You are on page 1of 16

AMTSAL AL-QUR’AN

Mata Kuliah : TAFSIR TARBAWI

Dosen : Dr. H. Hasbiyallah, M.Ag

Oleh :

NAMA : ANI JAILANI, S.Pd.I


NIM :

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI AMTSAL AL-QUR'AN ........................................................................... 3
1. Pengertian Amtsal Al-Qur' an ......................................................................... 3
2. Macam-macam Matsal al-Qur'an .................................................................... 5
3. Rukun dan Ciri-ciri Matsal aI-Qur’an ............................................................. 11
4. Tujuan dan Urgensi Matsal al-Qur’an ............................................................ 12

KESIMPULAN .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

Al- Quran sebagi petunjuk hidup manusia, khusunya kaum muslimin


memiliki banyak penjelasan dalam berbagai macam ungkapan mulai dari ayat-
ayat yang muhkamat, jelas dan bahkan ada yang terperinci maupun ayat
mutasyabihat dengan mengutip pendapat dari Kuntowijoyo, Dr Rosihan Anwar
menjelaskan bahwa pada dasarnya kandungan al-quran itu terbagi menjadi dua
bagian, diantaranya ayat yang berisi konsep-konsep dan ayat yang berisi kisah-
kisah sejarah.

Al-Quran turun dengan bahasa arab yang digunakan oleh masyarakat yang
ditemuinya pertama kali. Mereka antara lain menggunakan apa yang dinamai
Taukid atau pengukuhan dalam menyampaikan berita. Taukid pun bertingkat-
tingkat disesuaikan dengan sikap mitra bicara. Jika dia belum mengambil sikap,
maka taukid kalaupun akan digunakan cukup dengan alakadarnya, misalnya
dengan menambah pada awal kalimat huruf Inna atau sesungguhnya. Tetapi jika
keraguan atau penolakan telah mencapai tingkat yang amat tinggi, maka redaksi
pengukuhan semakin diperlukan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. AMSALUL QUR’AN
1. Pengertian Amtsal

Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal
dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi
tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya. Contohnya
: “ rubba ramiyah min ghairi ramin”. Maksudnya berapa banyak musibah
diakibatkan oleh kesalahan pemanah. Orang yang pertama mengatakan seperti ini
adalah Hakam bin Yaghuts al-Naqri, membuat perumpamaan orang yang salah
dengan musibah walaupun kadang-kadang benar.1

Menurut kamus besar bahsa Indonesia, Amtsal adalah bentuk jamak dari
kata matsal (perumpamaan) atau mitsil (serupa) atau matsil, sama dengan kata
syabah atau syabih. Menurut Rahmat Syafe’i Amtsal adalah menampilkan arti
yang tidak tampak dengan penampilan bentuk indrawi, diramu dengan rasa indah
dan mempesona baik dengan mengandung tasybih atau mursal. Amtsal adalah
salah satu bentuk metode penjelasan dalam al Quran.

Menurut Ibnul Qoyyim amtsal Al-Qur’an adalah menyerupakan sesuatu


dengan sesuatu yang lain dalam hal hukum dan mendekatkan sesuatu yang abstrak
(ma’qul) dengan yang kongkrit (mahsus), atau mendekatkan salah satu dari dua
mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya sebagai yang lain.
Sebagaian besar contoh amtsal Al-Qur’an menurut Ibnul Qoyyim menggunakan
tasybih shorih seperti firman Allah:

‫إ ِ ن َّ َم ا َم ث َ ُل الْ َح ي َ ا ة ِ ال د ُّنْ ي َ ا كَ َم ا ٍء أ َنْ زَ لْ ن َا ه ُ ِم َن ال سَّ َم ا ِء‬


“Sesungguhnya matsal kedudukan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit” (QS.Yunus:24)

1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, Kairo : Maktabah Wahbah, ,
hal. 354.
Mengutip dari pendapat Sayyid Qutb, Ahmad Izzan menjelaskan bahwa
Amtsal dalam Al Quran merupakan sarana untuk menggambarkan kondisi
bangsa-bangsa pada masa lampau, termasuk penggambaran akhlaqnya. Penyair
Zuhair dan Nabighah adz Dziyani, sepeti yang dikutip oleh Ahmad Hasyimi
menyatakan bahwa biasanya amtsal digunakan untuk suatu keadaan dan kisah
yang hebat. Karena itu Amtsal digunakan untuk suatu keadaan dan suatu makna
yang abstrak kedalam bentuk indrawi agar menjadi indah dan menarik.

Ahmad Izzan merumuskan beberapa ciri Amtsal diantaranya:

1. Amtsal mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak


sehingga menjadi jelas, konkrit, dan berkesan.
2. Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi kondisi perumpamaan yang
dimaksud padanannya.
3. Ada keseimbangan (tawazun) antara perumpamaan dan keadaan yang
dianalogikan.

Jadi Amtsal adalah salah satu bentuk metode penjelasan dalam Al-Quran
dengan menggunakan perumpamaan.

2. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an

Sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal memiliki empat unsur, yaitu:

1) Wajhu Syabah: segi perumpamaan


2) Adatu Tasybih: alat yang dipergunakan untuk tasybih
3) Musyabbah: yang diperumpamakan
4) Musyabbah bih: sesuatu yang dijadikan perumpamaan.

Para ahli Arab mensyaratkan sahnya amtsal harus memenuhi empat syarat,
sebagai berikut:

1) Bentuk kalimatnya harus ringkas


2) Isi maknanya harus mengena dengan tepat
3) Perumpamaannya harus indah
4) Kinayahnya harus indah.

Orang yang pertama kali mengarang ilmu Amtaslil Qur’an ialah Syekh
Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-Naisaburi dan dilanjutkan oleh Imam
Abdul Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi. Kemudian dilanjutkan Imam
Syamsudin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Adapun salah satu dalil yang berkenaan dengan amtsal adalah sabda
RasulullahAl Qur'an turun atas lima bentuk, halal, haram, muhkam , mutsyabih
dan amtsal (permpamaan) maka amalkanlah yang halal, dan jauhilah yang haram.
Ikutilah yang muhkam dan berimanlah terhadap yang mutasyabbih serta ambillah
pelajaran dari amtsal. Sedangkan pendapat salaf al-Mawardi berkata : Ilmu Al
Qur'an yang paling agung asalah ilmu amtsalnya (perumpamaannya). Namun,
kebanyakan orang lalai darinya di sebabkan sibuk dengan perumpamaan tersebut,
dan lalai dengan pembuat perumpamaan tersebut. Maka perumpamaan tanpa
pembuatnya ibarat kuda tanpa perlana atau onta tanpa tali kekang.

3. Jenis Amtsal dalam al-Qur’an

Amtsal di dalam al-Qur’an ada tiga macam : amtsal musharrahah, amtsal


kaminah dan amtsal mursalah.

a. Amtsal musharrahah

Maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafazh matsal atau sesuatu yang
menunjukkan tasybih (penyerupaan). amtsal ini seperti banyak yang ditemukan
dalam al-Qur’an dan berikut ini beberapa di antaranya :

1) Tentang orang munafik :

ِ ُ‫َّللاُ ِبن‬
‫ور ِه ْم‬ َ ‫ت َما َح ْولَهُ َذه‬
َّ ‫َب‬ ْ ‫ضا َء‬ ً ‫َمثَلُ ُه ْم َك َمث َ ِل الَّذِي ا ْست َ ْوقَ َد ن‬
َ َ ‫َارا فَلَ َّمآ أ‬
َ‫ى فَ ُه ْم الَ َي ْر ِجعُون‬ ُ ‫ص ُّم بُ ْك ٌم‬
ٌ ‫ع ْم‬ ُ }17{ َ‫ْص ُرون‬ ِ ‫ت الَّ يُب‬ ٍ ‫ظلُ َما‬
ُ ‫َوت َ َر َك ُه ْم فِي‬

َ َ ‫ات َو َر ْع ٌد َوبَ ْر ٌق يَ ْج َعلُونَ أ‬


‫صابِ َع ُه ْم‬ ٌ ‫ظلُ َم‬ُ ‫اء فِي ِه‬ ِ ‫س َم‬
َّ ‫ب ِمنَ ال‬
ٍ ِ‫صي‬َ ‫} أ َ ْو َك‬18{
‫} يَ َكا ُد‬19{ َ‫يط بِ ْال َكافِ ِرين‬ ٌ ‫َّللاُ ُم ِح‬ ِ ‫ق َح َذ َر ْال َم ْو‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ‫فِي َءا َذانِ ِهم ِمنَ ال‬
ِ ‫ص َوا ِع‬
ْ َ ‫ضا َء لَ ُهم َّمش َْوا فِي ِه َو ِإ َذا أ‬
‫ظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم قَا ُموا‬ َ َ ‫ار ُه ْم ُكلَّ َمآ أ‬
َ ‫ص‬َ ‫ف أ َ ْب‬ َ ‫ْالبَ ْر ُق يَ ْخ‬
ُ ‫ط‬
َ ‫َّللا َعلَى ُك ِل‬
ُ ‫ش ْيءٍ قَد‬
ُُ‫ِير‬ َ َّ ‫ار ِه ْم إِ َّن‬
ِ ‫ص‬َ ‫س ْم ِع ِه ْم َوأ َ ْب‬ َ ‫َّللاُ لَ َذه‬
َ ِ‫َب ب‬ َّ ‫َولَ ْو شَآ َء‬

Artinya : Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,


maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
yang benar). atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah
meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar
penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di
bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka.
Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.(Al-Baqarah : 17-20)

Di dalam ayat-ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (matsal) bagi


orang munafik, matsal yang berkenaan dengan api (nar) dalam firman-Nya
“adalah seperti orang yang menyalakan api” karena di dalam api terdapat unsur
cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan air (ma’i), atau seperti orang-
orang yang ditimpa hujan lebat dari langit, karena di dalam air terdapat materi
kehidupan. Dan wahyu yang turun dari langit pun bermaksud untuk menerangi
hati dan menghidupkannya

b. Amtsal Kaminah

Yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamtsil, tetapi
ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat
padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya. Conothnya :
1) Ayat-ayat yang senda dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara yang
tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu :

a) Firman Allah tentang sapi betina : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak
muda, pertengahan di antara itu.

‫ض َوال‬ ِ َ‫ي قَا َل إِنَّهُ يَقُو ُل إِنَّ َها بَقَ َرة ٌ ال ف‬


ٌ ‫ار‬ ُ ‫قَالُوا ا ْد‬
َ ‫ع لَنَا َرب ََّك يُبَيِ ِّْن لَنَا َما ِه‬
َ‫ان َبيْنَ ذَ ِل َك فَا ْف َعلُوا َما تُؤْ َم ُرون‬
ٌ ‫ِب ْك ٌر َع َو‬

Artinya : Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar


Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang
tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu". (al-Baqarah : 68)

b) Firman-Nya tentang nafkah :

‫َوالَّذِينَ إِذَا أ َ ْنفَقُوا لَ ْم يُ ْس ِرفُوا َولَ ْم يَ ْقت ُ ُروا َو َكانَ بَيْنَ ذَ ِل َك قَ َوا ًما‬
Artinya : Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.

c) Firman-Nya mengenai shalat :

Artinya : “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan


jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (al-
Isra’: 110).

2) Ayat senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan, maka
seperti itu kamu akan dibalas.” Misalnya, “Barangsiapa mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (An-
Nisa’ : 123)
ُ‫سو ًءا يُ ْجزَ ِب ِه َوال يَ ِج ْد لَه‬ ِ ‫ي أ َ ْه ِل ْال ِكتَا‬
ُ ‫ب َم ْن يَ ْع َم ْل‬ ِِّ ِ‫ْس ِبأ َ َمانِ ِيِّ ُك ْم َوال أ َ َمان‬
َ ‫لَي‬
‫يرا‬
ً ‫َص‬
ِ ‫َّللاِ َو ِليًّا َوال ن‬ ِ ‫ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬

Artinya : (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah. (an-Nisa’ : 123)

c. Amtsal mursalah,

Yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.
Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Seperti :

1) QS Al-Mudatsir Ayat 38

ٌ ‫ت َر ِه ي ن َة‬
ْ َ ‫كُ ُّل ن َفْ ٍس بِ َم ا كَ سَ ب‬
Artinya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (al-Mudatsir : 38)

2) QS al-Maidah Ayat 100

‫َّللاَ يَا أُو ِلي‬ ِ ‫ِّب َولَ ْو أ َ ْع َجبَ َك َكثْ َرة ُ ْال َخ ِبي‬
َّ ‫ث فَاتَّقُوا‬ ُ ِ‫قُ ْل ال يَ ْست َ ِوي ْال َخب‬
َّ ‫يث َو‬
ُ ‫الط ِي‬
َ‫ب لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ ْ
ِ ‫األلبَا‬
Artinya : Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (al-Maidah
: 100)

“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah” (al-Hasyr :
14)
4. Faedah-Faedah Amtsal

Menurut Bakri Syah Amin, ada beberapa peranan amtsal dalam


menyampakan pesan-pesan dalam al-Qur’an, di antaranya :2

a. Menggambarkan sesuatu yang abstrak dalam gambaran konkrit


b. Menyinkap sesuatu dan mendekatkan pengertian kepada pemahaman
c. Menggambarkan sesuatu yang ghaib dalam bentuk zahir
d. Menyatukan makna yang indah dalam ungkapan yang pendek dan mudah
e. Memantapkan makna dalam pikiran
f. Membuat orang suka dengan cara yang paling simple

Ahmad al-Hasyim menyatakanbahwa peranan amtsal itu banyak di antaranya


menenangkan pikiran, menyejukkan hati, dan mengandung hikmah yang
mendalam3

Sementara itu al-Qaththan mengemukakan peranan amtsal sebagai berikut :

a. Menggabarkan sesuatu yang ada dalam pikiran secara konkrit yang dapat
disentuh manusia, sehingga dapat diterima akal, karena makna yang
abstrak akan mantap dalam pikiran bila dikonkritkan.

Contohnya dalam firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 264 yang
menggambarkan keadaan orang yang berinfak karena riya.

ُ‫صدَقَاتِ ُك ْم ِب ْال َم ِِّن َواألذَى َكالَّذِي يُ ْن ِف ُق َمالَه‬


َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ال تُب ِْطلُوا‬
ٌ ‫ان َعلَ ْي ِه ت ُ َر‬
‫اب‬ ٍ ‫ص ْف َو‬ ِ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم‬
َ ‫اآلخ ِر فَ َمث َلُهُ َك َمث َ ِل‬ ِ َّ‫ِرئَا َء الن‬
َّ ِ‫اس َوال يُؤْ ِم ُن ب‬
ْ ‫ص ْلدًا ال يَ ْقد ُِرونَ َعلَى ش‬
َ ‫َيءٍ ِم َّما َك‬
َّ ‫سبُوا َو‬
‫َّللاُ ال يَ ْهدِي‬ َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَت َ َر َكه‬ َ َ ‫فَأ‬
َ‫ْالقَ ْو َم ْال َكا ِف ِرين‬

2
Abdul Wahab Abdul Lathif, Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo, 1993, j.I hal. 108
3 Ahmad al-Hasyim, Jawahir al-Adab, Bairut: Dar el-fikri, 1993, j.I, hal. 260
Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (al-Baqarah : 264)

b. Mengungkapkan berbagai hakikat, menampilkan yang ghaib bagaikan


sesuatu yang ada, seperti al-Qur’an menggambarkan orang yang makan
riba pada firman Allah surat al-Baqarah ayat 275.

c. Menyatukan makna-makna yang indah memukau melalui ungkapan pendek


seperti terdapat pada amtsal kaminah dan mursal.

d. Memotivasi untuk orang yang membaca atau yang mendengar untuk


mengikuti apa yang tedapat pada amtsal. Contohnya perumpamaan Allah bagi
orang yang bernafkah dijalan Allah dalam firman Allah surat al-Baqarah ayat 261.

‫سنَابِ َل فِي‬
َ ‫س ْب َع‬ َ ‫ت‬ ْ َ ‫َّللاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ْنبَت‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬
َّ ‫سبِي ِل‬
‫َّللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم‬ َّ ‫ف ِل َم ْن َيشَا ُء َو‬ ُ ‫ضا ِع‬ َّ ‫س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َو‬
َ ُ‫َّللاُ ي‬ ُ ‫ُك ِِّل‬
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

e. Memotivasi untuk menjauhkan diri dari sesuatu yang dibenci yang terdapat
dalam amtsal, seperti firman Allah tentang larangan ghibah firman Allah surat al-
Fath ayat 29.

f. Untuk memuji orang yang diberi amtsal seperti firman-Nya tentang para
sahabat surat al-Fath ayat 29.
g. Memberikan celaan terhadap orang yang berisfat buruk yang terdapat dalam
amtsal. Seperti Allah mengemukakan keadaan orang-orang yang telah diturunkan
kitab kepada mereka, tetapi mereka tidak beramal dengan ayat-ayat Allah itu,
seperti pada firman Allah surat al-‘Araf ayat : 175-176.

h. Perumpamaan itu paling berbekas di hati, paling berkesan dalam pelajaran,


paling keras dalam mencela, Allah memperbanyak amtsal dalam al-Qur’an
sebagai pernyataan dan pelajaran, seperti firman Allah surat az-Zumar ayat 27.

ِ ‫اس فِي َهذَا ْالقُ ْر‬


َ‫آن ِم ْن ُك ِِّل َمث َ ٍل لَ َعلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُرون‬ َ ‫َولَقَ ْد‬
ِ َّ‫ض َر ْبنَا ِللن‬
Artinya : Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini
setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

Selanjutnya al-Zarkasyi menyebutkan secara ringkas peranan amtsal al-Qur’an


yaitu : peringatan, pelajaran, motivasi melakukan sesuatu, menjauhkan diri dari
sesuatu, sebagai cerminan perbandingan, memantapkan sesuatu yang ada di dalam
pikiran melalui gambaran yang konkrit, menjelaskan tinggi rendahnya pahala,
pujian dan celaan, imbalan dan pembalasan, menyanjungi dan menghinakan
sesuatu.4

5. Nilai-nilai Amtsal dan Implikasinya Dalam Pendidikan

Adapun dampak edukatif perumpamaan Qur’ani dan Nabawi menurut


Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya bahwa perumpamaan-perumpamaan
Qur’ani dan Nahlawi tidak hanya menunjukan ketinggian karya seni yang hanya
di tunjukan untuk keindahan balaghah semata saja tetapi, perumpamaan-
perumpamaan yang memiliki tujuan psikologis edukatif yang di tunjukan oleh
kedalam makna sehingga menarik kesimpulan dari perumpamaan-peumpamaan
tersebut.

Rasululloh SAW menggunakan metode perumpamaan Qur’ani dan


Nahlawi dalampendidikan, diantaranya:

4
Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumil Qur’an, Mesir: al-Halabi,
t.th, hal. 131.
a. Metode dialog khithabi yeang bersifat peringatan.
b. Penggunaan wujud-wujud benda sebagai sarana konkrit sehingga
membantu kejelasan dan pemahaman.
c. Pemberian perumpamaan.
Dalam Hasist Rasululloh yang artinya “dari Muhammad Ibnu
Mutsnna dan lafadz darinya, hadist dari Abdul Wahhab yakni as-Saqafi,
hadist Abdullah dari Nafi’ dari ibn Umar, Nabi SAW bersabda:
perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti
kambing yang kebingungan ditengah kambing-kambing yang lain. Ia
bolak balik kesana ke sini”. (Muslim, IV:2146).

Setiap perumpamaan yang diberikan tujuan untuk menanamkan nilai


dalam pendidikan atau menginternalisasikan dalam diri peserta didik tentang nilai
yang tersirat dari materi yang disampaikan. Adapun nilai yang terkandung dalam
metode amtsal dalam kajian pendidikan Islam, diantaranya:

Pertama, metode amtsal (perumpamaan) mendidik manusia untuk


berfikir, terbiasa berpikir analogis melalui penyebutan premis-premis. Amtsal
sangat sesuai dengan konsep pendidikan Quran yang menuntun peserta didiknya
untuk menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, meyakini
kebenaran yang di sajikan Al-Quran melalui argumentasi-argumentasi logika
yang di paparkannya dan pada akhirnya akan mengantarkan kepada tujuan
pendidikan dalam segala aspeknya. Dari sini amtsal dapat melahirkan pola pikir
yang kritis dan rasional.

Kedua, metode amtsal mengarahkan kepada pembelajaran kontekstual.


Salah satukeunikan amstal adalah dapat mengungkapkan hal-hal yang abstrak
melalui perumpamaan-perumpamaan yang bersifat konkrit. Hal ini di maksudkan
untuk menjelaskan dan menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya.
Dengan perumpamaan seperti itu maka pendengar atau pembaca akan merasakan
seakan-akan pesan yang di sampaikan itu terlihat secara langsung.

Ketiga, metode amtsal membangunaspek efektif mengembangkan aspek


emosional dan mental anak didik. Tiga ranah yang penting dalam pendidikan
yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Di antra ketiga aspek tersebut,
aspek afektif yang paling rumit proses pembinaannya, karena spek ini
membangun rasa iman, dan rasa keagamaan.

Adapun manfaat dari penggunaan metode Amtsal diantaranya sebagai


berikut:

a. Menonjolkan sesuatu yang dapat dijangkau dengan akal menjadi untuk


konkrit yang dapat dirasakan atau dipahami oleh indra manusia. Atau
memudahkan memahami suatu konsep yang abstrak.
b. Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak
menjadi sesuatu yang seakan-akan nampak.
c. Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti
apa yang digambarkan dalam amtsal.
d. Menghindarkan diri dari perbuatan negatif.
e. Menggerakan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya
menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang
baik dan menjauhi segala kemungkaran.
c. Pengertian Qasam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Qasam adalah sumpah, sumpah


di artikan sebagai peernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi
kepada tuhan atau kepada seesuatu yang di anggap suci. Secara terminologi
Qasam adalah mengikatkan diri untuk menghindari sesuatu untuk melakukan
sesuatu pada makna yang diagungkan oleh yang bersumpah secara kenyataan
atau keyakinan.

Qasam digunakan dalam arti sumpah, yakni sumpah yang minimal


pengucapannya dinilai sebagai sumpah yang benar. Kata ini berbeda dengan
kata Hilf yang juga bisa diartikan sumpah. Perbedaannya antara lain bahwa
Hilf mengisyaratkan kebohongan sang pengucap atau bahwa sumpah itu
berpotensi untuk di batalkannya dengan membayar kaffarat sanksi.

Sumpah terdiri dari empat unsur yaitu:


1. Yang bersumpah, dalam hal ini allAh atau manusia ini dinamai al-Halif
atau al-Muqsim.
2. Hurup atau kata yang menunjukan bahwa ucapan adalah sumpah, yaitu
huruf-huruf: wauw, ba, dan ta’ dan kata uqsimu. Ini adalah adat al-
Qasam.
3. Sesuatu yang dijadikan penguat sumpah, yaitu penyebutan nama Allah;
zat, sifat, atau perbuatan-perbuatannya, demikian juga fenomena alam dan
lain-lain. Ini dinamai muqsam bihi.
4. Informasi yang dikukuhkan. Ini dinamai Jawab al-Qasam.

Ulama mengatakan bahwa muqsam bihi harus selalu merupakan suatu yang
agung ini antara lain karena Nabi Muhamad SAWmelarang bersumpah kecuali
dengan nama Allah zat, sifat atau perbuatannya. Oleh sebab itu, mereka yang
menganut paham di atas bila menemukan ayat yang menyebut makhluk atau
fenomena sebagai mahqum bihi mereka menyisikan kata rabb atau tuhan.

Seperti dikemukakan di atas bahwa sumpah adalah salah satu cara al-Quran
mengukuhkan informasinya. Firmannya yang menggunakan redaksi la uqsimu
yang secara harfiyah berarti “aku tidak bersumpah”. Seperti contoh dalam Qs al-
Haqqah ayat 69: ada yang berpendapat bahwa La adalah sisipan yang berfungsi
menguatkan sumpah, sehingga dia tidak perlu diberi makna. Seakan-akan la
uqsimu berarti “aku sungguh bersumpah” dan ada juga yang mengatakan bahwa
La berfungsi menafikan sesuatu yang tidak terucapkan. Misalnya “Tidak, tidak
seperti dugaan kalian. Aku bersumpah bahwa..”. ada lagi yang mengatakan
bahwa biarlah la uqsimu dipahami sesuai dengan makna harfiyah lafadznya
sambil menyatakan bahwa dibalik lafazh itu terdapat pengukuhan.

You might also like