You are on page 1of 68

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG


PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:
Alvin Rifqy
109103000039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini penyusun menyatakan bahwa :

1. Penelitian ini merupakan hasil karya asli penyusun yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang penyusun gunakan dalam penulisan ini telah

dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

penyusun atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, penyusun

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 12 September 2012

Alvin Rifqy

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA
ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked)

Oleh:
Alvin Rifqy

NIM : 109103000039

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Yanti Susianti, Sp.A dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M

iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG TUBERKULOSIS DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG
PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012 yang
diajukan oleh Alvin Rifqy (NIM: 109103000039), telah diujikan dalam sidang di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 21 September 2012. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 21 September 2012

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

dr. Yanti Susianti, Sp.A

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Yanti Susianti, Sp.A dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS

Penguji 1 Penguji 2

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD dr. Risahmawati, PhD

PIMPINAN FAKULTAS

DEKAN FKIK UIN KAPRODI PSPD FKIK UIN

Prof. Dr(hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And Dr. dr. Syarief Hasan Luthfie, Sp.KFR

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG
pada Anak di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012” ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa bantuan dari berbagai pihak sangat berperan
dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, Sp.And dan dr. Djauhari Widjajakusumah
AIF, PFK selaku Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kaprodi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Pembimbing riset penulis, dr. Yanti Susianti, Sp.A dan dr. Mukhtar
Ikhsan, Sp.P(K), MARS yang telah mengarahkan dan memberi perhatian
kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset
Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2009.
5. Orang tua penulis, Ayahanda Drs. Ahmad Riyadi, M.Si, M.Pd dan Ibunda
Dra. Noor Ainah, M.Fil.I yang selalu memberi semangat dan mendukung
penulis dalam menempuh pendidikan di kedokteran.
6. Sahabat-sahabat sekelompok riset, antara lain Ayu Indriyani Munggaran,
Ayu Wilda Ainusyifa, Nur Afida Fauzia, dan Salwa dan yang selalu
mengingatkan, mendukung, membantu memberikan ide-ide dan
memberikan semangat dalam berlangsungnya penelitian ini.

v
7. Sahabat dan teman-teman seperjuangan PSPD 2009 beserta seluruh staf
pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ikut membantu dan
memberi dukungan dalam penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi adik-adik penulis selanjutnya serta dapat menambah
pengetahuan kita semua.

Ciputat, 12 September 2012

Alvin Rifqy

vi
ABSTRAK
Alvin Rifqy. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu tentang Tuberkulosis dengan Pemberian Imunisasi BCG
Pada Anak Di Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2012
Tuberkulosis (TB) hingga tahun 2011 masih menjadi masalah kesehatan
dunia disebabkan perannya sebagai penyakit infeksi dengan jumlah korban
terbesar kedua setelah AIDS. Oleh karena itu, diperlukan tindakan pencegahan,
salah satunya dengan imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG). Menurut BPS
(2010), cakupan imunisasi BCG di Indonesia sebesar 92,73%. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
penyakit TB terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di Puskesmas
Ciputat Timur tahun 2012. Metode penelitian ini adalah deskriptif-analitik
menggunakan desain cross-sectional dengan sampel 106 orang. Didapatkan
sebagian besar ibu berusia >30 tahun (53.8%), mempunyai ≤2 anak (76.4%),
berpendidikan terakhir SMA (44.3%), tidak bekerja (84%) dan berpendapatan
dibawah Upah Minimum Kota/Kabupaten (39.6%). Sebagian besar
berpengetahuan tinggi tentang penyakit TB (48.1%), berpengetahuan tinggi
tentang imunisasi BCG (79.2%) dan mengaku bahwa anaknya telah diimunisasi
BCG (98.1%). Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang
tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG pada anak dengan nilai (p 1,000).

Kata Kunci : Pengetahuan TB, Imunisasi BCG

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3. Hipotesis ....................................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 2
1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
1.5.1. Bagi Responden ..................................................................................... 3
1.5.2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur.............................................................. 3
1.5.3. Bagi Peneliti ........................................................................................... 3
1.5.4. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................... 3
BAB 2 ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4
2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 4
2.1.1. Definisi Tuberkulosis............................................................................. 4
2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis .................................................................... 4
2.1.3. Patogenesis Tuberkulosis ....................................................................... 5
2.1.4. Klasifikasi Tuberkulosis ........................................................................ 8
2.1.5. Gejala Klinis Tuberkulosis .................................................................... 9
2.1.6. Pengobatan TB .................................................................................... 11

viii
2.1.7. Preventif Tuberkulosis ....................................................................... 14
2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 15
BAB 3 ................................................................................................................... 16
METODE PENELITIAN ................................................................................... 16
3.1. Desain Penelitian ....................................................................................... 16
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 16
3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti ....................................................... 16
3.3.2. Jumlah Sampel ..................................................................................... 16
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ................................................................... 17
3.3.4. Kriteria Sampel ........................................................................................ 17
3.3.4.1. Kriteria Inklusi .................................................................................. 17
3.3.4.2. Kriteria Eksklusi ............................................................................... 17
3.4. Cara Kerja Penelitian.................................................................................. 17
3.4.1. Pemilihan Subyek Penelitian ............................................................... 17
3.4.2. Teknis Pelaksanaan .............................................................................. 18
3.5. Manajemen Data ......................................................................................... 18
3.5.1. Instrumen Penelitian ............................................................................ 18
3.5.2. Pengumpulan Data ............................................................................... 18
3.5.3. Pengolahan Data .................................................................................. 19
3.5.4. Analisis dan Penyajian Data ................................................................ 20
3.6. Definisi Operasional ................................................................................... 20
BAB 4 ................................................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 23
4.1. Analisis Univariat ....................................................................................... 23
4.1.1. Data Karakteristik Responden ............................................................. 23
4.1.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB .. 26
4.1.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB ... 28
4.1.4. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang
Imunisasi BCG ..................................................................................... 29
4.1.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Imunisasi BCG ..................................................................................... 30

ix
4.1.6. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi
BCG..... ................................................................................................ 31
4.2. Analisis Bivariat ......................................................................................... 32
4.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi
BCG ...................................................................................................... 32
4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 33
BAB V................................................................................................................... 34
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 34
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 34
5.2 Saran ............................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN ......................................................................................................... 38

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Regimen Pengobatan Tuberkulosis.............................................. 13
Tabel 2.2. Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia........................................ 13
Tabel 2.3. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis........................................ 14
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian................................................... 20
Tabel 4.1. Data karakteristik Responden..................................................... 23
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik
Tentang TB.................................................................................. 26
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tentang TB.................................................................................. 28
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik
tentang Imunisasi BCG............................................................... 29
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
tentang Imunisasi BCG................................................................ 30
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian
Imunisasi BCG............................................................................ 31
Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian
Imunisasi BCG menggunakan cross-tabs Chi-Square................. 32

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) hingga tahun 2011 masih menjadi perhatian masalah


kesehatan dunia. Sebagai penyakit infeksi, TB adalah pembunuh kedua terbesar di
dunia setelah HIV/AIDS. Perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menunjukkan 8,8 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB di tahun 2010
dan sekitar 1,4 juta penduduk meninggal. Hal ini setara dengan 3.800 jiwa
meninggal dunia karena TB per hari. Insiden di Indonesia tahun 2010 sebanyak
450.000 kasus, atau sekitar 189 dari 100.000 orang telah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis.1,2

Salah satu tindakan untuk mencegah penularan TB adalah dengan


imunisasi. Pencegahan dengan imunisasi atau vaksinasi adalah tindakan untuk
memberikan ketahanan sistem imun yang lebih baik sehingga mampu
mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar.
Imunisasi terhadap penyakit tuberkulosis adalah imunisasi Bacille Calmette-
Guérin (BCG) yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956. Sejak tahun
1977 di Indonesia diadakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1611/MENKES/SK/XI/2005
tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, pemberian imunisasi BCG
merupakan salah satu upaya pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), diantaranya adalah tuberkulosis (TB).3
Pemberian imunisasi BCG dapat dilakukan di Institusi Pelayanan Kesehatan milik
pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari
hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1995–2010
cakupan imunisasi BCG sebesar 92.73% pada tahun 2010.4 Untuk wilayah
Puskesmas Ciputat Timur, cakupan imunisasi BCG November 2011 sebesar
91,3%.5
2

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis berminat


untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang TB dengan pemberian imunisasi BCG pada anak di Puskesmas Ciputat
Timur sebagai langkah pencegahan penyakit tuberkulosis.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas


Ciputat Timur terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di tahun 2012?

1.3. Hipotesis

Tingkat pengetahuan ibu mengenai tuberkulosis (TB) mempengaruhi


perilaku ibu dalam pemberian imunisasi BCG pada anak. Semakin tinggi
pengetahuan ibu, semakin tinggi angka imunisasi BCG yang diberikan kepada
anak.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu di


Puskesmas Ciputat Timur terhadap pemberian imunisasi BCG kepada anak di
tahun 2012.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengelompokan data tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas


Ciputat Timur terhadap penyakit tuberkulosis sesuai kategori ada atau tidaknya
pemberian imunisasi BCG pada anak mereka.
3

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Responden

Memberi pendidikan tentang manfaat imunisasi BCG terhadap


pencegahan penyakit tuberkulosis. Selain itu, peneliti dapat memberi pendidikan
tentang penyakit TB secara umum kepada responden.

1.5.2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur

Memberikan gambaran pengetahuan ibu-ibu di Puskesmas Ciputat Timur


mengenai manfaat imunisasi BCG terhadap pencegahan penyakit TB.

1.5.3. Bagi Peneliti

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Ciputat


Timur mengenai tuberkulosis (TB) terhadap pemberian imunisasi BCG kepada
anak mereka sebagai tindakan pencegahan penyakit tuberkulosis (TB).

1.5.4. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai informasi dan database sehingga dapat menjadi rujukan untuk


melakukan riset selanjutnya yang berhubungan dengan riset ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular pada manusia dan hewan


yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan
tuberkel dan nekrosis kaseosa (perkijuan) pada jaringan-jaringan. Spesies
Mycobacterium penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Manifestasi tuberkulosis bervariasi dan mempunyai
kecenderungan besar menjadi kronis. Penyakit ini menular melalui udara sehingga
bakteri ini sebagian besar menyerang paru, tetapi juga dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. Paru adalah pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ
lainnya. Bakteri yang diidentifikasi tahun 1882 oleh Robert Koch ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati jika
terkena sinar matahari langsung, tetapi mampu bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Bakteri ini jika berada di dalam jaringan tubuh
manusia, maka kuman ini dapat dorman selama bertahun-tahun.6-8

2.1.2. Epidemiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) menjangkiti sebagian besar orang dewasa muda di


tahun-tahun mereka yang paling produktif. Sekitar 95% kematian akibat TB
berada di negara berkembang. Jumlah orang yang sakit TB turun menjadi 8,8 juta
pada tahun 2010, termasuk 1,1 juta kasus TB-HIV. Jumlah tersebut menurun sejak
tahun 2005.1,2

Tingkat kejadian secara global diperkirakan turun menjadi 128 kasus per
100.000 penduduk pada tahun 2010, setelah mencapai puncaknya pada tahun
2002 pada 141 kasus per 100.000. Jumlah orang yang meninggal akibat TB turun
5

menjadi 1,4 juta pada tahun 2010, termasuk 350.000 orang dengan HIV, sama
dengan sekitar 3.800 kematian per hari.1,2

TB termasuk di dalam tiga penyebab terbesar kematian pada wanita


berusia 15-44 tahun, sejumlah 320.000 perempuan meninggal karena TB pada
tahun 2010. Angka kematian akibat TB telah menurun 40% sejak tahun 1990, dan
jumlah kematian juga menurun. Secara global, persentase penderita TB yang
berhasil diobati mencapai level tertinggi pada 87% pada tahun 2009. Sejak tahun
1995, sekitar 46 juta orang telah berhasil diobati dan 6,8 juta jiwa diselamatkan
melalui DOTS dan strategi Stop TB.1,2

Di antara 22 negara dengan angka TB tertinggi, Brazil dan China


menunjukkan penurunan berkelanjutan dalam kasus TB selama 20 tahun terakhir.
China telah membuat kemajuan dramatis melalui investasi domestik dan
kerjasama internasional atas penyakit TB. Antara tahun 1990 dan 2010, angka
kematian TB turun hampir 80%, dengan kematian menurun dari 216.000 orang
menjadi 55.000 orang.1,2

2.1.3. Patogenesis Tuberkulosis

2.1.3.1. Tuberkulosis Primer

Tuberkulosis primer terjadi ketika seseorang mendapatkan infeksi atau


terpapar pertama kali dengan kuman TB. Kuman TB yang keluar saat batuk atau
bersin berupa droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat, maka akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru.
Ukuran droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga mampu melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran
partikel ≤5 mikrometer. Kuman akan dihadapi oleh neutrofil untuk pertama kali,
kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
6

dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari percabangan trakeobronkial bersama


gerakan silia dan sekretnya.7,8

Mycobacterium tuberculosis dapat menetap di jaringan paru dan


berkembangbiak di dalam sitoplasma makrofag. Mycobacterium tuberculosis
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan
paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang
primer atau afek primer atau (focus Ghon). Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian paru. Efusi pleura dapat terjadi jika kuman ini menjalar sampai ke
pleura. Kuman dapat juga masuk ke saluran gastrointestinal, jaringan limfe,
orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke
dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
dan menjadi TB primer.7,8

Dari focus Ghon akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal). Selain terjadi peradangan di sana, kelenjar getah bening
hilus juga akan membesar (limfadenitis regional). Jika ada sarang primer,
limfangitis lokal, dan limfadenitis regional, maka ini disebut kompleks primer
(Ranke). Keseluruhan proses ini memerlukan waktu tiga sampai delapan minggu.
Kompleks primer (Ranke) ini selanjutnya dapat menjadi:7

1. Sembuh total tanpa meninggalkan cacat. Hal ini yang banyak terjadi.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan ± 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang
dorman.
3. Terjadi komplikasi dan menyebar secara: a) perkontinuitatum, yakni menyebar
ke sekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru
di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, c) secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya, d) secara
hematogen, ke organ tubuh lainnya.
7

2.1.3.2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)

Tuberkulosis (TB) pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan


atau beberapa tahun setelah infeksi primer. Kuman yang dorman pada
tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi penyakit tuberculosis yang terlihat secara klinis. Tuberculosis
post primer disebut juga TB pasca primer atau dengan nama lain TB sekunder.
Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas
menurun seperti malnutrisi, alkohol, keganasan, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal.
Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region
atas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah
ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.7

Sarang ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-


10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel histiosit dan sel datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat. TB pasca primer juga
dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly
tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien,
sarang dini ini dapat menjadi:7

1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.


2. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan sebukan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan
perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukkan keluar, maka terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik).
Terjadinya nekrosis perkijuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein
lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan
proses yang berlebihan sitokin dan TNF. Bentuk perkijuan lain yang jarang
8

adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia


lanjut.

Meskipun lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas
dapat: a) meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi
kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier.
Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan
selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan
seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB
endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura; b) memadat dan membungkus
diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi.
Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan
kemudian menjadi mycetoma; c) bersih dan menyembuh, disebut open healed
cavity. Dapat juga menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-
kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut, dan berbentuk seperti
bintang disebut stellate shaped.7

2.1.4. Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi tuberkulosis yang banyak dipakai di Indonesia adalah


berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikro biologis:7

1. Tuberkulosis paru.
2. Bekas tuberkulosis paru.
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Sputum BTA
tidak ditemukan (negatif), tetapi tanda-tanda lain positif.
b) Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Sputum
BTA negatif dan tanda-tanda yang lain juga meragukan.

Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah


termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini
perlu dicantumkan:7
9

1) status bakteriologi,
2) mikroskopik sputum BTA (langsung),
3) biakan sputum BTA,
4) status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis
paru, dan
5) status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis.

WHO pada tahun 1991 mengkategorikan penyakit tuberkulosis


berdasarkan terapi ke dalam 4 kategori, yaitu:7

1. Kategori I, ditujukan terhadap:


a. Kasus baru dengan sputum positif
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori II, ditujukan terhadap:
a. Kasus kambuh
b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori I, ditujukan terhadap:
a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
b. Kasus TB ekstra paru selain yang disebut di dalam kategori I
4. Kategori I, ditujukan terhadap TB kronik

2.1.5. Gejala Klinis Tuberkulosis

Gejala yang dirasakan pasien oleh tuberkulosis dapat bermacam-macam.


Bahkan banyak pasien TB yang ditemukan tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala yang paling sering muncul adalah:7,10

1. Demam
Demam yang muncul biasanya subfebril menyerupai demam influenza.
Namun, kadang-kadang demam dapat mencapai suhu 40-41oC. Demam untuk
pertama kali dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat muncul kembali.
Demam influenza ini hilang timbul, sehingga pasien tidak pernah merasa terbebas
dari serangan demam influenza ini. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
10

di antaranya daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang menyerang pasien.7
2. Batuk/Batuk Darah
Batuk adalah gejala yang timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan oleh pasien tuberkulosis. Biasanya batuk ringan
sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling ringan ini
menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan
saat penderita bangun pagi hari. Batuk ini umumnya terjadi karena iritasi pada
bronkus. Batuk ini berfungsi untuk mengeluarkan produk-produk radang. Sifat
batuk bermula dari batuk kering atau batuk non-produktif tanpa sputum,
kemudian setelah timbul peradangan berlanjut menjadi batuk produktif atau batuk
yang menghasilkan sputum. Sputum atau dahak pada awalnya bersifat mukoid
dan jumlahnya masih sedikit, kemudian akan berubah menjadi kuning/purulen
atau kuning hijau. Apabila telah terjadi perlunakan maka sputum akan berubah
menjadi kental. Jika batuk terus dibiarkan maka batuk akan berlanjut menjadi
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Mayoritas batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.7
3. Sesak Napas
Sesak napas tidak akan dirasakan pada penyakit tuberkulosis ringan atau
yang baru tumbuh. Gejala ini akan ditemukan jika penyakit telah kronis yang
infiltrasinya telah meliputi setengah bagian paru.7
4. Nyeri dada
Nyeri dada pada pasien tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada muncul jika infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Nyeri muncul saat
terjadi gesekan antara kedua pleura saat pasien menarik dan menghembuskan
napas. Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri
dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula, atau di tempat-tempat lain).7
5. Malaise
Tuberkulosis memiliki sifat radang yang menahun. Gejala ini sering
ditemukan berupa kehilangan nafsu makan atau anoreksia, penurunan berat badan,
11

meriang, nyeri otot, sakit kepala, keringat malam hari meskipun tanpa aktivitas,
dan lain-lain. Gejala malaise ini makin berat seiring waktu dan dapat hilang
timbul secara tidak menentu.7

2.1.6. Pengobatan TB

Pengobatan tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari empat misi untuk
mencapai visi TB partnership, yaitu dunia bebas TB. Pengobatan TB secara
umum bertujuan:9,10

1. Mengobati pasien dengan meminimalisir gangguan aktivitas hariannya.


2. Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat penyakitnya.
3. Mencegah kekambuhan.
4. Mencegah munculnya resistensi obat.
5. Mencegah lingkungannya dari penularan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis


regimen, yaitu regimen obat lini pertama dan lini kedua. Kedua lini obat ini
diarahkan ke penghentian pertumbuhan basil, pengurangan basil dorman, dan
pencegahan terjadinya resistensi. Obat-obatan lini pertama terdiri dari isoniazid
(INH), rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat-obatan lini
kedua mencakup rifabutin, etionamid, sikloserin, PAS (para amino salicylic acid),
klofazimin, aminoglikosid di luar streptomisin dan quinolon.9,10

Isoniazid (INH) mempunyai kemampuan bakterisidal TB yang terkuat.


Mekanisme kerjanya adalah menghambat cell wall biosynthesis pathway. INH
dianggap sejenis obat yang aman. Efek samping utama dari isoniazid antara lain
hepatitis dan neuropati perifer karena interferensi fungsi biologi vitamin B6 atau
piridoksin. Untuk menekan efek samping tersebut, pasien TB dapat diberikan
vitamin B6.9,10

Selain isoniazid, rifampisin juga merupakan obat anti TB yang ampuh.


Rifampisin bekerja dengan cara menghambat polymerase DNA dependent
ribonucleic acid (RNA) Mycobacterium tuberculosis. Efek samping yang sering
muncul akibar rifampisin antara lain hepatitis, flu-like syndrome’s, dan
12

trombositopenia. Jika pasien TB sedang menggunakan kontrasepsi oral, maka


dosis kontrasepsi oral harus ditingkatkan karena rifampisin meningkatkan
metabolisme hepatik kontrasepsi oral.9,10

Pirazinamid adalah obat bakterisidal untuk organisme intraseluler dan


agen anti tuberkulos ketiga yang juga cukup ampuh. Pirazinamid hanya diberikan
untuk 2 bulan pertama pengobatan. Efek samping yang sering diakibatkan oleh
pirazinamid adalah hepatotoksisitas dan hiperurisemia.9,10

Etambutol satu-satunya obat lapis pertama yang mempunyai efek


bakteriostatik, tetapi bila dikombinasikan dengan isoniazid dan rifampisin terbukti
bisa mencegah terjadinya resistensi obat. Etambutol memiliki efek samping yang
mungkin muncul antara lain neutitis optika, nefrotoksik, dan skin rash atau
dermatitis.9,10

Streptomisin merupakan salah satu obat anti tuberkulosis pertama yang


ditemukan. Streptomisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang harus
diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah pertumbuhan organisme
ekstraseluler. Kekurangan obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial
VIII yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular dan atau hilangnya
pendengaran.9,10

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang aman diberikan pada perempuan


hamil adalah isoniazid, rifampisin, dan etambutol. Obat lapisan kedua
dicadangkan untuk pengobatan kasus-kasus resisten multi obat.9,10

Pengobatan pasien TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan


agar dapat mencegah perkembangan resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah
menerapkan strategi DOTS dimana terdapat petugas kesehatan tambahan yang
berfungsi secara ketat mengawasi pasien minum obat untuk memastikan
kepatuhan. WHO juga telah menetapkan regimen pengobatan standar yang
membagi pasien menjadi 4 kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut.
Keempat kategori tersebut dapat dilihat pada tabel 2.19
13

Tabel 2. 1 Regimen Pengobatan Tuberkulosis9

Regimen Pengobatan*
Kategori Pasien TB Fase
Fase Awal
Lanjutan
1 TB paru sputum BTA positif baru, 2 SHRZ (EHRZ) 6 HE
TB paru berat, TB ekstra paru 2 SHRZ (EHRZ) 4 HR
(berat), TB paru BTA-negatif 2 SHRZ (EHRZ) 4 H3R3
2 Relaps 2 SHZE/ 1 HRZE 5 H3R3E3
Kegagalan pengobatan 2 SHZE/ 1 HRZE 5 HRE
3 TB paru sputum BTA-negatif 2 HRZ Atau 2 H3R3Z3 6 HE
TB ekstra-paru (menengah-berat) 2 HRZ Atau 2 H3R3Z3 2 HR/4H
2 HRZ Atau 2 H3R3Z3 2 H3R3/4H
4 Kasus kronis (masih BTA-positif Tidak dapat diaplikasikan
setelah pengobatan ulang yang (mempertimbangkan menggunakan obat-
disupervisi) obatan lini kedua)
Singkatan: TB = TB; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z = Pirazinamide; E =
Etambutol
Membaca regimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ) / 4 H3R3 menunjukkan sebuah regimen untuk 2
bulan di antara obat-obatan etambutol, isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid yang diberikan setiap
hari, diikuti 4 bulan pemberian isoniazid dan rifampisin
Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2243

Tabel 2.2 Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia9

Dosis Harian Dosis Berkala


Nama Obat
BB < 50 kg BB > 50 kg 3 x seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1.000 mg 2.000 mg 2-3 g
Streptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg
Etambutol 750 mg 1.000 mg 1 – 1,5 g
Etionamid 500 mg 750 mg
PAS 99 10 g
Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2244
14

Tabel 2.3 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis9

Nama Obat Efek Samping Obat


Isoniazid Neuropati perifer dapat dicegah dengan pemberian B6, hepatotoksik
Rifampisin Sindrom flu, hepatotoksik
Streptomisin Nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial
Etambutol Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis
Etionamid Hepatotoksik, gangguan pencernaan
PAS Hepatotoksik, gangguan pencernaan
Cycloserin Seizure / kejang, depresi, psikosis
Sumber tabel dari Amin Z, Bahar S. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru, et al.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam; 2009. Halaman 2245

2.1.7. Preventif Tuberkulosis

1. BCG

Untuk mencegah meluasnya TB, maka pada anak berusia 0-2


bulandiberikan imunisasi Bacille Calmette-Guérin (BCG). Dosis untuk bayi
sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan intrakutan daerah insersi otot
deltoid kanan. Bila BCG diberikan lebih dari 3 bulan sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin (mantoux) terlebih dahulu. Insiden TBC anak yang mendapat TB
berhubungan dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian vaksin, jarak
pemberian vaksin dan intensitas pemaparan infeksi. BCG efektif terutama untuk
mencegah TBC milier, meningitis, dan spondilitis TBC pada anak sedikitnya
75%. BCG ulangan tidak dianjurkan mengingat efektifitas perlindungannya hanya
40%, sekitar 70% TBC berat mempunyai parut BCG. BCG relatif aman, jarang
ada efek samping serius, yang sering diketemukan ulserasi lokal dan limfadenitis
dengan insidensi 0,1-1%. Kontraindikasi pemberian imunisasi BCG yaitu
defisiensi imun, infeksi berat, dan luka bakar.11,12

2. Kemoprofilaksis

Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi


TBC pada anak, diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari,
15

dosis tunggal, pada anak yang kontak dengan TBC menular, terutama dengan
BTA sputum positif, tetapi belum terinfeksi, serta anak yang belum pernah
diimunisasi BCG (uji tuberkulin negatif). Obat dihentikan jika sumber kontak
sudah tidak menular lagi dan anak ternyata tetap tidak terinfeksi (sesudah uji
tuberkulin ulangan).11,12

Kemoprofilaksis sekunder mencegah aktifnya infeksi sehingga anak


tidak sakit, diberikan pada anak telah terinfeksi, tetapi belum sakit, ditandai
dengan uji tuberkulin positif, klinis, dan radiologis normal. Anak yang mendapat
kemoprofilaksis sekunder adalah usia balita, menderita morbili, varisela, dan
pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitotastik dan kortikosteroid),
usia remaja, dan infeksi TBC paru, konversi uji tuberkulin dalam jangka waktu
kurang dari 2 bulan.11,12

2.2. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Pengetahuan Pemberian Imunisasi


TBC BCG

Karakteristik Ibu

 Umur
 Jumlah Anak
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Pendidikan Suami
 Pendapatan
Keluarga
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan rancangan


cross sectional melalui kueisioner untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang TB berkaitan dengan pemberian imunisasi BCG pada anak.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur,


Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2012.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi dan Sampel yang Diteliti

1. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu di wilayah kerja Puskesmas


Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
2. Populasi terjangkau adalah ibu yang mendatangi puskesmas dan posyandu.
3. Sampel adalah ibu yang mempunyai anak di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat Timur.

3.3.2. Jumlah Sampel

Berdasarkan jenis penelitian, penghitungan jumlah sampel yang diambil


dalam penelitian ini diambil menggunakan rumus berikut:
17

Keterangan :
α = 0,05 ; jadi Zα = 1,96
p = 50%
L = 10%
q = 1- p
Estimasi jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Dengan perkiraan
sampel drop out 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 96 + 10%(96) = 106
orang.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan menggunakan consecutive sampling. Semua ibu


yang memiliki anak di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur serta memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan sebagai sampel hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3.4. Kriteria Sampel

3.3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yang memiliki anak


kandung.
2. Ibu yang bersedia menjadi responden penelitian.

3.3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Ibu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yang menderita gangguan


kejiwaan yang mengganggu fungsi nalar.
2. Ibu yang memiliki anak dengan infeksi HIV.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Pemilihan Subyek Penelitian

Sampel diambil dari ibu di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan


yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.
18

3.4.2. Teknis Pelaksanaan

1. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang


Selatan sesuai dengan jumlah sampel.

2. Peneliti mendatangi responden, yang merupakan ibu-ibu di wilayah di


Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

3. Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian ini, kemudian meminta


kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian ini.

4. Peneliti memberikan lembar persetujuan ikut dalam penelitian kepada


responden untuk diisi.

5. Setelah selesai menandatangani persetujuan penelitian, peneliti melakukan


wawancara terpimpin (guidance interview) terhadap kuesioner.

3.5. Manajemen Data

3.5.1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.


Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dimodifikasi dari penelitian
sebelumnya oleh Sari (2011) dan Lisana (2011) dan telah divalidasi.13,14 Data
dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan cara melakukan kunjungan ke
Puskesmas Ciputat Timur.

3.5.2. Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan jika responden telah mendapatkan informed


consent dan menyetujui untuk menjadi objek penelitian. Data yang dikumpulkan
adalah data primer yang didapatkan dari pengisian kuesioner dengan cara
wawancara langsung dengan responden.
19

3.5.3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a) Menyunting data (data editing)

Editing dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuisioner. Bila ada
kesalahan atau data tidak lengkap peneliti kembali menemui responden untuk
klarifikasi. Editing ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data
seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian
setiap jawaban kuisioner.

b) Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan.


Pemberian kode ini ditujukan untuk memudahkan dalam memasukkan data.

c) Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data yang telah diberikan kode dalam program statistik.


Program komputer yang digunakan adalah software computer SPSS 16 for
windows.

d) Membersihkan data (data cleaning)

Setelah data dimasukkan dilakukan pengecekan kembali. Tujuan


pengecekan ulang adalah untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah,
sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

e) Memberikan nilai data (data scoring)

Penilaian data dilakukan dengan pemberian skor terhadap jawaban yang


menyangkut variabel dependen dan independen. Skor diberikan sesuai dengan
definisi operasional.
20

3.5.4. Analisis dan Penyajian Data

Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari tiap


variabel yang diteliti, akan digunakan analisis univariat, sedangkan untuk
mengetahui adanya hubungan antara variabel dependen dan independen
digunakan analisis bivariat. Teknik analisis yang dilakukan yaitu dengan uji Chi-
Square (X2), untuk melakukan hubungan antara variabel kategorik dengan
kategorik. Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih
kelompok sampel, sehingga diketahui ada atau tidaknya suatu hubungan yang
bermakna secara statistik. Jika tidak memenuhi syaratuji Chi-Square maka akan
dilakukan penggabungan sel. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%
dengan α 5%, sehingga jika nilai p (p value) < 0,05 berarti terdapat hubungan
bermakna (signifikan) antara variabel yang diteliti. Jika nilai p > 0,05 berarti tidak
ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Masa hidup
responden yang
1. Muda, jika umur
dihitung dalam
ibu ≤ 30 tahun
1. Umur tahun sejak lahir Kuesioner Wawancara Nominal
2. Tua, jika umur
sampai saat
>30 tahun 14
penelitian
berlangsung.

1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. SD
Jenjang pendidikan
4. SMP
2. Pendidikan formal terakhir yang Kuesioner Wawancara Ordinal
5. SMA
ditempuh oleh ibu.
6. Akademi /
Perguruan
Tinggi14
21

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian (lanjutan)

1. Bekerja, jika ibu


memiliki
kegiatan rutin
untuk
Kegiatan responden
menghasilkan
yang dilakukan
uang
secara rutin dengan
3. Pekerjaan Kuesioner Wawancara 2. Tidak bekerja, Ordinal
maksud
jika ibu tidak
mendapatkan
memiliki
penghasilan.
kegiatan rutin
untuk
menghasilkan
uang 14

1. Jumlah anak ≤ 2
Banyak anak
orang
Jumlah (kandung) yang
4. Kuesioner Wawancara 2. Jumlah anak >2 Ordinal
Anak dimiliki oleh
orang14
responden.

1. Tidak Sekolah
2. Tidak tamat SD
Jenjang pendidikan 3. SD
Pendidikan formal terakhir yang 4. SMP
5. Kuesioner Wawancara Ordinal
Suami ditempuh oleh 5. SMA
suami responden. 6. Akademi /
Perguruan
Tinggi14

Kegiatan suami
responden yang 1 Pegawai Negeri
dilakukan secara 2 Pegawai Swasta
Pekerjaan
6. rutin dengan Kuesioner Wawancara 3 Buruh Nominal
Suami
maksud 4 Wiraswasta
mendapatkan 5 Lain-lain14
penghasilan.

1. Pendapatan
keluarga < Rp
1.529.150
Penghasilan (uang)
2. Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh
7. Kuesioner Wawancara keluarga Ordinal
keluarga ayah dan atau ibu
Rp 1.529.150
selama 1 bulan.
3. Pendapatan
keluarga > Rp
1.529.150 15
22

Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian (lanjutan)

1. Rendah, jika
0-5 dari skor
Segala sesuatu maksimal 17
yang diketahui 2. Sedang, jika 6-
8. Pengetahuan responden Kuesioner Wawancara 11dari skor Ordinal
mengenai TBC dan maksimal 17
imunisasi BCG 3. Tinggi, jika
12-17 dari skor
maksimal 17

Pemberian
Pemberian vaksin 1. Tidak diberikan
9. imunisasi Kuesioner Wawancara Ordinal
BCG pada anak. 2. Diberikan
BCG
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian diambil dari 106 sampel yang telah didapat dengan
metode pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengunjungi Puskesmas Ciputat Timur, posyandu-posyandu, serta
rumah ibu-ibu yang mempunyai anak yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur pada bulan Agustus-September 2012.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan


ibu tentang TBC dengan pemberian imunisasi BCG pada anak di wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Timur, melalui kuesioner yang diisi dengan wawancara
terpimpin. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji
validitas sebelumnya, dengan wawancara terpimpin terhadap 10 responden dan
didapatkan hasil baik.

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Data Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Data Karakteristik Responden

Persentase
Variabel Karakteristik Jumlah
(%)

Umur Responden ≤ 30 tahun 49 46,2


>30 tahun 57 53,8

Jumlah Anak ≤ 2 anak 81 76,4


>2 anak 25 23,6

Pendidikan Tidak sekolah 1 0,9


Tidak tamat SD 5 4,7
Tamat SD 7 6,6
Tamat SMP 29 27,4
Tamat SMA 47 44,3
Tamat akademi / perguruan tinggi 17 16,0

Pekerjaan Tidak bekerja 89 84,0


Bekerja 17 16,0
24

Tabel 4.1. Data Karakteristik Responden (lanjutan)

Persentase
Variabel Karakteristik Jumlah
(%)
Pendidikan Suami Tidak sekolah 0 0,0
Tidak tamat SD 1 0,9
Tamat SD 11 10,4
Tamat SMP 18 17,0
Tamat SMA 61 57,5
Tamat akademi / perguruan tinggi 15 14,0

Pekerjaan Suami Pegawai Negeri 2 1,9


Pegawai Swasta 42 39,6
Buruh 10 9,4
Wiraswasta 41 38,7
Lain-lain 11 10,4

Pendapatan < Rp 1.529.150 42 39,6


keluarga per bulan Rp 1.529.150 26 24,5
> Rp 1.529.150 38 35,8

Tabel 4.1. memperlihatkan sebaran berbagai karakteristik dari 106


responden. Pada penelitian ini responden dibagi menjadi dua kelompok umur,
yaitu responden yang berumur ≤ 30 tahun dan > 30 tahun dengan rentang usia 19-
55 tahun. Proporsi umur responden terbesar pada umur ≤ 30 tahun sebanyak 49
responden (46,2%). Sedangkan 57 responden sisanya berumur > 30 tahun dengan
proporsi 53,8%. Hal ini berlawanan dengan penelitian Lisana (2011) mengenai
hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi
dan balita di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011
bahwa proporsi ibu dengan usia ≤ 30 tahun lebih tinggi yaitu 69,4%.14

Berdasarkan jumlah anak dapat dilihat sebarannya dibagi menjadi dua


kelompok, responden dengan jumlah anak ≤ 2 dan jumlah anak > 2. Proporsi
terbesar sebanyak 81 responden (76,4%) mempunyai anak berjumlah ≤ 2,
sedangkan 25 responden lainnya (23,6%) mempunyai anak berjumlah > 2. Hal ini
sesuai dengan penelitian Lisana (2011) bahwa ibu dengan jumlah anak ≤ 2 lebih
tinggi dengan proporsi 77,8%.14

Pendidikan responden dengan proporsi terbesar adalah tamat SMA


sebanyak 47 orang (44,3%), kemudian secara berturut-turut jumlah responden
yang tamat SMP sebanyak 29 orang (27,4%), lulus akademi atau perguruan tinggi
25

sebanyak 17 orang (16,0%), tamat SD sebanyak 7 orang (6,6%), tidak tamat SD


sebanyak 5 orang (4,7%), dan responden yang tidak bersekolah hanya 1 orang
(0,9%). Sebaran pendidikan responden juga dikelompokkan menjadi dua kategori,
responden dengan pendidikan rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
tamat SMP) dan responden dengan pendidikan tinggi (tamat SMA, tamat
perguruan tinggi). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar
responden sebanyak 64 (60,4%) berpendidikan tinggi, 42 responden lainnya
(39,6%) berpendidikan rendah. Hal ini sesuai dengan Lisana (2011) bahwa ibu
dengan kategori pendidikan tinggi lebih banyak dengan proporsi 62,5%.14

Berdasarkan pekerjaan responden didapatkan bahwa sebesar 89


responden (84%) tidak bekerja, umumnya mereka sehari-hari berada di rumah
sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan 17 responden lainnya (16%) bekerja. Hal
ini sesuai dengan Lisana (2011), bahwa ibu yang tidak bekerja persentasinya lebih
tinggi, yaitu 77,8%.14

Pendidikan suami responden dengan proporsi terbesar adalah tamat SMA


sebanyak 61 orang (57,5%), kemudian secara berturut-turut jumlah responden
yang tamat SMP sebanyak 18 orang (17,0%), lulus akademi atau perguruan tinggi
sebanyak 15 orang (14,2%), tamat SD sebanyak 11 orang (10,4%), tidak tamat SD
sebanyak 1 orang (1,9%), dan tidak ada suami responden yang tidak pernah
bersekolah. Sebaran pendidikan suami responden juga dikelompokkan menjadi
dua, pendidikan suami rendah (tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat
SMP) dan pendidikan suami tinggi (tamat SMA, tamat perguruan tinggi). Dari
hasil penelitian didapat bahwa sebesar 76 orang suami responden berpendidikan
tinggi (71,7%). Sedangkan 30 orang suami responden (28,3%) berpendidikan
rendah. Hal ini juga sesuai dengan Lisana (2011) bahwa suami dengan pendidikan
tinggi memiliki persentase lebih banyak, yaitu 80,6%.14

Dilihat dari sebaran pekerjaan suami responden, sebagian besar sebanyak


42 orang (39,6%) bekerja sebagai pegawai swasta. 41 orang bekerja sebagai
wiraswasta (38,7%), 10 orang bekerja sebagai buruh (9,4%), hanya 2 orang yang
bekerja sebagai pegawai negeri (1,9%) dan jenis pekerjaan lainnya sebanyak 11
26

orang (10,4%). Hal ini pun sesuai dengan Lisana (2011) bahwa suami dengan
pekerjaan sebagai pegawai swasta meiliki persentasi lebih banyak, yaitu 55,6%.14

Dengan berbagai jenis pekerjaan yang sudah dipaparkan sebelumnya,


dapat dilihat sebaran penghasilan keluarga responden per bulan. Sebaran
penghasilan keluarga responden dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
ketentuan Upah Minimum Kota (UMK) Tangerang Selatan yang berlaku hingga
saat penelitian ini berlangsung, bulan Agustus 2012, yaitu keluarga responden
dengan penghasilan ≤ Rp 1.529.150, berpenghasilan Rp 1.529.150 dan > Rp
1.245.000. Sebanyak 42 keluarga (39,6%) berpenghasilan sebesar < Rp 1.529.150,
keluarga yang berpenghasilan sesuai UMK yaitu Rp 1.529.150 sebanyak 26
keluarga (24,5%). Sedangkan 38 keluarga responden lainnya (35,8%)
berpenghasilan > Rp 1.529.150. Hal ini berbeda dengan penelitian Lisana (2011),
bahwa penghasilan keluarga di atas upah minimum kota (UMK) sebanyak 54%.14

4.1.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB

Pengukuran pengetahuan responden pada penelitian ini diukur


menggunakan kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik tentang penyakit
tuberkulosis. Pada tabel 4.2 dapat dilihat sebaran responden berdasarkan jawaban
pertanyaan mengenai pengetahuan penyakit tuberkulosis.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang TB

Benar Salah
No Item Pertanyaan
n % N %
1. Mengetahui definisi penyakit tuberkulosis 91 85,8 15 14,2
2. Mengetahui penyebab penyakit tuberkulosis 47 44,3 59 55,7
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit tuberkulosis 88 83,0 18 17,0
4. Mengetahui cara penularan penyakit tuberkulosis 86 81,1 20 18,9
5. Mengetahui kebiasaan yang memperburuk penyakit
83 78,3 23 21,7
tuberkulosis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk
55 51,9 51 48,1
menegakkan diagnosis tuberkulosis
7. Mengetahui penyebab kegagalan terapi penyakit
62 58,5 44 41,5
tuberkulosis
8. Mengetahui lama masa terapi pasien tuberkulosis 71 67,0 35 33,0
9. Mengetahui efek samping obat anti tuberkulosis 36 34,0 70 66,0
27

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa 91 responden (85,8%) mengetahui definisi


penyakit tuberkulosis. Untuk bakteri penyebab penyakit tuberkulosis hanya
diketahui oleh 47 responden (44,3%) sedangkan yang tidak mengetahui
penyebabnya berjumlah 59 responden (55,7%). Mayoritas responden sebanyak 88
orang (83,0%) mengetahui tanda dan gejala penyakit tuberkulosis. Cara penularan
penyakit tuberkulosis dapat dijawab oleh 86 responden dengan benar (81,1%).
Sebanyak 83 responden (78,8%) mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang dapat
memperburuk kondisi pasien tuberkulosis. Untuk penegakkan diagnosis, sebanyak
55 responden (51,9%) mengetahui beberapa pemeriksaan penunjang. Sebanyak 62
responden (58,5) mengetahui sebab kegagalan terapi pada pasien TB. Jumlah
responden yang mengetahui lama masa terapi pada pasien TB sebanyak 71 orang
(67,0%). Sebanyak 70 responden (66,0%) tidak mengetahui efek samping obat
anti tuberkulosis.

Masih banyaknya responden yang tidak mengetahui penyebab penyakit


tuberkulosis (55,7%) serta minimnya pengetahuan responden terhadap
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis tuberkulosis (48,1%) seharusnya
mendapatkan perhatian dari pihak penyedia layanan kesehatan. Dalam hal ini
puskesmas dan tenaga-tenaga kesehatan harus lebih giat dalam mengadakan
penyuluhan dan edukasi penyakit tuberkulosis dan bahaya yang dapat
ditimbulkannya.

Berdasarkan data pada tabel 4.2 maka sebaiknya tenaga kesehatan


terutama di puskesmas lebih aktif untuk melakukan edukasi dan penyuluhan.
Berdasarkan penelitian Niko (2011) tentang hubungan perilaku dan kondisi
Sanitasi rumah dengan kejadian TB paru di Kota Solok tahun 2011 di Kota Solok,
terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan TB dan angka kejadian TB.
Responden dengan pengetahuan TB rendah berisiko 4,667 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan TB tinggi.16
28

4.1.3. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang TB

Pengetahuan TB Jumlah Persentase (%)

Rendah 24 22,6

Sedang 31 29,2

Tinggi 51 48,1

Total 106 100,0

Dari tabel 4.3 terlihat distribusi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan mereka tentang penyakit tuberkulosis. Sebanyak 51 responden
(48,1%) memiliki pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis yang tinggi.
Responden yang memiliki pengetahuan tuberkulosis sedang sebanyak 31
responden (29,2%). Terakhir, sebanyak 24 responden (22,6%) memiliki
pengetahuan tuberkulosis yang rendah. Hal ini berlawanan dengan penelitian Niko
(2011) di Solok dengan distribusi frekuensi responden dengan tingkat
pengetahuan rendah lebih banyak, yaitu 63,6%.16

Diharapkan dengan tingginya persentase responden yang berpengetahuan


tinggi tentang penyakit tuberkulosis yaitu sebanyak 48,1% atau sejumlah 51 orang
itu berdampak dengan makin tinggi pula kesadaran para responden untuk
memberikan imunisasi BCG kepada anak mereka sebagai langkah preventif dan
mencegah bertambahnya penderita TB. Berdasarkan penelitian Niko (2011) di
Kota Solok, bahwa responden dengan tingkat pengetahuan TB rendah 4,667 kali
lebih berisiko menderita TB paru dibandingkan dengan responden dengan tingkat
pengetahuan tinggi.16
29

4.1.4. Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang


Imunisasi BCG

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Spesifik tentang


Imunisasi BCG

Benar Salah
No Item Pertanyaan
n % n %
1. Mengetahui tentang adanya program imunisasi 105 99,1 1 0,9
2. Mengetahui tujuan imunisasi secara umum 102 96,2 4 3,8
3. Mengetahui adanya imunisasi dasar 100 94,3 6 5,7
4. Mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG 51 48,1 55 51,9
5. Mengetahui jumlah pemberian imunisasi BCG 81 76,4 25 23,6
6. Mengetahui waktu pemberian imunisasi BCG 77 72,6 29 27,4
7. Mengetahui bahwa imunisasi BCG tidak perlu diulang 68 64,2 38 35,8
8. Mengetahui cara pemberian imunisasi BCG 89 84,0 17 16,0

Pada tabel 4.3 bahwa secara umum, responden memiliki pengetahuan


tentang imunisasi yang cukup baik. Sebanyak 7 dari 8 pertanyaan memiliki
frekuensi di atas 50%. Sebanyak 105 responden (99,1%) mengetahui tentang
adanya program imunisasi. Jumlah responden yang mengetahui tujuan imunisasi
secara umum berjumlah 102 orang (96,2%). Sebanyak 100 responden (94,3%)
mengetahui adanya imunisasi dasar. Responden yang mengetahui jumlah
pemberian imunisasi BCG sebanyak 81 orang (76,4%). Sebanyak 77 ibu (72,6%)
mengetahui waktu pemberian imunisasi BCG. Responden yang menjawab benar
bahwa imunisasi BCG tidak perlu diulang sebanyak 68 responden (64,2%).
Sebanyak 89 responden (84,0%) mengetahui cara pemberian imunisasi BCG yaitu
disuntikkan di lengan bayi. Namun terlihat pada tabel 4.3 bahwa hanya 51
responden (48,1%) yang mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG.

Dari tabel 4.3 terlihat bahwa masih banyak ada ibu yang tidak
mengetahui tujuan pemberian imunisasi BCG sebesar 51,9% atau sebanyak 55
responden. Beberapa pertanyaan lain seperti pengetahuan mengenai jumlah,
waktu pemberian, serta tidak perlunya pengulangan imunisasi BCG juga masih
banyak ibu yang menjawab salah. Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan lebih
lanjut untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai imunisasi BCG sehingga
30

ibu akan lebih sadar untuk memberikan anaknya imunisasi BCG. Hal ini senada
sesuai dengan penelitian Selvia (2011) yang menghubungkan tingkat pendidikan
dan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG di Kelurahan Batang Arau
wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang Tahun 2011 dengan nilai p 0,010
sehingga terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi BCG.17

4.1.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang


Imunisasi BCG

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang


Imunisasi BCG

Pengetahuan Imunisasi
Jumlah Persentase (%)
BCG

Rendah 1 0,9

Sedang 21 19,8

Tinggi 84 79,2

Total 106 100,0

Dari tabel 4.5 terlihat distribusi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan mereka tentang imunisasi BCG. Sebanyak 84 responden (79,2%)
memiliki pengetahuan tentang imunisasi BCG yang tinggi. Responden yang
memiliki pengetahuan imunisasi BCG sedang sebanyak 21 responden (19,8%).
Terakhir, hanya 1 responden (0,9%) memiliki pengetahuan imunisasi BCG yang
rendah. Dalam penelitian Irwansyah (2011) kategori terbanyak pada pengetahuan
sedang, yaitu sebesar 61,6%.18

Tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil


sikap dan perilaku. Dengan proporsi 79,2% pada 84 responden yang mempunyai
31

pengetahuan imunisasi tinggi diharapkan berbanding lurus dengan pemberian


imunisasi BCG pada anaknya.

4.1.6. Sebaran Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Pemberian Imunisasi
Jumlah Persentase (%)
BCG

Tidak Diberikan 2 1,9

Diberikan 104 98,1

Total 106 100,0

Tabel 4.6 menggambarkan angka pemberian imunisasi BCG yang baik.


Dari total 106 responden, sebanyak 104 responden (98,1%) telah memberikan
anaknya imunisasi BCG. Hanya 2 responden (1,9%) yang tidak memberikan
anaknya imunisasi BCG. Hal ini lebih besar dari data di Puskesmas Ciputat Timur
pada November 2011 sebesar 91,3% dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes Depkes (2010) yang menyatakan bahwa cakupan imunisasi tertinggi
adalah imunisasi BCG dengan proporsi sebesar 94,1% pada tahun 2007, turun
menjadi 93,3% pada tahun 2008, lalu meningkat menjadi 93,8% pada tahun
2009.19 Menurut Erni dan Livana (2007) yang melakukan penelitian tentang
hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Ambarawa tahun 2007 menemukan bahwa
terdapat hubungan antara pemberian BCG dengan TB paru.20

Responden yang tidak memberikan anaknya imunisasi BCG memiliki


alasan yang berbeda. Salah seorang responden yang tidak memberikan anaknya
imunisasi BCG sebenarnya berpendidikan tinggi serta memiliki pengetahuan
tentang penyakit tuberkulosis dan pengetahuan imunisasi yang cukup baik, tetapi
responden beralasan kalau saat itu 2 anak terakhirnya tidak diimunisasi BCG
karena waktu pemberiannya telah lewat waktu yang dianjurkan sehingga ini
berakibat si responden malas mengantarkan anaknya ke posyandu atau puskesmas
32

terdekat untuk diimunisasi BCG. Sedangkan 1 orang responden sisanya memang


berpendidikan rendah serta memiliki pengetahuan tentang tuberkulosis dan
pengetahuan imunisasi BCG yang rendah sehingga berakibat kedua anak
responden tidak diberikan imunisasi BCG.

4.2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dependen dan


independen dalam penelitian ini, dilakukan analisis bivariat. Analisis bivariat
yang dilakukan yaitu dengan uji statistik Chi-Square, untuk menentukan
hubungan antara variabel kategorik dengan kategorik. Melalui uji statistik ini akan
diperoleh nilai p, dimana nilai p dalam penelitian ini digunakan tingkat
kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika
mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan
tidak bermakna jika mempunyai nilai p >0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha
ditolak.

4.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi


BCG

Tabel 4.7. Hubungan Tingkat Pengetahuan TB dengan Pemberian Imunisasi BCG


menggunakan cross-tabs Chi-Square

Imunisasi BCG
Total p-value
Pengetahuan TB Tidak Diberikan Diberikan
N N N %
uji Chi-
Rendah-Sedang 1 42 55
40,6 Square
(expected count) (1,0) (50,0) (55,0)
0,957
Tinggi 1 50 51 59,4
(expected count) (1,0) (50,0) (51,0)
uji Fisher
Total 2 104 106 100
1,000
(expected count) (2,0) (104,0) (106,0)

Dari tabel 4.7 terdapat penggabungan sel antara kategori pengetahuan TB


rendah dan pengetahuan TB sedang, dengan alasan jumlah responden dengan
pengetahuan TB rendah paling sedikit. Setelah dilakukan penggabungan sel maka
dilakukan uji Chi-Square. Namun karena ada 4 sel yang memiliki expected count
kurang dari 5 maka hal ini tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Oleh karena itu,
33

digunakan alternatif uji statistik Fisher untuk mencari p-value hubungan antara
variabel kategorik dengan kategorik. Kemudian diperoleh p-value = 1,000 (p >
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG pada
anak.

Hasil penelitian ini tidak bermakna secara uji statistik mungkin karena
disebabkan oleh variabel perilaku pemberian imunisasi BCG yang terlalu
homogen serta persebarannya yang merata pada kategori pengetahuan TB rendah-
sedang dan tinggi. Pada penelitian selanjutnya mungkin diperlukan populasi yang
lebih besar untuk menghindari variabel yang terlalu homogen.

4.3. Keterbatasan Penelitian


1. Jumlah responden yang terbatas sehingga kurang mewakili populasi yang
lebih luas di masyarakat.
2. Data yang terlalu homogen diakibatkan karena pemilihan populasi
terjangkau di puskesmas dan posyandu.
3. Sampel tidak menyentuh populasi ibu sebagai berpendidikan tinggi,
wanita karir, dan sosial ekonomi tinggi.
4. Rancangan penelitian cross-sectional mempunyai kelemahan. Hubungan
sebab akibat tidak bisa dijelaskan secara tepat karena didapat pada saat
yang bersamaan dan tidak ada waktu pengamatan.
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 106 orang, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristik responden, 57 orang (53.8%) berusia di atas 30


tahun, 81 orang (76.4%) mempunyai anak kurang atau sama dengan 2
anak, 47 orang (44.3%) berpendidikan terakhir pada jenjang SMA, 89
orang (84%) tidak bekerja, 42 orang (39.6%) berpendapatan di bawah
UMK Tangerang Selatan.

2. Sebanyak 51 orang (48,1%) memiliki pengetahuan tentang penyakit


tuberkulosis yang tinggi. Sebanyak 84 orang (79,2%) berpengetahuan
tinggi tentang imunisasi BCG.

3. Berdasarkan perilaku pemberian imunisasi BCG, sebanyak 104 orang


(98,1%) telah memberikan anaknya imunisasi BCG dan ada 2 orang
(1,9%) yang tidak memberikan anaknya imunisasi BCG.

4. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tingkat


pengetahuan ibu tentang tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG
pada anak dengan nilai p = 1,000 (p > 0,05).
35

5.2. Saran
1. Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk memahami bahaya penyakit tuberkulosis
sehingga diharapkan angka kejadian TB dapat berkurang dengan pemberian
imunisasi BCG pada anak. Jangan malu untuk bertanya jika ada informasi
yang kurang jelas mengenai tuberkulosis ataupun pemberian imunisasi BCG.

2. Puskesmas
Puskesmas dan tenaga kesehatan melakukan penyuluhan mengenai
penyakit tuberkulosis dan imunisasi BCG. Puskesmas memberikan pelayanan
yang terbaik, memberikan edukasi yang komunikatif serta meningkatkan
pengetahuan para kader di kelurahan sehingga masyarakat mengerti tentang
tuberkulosis dan menyadari pentingnya memberikan imunisasi BCG kepada
anaknya.

3. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bisa menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Bagi
penelitian selanjutnya diharapkan dapat menghubungkan variabel lain
berdasarkan data dan sumber yang terpercaya serta pada populasi yang lebih
luas.
36

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Tuberculosis Control 2011. WHO report 2011. Geneva: World Health
Organization; 2011. Chapter 2, The burden of disease caused by TB; p.9-10.
2. Tuberculosis Global Facts 2011/2012. Geneva: World Health Organization;
2012. p.1.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1611/MENKES/SK/XI/2005 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
4. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Indikator Kesehatan
tahun 1995–2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS); 2011.
5. Laporan Tahunan 2011. Tangerang Selatan: Puskesmas Ciputat Timur; 2011.
6. Kamus Kedokteran Dorland. Ed 29. Jakarta: EGC; 2002. p.2306
7. Amin Z., Bahar S., Tuberkulosis Paru. Dalam Sudoyo Aru, et al. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. p.2230-7.
8. Kathryn L.McCance, et al. Pathophysilogy: The Biologic Basis for Disease in
Adults and Children. 6th ed. Canada: Elsevier; 2010. p.1293-4.
9. Amin Z., Bahar S., Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam Sudoyo Aru,
et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2009. p.2243-5.
10. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed 8. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2002. p.11-3.
11. Rahajoe, N.N, Basir, D., Makmuri, M.S., Kartasasmita C.B,. Pedoman
Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi PP
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2007.
12. Carlos M. Perez-Velez, Ben J. Marais. Tuberculosis in Children. New
England Journal of Medicine. 2012 ;367:348-61.
13. Sari. Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Pelayanan Kesehatan
dan Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di
Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2011.
37

14. Aliya Lisana S. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian


Imunisasi Dasar pada Bayi dan Balita di RW 09 Kelurahan Cirendeu
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Jakarta: Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah; 2011.
15. Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.1-Huk/2012 tahun 2012.
16. Putra Niko R. Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah dengan
Kejadian TB Paru di Kota Solok Tahun 2011. [Skripsi Strata 1]. Padang:
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas; 2011.
17. Selvia B. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian Imunisasi BCG Di Kelurahan Batang Arau Wilayah Kerja
Puskesmas Pemancungan Padang Tahun 2011. [Karya Tulis Ilmiah]. Padang:
Politeknik Kesehatan Padang; 2011.
18. Irwansyah Miswan S. Gambaran Perilaku Ibu terhadap Pemberian Imunisasi
BCG di wilayah Puskesmas Tanjung Marulak Kecamatan Padang Hilir Kota
Tebing Tinggi. [skripsi strata 1]. Tebing Tinggi: Akademi Keperawatan Bina
Husada; 2011.
19. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
20. Livana, Erni M., Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Ambarawa Tahun 2007. [Karya Tulis Ilmiah]. Yogyakarta: Jurnal Kesehatan
Surya Medika Yogyakarta; 2007.
38

LAMPIRAN
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : …………………………

Umur : ………………………… tahun

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari


penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TB DENGAN


PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK DI PUSKESMAS CIPUTAT
TIMUR TAHUN 2012

dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan


bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Tangerang Selatan, 2012

Mengetahui Yang menyetujui

Peneliti Responden

( ) ( )
39

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TB

DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK

DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

TAHUN 2012

No. Kuesioner :

IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Umur
Alamat
Jumlah anak
Pendidikan 1. Tidak sekolah 4. SMP
Terakhir 2. Tidak tamat SD 5. SMA
3. SD 6. Akademi / Perguruan Tinggi
Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga 4. Buruh
2. Pegawai Negeri 5. Wiraswasta
3. Pegawai Swasta 6. ................................
Pendidikan 1. Tidak sekolah 4. SMP
Terakhir Suami 2. Tidak tamat SD 5. SMA
3. SD 6. Akademi / Perguruan Tinggi
Pekerjaan 1. Pegawai Negeri 4. Wiraswasta
Suami 2. Pegawai Swasta 5. ................................
3. Buruh
Penghasilan 1) < Rp 1.529.150 3) > Rp 1.529.150
keluarga/bulan 2) Rp 1.529.150 4) ...............................
40

Isilah kolom di bawah ini dengan check list (v) atau silang (x) !

PENGETAHUAN TENTANG TB

Jawaban
No Pertanyaan
Tahu Tidak Tahu
1. Menurut Anda apa itu penyakit TB Paru?

- Penyakit menular yang disebabkan oleh


kuman/bakteri
2. Anda tahu penyebab penyakit TB Paru?

- Kuman Mycobacterium tuberculosis


3. Anda tahu apa tanda seseorang terkena penyakit TB
Paru?

- Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih,


batuk bercampur darah, berkeringat pada malam
hari tanpa kegiatan fisik.
4. Anda tahu bagaimana cara penularan penyakit TB
Paru?

- Penularan penyakit TB Paru dapat terjadi melalui


batuk, bersin yang mengandung kuman TB yang
terhirup orang lain.
5. Anda tahu kebiasaan yang memperburuk
kesehatan penderita TB Paru?

- Merokok, lingkungan dan kurang gizi.


6. Anda tahu bila tidak menelan obat sekali saja
pengobatan bisa gagal?
7. Anda tahu pemeriksaan apa yang dilakukan untuk
dapat menegakkan seseorang menderita TB Paru?

- Pemeriksaan dahak, rontgen dan laboratorium.


8. Anda tahu berapa lama seorang penderita TB Paru
harus minum obat?

- Minum obat selama 6 bulan dengan tahap awal (2


bulan) obat diminum setiap hari dan dilanjutkan
dengan minum obat 3x seminggu selama 4 bulan.
9. Anda tahu kemungkinan efek samping yang
dapat ditimbulkan Obat Anti Tuberkulosis?

- Warrna kemerahan pada air seni (urine), tidak ada


nafsu makan, mual, sakit perut, nyeri sendi dan
kesemutan sampai dengan rasa terbakar.
41

Lingkari (o) atau silang (x) jawaban yang menurut Anda benar, serta isilah
jika terdapat pertanyaan isian!

PENGETAHUAN TENTANG IMUNISASI BCG

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah ibu pernah mendengar A. Pernah


tentang imunisasi? B. Tidak pernah

2 Menurut ibu, apa yang dimaksud A. Usaha menyembuhkan anak dari


imunisasi? suatu penyakit
B. Usaha untuk meningkatkan kekebalan
tubuh anak agar tidak mudah terkena
suatu penyakit
C. Kegiatan menyuntik anak yang
diadakan setiap bulan
D. Tidak tahu
3. Menurut ibu, apa saja jenis A. BCG
imunisasi dasar yang wajib B. Hepatitis B
diberikan pada anak? C. Polio
D. DPT
(Jawaban boleh lebih dari satu) E. Campak
F. Tidak tahu
4 Apakah ibu tahu tujuan pemberianA. Agar bayi sembuh dari penyakit
imunisasi BCG? tuberkulosis (TB)
B. Mengurangi resiko terkena penyakit
tuberkulosis (TB) yang berat
C. Agar bayi tidak terkena penyakit
tuberkulosis (TB)
D. Tidak tahu
5 Berapa kali pemberian imunisasi A. Satu kali
BCG? B. Dua kali
C. Tiga kali
D. Tidak tahu
6. Pada usia berapa seorang bayi A. 1 minggu
diberikan imunisasi BCG? B. 2-3 bulan
C. 9 bulan
D. Tidak tahu
7. Apakah pemberian imunisasi BCG A. Ya
perlu diulang? B. Tidak
C. Tidak tahu
42

No Pertanyaan Jawaban

8. Bagaimana cara pemberian A. Diteteskan di mulut


imunisasi BCG? B. Disuntikkan di lengan bayi
C. Disuntikkan di pantat bayi
D. Tidak tahu
9. Apakah anak ibu diberikan A. Sudah diberikan
imunisasi BCG? B. Belum diberikan
C. Tidak diberikan
D. Ragu-ragu

Jika tidak diberikan imunisasi BCG, mengapa?

Alasan :

TERIMA KASIH
LAMPIRAN
Identitas Responden dan Pengetahuan Tentang TB
Jumlah Pendidikan Pekerjaan Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
Anak Suami Suami 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Na 43 3 4 1 5 1 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2 Ha 38 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 vi 23 1 6 3 5 2 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0
4 In 34 2 6 1 6 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
5 Am 40 3 5 1 5 2 3 1 0 1 1 1 1 1 1 1
6 Na 38 2 5 1 5 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0
7 He 30 2 5 1 5 2 3 1 0 1 1 1 1 1 1 0
8 An 34 2 6 2 6 4 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1
9 El 38 1 3 1 3 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
10 Tr 33 2 6 1 5 3 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0
11 Ra 21 1 4 1 5 5 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
12 Ni 38 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 Ru 29 2 5 1 4 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 Na 42 3 5 1 5 5 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
15 He 34 2 5 1 5 4 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0
16 Id 33 2 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
17 La 29 2 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0
18 Ma 21 1 5 1 5 4 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
19 Wa 23 1 4 1 5 2 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0
20 Tr 20 1 4 1 4 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Ka 42 4 3 1 3 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
22 An 20 1 4 1 4 3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
23 Ro 29 1 5 3 5 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
24 Li 42 2 4 1 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
25 Li 24 2 2 1 5 2 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 La 47 5 2 1 3 5 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1
35

27 Ti 24 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
28 Tu 47 3 5 1 5 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 Ro 55 2 5 1 6 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 Sr 32 2 6 1 6 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
31 Mu 33 3 5 1 5 4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0
32 Nu 32 2 5 1 5 3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
33 Sy 29 1 3 1 3 5 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0
34 Ri 32 2 6 3 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 0
35 Sa 35 2 5 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 Su 37 1 4 1 3 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37 El 24 1 5 1 4 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
38 Id 25 1 4 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 Fe 28 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Su 29 2 5 1 5 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
41 Nu 38 4 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0
42 Sa 25 1 6 6 5 4 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
43 Ma 55 2 6 6 6 5 3 1 1 0 0 1 1 1 1 0
44 Ap 38 1 5 1 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 El 46 2 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 Ma 37 2 4 1 5 4 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0
47 Si 24 1 6 6 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0
48 Ma 43 4 4 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
49 De 24 2 4 1 5 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0
50 Et 27 1 4 5 5 4 2 1 0 1 0 1 0 0 1 0
51 Ek 32 2 5 3 6 2 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0
52 Nu 40 2 6 1 6 2 3 1 0 1 1 1 0 0 0 0
53 Su 32 4 3 1 3 5 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
54 Ja 28 2 5 1 4 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55 Sr 43 5 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1
56 Im 27 2 5 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
57 Wi 40 3 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
58 Ko 49 3 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 0 1 1
59 Am 26 1 5 1 5 4 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0
60 Tr 28 1 5 1 5 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
36

61 As 31 2 4 1 5 2 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0
62 An 36 2 4 1 4 2 3 1 1 1 1 1 1 0 1 0
63 Lu 22 2 4 1 4 5 3 1 0 1 1 1 0 0 1 0
64 Ra 31 3 5 1 4 2 3 0 0 1 1 1 0 1 0 0
65 Ek 29 2 4 1 4 4 2 1 0 1 1 0 0 0 1 0
66 Ri 19 1 5 1 5 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
67 Da 46 2 5 1 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
68 In 32 3 5 3 5 4 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 Sa 47 2 5 1 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
70 Qo 26 1 6 3 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1
71 Nu 23 1 6 6 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
72 Wa 55 4 3 1 5 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
73 Ev 35 2 5 1 5 4 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0
74 Mu 38 2 4 1 5 4 3 1 0 1 1 1 1 0 1 0
75 In 27 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 0 0 0
76 Fi 27 1 5 1 5 2 2 1 0 1 1 1 0 0 0 0
77 Ar 24 1 6 6 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
78 Tr 28 2 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
79 Ka 41 2 5 1 6 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1
80 Jo 42 3 5 1 5 3 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0
81 Fa 31 2 4 1 5 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
82 Ev 33 4 6 6 6 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0
83 Di 26 2 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1
84 Nu 28 2 5 1 5 4 2 1 0 1 1 1 0 0 1 0
85 En 34 1 5 5 5 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
86 Li 26 1 5 1 5 4 2 1 1 1 1 1 0 1 0 1
87 Ri 24 2 4 1 4 4 3 0 1 0 0 0 0 1 0 0
88 Ne 32 3 6 1 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
89 Eg 24 1 5 5 5 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
90 Ir 28 2 5 5 6 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0
91 Ul 28 1 5 1 5 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0
92 Li 25 2 5 1 5 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
93 Ca 30 2 6 1 6 1 3 0 0 0 1 1 0 1 0 0
94 Mi 27 1 4 1 5 2 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0
37

95 Ya 32 1 4 1 5 2 2 1 0 0 1 1 0 1 1 0
96 Ii 25 2 4 1 4 4 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0
97 Wa 37 3 3 1 3 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
98 Sa 34 3 5 1 5 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
99 Su 35 1 4 1 4 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
100 Wi 32 2 5 1 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
101 Yu 30 2 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
102 Ii 35 2 2 1 3 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
103 An 30 2 4 1 3 3 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
104 Uc 23 1 3 1 4 4 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0
105 Ma 50 7 6 1 5 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
106 Ro 29 3 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Pengetahuan Tentang Imunisasi BCG

Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9


No Nama
1 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 Ha 1 1 1 1 1 1 1 1 2
3 vi 1 1 1 0 1 1 1 1 2
4 In 1 1 0 0 0 1 1 1 2
5 Am 1 1 1 0 0 1 1 1 2
6 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2
7 He 1 1 1 0 1 1 1 1 2
8 An 1 1 1 0 1 1 1 1 2
9 El 1 1 0 0 0 1 1 1 2
10 Tr 1 1 1 1 1 1 1 1 2
11 Ra 1 0 1 0 0 0 0 1 2
38

12 Ni 1 1 1 1 1 1 0 1 2
13 Ru 1 1 1 0 1 1 1 1 2
14 Na 1 1 1 1 1 1 1 1 2
15 He 1 1 1 1 1 1 1 1 2
16 Id 1 1 0 0 1 1 1 1 2
17 La 1 1 1 1 1 1 1 1 2
18 Ma 1 1 1 1 1 0 1 1 2
19 Wa 1 1 1 0 0 1 1 1 2
20 Tr 1 1 1 0 0 1 1 1 2
21 Ka 1 0 1 1 0 1 0 1 2
22 An 1 1 1 0 0 1 1 1 2
23 Ro 1 1 1 0 0 0 0 1 2
24 Li 1 1 1 1 1 1 0 1 2
25 Li 1 1 1 0 1 1 1 1 2
26 La 1 1 1 1 1 1 0 0 2
27 Ti 1 1 1 1 1 1 0 0 2
28 Tu 1 1 1 0 1 1 1 1 2
29 Ro 1 1 1 0 1 0 0 1 2
30 Sr 1 1 1 0 1 1 0 0 2
31 Mu 1 1 1 0 1 0 0 1 2
32 Nu 1 1 1 0 1 1 1 1 2
33 Sy 1 1 1 0 1 0 1 1 2
34 Ri 1 1 1 1 0 0 0 0 2
35 Sa 1 1 1 1 1 1 0 0 2
36 Su 1 1 1 0 1 0 0 0 2
37 El 1 1 1 0 1 1 1 1 2
38 Id 1 1 1 1 1 1 1 1 2
39 Fe 1 1 1 1 1 1 1 1 2
40 Su 1 1 1 1 1 1 0 1 2
41 Nu 1 1 1 0 1 0 1 1 2
42 Sa 1 1 1 0 1 1 0 1 2
43 Ma 1 1 1 0 1 1 0 1 2
44 Ap 1 1 1 1 1 1 1 1 2
45 El 1 1 1 1 1 1 1 1 2
39

46 Ma 1 1 1 1 1 1 0 0 2
47 Si 1 1 1 1 1 1 1 1 2
48 Ma 1 1 1 1 1 1 1 1 2
49 De 1 1 1 1 1 1 0 0 2
50 Et 1 1 1 1 1 1 0 0 2
51 Ek 1 1 1 0 1 1 1 1 2
52 Nu 1 1 1 0 1 1 1 1 2
53 Su 1 1 1 0 1 0 1 1 2
54 Ja 1 1 1 0 1 1 1 1 2
55 Sr 1 1 1 1 1 1 1 1 2
56 Im 1 1 1 0 0 1 0 1 2
57 Wi 1 1 1 1 1 1 1 1 2
58 Ko 1 1 1 1 1 1 1 1 2
59 Am 1 1 1 0 0 1 0 1 2
60 Tr 1 1 0 0 0 1 1 1 2
61 As 1 1 1 0 1 1 1 1 2
62 An 1 1 1 1 1 1 1 1 2
63 Lu 1 1 1 0 1 1 1 1 2
64 Ra 1 1 1 1 1 1 1 1 2
65 Ek 1 1 1 1 1 1 0 0 2
66 Ri 1 1 1 1 1 1 0 0 2
67 Da 1 1 1 1 1 1 1 1 2
68 In 1 1 1 1 1 1 0 1 2
69 Sa 1 1 1 1 1 0 1 1 2
70 Qo 1 1 1 1 1 1 0 0 2
71 Nu 1 1 1 1 1 1 1 1 2
72 Wa 1 1 1 1 1 1 1 1 2
73 Ev 1 1 1 1 1 1 1 1 2
74 Mu 1 1 1 0 0 1 1 1 2
75 In 1 1 1 1 1 1 0 0 2
76 Fi 1 1 1 0 1 0 0 1 2
77 Ar 1 1 1 1 1 0 1 1 2
78 Tr 1 1 0 0 1 0 1 1 2
79 Ka 1 1 1 0 1 1 1 1 2
40

80 Jo 1 1 1 1 1 0 0 1 2
81 Fa 1 1 1 0 1 1 1 1 2
82 Ev 1 1 1 0 0 0 0 1 2
83 Di 1 1 1 0 1 0 1 1 2
84 Nu 1 1 1 0 1 0 1 1 2
85 En 1 1 1 1 0 0 1 1 2
86 Li 1 1 1 1 0 1 0 1 2
87 Ri 1 1 1 0 1 1 0 1 2
88 Ne 1 1 1 1 1 0 1 1 2
89 Eg 1 1 1 0 1 1 1 1 2
90 Ir 1 1 1 0 1 1 1 1 2
91 Ul 1 1 1 0 0 0 0 1 2
92 Li 1 1 1 1 0 1 1 1 2
93 Ca 1 1 1 0 1 0 0 0 2
94 Mi 1 1 1 1 1 1 0 0 2
95 Ya 1 1 1 1 1 1 0 0 2
96 Ii 1 1 1 0 0 0 1 1 2
97 Wa 1 1 1 1 1 1 1 1 2
98 Sa 1 0 1 1 0 0 0 1 2
99 Su 1 1 1 0 1 0 1 1 2
100 Wi 1 1 1 1 0 0 1 1 2
101 Yu 1 1 1 0 1 0 1 1 2
102 Ii 0 0 0 0 0 0 0 0 1
103 An 1 1 1 0 1 0 1 1 2
104 Uc 1 1 1 0 0 1 1 1 2
105 Ma 1 1 1 0 1 1 1 1 1
106 Ro 1 1 1 0 0 1 0 1 2
LAMPIRAN

Pola Distribusi Responden Berdasarkan Usia

34
35

Pola Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia

Pola Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak


36

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan


37

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Suami

Pola Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Suami

Pola Distribusi Responden berdasarkan Penghasilan Keluarga


38

Pola Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

Pola Distribusi Responden berdasarkan Status Pengetahuan TB

Pola Distribusi Responden berdasarkan Status Pengetahuan Imunisasi BCG


39

Pola Distribusi Responden berdasarkan Perilaku Pemberian Imunisasi BCG

BIVARIAT

Hubungan Tingkat Pengetahuan TB * Pemberian BCG


40

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Alvin Rifqy
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Banjarmasin, 20 Maret 1990
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bawang Putih No.41 Rt.42,
Komplek Gatot Subroto, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan
Nomor Telepon/HP : +6285651014388
Email : alvindzicino@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
1993-1995 : TK Syafa’ah Banjarmasin
1995-1996 : TK Pembina Banjarmasin
1996-2002 : SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin
2002-2005 : SMP Islam Sabilal Muhtadin
2005-2009 : Pondok Pesantren Daar El-Qolam Tangerang
2009-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008 : Sekretaris Ikatan Santri Madrasatul Mu’alimin
Al-Islamiyah (ISMI) Pondok Pesantren
Daar El-Qolam Tangerang
41

2010-2011 : Pengurus Departemen Kajian Strategi,


BEM Jurusan Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2011-2012 : Ketua Departemen Kajian Strategi
BEM Jurusan Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2012-sekarang : Ketua Departemen Kajian Strategi
BEM Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

You might also like