You are on page 1of 13

TUGAS MAKALAH

KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEMISKINAN

NAMA : ARIANTI UMBU ZOGARA

NIM :2014610018

KELAS :A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUANA TUNGGADEWI

MALANG

2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dua abad terakhir penduduk bumi melonjak drastis sebesar lima milyar. Padahal
untuk mencapai jumlah satu milyar bumi membutuhkan waktu sekitar 2 juta tahun sampai pada
abad ke 19. Jumlah penduduk yang sangat besar ini mengakibatkan suhu bumi naik cukup
signifikan. Konsentrasi CO2 meningkat 25% di atmosfer dan lebih dari 50% hutan tropis yang
berfungsi sebagai paru-paru dunia beralih fungsi dengan berbagai alasan.
Di sisi lain FAO mengungkapkan bahwa sekitar 850 penduduk bumi masih menderita
kekurangan pangan. Fenomena-fenomena ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia
yang terus dipacu akhirnya harus “bertabrakan” dengan kapasitas lingkungan (ecosphere
capacity) sehingga justru akan menghancurkan kinerja pertumbuhan itu sendiri (self-destructive).
Pada negara berkembang di kawasan Asia Tenggara keadaan ini diperparah dengan adanya
ledakan penduduk usia muda pada kota-kota besar. Penyebab utamanya adalah urbanisasi. Hal
ini berdampak pada transisi demografi secara nasional. Keterbatasan lapangan kerja dan
daya dukung lingkungan mengakibatkan tumbuhnya kemiskinan di perkotaan.
Mencermati ketidakstabilan dunia di atas, dapat dipahami bahwa dampak signifikan
pertumbuhan penduduk dunia terhadap lingkungan sesungguhnya berjalan dalam sebuah tatanan
yang teramat kompleks karena melibatkan begitu banyak aktor, seperti : kebijakan
pembangunan, sistem kelembagaan dan hukum, hubungan internasional, ketimpangan akses
terhadap teknologi dan modal, ketidakmeratan distribusi sumberdaya alam, perdagangan
bebas, mobilitas manusia, industrialisasi, budaya, perilaku manusia, dan sebagainya. Melalui
sistim yang kompleks itulah, selama berabad-abad lamanya alam “dipenjara” oleh kepentingan
manusia.Rahasia-rahasia alam terus di eksploitasi, sehingga dunia terus berubah secara
fundamental ke arah yang semakin buruk.
B. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengapa kemiskinan yang berkelanjutan dan pembangunan tidak berwawasan lingkungan
menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan ?
2. Apa saja solusi untuk menanggulangi masalah lingkungan yang buruk akibat kemiskinan ?
3. Bagaimana menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan
C. Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab terjadinya kerusakan lingkungan akibat kemiskinan yang berkelanjutan
dan pembangunan tidak berwawasan lingkungan.
2. Mengetahui solusi untuk menanggulangi masalah lingkungan yang buruk akibat kemiskinan.
3. Mengetahui cara menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemiskinan dan Kemiskinan di Indonesia.


Kemiskinan secara harfiah dapat dikatakan sebagai keadaan tidak memiliki apa-apa
secara cukup. Dalam berbagai pandangan ada tiga jenis kemiskinan yang sering dikemukakan
yaitu kemiskinan struktural, kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan structural
dimengerti sebagai kemiskinan yang timbul sebagai akibat dari kebijakan pemerintah dan
perilaku korporasi yang membuat masyarakat miskin, tidak atau sedikit sekali memiliki akses
terhadap ekonomi produktif. Kemiskinan relatif merupakan kemiskinan yang timbul tidak
hanya dilihat dari aspek pendapatan semata namun juga keadaan hidup dalam lingkungan
sosial. Sedangkan kemiskinan absolut menurut Sumodiningrat, yaitu kemiskinan yang diukur
dari tingkat kemampuan untuk membiayai hidup minimal sesuai dengan martabat hidup yang
manusiawi.
Berbagai lembaga-lembaga yang berkaitan dengan kemiskinan sering memakai
kemiskinan absolute sebagai patokan. Hal ini dikarenakan pada pengertian kemiskinan
absolut, kemiskinan itu dapat diukur dengan suatu nilai. Bank Dunia mendefinisikan
kemiskinan absolut sebagai keadaan hidup dengan pendapatan dibawah USD 1/hari dan
kemiskinan menengah dengan pendapatan USD 2/hari. Di Indonesia, kemiskinan diukur
pula dengan harga komoditas pokok yang penting seperti beras. Kemiskinan yang akut di
negara-negara berkembang menjadi penyebab utama berlangsungnya kerusakan lingkungan
hidup. Negara berkembang dapat didefinisikan sebagai negara yang sedang melalui tahap-tahap
menuju perkembangan pada aspek-aspek tujuan negara tersebut. Indonesia dikatakan sebagai
negara yang sedang berkembang, karena sebagian besar penduduknya adalah bermata
pencaharian sebagai petani.
Kemiskinan di Indonesia pada Maret 2010 oleh survey BPS mencapai 34,96 juta orang
atau 15% dari total penduduk Indonesia. Meskipun angka ini turun, menurut Bappenas pada
tahun 2011 diperkirakan terjadi penurunan persentase kemiskinan menjadi 12-14% di Indonesia.
Kemiskinan di Indonesia tidak hanya terjadi di daerah namun juga di kota besar seperti Jakarta
dan Surabaya. Seiring dengan perkembangan IPTEK, masih banyak juga keterbelakangan
penduduk Indonesia akan IPTEK ini. Sehingga banyak para penduduk Indonesia yang tidak
mempunyai ketrampilan dan pengetahuan yang berusaha mencari peluang di perkotaan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan adanya hal ini alasanan tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan guna lahan di perkotaan. Mereka yang tidak mampu membeli lahan di
pusat perkotaan, mulai mendirikan bangunan di kawasan-kawasan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung, hutan kota, rawa, dan lain-lain sebagai tempat tinggal untuk mencari
pekerjaan.
Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola pemikiran sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber
daya dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Di sisi lain, kemiskinan yang disebabkan oleh
factor alamiah seperti perbedaan usia, perbdaan tingkat kesehatan, perbedaan geografis
tempat tinggal, dll. Kemiskinan yang bersifat cultural (kebudayaan) misalnya etika kerja, pola
hidup, dsb. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk,
dikarenakan : tidak ada air bersih untuk di konsumsi, tidak tersedianya infrastruktur sistem
pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan untuk
pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Orang miskin dipaksa keluar dari lahan yang strategis dan potensial, sehingga seringkali
tidak punya pilihan selain mengambil secara maksimal sumberdaya yang terbatas di sekitar
mereka. Mereka terus mencari tempat di dekat sumber-sumber alam khususnya air, dan
membangun pemukiman kumuh di tempat itu. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
komunitas miskin hidup dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk.
Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan
hubungan yang sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara
degradasi lingkungan dan dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu :
1. Kesehatan linkungan (environmental health) : masyarakat miskin sangat menderita jika air,
udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi.
2. Sumber penghidupan (livelihoods) : masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung
secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air
terdegradasi maka masyarakat miskin akan merasakan dampak yang cukup signifikan.
3. Kerentanan (vulnerabiliti) : masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya
lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut.
Factor yang menyebabkan kemiskinan:
1. Pendapatan tidak merata
2. Miskinnya straregi kebijakan pembangunan
3. Kurangnya lapangan pekerjaan
4. Kualitas SDM / keterbatasan SDM professional
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Ketidaksempurnaan pasar
7. Perbedaan akses dalam modal
B. Pembangunan Tidak Berwawasan Lingkungan.
Pembangunan tidak berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang tidak
mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara tidak
menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.
Setidaknya ada dua hal yang ditengarai menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan,
yaitu pertumbuhan penduduk yang relative cepat dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pertumbuhan penduduk yang relative cepat berimplikasi pada ketersediaan lahan
yang cukup untuk menopang tuntutan kesejahteraan hidup. Sementara lahan yang bersifat tetap
dan tidak bertamnah sehingga menambah beban lingkungan hidup. Daya dukung alam
ternyata semakin tidak seimbang dengan laju tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup
penduduk.
Atas dasar inilah, eksploitasi sistematis terhadap lingkungan secara terus menerus
dilakukan dengan berbagai cara. Sementara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sebenarnya diharapkan dapat member kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia ternyata
harus dibayar mahal, oleh karena dampaknya yang negative terhadap kelestarian lingkungan,
Pertumbuhan industry, sebagai hasil rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi banyak di
Negara maju terbukti telah membuat erosi tanah dan pencemaran limbah pada tanah
pertanian yang menyebabkan terjadinya proses penggaraman (solinizasi) atau penggurunan
(desertifikasi) pada lahan pruktif.
C. Aspek Lingkungan dan Keadaan Lingkungan di Indonesia
Lingkungan merupakan aspek penting bagi kehidupan Indonesia. Lingkungan serta
keberagamannya bukan hanya menjadi ikon bagi Indonesia namun juga sudah menjadi bagian
dari Indonesia itu sendiri. Lingkungan di Indonesia berupa hutan serta keragaman
biodiversitasnya, lingkungan perairan termasuk didalamnya pesisir dan kelautan, lingkungan
daerah atau pedesaan, dan lingkungan perkotaan serta lingkungan yang bersifat alamiah
lainnya yang terikat dalam suatu kesatuan wilayah. Lingkungan itu sendiri melibatkan aspek
kehidupan masyarakat dalam kehidupan sosialnya.
Keadaan lingkungan di Indonesia dalam dua dekade terakhir menunjukkan gejala
yang memprihatinkan. Kerusakan hutan di Indonesia menjadi persoalan serius yang menjadi
sorotan dunia. Ada dua bentuk pengrusakan hutan yang paling sering dilakukan yaitu
pembalakan liar dan penambangan liar. Kedua bentuk pengrusakan tersebut juga berperan
serta terhadap perubahan iklim secara global. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
lingkungan di Indonesia menjadi pantauan masyarakat dunia. Bentuk kerusakan lingkungan
lain yang muncul di Indonesia ialah kerusakan lingkungan di wilayah perkotaan. Masalah
sampah, drainase, dan polusi menjadi permasalahan penting yang sering menggangu kota-
kota besar. Akibat yang sering muncul adalah masalah banjir yang berimbas langsung pada
kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi perkotaan.
Kemiskinan dan kerusakan lingkungan berkorelasi positif. Bahkan keduanya memiliki
hubungan kausalitas derajat polinomial. Pada derajat pertama, kemiskinan terjadi karena
kerusakan lingkungan atau sebaliknya lingkungan rusak karena kemiskinan. Pada tingkatan
polinomial berikutnya, kemiskinan terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan karena
kemiskinan periode sebelumnya. Hal sebaliknya berpeluang terjadi, lingkungan rusak karena
kemiskinan yang dipicu oleh kerusakan lingkungan pada periode sebelumnya. Kerusakan
lingkungan yang timbul sebagai akibat kemiskinan merupakan hal yang paling sering ditemui
di Indonesia. Masalah kerusakan lingkungan hutan yang ada terutama disebabkan masalah
ekonomi yang ada dalam masyarakat di daerah. Masyarakat dibuai dengan keuntungan yang
akan diperoleh apabila menjual kayu secara ilegal. Keinginan untuk meningkatkan taraf
hidup menjadi dasar dalam pengrusakan lingkungan.
Hal yang sama muncul dalm banyak kasus kerusakan lingkungan, penambangan rakyat
seperti penambangan emas di Sulawesi, penambangan timah di Pulau Bangka, penambangan
batubara di Padang dan Kalimantan, dan masih banyak tindakan lainnya yang memang
merusak lingkungan untuk meningkatkan taraf hidup dari miskin menjadi sejahtera.
Bentuk masalah lain yang muncul sebagai akibat hubungan kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh kemiskinan yaitu kehidupan masyarakat miskin di wilayah perkotaan.
Masyarakat miskin di perkotaan memiliki masalah permukiman terutama di kota
besar seperti Jakarta. Ketidakberadaan pemukiman bagi masyarakat miskin di perkotaan
mengakibatkan masyarakat miskin bermukim di wilayah yang seharusnya tidak digunakan
untuk bermukim. Jakarta sebagai contoh misalnya, penggunaan bantaran sungai sebagai tempat
bermukim tentu menimbulkan masalah lingkungan yang besar. Berkurangnya daerah terbuka
hijau dan terpakainya daerah penyangga aliran sungai akan berefek buruk pada keberlanjutan
lingkungan daerah aliran sungai. Banjir pun akan sering muncul karena keberadaan vegetasi
yang tergantikan dengan pemukiman. Pada hubungan kemiskinan yang ditimbulkan oleh
kerusakan lingkungan, kemiskinan timbul karena efek perubahan lingkungan yang ada.
Kerusakan lingkungan membuat perubahan pola sosial masyarakat berubah dan
berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi. Hal ini misalnya terjadi pada masyarakat suku
pedalaman dimana hutan sudah dirambah sehingga kehidupan masyarakat berubah dan
berpengaruh terhadap ekonomi karena makanan yang selam ini tersedia sudah berkurang.
Kehidupan ini akhirnya mengubah kehidupan sosial dimana mereka harus mencari makanan di
luar kebiasaan dan untuk mendapatkannya perlu untuk bekerja di luar kebiasaan yang ada. Jika
tidak mampu untuk berubah maka terjadi kemiskinan. Bentuk lain hubungan ini yaitu
kerusakan secara langsung mempengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Hal ini misalnya terjadi pada tempat yang mengalami bencana seperti longsor dan
banjir karena kerusakan lingkungan. Akibatnya, masyarakat mengalami kerugian material dan
berdampak pada kehidupan. Petani, misalnya tentu akan mengalami kerugian luar biasa apabila
terjadi banjir dan akhirnya mengalami kesulitan ekonomi. Hubungan yang saling berpengaruh ini
perlu dipelajari dengan baik sehingga dapat diambil kebijakan yang dapat mengakomodir
antara ketersediaan lingkungan dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar lingkungan.
Kekurangan sadaran akan pentingnya lingkungan dan besarnya nilai ekonomi yang ada dalam
keadaan lingkungan menjadi penyebab utama hubungan yang tidak baik ini. Lingkungan yang
dikelola dengan baik dengan memperhatikan juga. kehidupan sosial masyarakat disekitarnya
sehingga dapat diperoleh kesejahteraan bagi orang banyak.
D. Solusi Untuk Menanggulangi Masalah Lingkungan yang Buruk Akibat
Kemiskinan.
Orang miskin terpaksa untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam secara
berlebihan agar bisa bertahan hidup, dan pengabaian mereka terhadap lingkungan pada akhirnya
mengabaikan mereka, hingga pada akhirnya kemampuan mereka untuk bertahan hidup menjadi
semakin sulit dan tidak pasti. Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara hubungan
kemiskinan- lingkungan di wilayah desa dan kota. Pertama, dalam konteks desa masyarakat
lebih bergantung secara langsung kepada alam untuk sumber penghidupan, di banding orang
kota yang lebih mengutamakan kegiatan ekonomi berbasis uang.
Kemudian yang kedua adalah, bahwa orang miskin di kota lebih kecil perannya
dalam kerusakan lingkungan dari pada dampak dari industrialisasi. Ketiga, kerusakan di kota
umumnya terkait dengan masalah dampak kesehatan. Oleh karena itu penyebab dan
konsekuensi masalah keterbatasan pada berbagai sumber di kota akan lebih tepat dibahas
melalui perspektif kebijakan atau konteks ekonomi politik dari pada melalui penanganan
langsung kepada proses atau daur lingkungan itu sendiri. Sejumlah penelitian telah
mengidentifikasi bahwa masalah lingkungan di kota mungkin mengalami transformasi yang
beragam melalui tahap tertentu. Fase awal ditunjukkan oleh meningkatnya patogen biologis atau
mikro organisme yang mengakibatkan sanitasi yang buruk, rendahnya ketersediaan air bersih
dan sistem pembuangan limbah cair. Tahap lanjutannya adalah merebaknya polusi air dan
udara, baik yang disebabkan oleh industri maupun oleh masyarakat.
Orang-orang miskin yang hidup di pinggir kali, menjadikan kali sebagai tempat
pembuangan limbah cair dan padat sekaligus menjadikan kali sebagai tempat sumber air untuk
keperluan MCK (mandi, cuci, kakus), bahkan untuk kebutuhan konsumsi minum dan
memasak makanan.
Solusi yang dapat di berikan untuk menanggulangi masalah ini agar tidak
menimbulkan masalah berkelanjutan adalah dengan cara:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai,
2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan kamar mandi umum yang memadai di daerah pemukiman padat
penduduk,
3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan.
E. Menciptakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan
berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana
merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia,
pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta pembangunan yang berkesinambungan.
Agar pembangunan yang berwawasan lingkungan ini dapat berjalan dengan baik, maka
pembangunan tersebut perlu memiliki pandangan jauh ke depan yang dirumuskan sebagai visi
pembangunan. Dan dapat diimplementasikan ke dalam pembangunan jangka panjang secara
ideal serta berorientasi kepada kepentingan seluruh rakyat.
Visi pembangunan yang dimaksud adalah tercapainya peningkatan kualitas hidup seluruh
masyarakat melalui: pengembangan kecerdasan, pengembangan teknologi, ketrampilan dan
moral pembangunan sumber daya manusia yang tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, serta seni untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan
berkesinambungan. Oleh karena itu, pembangunan harus mengandung makna perkembangan dan
perbaikan kualitas hidup masyarakat melalui keadilan. Berhasil atau tidaknya visi ini sangat
tergantung pada misi pembangunan melalui strategi pembangunan yang dijalankan. Strategi
pembangunan adalah usaha untuk meningkatkan potensi sumber daya manusia dalam
mendayagunakan sumber daya alam dengan segenap peluang serta kendalanya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
1. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala perencanaan yang baik
dan layak.
2. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan
barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi, yang berdampak positif bagi
kelangsungan hidup pembangunan itu sendiri.
3. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan, sehingga sesuai dengan
rencana dan tujuannya.
Selain itu pembangunan harus dilaksanakan sesuai misinya, seperti adanya rencana
pembangunan dan pemantauan, harus dilakukan pengevaluasian serta pengauditan. Bertujuan
untuk memberikan umpan balik yang diperlukan bagi penyempurnaan pelaksanaan maupun
tahap perencanaan pembangunan berikutnya. Sosok final dari konsep pembangunan
berkelanjutan belum terlihat jelas, kendati berbagai konvensi internasional dan pertemuan-
pertemuan besar telah melahirkan berbagai gagasan maupun kesepakatan termasuk yang
mempunyai implikasi hukum secara internasional. Namun demikian, pada garis besarnya proses
menuju pelaksanaan pembangunan berkelanjutan meliputi tindakan-tindakan di bidang kebijakan
publik yang meliputi antara lain:
1. Kebijakan konservasi dan diversifikasi energi, ke arah pengurangan penggunaan energi fosil dan
makin dominannya penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.
2. Kebijakan kependudukan untuk menahan laju pertumbuhan penduduk sampai ke tingkat yang
dapat ditenggang oleh keberadaan sumber daya alam dan dapat terlayani baik oleh fasilitas
publik di bidang kesejahteraan rakyat.
3. Kebijakan spatial untuk menjamin penggunaan ruang wilayah sehingga berbagai kegiatan
ekonomi manusia dapat berjalan secara serasi didukung oleh infrastruktur fisik yang memadai,
sekaligus juga menyediakan sebagian ruang alam di darat dan di perairan untuk konservasi
sumber daya alam.
4. Kebijakan untuk menanamkan budaya dan gaya hidup hemat, bersih dan sehat, sehingga kualitas
hidup manusia dapat terjamin dengan menghindarkan pemborosan energi, material dan
mengurangi tindakan medik kuratif.
5. Kebijakan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan untuk menjamin tersedianya
kebutuhan dasar manusia akan air bersih, udara bersih, sumber-sumber makanan dan pencegahan
bencana.
6. Kebijakan di bidang hukum, informasi, pemerintahan, ekonomi, fiskal dan pendidikan dan
lainnya untuk menunjang hal-hal di atas. Misal Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan
Aspek Hukum Perlindungan Lingkungan dan Dasar Hukum dari Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) adalah:
1. Keputusan Menteri KLH No.12/MENLH/3/94 tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
2. Keputusan Menteri KLH No.11/MENLH/3/1993 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Keputusan KLH No.14/MENKLH/3/1994 tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
4. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.
5. Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri yang Berhubungan Dengan Baku Mutu
Lingkungan (BML).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telah terungkap apabila faktor-faktor kemiskinan dan pembangunan yang tidak
berwawasan lingkungan menjadi factor utama terjadinya kerusakan lingkungan. Maka dari itu di
perlukan solusi untuk mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan dan mengurangi
dampak kerusakan lingkungan akibat dari terjadinya kemiskinan tersebut.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana
dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan berimbang haruslah berorientasi pada kebutuhan pokok hidup manusia,
pemerataan sosial, peningkatan kualitas hidup, serta pembangunan yang berkesinambungan.

B. Saran
Saran yang dapat di berikan untuk menanggulangi masalah ini agar tidak
menimbulkan masalah berkelanjutan adalah dengan cara:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti
contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya
aliran sungai,
2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,
serta pembangunan kamar mandi umum yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk,
3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan
lingkungan.
Kebijakan yang dapat dilakukan adalah kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan
yang berkenaan dengan upaya rendaya gunaan sumber daya alam dengan tetap mempertahankan
aspek-aspek pemeliharaan dan pelestarian lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

 Achun. “Pembangunan Berwawasan Lingkungan”, (http://achun. /, diakses, 12 November


2011).
 Gilbert, Alan dan Josef Gugler. Urbanisasi dan Kemiskinan. Yogyakarta : Tiara Wacana
Yogya. 1996.
 http:// /kemiskinan akibat kerusakan lingkungan.html/. (diakses, 11 November 2011).
 http:// /pembangunan tidak berwawasan lingkungan.html/. (diakses, 11 November 2011).
 Irza, Hamdi. “Pembangunan Berkelanjutan Untuk Mengatasi Kemiskinan Sebagai Upaya
Pengembangan Wilayah Berbasis Penataan Ruangan”. (http:// /, diakse, 11 November 2011).
 Sihotang, Amri P. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
.

You might also like