Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. TEORI AMTSAL AL-QUR'AN ........................................................................... 3
1. Pengertian Amtsal Al-Qur' an ......................................................................... 3
2. Macam-macam Matsal al-Qur'an .................................................................... 5
3. Rukun dan Ciri-ciri Matsal aI-Qur’an ............................................................. 11
4. Tujuan dan Urgensi Matsal al-Qur’an ............................................................ 12
KESIMPULAN .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Al-Quran turun dengan bahasa arab yang digunakan oleh masyarakat yang
ditemuinya pertama kali. Mereka antara lain menggunakan apa yang dinamai
Taukid atau pengukuhan dalam menyampaikan berita. Taukid pun bertingkat-
tingkat disesuaikan dengan sikap mitra bicara. Jika dia belum mengambil sikap,
maka taukid kalaupun akan digunakan cukup dengan alakadarnya, misalnya
dengan menambah pada awal kalimat huruf Inna atau sesungguhnya. Tetapi jika
keraguan atau penolakan telah mencapai tingkat yang amat tinggi, maka redaksi
pengukuhan semakin diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AMSALUL QUR’AN
1. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl dan matsil
serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafazh maupun maknanya. Amsal
dalam sastra adalah penyerupaan suatu keadaan dengan keadaan yang lain, demi
tujuan yang sama, yaitu menyerupakan sesuatu dengan yang aslinya. Contohnya
: “ rubba ramiyah min ghairi ramin”. Maksudnya berapa banyak musibah
diakibatkan oleh kesalahan pemanah. Orang yang pertama mengatakan seperti ini
adalah Hakam bin Yaghuts al-Naqri, membuat perumpamaan orang yang salah
dengan musibah walaupun kadang-kadang benar.1
Menurut kamus besar bahsa Indonesia, Amtsal adalah bentuk jamak dari
kata matsal (perumpamaan) atau mitsil (serupa) atau matsil, sama dengan kata
syabah atau syabih. Menurut Rahmat Syafe’i Amtsal adalah menampilkan arti
yang tidak tampak dengan penampilan bentuk indrawi, diramu dengan rasa indah
dan mempesona baik dengan mengandung tasybih atau mursal. Amtsal adalah
salah satu bentuk metode penjelasan dalam al Quran.
1
Syaikh Manna Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, Kairo : Maktabah Wahbah, ,
hal. 354.
Mengutip dari pendapat Sayyid Qutb, Ahmad Izzan menjelaskan bahwa
Amtsal dalam Al Quran merupakan sarana untuk menggambarkan kondisi
bangsa-bangsa pada masa lampau, termasuk penggambaran akhlaqnya. Penyair
Zuhair dan Nabighah adz Dziyani, sepeti yang dikutip oleh Ahmad Hasyimi
menyatakan bahwa biasanya amtsal digunakan untuk suatu keadaan dan kisah
yang hebat. Karena itu Amtsal digunakan untuk suatu keadaan dan suatu makna
yang abstrak kedalam bentuk indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Jadi Amtsal adalah salah satu bentuk metode penjelasan dalam Al-Quran
dengan menggunakan perumpamaan.
Para ahli Arab mensyaratkan sahnya amtsal harus memenuhi empat syarat,
sebagai berikut:
Orang yang pertama kali mengarang ilmu Amtaslil Qur’an ialah Syekh
Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-Naisaburi dan dilanjutkan oleh Imam
Abdul Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi. Kemudian dilanjutkan Imam
Syamsudin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim al-Jauziyah
Adapun salah satu dalil yang berkenaan dengan amtsal adalah sabda
RasulullahAl Qur'an turun atas lima bentuk, halal, haram, muhkam , mutsyabih
dan amtsal (permpamaan) maka amalkanlah yang halal, dan jauhilah yang haram.
Ikutilah yang muhkam dan berimanlah terhadap yang mutasyabbih serta ambillah
pelajaran dari amtsal. Sedangkan pendapat salaf al-Mawardi berkata : Ilmu Al
Qur'an yang paling agung asalah ilmu amtsalnya (perumpamaannya). Namun,
kebanyakan orang lalai darinya di sebabkan sibuk dengan perumpamaan tersebut,
dan lalai dengan pembuat perumpamaan tersebut. Maka perumpamaan tanpa
pembuatnya ibarat kuda tanpa perlana atau onta tanpa tali kekang.
a. Amtsal musharrahah
Maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafazh matsal atau sesuatu yang
menunjukkan tasybih (penyerupaan). amtsal ini seperti banyak yang ditemukan
dalam al-Qur’an dan berikut ini beberapa di antaranya :
ِ َُّللاُ ِبن
ور ِه ْم َ ت َما َح ْولَهُ َذه
َّ َب ْ ضا َء ً َمثَلُ ُه ْم َك َمث َ ِل الَّذِي ا ْست َ ْوقَ َد ن
َ َ َارا فَلَ َّمآ أ
َى فَ ُه ْم الَ َي ْر ِجعُون ُ ص ُّم بُ ْك ٌم
ٌ ع ْم ُ }17{ َْص ُرون ِ ت الَّ يُب ٍ ظلُ َما
ُ َوت َ َر َك ُه ْم فِي
b. Amtsal Kaminah
Yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamtsil, tetapi
ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam redaksinya singkat
padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya. Conothnya :
1) Ayat-ayat yang senda dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara yang
tidak berlebihan, adil, dan seimbang.” Yaitu :
a) Firman Allah tentang sapi betina : “Sapi betina yang tidak tua dan tidak
muda, pertengahan di antara itu.
َوالَّذِينَ إِذَا أ َ ْنفَقُوا لَ ْم يُ ْس ِرفُوا َولَ ْم يَ ْقت ُ ُروا َو َكانَ بَيْنَ ذَ ِل َك قَ َوا ًما
Artinya : Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah antara yang demikian.
2) Ayat senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan, maka
seperti itu kamu akan dibalas.” Misalnya, “Barangsiapa mengerjakan
kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (An-
Nisa’ : 123)
ُسو ًءا يُ ْجزَ ِب ِه َوال يَ ِج ْد لَه ِ ي أ َ ْه ِل ْال ِكتَا
ُ ب َم ْن يَ ْع َم ْل ِِّ ِْس ِبأ َ َمانِ ِيِّ ُك ْم َوال أ َ َمان
َ لَي
يرا
ً َص
ِ َّللاِ َو ِليًّا َوال ن ِ ِم ْن د
َّ ُون
Artinya : (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah. (an-Nisa’ : 123)
c. Amtsal mursalah,
Yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.
Tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal. Seperti :
1) QS Al-Mudatsir Ayat 38
ٌ ت َر ِه ي ن َة
ْ َ كُ ُّل ن َفْ ٍس بِ َم ا كَ سَ ب
Artinya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (al-Mudatsir : 38)
َّللاَ يَا أُو ِلي ِ ِّب َولَ ْو أ َ ْع َجبَ َك َكثْ َرة ُ ْال َخ ِبي
َّ ث فَاتَّقُوا ُ ِقُ ْل ال يَ ْست َ ِوي ْال َخب
َّ يث َو
ُ الط ِي
َب لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون ْ
ِ األلبَا
Artinya : Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan." (al-Maidah
: 100)
“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah” (al-Hasyr :
14)
4. Faedah-Faedah Amtsal
a. Menggabarkan sesuatu yang ada dalam pikiran secara konkrit yang dapat
disentuh manusia, sehingga dapat diterima akal, karena makna yang
abstrak akan mantap dalam pikiran bila dikonkritkan.
Contohnya dalam firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 264 yang
menggambarkan keadaan orang yang berinfak karena riya.
2
Abdul Wahab Abdul Lathif, Musu’ah Amtsal al-Qur’aniyyah, Kairo, 1993, j.I hal. 108
3 Ahmad al-Hasyim, Jawahir al-Adab, Bairut: Dar el-fikri, 1993, j.I, hal. 260
Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan
lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. (al-Baqarah : 264)
سنَابِ َل فِي
َ س ْب َع َ ت ْ َ َّللاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ْنبَت َ َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي
َّ سبِي ِل
َّللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم َّ ف ِل َم ْن َيشَا ُء َو ُ ضا ِع َّ س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َو
َ َُّللاُ ي ُ ُك ِِّل
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
e. Memotivasi untuk menjauhkan diri dari sesuatu yang dibenci yang terdapat
dalam amtsal, seperti firman Allah tentang larangan ghibah firman Allah surat al-
Fath ayat 29.
f. Untuk memuji orang yang diberi amtsal seperti firman-Nya tentang para
sahabat surat al-Fath ayat 29.
g. Memberikan celaan terhadap orang yang berisfat buruk yang terdapat dalam
amtsal. Seperti Allah mengemukakan keadaan orang-orang yang telah diturunkan
kitab kepada mereka, tetapi mereka tidak beramal dengan ayat-ayat Allah itu,
seperti pada firman Allah surat al-‘Araf ayat : 175-176.
4
Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al-Burhan fi Ulumil Qur’an, Mesir: al-Halabi,
t.th, hal. 131.
a. Metode dialog khithabi yeang bersifat peringatan.
b. Penggunaan wujud-wujud benda sebagai sarana konkrit sehingga
membantu kejelasan dan pemahaman.
c. Pemberian perumpamaan.
Dalam Hasist Rasululloh yang artinya “dari Muhammad Ibnu
Mutsnna dan lafadz darinya, hadist dari Abdul Wahhab yakni as-Saqafi,
hadist Abdullah dari Nafi’ dari ibn Umar, Nabi SAW bersabda:
perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti
kambing yang kebingungan ditengah kambing-kambing yang lain. Ia
bolak balik kesana ke sini”. (Muslim, IV:2146).
Ulama mengatakan bahwa muqsam bihi harus selalu merupakan suatu yang
agung ini antara lain karena Nabi Muhamad SAWmelarang bersumpah kecuali
dengan nama Allah zat, sifat atau perbuatannya. Oleh sebab itu, mereka yang
menganut paham di atas bila menemukan ayat yang menyebut makhluk atau
fenomena sebagai mahqum bihi mereka menyisikan kata rabb atau tuhan.
Seperti dikemukakan di atas bahwa sumpah adalah salah satu cara al-Quran
mengukuhkan informasinya. Firmannya yang menggunakan redaksi la uqsimu
yang secara harfiyah berarti “aku tidak bersumpah”. Seperti contoh dalam Qs al-
Haqqah ayat 69: ada yang berpendapat bahwa La adalah sisipan yang berfungsi
menguatkan sumpah, sehingga dia tidak perlu diberi makna. Seakan-akan la
uqsimu berarti “aku sungguh bersumpah” dan ada juga yang mengatakan bahwa
La berfungsi menafikan sesuatu yang tidak terucapkan. Misalnya “Tidak, tidak
seperti dugaan kalian. Aku bersumpah bahwa..”. ada lagi yang mengatakan
bahwa biarlah la uqsimu dipahami sesuai dengan makna harfiyah lafadznya
sambil menyatakan bahwa dibalik lafazh itu terdapat pengukuhan.