatif kecil

Fluktuasi buah markisa lebih besar daripada sirup esensi. Harga tersebut
sangat dipengaruhi mekanisme pasar sehingga jumlah suplai sangat mempengaruhi
harga jual karena permintaannya relatif tetap. Agroindustri berbasis buah markisa
berada dalam posisi putar haluan, yaitu mengatasi kelemahan yang ada untuk
memnafaatkan peluang yang tersedia.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatan maksimum dari ketiga


pelaku usaha agroindustri markisa maka perlu secara terintegrasi menjalin suatu pola
kemitraan yang saling menguntungkan masing-masing pihak melalui penerapan
sistem agribisnis secara terpadu ; Agar supaya usahatani yang digeluti oleh petani
produsen markisa, pedagang perantara dan pengusaha pengolah markisa secara
bersama-sama dapat terintegrasi dalam memperoleh nilai tambah bagi peningkatan
pendapatannya secara maksimal, maka upaya pertama yang perlu dilakukan adalah
realokasi penggunaan faktor-faktor produksi baik oleh Petani sendiri, Pedagang
Perantara, dan Pabrikan/pengolah markisa agar supaya tidak terjadi lagi kelebihan
penggunaan faktor-faktor produksi ; Untuk mempertahankan dan mengembangkan
industri markisa di Kabupaten Gowa sebagai pusat pengembangan agroindustri
markisa di Sulawesi Selatan, perlu dukungan dari instansi/lembaga terkait yang dapat
lebih memampukan petani markisa baik dalam hal pembinaan kelembagaan
usahatani, bantuan teknis produksi, permodalan dan pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Internet.http://id.wikipedia.org/wiki/agroindustri
Internet. http://www.scribd.com.
Bahar Farid ,santika Adhi dan Winarno M,1993. Pemilihan dan Penerapan Teknologi
Tepat Guna Uasaha Agroindustri Buah-Buahan Tropis Potensial. Penerbit
Bangkit PT.Insanmitra Satyamandiri. Jakarta..
Djabir Hamzah. 1993. Realokasi Produksi Dan Efesiensi Pemasaran Sayur-Sayuran
Dataran Tinggi Di Sulawesi Selatan. PPS UNHAS. Ujung Pandang..
Sallatang, Arifin dkk. 1996. Bantuan Teknis Kemitraan Agribisnis Markisa Di
Sulawesi SelatanUniversitas Hasanuddin dan Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Tingkat I Sulawesi Selatan. Ujung Pandang.
Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-2009.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENGEMBANGAN
AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL BUAH
MARKISA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Agroindustri
Yang Dibimbing oleh Bapak Dr.Ir. Imam Santoso MP

Bety Oktavianita
105100701111001

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


MINAT BISNIS PANGAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2010

You might also like