You are on page 1of 16

SINOPSIS A THOUSAND SPLENDID SUN

A Thousand Splendid Suns mengisahkan dua wanita dari generasi yang


berbeda, Mariam dan Laila. Bagian awal novel ini fokus menceritakan
kehidupan Mariam. Ia hidup bersama ibunya, Nana, disebuah gubuk yang
terletak jauh dari kota. Sang ayah, Jalil, tidak pernah menikahi ibunya
karena status sosialnya. Mariam dan Nana hidup di gubuk kecil serba
kekurangan, sedangkan Jalil hidup bersama tiga istrinya di Herat dalam
rumah besarnya. Nana telah menceritakan semua kejahatan Jalil kepada
Mariam, namun Mariam tetap memuja ayahnya yang biasa
mengunjunginya setiap minggu.

“Camkan ini sekarang, dan ingatlah terus anakku : Seperti jarum


kompas yang selalu menunjuk ke utara, telunjuk laki-laki juga selalu
teracung untuk menuduh perempuan. Selalu. Ingatlah ini, Mariam.” [hal
20]

Mariam selalu ingin mengunjungi rumah ayahnya di Herat dan ketika


keinginannya memuncak, Ia rela mengabaikan larangan ibunya dan
menempuh perjalanan ke Herat. Apa yang dijumpainya di Herat
membuat Mariam memahami perkataan ibunya selama ini, namun nasi
sudah menjadi bubur, ketika ia kembali ke gubuknya, Mariam hanya
mendapati tubuh ibunya sudah tidak bernyawa.

Hati pria sangat berbeda dengan rahim ibu, Mariam.


Rahim tak akan berdarah ataupun melar karena harus menampungmu.
Hanya akulah yang kaumiliki di dunia ini, dan kalau aku mati, kau tak
akan punya siapa-siapa lagi.
Tak akan ada siapa pun yang peduli padamu. Karena kau tidak berarti!
Mariam yang seorang diri dan ketakutan, oleh sang ayah justru
dinikahkan dengan seorang duda tua dan dibawa ke Kabul, tempat
dimana kehidupan yang sebenarnya menanti Mariam.

Sampai disini saya terus menanti sebuah peristiwa baik yang akan
disisipkan sang penulis dalam kehidupan Mariam, namun lagi-lagi saya
semakin takut melihat masa depan Mariam. Mariam memasuki rumah
barunya di Kabul bersama suaminya, Rasheed. Membaca bagian ini, saya
sangat ketakutan, saya takut membayangkan apa yang akan dilakukan
Rasheed pada Mariam. Ketika memasuki malam hari, saya bergidik
membayangkan Rasheed yang mulai mendekati Mariam. Poor Mariam. Ia
tidak bisa menolak Rasheed dan Mariam pun hamil, namun justru saat
itulah ia mulai merasa memiliki harapan. Di puncak ketakutan itu,
penulis justru membawa saya berkenalan dengan gadis kedua.

Berkenalan dengan Laila membuat saya sedikit mengendorkan otot-otot


saya yang dari awal tegang membaca kisah Mariam. Laila memiliki
sahabat laki-laki pincang bernama Tariq. Persahabatan Laila dan Tariq
membuat saya sejak awal berharap mereka akan menjadi sepasang
kekasih. Namun, penulis tidak memberikan cerita semanis itu. Lewat
mata Laila dan Tariq, saya dibawa melihat peperangan yang melanda
Afganistan.

Suatu hari keluarga Tariq memutuskan untuk meninggalkan Kabul yang


dirasa sudah tidak aman lagi. Menghadapi perpisahan itu membuat Laila
dan Tariq menyadari perasaan mereka masing-masing. Lalu apa yang
harus mereka lakukan? Sementara orang tua Laila pun berencana untuk
mencari tempat yang baru. Apakah semua rencana itu berhasil?
Bagaimana kehidupan Laila dan Tariq selanjutnya? Lalu apa sebenarnya
tujuan Khaled Hosseini menceritakan Mariam dan Laila secara
bergantian? Novel ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama fokus
menceritakan Mariam, bagian kedua fokus menceritakan Laila, dan
bagian ketiga menceritakan keduanya secara bergantian. Suatu saat
kehidupan mereka pada akhirnya harus bersinggungan satu sama lain.
Lalu apa hubungan mereka?

Khaled Hosseini bercerita dengan latar belakang peperangan dan


kekacauan yang sedang melanda Afganistan. Dimulai saat peperangan
antara Afganistan dan soviet, lalu diteruskan dengan kepemimpinan
Taliban yang justru membuat keadaan Kabul semakin kacau. Dari semua
karakter, saya paling menyukai karakter Mariam. Dia sabar dan kuat
menghadapi segala sesuatu yang menimpanya. Dan ketika sebuah
ungkapan cinta diterimanya, ia bahkan berani mengambil tindakan yang
luar biasa.

Novel ini mengandung informasi-informasi menarik yang baru saya


ketahui setelah membacanya. Woman in Kabul. Wanita di Kabul tidak
diijinkan untuk bekerja dan berkarir seperti laki-laki. Sebelum
kepemimpinan Taliban, wanita telah menduduki tempat-tempat yang
sejajar dengan pria. Banyak wanita menjadi dosen, guru bahkan pegawai
negeri. Ayah Laila adalah salah satu tokoh yang terus mendesak anaknya
agar mendapat pendidikan yang layak. Bahkan setelah jalanan semakin
kacau, Ayah Laila memutuskan menjadi guru bagi anaknya, hanya agar
Laila tidak kekurangan pendidikan. Wanita tidak boleh keluar rumah
sendirian. Ia harus ditemani oleh suaminya dan harus menggunakn burqa.
Selain itu Khaled Hosseini menggambarkan kehamilan sebagai sebuah
harapan akan masa depan yang lebih baik. Mariam hamil dan berharap ia
bisa hidup dengan lebih baik. Kehamilan Laila yang membuatnya
berjuang untuk terus hidup. Wanita di Kabul hanya dianggap sebagai
mesin penghasil anak, khususnya anak laki-laki, selain mesin penghasil
anak, wanita bukanlah apa-apa.
Patung Buddha Bamiyan. Monumen patung Buddha yang terletak di
lembah Bamiyan merupakan suatu tempat yang oleh Khaled Hosseini
digambarkan sebagai tempat yang indah. Daerah yang terletak di jalur
sutra yang menghubungkan wilayah india dan tiongkok dengan dunia
barat ini berkembang menjadi pusat agama dan filsafat. Patung yang
telah lama dipelihara dan dilestarikan ini, pada masa pemerintahan
Taliban dihancurkan karena dianggap sebagai berhala.

People’s Pursuit of Love and Freedom. Setiap tokoh dalam novel ini berjuang untuk
meraih kebebasan dan menemukan cinta. Mariam yang setelah sekian lama menderita,
kesepian, sendirian dan tertekan, justru menjadi lebih berani ketika mengenal Laila.
Mariam menjadi kuat karena ia mendapatkan cinta dari Laila yang dianggapnya seperti
anak sendiri. Jalil berusaha melakukan setiap hal yang dapat menebus kesalahannya
hanya untuk mendapatkan cinta Mariam kembali.

http://althesia.blogspot.com/2012/04/review-thousand-splendid-sun-perempuan.html

Sinopsis

‘A thousand splendid suns’ berkisar tentang Mariam seorang anak luar nikah yang
hanya berumur 15 tahun ketika dia di hantar ke Kabul untuk mengahwini
Rasheed. Hampir dua dekad kemudian, sebuah hubungan persahabatan terjalin
antara Mariam dan seorang gadis remaja tempatan, Laila, hubungan yang terbina
sekuat hubungan seorang ibu dan anak. Selepas kemenangan Taliban kehidupan
menjadi sangat tertekan untuk menghadapi kelaparan, keganasan dan ketakutan.
Tetapi cinta mampu mengubah manusia untuk bertindak di luar jangkaan dan
membantu mereka untuk menhadapi halangan yang paling mencabar dengan
keberanian yang penuh dengan kejutan.

Bahagian 1

Jika novel ‘the kite runner’ bercerita tentang kisah hidup seorang kanak-kanak
lelaki dan bagaimana dia membesar sehingga menjadi seorang lelaki dewasa, ‘A
thousand splendid suns’ sebaliknya menceritakan kisah dua orang wanita Mariam
dan Laila sebagai watak utama dari dua Bandar yang berbeza iaitu HERAT dan
KABUL. Cerita ini dimulakan dengan kisah Mariam seorang anak Harami (anak
luar nikah) hasil perbuatan Nana (ibu Mariam) dan Jalil. Bagi menutup malu
keluarga, Jalil seorang suadagar kaya di Herat telah membina sebuah Rumah kecil
jauh di perkampungan Herat untuk Nana dan Mariam tinggal. Konflik cerita
bermula apabila Jalil,seorang ayah yang Mariam sangat kasihi dan merupakan
nadi kehidupan bagi mariam telah mengahwinkan Mariam pada usia belasan
tahun dengan seorang lelaki tua,Rasheed , selepas kematian Nana. Perasaan benci
dan marah kepada Jalil mula timbul sehingga Jalil ditinggalkan tanpa ucapan
selamat tinggal mahupun lirik pandangan.Mengapa ini terjadi? Sambungannya
ada dalam novel. Pada akhir bahagian 1 bermula kehidupan Mariam sebagai
seorang isteri dan menetap di Kabul tempat di mana bermula pula cerita seorang
Laila. Segala-segalanya di Kabul adalah kehidupan baru bagi Mariam.

Bahagian 2

Kabul, Musim luruh 1987 pada era Soviet Union menduduki Afghanistan bermula
kisah seorang Laila dengan Tariq, kenalan rapat Laila sejak kecil. Laila tinggal
bersama ayahnya seorang bekas guru yang sangat mementingkan pendidikan dan
ibunya seorang suri rumah yang hidup kesepian selepas dua lagi abang Laila
menyertai Mujaheeden untuk melawan Soviet. Bahagian 2 berkembang dengan
kisah bahagia Laila dan Tariq, kehidupan remaja mereka dengan kawan-kawan
mereka dan juga kemenangan Mujahideen ke atas Soviet yang membawa makna
baru dalam kehidupn rakyat Afghan termasuk ibu Laila yang bangkit dari
kesedihan panjang. Namun disangkakan panas berpanjangan rupanya ada gerimis
mengundang apabila Mujahideen mula berpecah perang saudara bermula dan
keadaan di Afghanistan semakin parah menyebabkan bahagian 2 ini berakhir
dengan kisah-kisah yang amat menyedihkan. Di mana Tariq dan apa yang telah
berlaku kepada Laila?

Bahagian 3

Pada bahagian ini saudara Khaled bercerita tentang dua watak utama, Mariam dan
Laila, secara bergilir atau selang-seli agar pembaca dapat gambaran yang lebih
jelas tentang hidup mereka,tentang suka duka hidup yang mereka lalui bersama
dan air mata derita bahagia yang mereka kongsi bersama. Saya tidak berhasrat
untuk bercerita lanjut untuk bahagian ini kerana bahagian 3 bagi saya adalah
kemuncak cerita yang perlu dibaca oleh pembaca sendiri. Saya tak mahu jadi
‘spoiler’.

Bahagian 4
Merupakan bahagian pengakhiran dan penutup bagi ‘A thousand splendid suns’.
Penutup yang berakhir dengan [“Open your Farsi books, children,” Laila says,
dropping her own books on her desk]. Pengakhiran bagi Laila tetapi bagaimana
pula dengan nasib Mariam? Penutup bagi perjuangan selama puluhan tahun yang
penuh dengan cabaran dan dugaan. Adakah sebenarnya dalam derita itu tiada
bahagia? Selamat membaca novel ini sehingga ke muka surat yang ke-419!
Kesimpulan

Pada hemat saya saudara Khaled berusaha sedaya upaya untuk membawakan
realiti sebenar yang berlaku di dunia sebenar Afghanistan sejak dahulu hingga
abad ini. Realiti yang diberi nafas cereka agar kita lebih mendalami dan
memahami penderitaan saudara kita di Afghanistan. Hakikatnya isu-isu
penindasan ke atas wanita,sekatan pendidikan dan peperangan adalah isu yang
berlaku bukan sahaja di Afghanistan tetapi di seluruh benua dunia harini yang
semakin parah dan perlu diambil peduli isu ini oleh kita yang bernama
MANUSIA. Semoga tuhan mengurniakan keselamatan dan keamanan ke atas
umat manusia pada hari ini.

https://tintanakmuda.wordpress.com/2016/08/16/review-a-thousand-splendid-
suns/

After 103 weeks on the New York Times bestseller list and with four million
copies of The Kite Runner shipped, Khaled Hosseini returns with a beautiful,
riveting, and haunting novel that confirms his place as one of the most important
literary writers today.

Propelled by the same superb instinct for storytelling that made The Kite Runner a
beloved classic, A Thousand Splendid Suns is at once an incredible chronicle of
thirty years of Afghan history and a deeply moving story of family, friendship,
faith, and the salvation to be found in love.

Born a generation apart and with very different ideas about love and family,
Mariam and Laila are two women brought jarringly together by war, by loss and
by fate. As they endure the ever escalating dangers around them—in their home as
well as in the streets of Kabul—they come to form a bond that makes them both
sisters and mother-daughter to each other, and that will ultimately alter the course
not just of their own lives but of the next generation. With heart-wrenching power
and suspense, Hosseini shows how a woman’s love for her family can move her to
shocking and heroic acts of self-sacrifice, and that in the end it is love, or even the
memory of love, that is often the key to survival.

A stunning accomplishment, A Thousand Splendid Suns is a haunting,


heartbreaking, compelling story of an unforgiving time, an unlikely friendship,
and an indestructible love.
Setelah 103 minggu dalam daftar buku terlaris New York Times dan dengan empat juta
salinan The Kite Runner dikirimkan, Khaled Hosseini kembali dengan novel yang indah,
memukau, dan menghantui yang menegaskan tempatnya sebagai salah satu penulis
sastra paling penting saat ini.

Didorong oleh insting luar biasa yang sama untuk mendongeng yang membuat The Kite
Runner menjadi klasik yang dicintai, A Thousand Splendid Suns sekaligus merupakan
catatan sejarah yang luar biasa dari tiga puluh tahun sejarah Afghanistan dan kisah yang
menyentuh tentang keluarga, persahabatan, iman, dan keselamatan yang akan menjadi
ditemukan dalam cinta.

Terlahir sebagai generasi yang terpisah dan dengan ide-ide yang sangat berbeda tentang
cinta dan keluarga, Mariam dan Laila adalah dua wanita yang membawa kesengsaraan
bersama oleh perang, oleh kehilangan dan takdir. Ketika mereka bertahan menghadapi
bahaya yang semakin meningkat di sekitar mereka — di rumah mereka maupun di jalan-
jalan Kabul — mereka datang untuk membentuk ikatan yang membuat mereka berdua
bersaudara dan ibu-anak satu sama lain, dan itu pada akhirnya akan mengubah jalannya
bukan hanya hidup mereka sendiri tetapi dari generasi berikutnya. Dengan kekuatan dan
ketegangan yang memilukan hati, Hosseini menunjukkan bagaimana cinta seorang
wanita bagi keluarganya dapat memindahkannya ke tindakan pengorbanan diri yang
mengejutkan dan heroik, dan pada akhirnya itu adalah cinta, atau bahkan memori cinta,
yang seringkali merupakan kunci untuk bertahan hidup.

Sebuah pencapaian yang menakjubkan, A Thousand Splendid Suns adalah kisah yang
menghebohkan, memilukan, memikat tentang waktu yang tak kenal ampun,
persahabatan yang tidak mungkin, dan cinta yang tidak bisa dihancurkan.

ABSTRACT: This thesis analyzes Stephen King's novel, The Green Mile. This
novel present a topic of human sorrow toward death punishment. The primary
objective of this research is to reveal the meaning of any symbol used in the
novel. This includes the religious symbols and philosophical symbols. This study
gives an elaborate discussion on the function of these symbols, depicted in the
novel being discussed. This Thesis applies objective and archetype criticism
approach, since it is the most suitable approach to use to study the novels symbols
through his works. Library research is employed to support the analysis. The
result of the analysis shows that The Green Mile's main character, John Coffey,
gives a concrete image of Jesus' life and his execution. It is supported by strong
evidence that correlates the symbols to the story of Jesus Christ. For the
researcher, the symbols in the novel has an obvious goal of making its reader
(whether they believe in God or not) to think about the society, and how little
human have evolved in our judgement of other human beings in two thousand
years, and also making those events closer to us. Stephen King's point might have
been to make us examine Jesus' fate with a deeper look, keeping in mind that what
happened so long ago could happen again.

INTISARI: Skripsi ini menganalisa novel karya Stephen King yang berjudul The
Green Mile. Novel ini bercerita tentang kepedihan manusia dalam menghadapi
hukuman mati. Tujuan skripsi ini adalah untuk menunjukan semua arti dari simbol
simbol yang dapat ditemukan dalam novel tersebut. Simbol simbol ini terdiri dari
simbol religi dan simbol filosofi. Selain itu, skripsi ini juga akan menjabarkan
tentang fungsi dari simbol-simbol di novel tersebut. Skripsi ini menggunakan
pendekatan objektif, dan kritik pola dasar (archetype), karena pendekatan ini
merupakan pendekatan yang paling cocok digunakan untuk mempelajari simbol
simbol yang terdapat di novel Stephen King ini. Studi pustaka digunakan untuk
mendukung analisis dalam skripsi ini. Hasil dari analisis menunjukan bahwa
novel The Green Mile memberikan gambaran secara jelas tentang kisah hidup
Yesus Kristus serta penyalibannya melalui simbol simbol yang terdapat
didalamnya. Hal ini dibuktikan dengan bukti bukti yang kuat dalam mendukung
korelasi antara cerita di novel dengan cerita Yesus Kristus. Simbol simbol yang
ditemukan dalam novel memiliki fungsi yang sangat jelas, yaitu untuk membuat
para pembaca untuk lebih memikirkan tentang masyarakat modern saat ini, dan
melihat bahwasanya manusia tidak banyak berkembang dalam hal menilai
manusia lain secara positif selama ribuan tahun lamanya serta membuat kejadian
itu menjadi lebih dekat ke pembaca. Tujuannya adalah agar kita menelaah lagi
kejadian tersebut karena kejadian tersebut dapat berulang kembali.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian
Detail&act=view&typ=html&buku_id=86287&obyek_id=4

Mariam lives in the small village of Gul Daman with her mother. She is the
illegitimate daughter of Jalil, a wealthy businessman who lives in the nearby city
of Herat. After her mother's suicide, she is sent to live with Jalil. Jalil and his
wives quickly marry Mariam off to a shoemaker named Rasheed, and the
newlyweds move to Kabul, where Mariam becomes pregnant. Sadly, Mariam
miscarries. Rasheed is furious and becomes abusive.

Across Kabul (and in a galaxy far, far away…) a girl named Laila is born on the
same night that the Soviets take control of Afghanistan. Her best friend (and love
interest) is Tariq, a neighborhood boy who lost a leg when he was a child. With
the war worsening, Tariq's family decides to leave for Pakistan, and he and Laila
consummate their relationship the night before he leaves. Laila's family decides to
leave soon after, but her parents are killed by a stray rocket as they're packing up
the car.

Rasheed and Mariam care for Laila as she recovers. A man comes by and tells
Laila that he saw Tariq die in a hospital. Rasheed, being the dirt ball that he is,
uses this as an opportunity to ask Laila to marry him. Surprisingly, she says yes. It
turns out that she's pregnant with Tariq's child. Her plan is to convince Rasheed
that the child is his, and then escape to Pakistan after she's saved enough money.

Mariam resents Laila at first, but she eventually becomes close to Laila and her
new daughter, Aziza. Laila tells Mariam about her plan to escape, and Mariam
decides to join them. They eventually go through with the plan, but they're
arrested before they can leave and are sent home with Rasheed. He is so furious
that he almost kills them.

Laila and Rasheed have a son named Zalmai. After Rasheed's shop burns to the
ground and the family goes broke, he forces Laila to send Aziza to a nearby
orphanage. One day, after visiting Aziza, Laila returns home to find a very
surprising guest: it's Tariq. It turns out the man who had come by all those years
ago was hired by Rasheed to trick Laila. Laila tells Tariq about Aziza, and he
promises that he will meet her the following day.

Rasheed starts to beat Laila that night when he finds out about Tariq. Mariam
ends up killing Rasheed to protect Laila. Mariam remains in Kabul to take the
blame and is executed by the Taliban. Laila, Tariq, and the kids move to Tariq's
home in Murree, where life is comfortable. After the U.S. invasion, however,
Laila decides to return to Kabul.

Before returning home, Laila stops in Herat, Mariam's hometown. She visits
Mariam's childhood home, and receives a box for the local Mullah's son that was
meant for Mariam. It's from her father Jalil. It contains a long letter, as well as her
share of his inheritance. Laila uses the money to renovate the orphanage in Kabul,
and we learn at the close of the book that she is pregnant with a new child.

Mariam tinggal di desa kecil Gul Daman bersama ibunya. Dia adalah anak sah Jalil,
seorang pengusaha kaya yang tinggal di kota Herat terdekat. Setelah ibunya bunuh diri,
ia dikirim untuk tinggal bersama Jalil. Jalil dan istrinya segera menikahi Mariam dengan
seorang pembuat sepatu bernama Rasheed, dan pengantin baru pindah ke Kabul,
tempat Mariam hamil. Sayangnya, Mariam gagal. Rasheed sangat marah dan menjadi
kasar.

Di seberang Kabul (dan di galaksi yang jauh, jauh ...) seorang gadis bernama Laila lahir
pada malam yang sama saat Soviet mengambil alih Afghanistan. Sahabatnya (dan cinta
bunga) adalah Tariq, seorang anak laki-laki lingkungan yang kehilangan kaki ketika dia
masih kecil. Dengan perang yang memburuk, keluarga Tariq memutuskan untuk pergi ke
Pakistan, dan dia dan Laila menyempurnakan hubungan mereka malam sebelum dia
pergi. Keluarga Laila memutuskan untuk segera pergi setelahnya, tetapi orang tuanya
dibunuh oleh roket nyasar ketika mereka sedang mengemasi mobil.

Rasheed dan Mariam merawat Laila saat dia pulih. Seorang pria datang dan memberi
tahu Laila bahwa dia melihat Tariq meninggal di rumah sakit. Rasheed, menjadi bola
tanah yang dia miliki, menggunakan ini sebagai kesempatan untuk meminta Laila
menikah dengannya. Anehnya, dia bilang ya. Ternyata dia hamil dengan anak Tariq.
Rencananya adalah untuk meyakinkan Rasheed bahwa anak itu adalah anaknya, dan
kemudian melarikan diri ke Pakistan setelah dia menabung cukup uang.

Mariam membenci Laila pada awalnya, tetapi ia akhirnya menjadi dekat dengan Laila
dan putrinya yang baru, Aziza. Laila memberitahu Mariam tentang rencananya untuk
melarikan diri, dan Mariam memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Mereka
akhirnya melaksanakan rencananya, tetapi mereka ditangkap sebelum mereka dapat
pergi dan dikirim pulang dengan Rasheed. Dia sangat marah hingga hampir membunuh
mereka.

Laila dan Rasheed memiliki seorang putra bernama Zalmai. Setelah toko Rasheed
terbakar habis dan keluarganya bangkrut, dia memaksa Laila mengirim Aziza ke panti
asuhan terdekat. Suatu hari, setelah mengunjungi Aziza, Laila pulang ke rumah untuk
menemukan tamu yang sangat mengejutkan: itu Tariq. Ternyata pria yang datang
bertahun-tahun yang lalu itu dipekerjakan oleh Rasheed untuk menipu Laila. Laila
memberitahu Tariq tentang Aziza, dan dia berjanji bahwa dia akan menemuinya pada
hari berikutnya.

Rasheed mulai mengalahkan Laila malam itu ketika dia tahu tentang Tariq. Mariam
akhirnya membunuh Rasheed untuk melindungi Laila. Mariam tetap di Kabul untuk
disalahkan dan dieksekusi oleh Taliban. Laila, Tariq, dan anak-anak pindah ke rumah
Tariq di Murree, di mana hidup terasa nyaman. Namun setelah invasi AS, Laila
memutuskan untuk kembali ke Kabul.

Sebelum kembali ke rumah, Laila berhenti di Herat, kampung halaman Mariam. Dia
mengunjungi rumah masa kecil Mariam, dan menerima kotak untuk putra lokal Mullah
yang dimaksudkan untuk Mariam. Ini dari ayahnya, Jalil. Ini berisi surat panjang, serta
bagiannya dari warisannya. Laila menggunakan uang itu untuk merenovasi panti asuhan
di Kabul, dan kami belajar pada penutupan buku itu bahwa dia hamil dengan seorang
anak baru.

 Mariam is a young girl who lives with her mother in the small village of
Gul Daman. When she's five, her mother calls her a harami (illegitimate
child) for the first time after she accidentally breaks an old family
heirloom.
 Mariam's father, Jalil, visits her for one or two hours each Thursday. He's
totally affectionate with Mariam while they're together, and he calls her a
"little flower" (1.1.7). When Jalil leaves, Nana always criticizes him,
calling him a liar and a hypocrite.
 Jalil has three wives and nine legitimate children back home. Talk about a
busy man, right? He owns a local movie theater and a few other
businesses.
 Nana used to be Jalil's housekeeper; the two had an affair that, well,
resulted in Mariam. Jalil's family swore vengeance and shamed Nana's
father into abandoning her. Jalil struck a deal with his wives, and he now
houses Nana and Mariam in Gul Daman.

Mariam adalah seorang gadis muda yang tinggal bersama ibunya di desa kecil Gul
Daman. Ketika dia berusia lima tahun, ibunya memanggilnya harami (anak haram) untuk
pertama kalinya setelah dia secara tidak sengaja merusak pusaka keluarga tua.
Ayah Mariam, Jalil, mengunjunginya selama satu atau dua jam setiap Kamis. Dia
benar-benar penuh kasih sayang dengan Mariam saat mereka bersama, dan dia
menyebutnya "bunga kecil" (1.1.7). Ketika Jalil pergi, Nana selalu mengkritiknya,
menyebut dia pembohong dan munafik.
Jalil memiliki tiga istri dan sembilan anak yang sah kembali ke rumah. Bicara tentang
pria yang sibuk, kan? Dia memiliki bioskop lokal dan beberapa bisnis lain.
Nana dulunya adalah pengurus rumah tangga Jalil; keduanya berselingkuh itu, baik,
menghasilkan Mariam. Keluarga Jalil bersumpah balas dendam dan mempermalukan
ayah Nana untuk meninggalkannya. Jalil membuat kesepakatan dengan istri-istrinya, dan
dia sekarang rumah Nana dan Mariam di Gul Daman.

 Nana recalls how she almost got married once when she was fifteen.
Unfortunately, she had a seizure (which she calls a jinn, or evil spirit), and
it scared off her potential husband.
 Nana also talks about the day that Mariam was born. She claims that she
gave birth to Mariam alone in their house and had to cut the cord herself.
Yikes. Jalil, on the other hand, claims that he was involved with Mariam's
birth. For now, at least, Mariam buys his version of the story.

Chapter 3
 Although Nana dislikes visitors, there are a few people who come by
occasionally, like Bibi Jo, an older woman who gossips with Nana.
 Mariam's favorite visitor is Mullah Faizullah, a local religious leader who
visits sometimes with his son Hamza. Mullah Faizullah teaches verses of
the Koran to Mariam.
 One day, Mariam tells Mullah Faizullah that she wants to go to a real
school. He hesitantly asks Nana, but Nana refuses, saying that the only
thing a woman needs to learn is to "endure" (1.3.40).

Chapter 4
 Jalil's getting his visit on again. Nana, surprisingly, is very polite and
subdued while he's around. Jalil tells Mariam stories about Herat.
 Jalil gives Mariam a necklace on her fourteenth birthday. Mariam is
appreciative, but Nana says that it's cheap and low quality after Jalil
leaves.

Chapter 5
 It's almost Mariam's fifteenth birthday, and she is psyched. During her
weekly visit with Jalil, she asks him take her to see a new American
cartoon. He avoids the question.
 After Jalil leaves, Mariam returns to her home and finds Nana furious. She
calls Mariam an ungrateful daughter and tells her that she will die if
Mariam leaves.
 Outside of the house, Mariam takes ten pebbles and arranges them in three
columns. The three columns represent Jalil's three wives, and the rocks
represent their children. She leaves one pebble, representing herself, to the
side.
 At noon on her birthday, Mariam gets dressed up and goes to wait for Jalil.
When he doesn't arrive, Mariam impulsively heads to his home in Herat.
 Mariam knocks on the door and is met by a young woman who gets
confused when Mariam tells her that she is Jalil's daughter. A man comes
out and tells her that Jalil is out of town. Stubbornly, Mariam refuses, and
she ends up spending the night in Jalil's front yard.
 In the morning, the driver returns and tells Mariam that she has to leave.
He tries to bring her to his car, but she slips away and runs through Jalil's
gate.
 As she runs through the front garden, Mariam sees Jalil watching through
the window. He quickly closes the blinds, and the driver is finally able to
pull Mariam to the car.
 The driver brings Mariam home to Gul Daman. A horrible sight awaits
them, however: Nana has hanged herself.

Chapter 6
 Mariam is sent to live with Jalil after Nana's funeral.
 Mariam is given the guest room. She's visited by Niloufar, one of Jalil's
daughters; Bibi Jo; and Mullah Faizullah.
 After being there for a week, Mariam is called downstairs because the
family has something important to talk to her about. Uh oh: this doesn't
sound good.

Chapter 7
 Mariam sits at a table with Jalil and his three wives. After some
uncomfortable small talk, Khadija (one of the wives) tells Mariam that
they want her to marry a man named Rasheed.
 Mariam resists, but the wives tell her that Rasheed is a good man and a
wealthy shoemaker. Mariam protests, but Jalil sides with his wives.
 They send Mariam to her room and lock the door.

Chapter 8
 The next morning, Mariam is given a dress and is brought downstairs,
where she finds two men and a local Mullah (not her beloved Mullah
Faizullah) preparing for her wedding ceremony.
 Mariam meets Rasheed, her future husband, and before you can say
"Yikes," the two are married.
 Mariam has an emotional goodbye with Jalil after the ceremony. She
finally tells him how disappointed she is with him, and this visibly upsets
him.

Chapter 9
 Mariam and Rasheed arrive in Kabul. While Rasheed's house is far more
modest than Jalil's, it's huge compared to Nana and Mariam's home.
 Rasheed gives Mariam a tour, but all she can do is cry. Rasheed tells her
how much he hates the sound of women crying. He sure seems like a
keeper.
 Eventually, Rasheed brings Mariam to a guest room, telling her that he
prefers to sleep alone. He heads back to his bedroom to sleep.

Chapter 10
 Mariam doesn't do much for the first few days and is always sure to be in
bed by the time Rasheed gets home from work. Rasheed grows tired of
this, telling her that he expects her "to start acting like a wife" (1.10.17).
Again, all Mariam can do is cry.
 The next day, Mariam begins her duties as a wife, soaking lentils and
vegetables for Rasheed's dinner and preparing dough to cook at the
village's communal tandoor baking oven.
 Mariam follows a group of women and children to the tandoor. One
woman named Fariba strikes up a conversation, but they're rudely
interrupted by the other women. Frightened, Mariam runs home without
baking the bread.
 Rasheed is actually pleased with the meal that Mariam prepares for him.
He suggests showing her around Kabul the following day and hands her a
brown paper bag. Mariam looks inside and…
Nana ingat bagaimana dia hampir menikah sekali ketika dia berusia lima belas tahun.
Sayangnya, dia mengalami kejang (yang dia sebut jin, atau roh jahat), dan itu membuat
takut calon suaminya.
Nana juga berbicara tentang hari ketika Mariam dilahirkan. Dia mengklaim bahwa dia
melahirkan Mariam sendirian di rumah mereka dan harus memotong kabelnya sendiri.
Yikes. Jalil, di sisi lain, mengklaim bahwa dia terlibat dengan kelahiran Mariam. Untuk
saat ini, setidaknya, Mariam membeli versinya.

bagian 3

Meskipun Nana tidak menyukai pengunjung, ada beberapa orang yang datang kadang-
kadang, seperti Bibi Jo, wanita yang lebih tua yang bergosip dengan Nana.
Pengunjung favorit Mariam adalah Mullah Faizullah, seorang pemimpin agama
setempat yang kadang-kadang mengunjungi Hamza dengan putranya. Mullah Faizullah
mengajarkan ayat-ayat Alquran ke Mariam.
Suatu hari, Mariam mengatakan pada Mullah Faizullah bahwa dia ingin pergi ke
sekolah yang sebenarnya. Dia ragu-ragu meminta Nana, tetapi Nana menolak,
mengatakan bahwa satu-satunya hal yang perlu dipelajari oleh seorang wanita adalah
"bertahan" (1.3.40).

Bab 4

Jalil mendapatkan kunjungannya lagi. Nana, anehnya, sangat sopan dan pendiam saat
dia ada di sekitar. Jalil menceritakan kisah Mariam tentang Herat.
Jalil memberi Mariam kalung pada ulang tahunnya yang keempat belas. Mariam
sangat menghargai, tetapi Nana mengatakan bahwa itu murah dan berkualitas rendah
setelah Jalil pergi.

Bab 5

Ini hampir ulang tahun ke-15 Mariam, dan dia sangat senang. Selama kunjungan
mingguannya dengan Jalil, dia meminta dia membawanya untuk melihat kartun Amerika
yang baru. Dia menghindari pertanyaan itu.
Setelah Jalil pergi, Mariam kembali ke rumahnya dan menemukan Nana marah. Dia
menyebut Mariam seorang putri yang tidak tahu terima kasih dan mengatakan
kepadanya bahwa dia akan mati jika Mariam pergi.
Di luar rumah, Mariam mengambil sepuluh kerikil dan menyusunnya dalam tiga
kolom. Tiga kolom mewakili tiga istri Jalil, dan bebatuan mewakili anak-anak mereka. Dia
meninggalkan satu kerikil, mewakili dirinya sendiri, ke samping.
Pada tengah hari di hari ulang tahunnya, Mariam berdandan dan pergi untuk
menunggu Jalil. Ketika dia tidak datang, Mariam dengan spontan menuju ke rumahnya
di Herat.
Mariam mengetuk pintu dan disambut oleh seorang wanita muda yang menjadi
bingung ketika Mariam mengatakan kepadanya bahwa dia adalah putri Jalil. Seorang
pria keluar dan mengatakan kepadanya bahwa Jalil berada di luar kota. Dengan keras
kepala, Mariam menolak, dan dia akhirnya menghabiskan malam di halaman depan Jalil.
Di pagi hari, pengemudi kembali dan memberi tahu Mariam bahwa dia harus pergi.
Dia mencoba membawanya ke mobilnya, tetapi dia menyelinap pergi dan berjalan
melalui gerbang Jalil.
Saat ia berjalan melalui taman depan, Mariam melihat Jalil mengawasi melalui
jendela. Dia segera menutup tirai, dan sopir akhirnya mampu menarik Mariam ke mobil.
Sopir membawa Mariam pulang ke Gul Daman. Namun, pemandangan yang
mengerikan menanti mereka: Nana telah gantung diri.

Bab 6

Mariam dikirim untuk tinggal bersama Jalil setelah pemakaman Nana.


Mariam diberi ruang tamu. Dia dikunjungi oleh Niloufar, salah satu putri Jalil; Bibi Jo;
dan Mullah Faizullah.
Setelah berada di sana selama seminggu, Mariam dipanggil ke lantai bawah karena
keluarganya memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengannya. Uh oh: ini
tidak terdengar bagus.

Bab 7

Mariam duduk di meja bersama Jalil dan ketiga istrinya. Setelah beberapa
pembicaraan kecil yang tidak menyenangkan, Khadijah (salah seorang istrinya) memberi
tahu Mariam bahwa mereka ingin dia menikahi seorang pria bernama Rasheed.
Mariam menolak, tetapi para istri mengatakan kepadanya bahwa Rasheed adalah pria
yang baik dan seorang pembuat sepatu yang kaya. Mariam protes, tetapi Jalil berpihak
dengan istri-istrinya.
Mereka mengirim Mariam ke kamarnya dan mengunci pintu.

Bab 8

Keesokan paginya, Mariam diberi pakaian dan dibawa ke bawah, di mana dia
menemukan dua pria dan seorang Mullah lokal (bukan Mullah Faizullah yang
dicintainya) mempersiapkan upacara pernikahannya.
Mariam bertemu Rasheed, calon suaminya, dan sebelum Anda dapat mengatakan
"Yikes," keduanya menikah.
Mariam memiliki perpisahan emosional dengan Jalil setelah upacara. Dia akhirnya
mengatakan kepadanya betapa kecewa dia dengan dia, dan ini jelas mengganggu dia.
Bab 9

Mariam dan Rasheed tiba di Kabul. Sementara rumah Rasheed jauh lebih sederhana
daripada Jalil, itu sangat besar dibandingkan dengan rumah Nana dan Mariam.
Rasheed memberi Mariam tur, tetapi yang bisa dia lakukan hanyalah menangis.
Rasheed mengatakan padanya betapa dia membenci suara wanita yang menangis. Dia
benar-benar tampak seperti penjaga.
Akhirnya, Rasheed membawa Mariam ke ruang tamu, memberi tahu dia bahwa dia
lebih suka tidur sendiri. Dia kembali ke kamarnya untuk tidur.

Bab 10

Mariam tidak berbuat banyak untuk beberapa hari pertama dan selalu yakin berada di
tempat tidur pada saat Rasheed pulang kerja. Rasheed mulai bosan dengan ini,
mengatakan kepadanya bahwa dia mengharapkannya "untuk mulai bertindak seperti
seorang istri" (1.10.17). Sekali lagi, semua Mariam dapat lakukan adalah menangis.
Keesokan harinya, Mariam memulai tugasnya sebagai istri, merendam lentil dan
sayuran untuk makan malam Rasheed dan menyiapkan adonan untuk memasak di oven
kue tandoor komunal desa.
Mariam mengikuti sekelompok wanita dan anak-anak ke tandoor. Seorang wanita
bernama Fariba memulai percakapan, tetapi mereka dengan kasar inte

https://www.shmoop.com/a-thousand-splendid-suns/part-1-summary.html

You might also like