You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat
tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup
lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana konsep dasar penyakit KET ?
1.2.2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit KET
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Ektopik Terganggu

A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan
ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi
pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan
divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi
terjadi di luar endometrium kavum uteri (Saifuddin, 2008)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi
di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK
UNPAD)

B. Etiologi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan
gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
terganggu merupakan peristiwa yang dapat dihadapi oleh setiap dokter, karena
beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu. Perlu diketahui oleh
setiap dokter klinik kehamilan ektopik terganggu serta diagnosisnya. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa gangguan atau keterlambatan
haid yang disertai nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik
terganggu (Saifuddin, 2007).
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak begitu diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur
dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalananke uterus telur mengalami hambatan

2
sehingga pada saat nidasi masih di tuba. Menurut Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor
yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
a) Faktor tuba
1. Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
2. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak
berfungsi dengan baik.
3. Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi
terjadinya kehamilan ektopik.
4. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
5. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat menjadi etiologi
kehamilan ektopik terganggu.
b) Faktor abnormalitas dari zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh
dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat
melalui tuba, kemudian berhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c) Faktor ovarium Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba
dapat membutuhkan konsep khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
d) Faktor hormonal Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron
dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e) Faktor lain Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang
sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.

C. Tanda dan gejala menurut Wiknjosastro tahun 2007 antara lain :


1. Adanya amenorea sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum diikuti
perdarahan
2. Mual dan muntah
3
3. Rasa nyeri di bagian kanan atau kiri perut ibu
4. Perut semakin membesar dan keras
5. Suhu badan agak naik
6. Nadi cepat 11
7. Tekanan darah menurun

D. Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik Lainnya (Wiknjosastro, 2007)


1. Kehamilan servikal Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus
spontan dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak.
Kehamilan ini jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan yang banyak
merupakan indikasi untuk ,mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri
dan kanalis servikalis. Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu itu. Dengan
USG dapat ditegakkan lebih dini.
2. Kehamilan dalam divertikulum uterus Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan
sangat sulit sekali untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging) kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini
rupture ke luar dari uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan dapat
berlangsung terus dan memerlukan laparatomi untuk melahirkan janin diikuti oleh
histerektomi.
3. Kehamilan ovarial Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila
spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan
diri dengan ovum yang masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini adalah
ovum yang dibuahi mati, atau terjadi ruptura.

E. Patofisiolgi
Sementara tanda-tanda dini kehamilan yang biasa didapati pada serviks
muncul, uterus menjadi sedikit membesar dan agak melunak pada kehamilan ektopik.
Endometrium berisi desidua (tapi tidak ada trofoblas) dan mempunyai gambaran
mikroskopik yang khas. Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi,
amenorea terjadi akibat produksi HCG oleh trofoblas dan sekresi progesterone oleh
korpus luteum. Biasanya terjadi perdarahan endometrium ringan, dipekirakan karena
pola hormonal yang tidak normal, setelah suatu interval amenore yang bervariasi.
Lepasnya endometrium dan perdarahan terjadi ketika trofoblas berkurang (akibat
4
rupture). Hanya pada kehamilan interstisial yang tidak lazim, darah dari tuba mengalir
melalui uterus ke vagina.
Nyeri abdomen bagian bawah, pelvis, atau punggung bawah dapat terjai
sekunder akibat distenci atau rupture tuba. Kehamilan ismus biasanya rupture dalam
waktu sekitar 6 minggu dan perdarahan akibat kehamilan ampula terjadi pada 8-12
minggu. Kehamilan kornu paling sering mencapai trimester kedua sebelum rupture.
Kehamilan intra abdominal dapat berakhir setiap waktu disertai dengan perdarahan.
Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil konsepsi, 14 pembentukan
hematoma, distorsi usus akibat adhesi atau infeksi. Jika janin meninggal tanpa
perdarahan hebat, mungkin dapat menjadi terinfeksi, termumifiksasi, terkalsifikasi
(litopedioon) atau menjadi adiposera (penggantian oleh lemak).

F. Komplikasi
kehamian ektopik terganggu Menurut Syaifuddin (2008) kehamilan ektopik ini
akan mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi (misalnya di tuba). Tanpa intervensi bedah, kehamilan
ektopik yang rupture dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa (≥ 0,1
% mengakibatkan kematian ibu). Infeksi sering terjadi setelah rupture kehamilan
ektopik yang terabaikan (Benson dan Martin, 2009).

G. Pemeriksaan Penunjang
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum
terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus
tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan
ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat
bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau
kuldoskopi.
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak
mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk
mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan
ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu
diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan
5
anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang
terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu,
tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian
bawah.

 Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan


dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak
mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
 Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan.
Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka
akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping
uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol
dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-
kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
 Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah
merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis
tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
 Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi
20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan
berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
 Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam
servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak

6
4. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan
semprit 10 ml dilakukan penghisapan
5. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada
kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan :
6. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
7. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina.
 Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti
ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya
tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus
kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi
bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus
bikornis.
 Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk
kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain
meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam
dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum
Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin
mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk
melakukan laparotomi.

H. Penatalaksanaan
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap
jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan
tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun
darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian
dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di
kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya
ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita
sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat
dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai

7
anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba
berfungsi.
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam
divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter.
Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang
menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari
rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah.
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat
dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat
dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan
fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Biodata
 Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau
catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.
 Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi
dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut
terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun
(Prawiroharjo S, 1999 ; 251).
 Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien
apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya
dalam pemeriksaan kehamilan.
 Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala
/ keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.
 Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien
mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang
tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

8
 Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,
sehinggamemungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.

b) Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu
klien ammeorrhoe.

c) Riwayat penyakit sekarang


Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul
dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi
ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
a) Kadang disertai muntah
b) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
c) Terkumpulnya darah di rongga perut :
 Menegakkan dinding perut nyeri
 Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
d) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik

d) Riwayat penyakit masa lalu


 Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
 Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi

e) Status obstetri ginekologi


1. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatanatau di dukun
3. Grade multi
4. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

9
f) Riwayat kesehatan keluarga
1. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan
dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.

g) Riwayat Psikososial
Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep
diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan

h) Pola aktivitas sehari – hari


1. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri
adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul
dirongga abdomen.
2. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya
intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam
pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun <
1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3. Personal hygiene
Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut
untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga
dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.

4. Pola aktivitas (istirahat tidur)


Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi
akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

i) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan
umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi
(Prawiroharjo, 1999 ; 255)

10
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)

3. Pemeriksaan leher dan thorak


Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan
melalui leher dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami
perubahan.

4. Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah
disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan
tumor yang tidak begitu padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak
rata disamping uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture
tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas
dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah
yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun padarupture
tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257).

5. Pemeriksaan genetalia
 Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus
biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman.
 Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia dapat
ditemukan adanya darah yang keluar sedikit.

6. Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya
akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan
kaki.

2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menggabungkan data danmengkaitkan data
tersebut dengan konsep yang relevan untuk membuatkesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan. Dalam analisa data ini pengelompokan data

11
dilakukan berdasarkanreaksi baik subyektif maupun obyektif yang digunakan untuk
menentukanmasalah dan kemungkinan penyebab.

3. Diagnose
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak


pada uterus.
b. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi ,
perdarahan
c. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
d. Kelemahan berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar saat perdarahan
e. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.

Post op
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitasjaringan kulit sekunder akibat
laparotomy
b. Risiko infeksi berhubungan dengan luka operasi dan pemasangan alat-alat
perawatan

4. Intervensi
No diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
.
1. Perubahan perfusi Setelah diberikan asuhan Setelah diberikan asuhan
jaringan keperawatan selama…..x keperawatan selama ..x jam
berhubungan jam diharapkan pasien diharapkan pasien mampu
dengan perdarahan mampu mendemonstrasikan perfusi
yang lebih banyak mendemonstrasikan yang adekuat secara
pada uterus perfusi yang adekuat individual dengan KH:
secara individual dengan - Kulit hangat dan kering
KH: - Ada nadi perifer kuat
1. Kulit hangat dan - Tanda vital dalam batas

12
kering normal
2. Ada nadi perifer - Pasien sadar/berorientasi
kuat - Keseimbangan
3. Tanda vital dalam pemasukan/pengeluaran
batas normal - Tak ada edema
4. Pasien
sadar/berorientasi
5. Keseimbangan
pemasukan/pengel
uaran
6. Tak ada edema

2. Defisit volume Setelah diberikan askep 1. Awasi tekanan darah dan


cairan yang selama…x jam frekuensi jantung
berhubungan diharapkan pasien 2. Evaluasi turgor kulit,
dengan rupture pada menunjukkan volume pengisian kapiler dan
lokasi implantasi cairan yang adekuat kondisi umum membran
sebagai efek dari dengan criteria hasil : mukosa
tindakan 1. Tanda vital stabil 3. Catat respon fisiologis
pembedahan 2. Nadi teraba individual pasien
3. Haluaran urine, berat terhadap perdarahan
jenis dan pH dalam misalnya : perubahan
batas normal mental, kelemahan,
gelisa, ansietas, pucat,
berkeringat, tacipnea,
peningkatan suhu.
4. Pertahankan pencatatan
akurat sub total cairan /
darah selama terapi
penggantian
Kolaborasi :
1. Berikan cairan Iv sesuai

13
indikasi
2. Memberikan SDM,
trombosit, dan factor
pembekuan

3. Nyeri yang Setelah dibserika askep 1. Tentukan sifat, lokasi,


berhubungan selama….x jam pasien dan dirasi nyeri. Kaji
dengan rupture tuba dapat mendemonstrasikan kontraksi uterus,
fallopii, perdarahan teknik relaksasi, tanda- perdarahan, atau nyeri
intraperitonial tanda vital dalam batas tekan abdomen
normal, tidak meringis 2. Kaji stress psikologi ibu
atau pasangan dan
respon emosional
terhadap kejadian.
3. Berikan lingkungan yang
tenang dan aktifitas
untuk menurunkan rasa
nyeri. Instruksikan klien
untuk menggunakan
metode relaksasi
misalnya nafas dalam,
visualisasi distraksi dan
jelaskan prosedur.

Kolaborasi :

1. Berikan narkotik atau


sedative berikut obat-
obat praoperatif bila
prosedur pembedahan
diindikasikan
2. Siapkan untuk prosedur
bedah bila terdapat

14
indikasi
4. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan askep 1. Kaji kemampuan pasien
berhubungan selama ….x jam untuk melakukan tugas,
dengan kelemahan diharapkan pasien catat laporan kelelahan,
dan banyaknya mampu melaporkan keletihan, dan kesulitan
darah yang keluar peningkatan toleransi dalam menyelesaikan
saat perdarahan aktivitas dan tugas
menunjukkan penurunan 2. Awasi tekanan darah,
tanda fisisologis pernapasan dan nadi
intoleransi dengan KH: selama dan sesudah
- Tanda vital masih aktivitas. Catat respon
dalam rentang normal terhadap aktivitas (misal
peningkatan denyut
jantung atau tekanan
darah, disritmia, pusing,
dipsnea, takipnea, dan
sebagainya)
3. Berikan lingkungan
tenang, pertahankan tirah
baring bila diindikasikan.
Pantau dan batasi
pengunjung, telepon, dan
gangguan berulang
tindakan yang tak
direncanankan.
4. Ubah posisi pasien
dengan perlahan dan
pantau terhadap pusing
5. Rencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien
termasuk aktivitas yang
pasien pandang perlu.
Tingkatkan tingkat

15
aktivitas sesuai toleransi
6. Gunakan teknik
penghematan energy
misal mandi dengan
duduk, duduk untuk
melakukan tugas-tugas
5. Berduka Seteleh diberikan askep 1. Berikan lingkungan yang
berhubungan selama …x jam terbuka dimana pasien
dengan kematian diharapkan pasien merasa bebas untuk
janin menunjukkan rasa dapat mendiskusikan
pergerakan kea rah perasaan dan masalah
resolusi dari rasa duka secara realistis
dan harapan untuk masa 2. Identifikasi rasa duka
depan (seperti penyangkalan,
marah, tawar menawar,
depresi, dan penerimaan)
3. Identifikasi dan solusi
pemecahan masalah
untuk keberadaan
respon-respon fisik
misalnya : makan, tidur,
tingkat aktifitas, dan
hasrat seksual
4. Dengarkan dengan aktif
pandangan pasien dan
selalu sedia untuk
membantu jika
diperlukan

Kolaborasi :

1. Rujuk pada sumber-


sember lainnya misalnya

16
konseling psikoterapi
sesuai petunjuk.

6. Ansietas Seteleh diberikan askep 1. Pertahankan hubungan


berhubungan selama …..x jam yang sering denngan
dengan proses akan diharapkan cemas pasien pasien. Berbicara dan
dilakukannya berkurang dengan KH: berhubungan dengan
pembedahan - Pasien tampak tenang pasien
- Pasien tidak gelisah 2. Berikan informasi akurat
- Menunjukkan dan konsisten mengenai
kemampuan untuk prognosis.hindari
menghadapi masalah argumentasi mengenai
persepsi pasien terhadap
situasi tersebut
3. Waspada terhadap tanda-
tanda
penolakan/depresi,mis:m
enarik diri, marah, ucap-
ucapan yang tidak tepat.
Tentukan timbulnya ide
bunuh diri dan kaji
potensialnya pada skala
1-10
4. Berikan lingkungan
terbuka dimana pasien
akan merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan
atau menahan diri untuk
berbicara
5. Izinkan pasien untuk
merefleksikan rasa
marah,takut, putus asa
tanpa konfrontasi.

17
Berikan informasi bahwa
perasaannya adalah
normal dan perlu
diekspresikan
7. Kurangnya Seteleh diberikan askep 1. Menjelaskan tindakan
pengetahuan yang selama …..x jam pasien dan rasional yang
berhubungan berpartisipasi dalam ditentukan untuk kondisi
dengan kurang proses belajar, hemoragi
pemahaman atau mengungkapkan dalam 2. Berikan kesempatan bagi
tidak mengenal istilah sederhana ibu untuk mengajukan
sumber-sumber mengenai patofisiologi pertanyaan dan
informasi dan implikasi klinis. mengungkapkan
kesalahan konsep.
3. Diskusikan kemungkinan
komplikasi jangka
pendek pada ibu/janin
dari keadaan perdarahan
4. Tinjau ulang komplikasi
jangka panjang terhadap
situasi yang memerlukan
evaluasi dan tindakan
tambahan
8. Nyeri akut Setelah dibserika askep 1. Tentukan karakteristik
berhubungan selama….x jam pasien dan lokasi nyeri,
dengan dapat mendemonstrasikan perhatikan isyarat verbal
diskontinuitasjaring teknik relaksasi, tanda- dan nonverba.
an kulit sekunder tanda vital dalam batas 2. Panatu tekanan darah,
akibat laparotomi normal, tidak meringis nadi dan pernafasan
3. Kaji stres psikologis ibu
dan respon emosional
terhadap kejadian
4. Terapkan teknik distraksi
5. Ajarkan teknik

18
relaksasi(napas dalam)
dan sarankan ntuk
mengulangi bila merasa
nyeri
6. Beri dan biarkan pasien
posisi yang paling
nyaman
Kolaborasi:

1. pemberian analgetik

9. Risiko infeksi Setelah dibserikan askep 1. Kaji adanya tanda-tanda


berhubungan selama….x jam, infeksi
dengan luka operasi diharapkan infeksi tidak 2. Ukur tanda-tanda vital
dan pemasangan terjai dengan KH: 3. Observasi tanda-tanda
alat-alat perawatan - Dolor (-) infeksi
- Rubor (-) 4. Lakukan perawatan luka
- Tumor (-) dengan menggunakan
- Kalor (-) teknik septik dan aseptik
- Fungsiolaesa (-) 5. Observasi luka insisi

Kolaborasi:

6. Berikan antibiotik sesuai


indikasi

19
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi
di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan
ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan
tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung
lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif,
infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas
dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Insiden
kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada
mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.

3.2. SARAN
Guna penyempurnaan Makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan
kritik,saran serta masukan dari Rekan-rekan pembaca khususnya Dosen Pembimbing.
Semoga Makalah ini bermanfaat bagi Rekan-rekan dalam membantu kegiatan belajar
kita.Sekian & Terima Kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/2269/3/BERLIANTI%20BAB%20II.pdf

https://www.scribd.com/doc/252564498/kehamilan-ektopik-terganggu-pdf

21

You might also like