Professional Documents
Culture Documents
2
ISSN : 2087-2879
HUBUNGAN TUBERKULOSIS DENGAN HIV/AIDS
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu infeksi paling sering pada penderita HIV/AIDS. Akibat kerusakan
cellular immunity oleh infeksi HIV menyebabkan berbagai infeksi oportunistic, seperti TB. Angka kematian
akibat infeksi TB pada penderita HIV lebih tinggi, TB merupakan penyebab kematian tersering (30-50%)
pada penderita HIV/AIDS. Mekanisme infeksi TB pada penderita HIV melalui : reaktivasi, infeksi baru
yang progresif. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas pada sistem imunitas seluler sehingga terjadi
koinfeksi. Infeksi TB mengakibatkan progresifitas perjalanan HIV/AIDS yang lebih cepat hingga kematian .
ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is one of the most common infections in people with HIV / AIDS. Due to damage to
cellular immunity by HIV infection causes a variety of opportunistic infections, such as tuberculosis.
Mortality due to TB infection is higher in patients with HIV, TB is the most common cause of death (30-50%)
in patients with HIV / AIDS. Mechanisms of TB infection in people with HIV: reactivation, new infections are
progressive. HIV infection resulted in extensive damage to the immune system, causing cellular coinfection.
TB infection resulting in progressive way HIV / AIDS is more rapid until death.
162
Idea Nursing Journal Mulyadi,dkk
163
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2
macrophage- CSF, IL-1α, IL-1β, IL-6, IL-8 famili Retroviridae, subfamili Lentivirinae,
dan IL-10. Pengaruh sitokin tersebut genus Lentivirus. Berdasarkan strukturnya
menghambat peran antimikrobial, memicu HIV termasuk famili retrovirus obligat
gejala demam, mengakibatkan nekrosis intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di
jaringan. Tetapi LAM tidak menginduksi dalam sel host, dan merupakan virus RNA
transkripsi mRNA dari sitokin yang dengan berat molekul 9,7 kb (kilobase ).
mestinya diproduksi limfosit seperti Maifestasi TB pada HIV dapat berupa
limfositokin, IFN-γ, IL-2, IL-3, IL-4. TB paru atau infeksi di luar paru. TB ekstra
Struktur yang lebih sederhana dari LAM pulmonal lebih sering terjadi pada penderita
adalah Limpomannan (LM) dan HIV sampai 70% dibanding populasi
phosphatidylinositol mannosides (PIM). LM umum, dapat berupa limfadenitis TB, infeksi
tidak memiliki Arabian, sementara PIM pada saluran genital, saluran kencing,
memiliki arabain dan residu mannan. LAM, susunan saraf pusat dan sumsum tulang,
LM dan PIM menginduksi transkripsi biasanya terjadi pada CD4 <400 sel /mm3.
mRNA sitokin sehingga dapat memicu Di negara maju resiko terinfeksi MTB pada
munculnya manifestasi klinis tuberkulosis penderita HIV adalah 50% sedangkan orang
seperti demam, penurunan berat badan, dengan HIV negatif hanya 5-10%. Di Asia
nekrosis jaringan dan kakeksia. Ada tiga Tenggara, infeksi sekunder TB mencapai
mekanisme yang menyebabkan terjadinya 40%, pada tahun 2005 di UPIPI RSU Dr
TB pada penderita HIV, yaitu reaktivasi, Soetomo men manifestasi AIDS akibat
adanya infeksi baru yang progresif serta infeksi sekunder TB paru mencapai 25-83%.
terinfeksi. Penurunan CD4 yang terjadi Tabel 2. HIV koinfeksi TB umur 15 - 49
dalam perjalanan penyakit infeksi HIV akan tahun (Sumber:WHO, 2004)
mengakibatkan reaktivasi kuman TB yang Jumlah HIV
dorman. Data dari Rwanda dan Zaire Regio WHO koinfeksi TB Persentase
menunjukkan bahwa pengidap HIV yang (per 1000)
telah pernah terinfeksi TB (Mtx positif)
Afrika 7979 70
ternyata 20 kali lebih sering mendapat TB.
Pada penderita HIV jumlah serta Amerika 468 4
fungsi sel CD4 menurun secara progresif,
Mediterania 163 1
serta gangguan pada fungsi makrofag dan
monosit. CD4 dan makrofag merupakan Eropa 133 1
komponen yang memiliki peran utama Asia
dalam pertahanan tubuh terhadap 2269 20
Tenggara
mikobakterium. Salah satu aktivator Pasifik Barat 427 4
replikasi HIV di dalam sel limfosit TB
adalah tumor necrosis factor alfa. Sitokin ini Total 11440 100
dihasilkan oleh makrofag yang aktif dan
dalam proses pembentukan jaringan
granuloma pada TB. Kadar bahan ini 3-10 MANIFESTASI
kali lebih tinggi pada mereka yang terinfeksi
TB dengan HIV-AIDS dibandingkan dengan Manifestasi klinis TB pada HIV/AIDS
yang terinfeksi HIV saja tanpa TB. menyerupai akibat infeksi lain, berupa
Tingginya kadar tumor necrosis factor alfa demam berkepanjangan (100%), penurunan
ini menunjukkan bahwa aktivitas virus HIV berat badan dramatis (74%), batuk (37%),
juga dapat meningkat, yang artinya diare kronis (28%), meningitis (12%), sesak
memperburuk perjalanan penyakit AIDS. nafas (5%), Hematochezia (3,5%), Obstruksi
Pada penelitian lain dijumpai adanya saluran cerna (2,6%). Menurut WHO
peningkatan kadar beta 2 mikroglobulin manifestasi koinfeksi dapat ditinjau dari
pada penderita HIV/AIDS dengan TB. keluhannya berupa infeksi menular seksual,
Acquired immune deficiency herpes zoster (sering disertai jaringan parut),
syndrome (AIDS) disebabkan oleh HIV pneumonia (baru atau rekuren), infeksi
adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam bakteri berat, baru masuk program terapi
164
Idea Nursing Journal Mulyadi,dkk
OAT, penurunan berat badan > 10% dari paru adalah pemeriksaan BTA sputum, foto
berat badan basal, diare kronis > 1 bulan, thorax dan bila memungkinkan pemeriksaan
nyeri retrospinal saat menelan (curiga CD4.
kandidiasis esophageal), kaki terasa panas Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat
akibat neuropati perifer sensorik. Sedangkan penyakit, pemeriksaan langsung sputum 3
gejala yang timbul berupa jaringan parut hari berturut-turut, faktor resiko HIV, foto
akibat herpes zoster, rash kulit popular dan thorak terlihat pembesaran kelenjar hilus,
gatal, sarkoma kaposi, limpadenopati infiltrat di apek paru, efusi pleura, kavitas
generalisata simetris, kandidiasis oris, paru atau gambaran TB milier. Sensitivitas
kheilitis angularis, gingivitis necrotizing, pemeriksaan sputum BTA pada penderita
ulserasi aphthous besar, ulserasi genital HIV/ AIDS sekitar 50%, tes tuberkulin
dengan nyeri persisten. positif pada 30 - 50% pasien HIV/AIDS
Radiologis : Hasil pemeriksaan radiologi dengan TB.
paru sangat tergantung pada luas dan Diagnosis presumtif ditegakkan
beratnya kerusakan serta penyulitnya. berdasarkan ditemukannya basil tahan asam
Laboratoris : Pada infeksi dini (CD4 > (BTA) pada spesimen dengan gejala sesuai
200/mm3), sputum mikroskopis sering TB atau perbaikan gejala setelah terapi
positif dibandingkan pada infeksi lanjut OAT. Diagnosis definitif TB pada penderita
(CD4 < 200/mm3) yang sering negative, HIV/AIDS adalah dengan ditemukannya
keadaan mikrobakteremia dijumpai pada MTB pada pembiakan spesimen.
infeksi lanjut.
RINGKASAN
DIAGNOSIS Gambaran klinis HIV koinfeksi TB
Pada daerah dengan angka prevalensi bervariasi berupa infeksi menular seksual,
HIV tinggi atau di populasi dengan herpes zoster (sering disertai jaringan parut),
kemungkinan koinfeksi TB-HIV, konseling pneumonia (baru atau rekuren), infeksi
dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk bakteriil berat, sedang terapi OAT,
seluruh penderita TB secara rutin. Pada penurunan berat badan > 10% dari berat
daerah dengan angka prevalensi HIV badan basal, diare kronis > 1 bulan, nyeri
rendah, konseling dan pemeriksaan HIV retrospinal saat menelan (curiga kandidiasis
hanya diindikasikan pada pasien TB dengan esophageal), kaki terasa panas akibat
keluhan dan tanda yang diduga neuropati perifer sensorik. Sedangkan gejala
berhubungan dengan HIV dan pada pasien yang timbul berupa jaringan parut akibat
TB dengan riwayat resiko tinggi terpajan herpes zoster, rash kulit popular dan gatal,
HIV. TB paru yang memerlukan uji HIV sarkoma kaposi, limpadenopati generalisata
yaitu : riwayat perilaku resiko tinggi simetris, kandidiasis oris, kheilitis angularis,
tertular HIV, hasil pengobatan OAT tidak gingivitis necrotizing, ulserasi aphthous
memuaskan, MDR TB / TB kronik. besar, dan ulserasi genital dengan nyeri
Pemeriksaan minimal yang perlu persisten. Pengobatan pasien TB-HIV adalah
dilakukan untuk memastikan diagnosis TB dengan mendahulukan pengobatan TB.
Tabel 3. Gambaran TB-HIV
Infeksi dini Infeksi lanjut
(CD4 > 200 / mm3) (CD4 < 200 / mm3)
165
Idea Nursing Journal Vol. II No. 2
Aditama TY. (2009). Terapi ARV pada Ormerod LP. (2003). Clinical Features and
Pasien dengan Koinfeksi TB dan HIV. management of Tuberculosis. In:
Dalam : Surya A, dkk (Ed). Pedoman Gibson GJ, et.al (Ed). Respiratory
Nasional Terapi Antiretroviral. Edisi Medicine. 3rd edition. London :
2 Departemen Kesehatan Republik Saunders.
Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan WHO. (2009). TB Impact Measurement.
Penyehatan Lingkungan, Jakarta : 56 Geneva
166