You are on page 1of 23

2.4.

GAMBARAN RADIOLOGIS KELENJAR TIROID

2.4.1. Radiografi Polos

Radiografi polos dapat menunjukkan jaringan lunak massa dan deviasi trakea.
Ekstensi retrosternal dan penyakit paru-paru metastasis juga dapat dideteksi pada rontgen
dada. Namun, dengan pemeriksaan radiografi polos tidak begitu signifikan dalam
mendiagnosa kelainan pada tiroid. Pemeriksaan radiografi foto polos berguna untuk melihat
dorongan dan tekanan pada trakea serta kalsifikasi didalam jaringan tiroid dan foto toraks
dibuat untuk melihat kemungkinan penyebaran ke mediastinum bagian atas atau paru.12
Berdasarkan tingkat akurasi diagnostik, temuan radiografi polos adalah tidak sensitif
dan tidak spesifik. Gondok retrosternal yang disebabkan oleh stenosis trakea adalah cukup
besar untuk menimbulkan gejala dan dapat ditampilkan pada radiografi polos, namun
Tomografi Komputer adalah lebih sensitif dan spesifik. Selain itu,penemuan kalsifikasi pada
kanker tiroid bertumpang tindih dengan yang dari penyakit jinak. Di samping itu, gambaran
radiografi polos juga tidak dapat menunjukkan diagnosa yang benar, contohnya seperti
stenosis trakea atau penyimpangan dapat disebabkan oleh penyebab lain, bukan hanya
gondok retrosternal. Demikian pula, pengapuran di leher dapat memiliki beberapa penyebab
lain selain kanker tiroid.13

Radiografi apikal bentuk kon dari dada atas menunjukkan kalsifikasi lengkung dalam
adenoma tiroid pada akar leher di sisi kanan.
Foto rontgen dada posteroanterior menunjukkan gondok retrosternal besar (G) yang
mendorong trakea ke kiri (panah).

2.4.2. Sonografi Tiroid

Sonografi merupakan salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan alat-alat


tubuh, di mana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan, serta hubungan
dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat tidak invasif, tidak menimbulkan rasa
sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Akhir-akhir ini pemeriksaan sonografi tiroid
menjadi semakin popular dan berkembang terutama dengan dipergunakannya alat sonografi
yang dilengkapi atau mempunyai daya resolusi tinggi.14,16
Kelainan yang biasa didiagnosis dengan menggunakan sonografi antara lain, agenesis
tiroid, hemiagenesis tiroid, disgenesis tiroid, Hashimotos Thyroiditis, hyperthyroidism,
multinodular goiter, massa leher superfisial-lipoma, nodul tiroid malignan, nodul tiroid
benigna, adenoma paratiroid dan kista pada kelenjar tiroid. Kelainan yang paling biasa
ditemui adalah nodul kelenjar tiroid. Oleh karena sensitivitas sonografi yang sangat tinggi,
nodul kelenjar tiroid yang sangat kecil dan tidak teraba dapat ditemui dengan mudah sewaktu
pemeriksaan.1 Terdapat tujuh peranan sonografi yang penting pada pemeriksaan tonjolan
tiroid:16
1. Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau di luar tiroid.
2. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.
3. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari
satu.
4. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
5. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui
tumor primernya.
6. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan
keganasan tiroid.
7. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid.

Sonografi tiroid dilakukan dengan teknik yang mudah dengan alat yang disediakan.
Persediaan pasien adalah dengan memakai pakaian yang nyaman. Pasien baring dalam posisi
terlentang dan kepala diekstensi maksimal dengan diganjal bantal. Sebelum pemeriksaan,
jelly dipakai pada alatnya supaya kontak dengan kulit dan transduser baik. Pemeriksaan
dilakukan dengan posisi transduser yaitu transversal mulai dari pole bawah digeser ke pole
atas dan kemudian dilakukan dengan posisi transduser longitudinal yaitu dimulai dari lateral
ke medial.15,18

Gambar menunjukkan gambaran longitudinal dan transversal kelenjar tiroid

Pada gambaran normal sonografi, tiroid kelihatan terdiri dari dua lobus yaiutu kanan
dan kiri yang dihubungkan dengan isthmus. Kelenjar tiroid dipisahkan dari kulit yang
hiperekogenik hanya oleh lapisan otot tipis yang hipoekoik (sternohyoid, sternotiroid), yang
menyusun dinding anterior tiroid. Kelenjar tiroid nampak sedikit lebih padat daripada struktur
di sampingnya karena kandungan yodium dari tiroid itu sendiri. Ia memiliki gambaran
homogen dengan penampilan seperti kaca yang mengkilap. Setiap lobus memiliki kontur
bulat berbentuk halus dan tidak lebih dari 3 - 4 cm tingginya, 1 - 1,5 cm lebar, dan kedalaman
1 cm. 18
Isthmus diidentifikasi dengan sangat baik, terletak di anterior trakea sebagai struktur
yang homogen yang kira-kira 0,5 cm dan 2 - 3 mm kedalamannya. Lobus piramidal tidak
terlihat, kecuali diperbesar secara signifikan. Otot-otot sekitarnya ekogenisitasnya lebih
rendah daripada jaringan tiroid. Trakea berisi udara tidak mengirimkan sinyal sonografi dan
hanya bagian anterior dari cincin tulang rawan memiliki gambaran yang jelas. Arteri karotis
dan pembuluh darah lainnya memiliki gambaran echo-free kecuali jika terjadi kalsifikasi.17,18

Gamabar menunjukkan gambaran sonografi normal kelenjar tiroid

Volume lobus tiroid (dalam cm3) pada pemeriksaan sonografi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus. Dimana a = lebar, yaitu jarak antara dinding lateral dan medial lobus
dalam sentimeter (cm), b = kedalaman, yaitu jarak antara dinding anterior dan posterior lobus
dalam sentimeter (cm), dan c = panjang, yaitu jarak antara ujung teratas dan terbawah lobus
pada potongan transversal (cm).18
Gambar menunjukkan bagian-bagian tiroid normal pada USG
Nodul tiroid dapat diidentifikasi dengan sonografi karena mereka dapat mengubah
bentuk seragam atau pola echo kelenjar tiroid. Nodul tiroid mungkin besar atau kecil. Mereka
mungkin mendistorsi/mengubah arsitektur tiroid di sekitarnya atau mungkin tinggal di dalam
lobus dan akan mengganggu bentuk sebenarnya. Karaszewski, et al telah melaporkan bahawa
prevalensi nodul tiroid yang dideteksi dari pemeriksaan sonografi adalah 14,8%. Teknik
Doppler dapat menunjukkan vaskularisasi meningkat dalam nodul atau halo. Nodul bukan
penyakit tunggal tetapi merupakan manifestasi penyakit yang berbeda termasuk adenoma,
karsinoma, radang, kista, daerah fibrosis, daerah pembuluh darah, dan akumulasi koloid.14,17
Sonografi dengan lebih mudah dapat membedakan lesi tiroid tunggal dan lesi yang
lebih dari satu. Hal ini sangat penting karena biasanya suatu keganasan itu terdiri dari lesi
yang tunggal. Menurut beberapa penulis, jika secara pemeriksaan klinis teraba satu tonjolan
di tiroid, maka sebanyak 40% akan ditemui lesi multiple pada pemeriksaan sonografi,
demikian juga secara skintigrafi ditemui lesi tunggal, maka untuk 25-30% akan ditemui lesi
multipel pada pemeriksaan sonografi16.
Gambar menunjukkan nodul tiroid yang malignan
Hashimato’s thyroiditis merupakan salah satu penyebab umum goiter dan
hypothyroidism. Meskipun sonografi secara luas digunakan untuk evaluasi nodul tiroid,
penggunaanya dalam penyakit tiroid difus masih tetap terbatas. Suatu abnormalitas ditandai
dengan rendahnya ekogenitas difus telah dilaporkan dalam diagnosis penyakit autoimun
tiroid baru-baru ini. Menurut studi, hipoekogenitas tiroid sangat sugestif dalam diagnosis
Hashimoto’s thyroiditis. Pertemuan lain yang turut mendukung diagnosis ialah, adanya area
kecil ekopenik multipel yang tidak regular, area linear ekogenik dan ketidakteraturan
perbatasan tiroid.19
Dengan menggunakan transduser berfrekuensi 10MHz, resolusi yang optimum serta
kualitas foto yang baik, nodul dan kista yang berukuran 3mm dapat dideteksi oleh sonografi
tersebut. Selain sebagai alat mendeteksi nodul, sonografi juga dapat digunakan sebagai alat
bagi memonitor perkembangan ukuran nodul, mengarah biopsi FNAB, serta membantu
dalam melakukan aspirasi lesi kistik. Sonografi juga dapat membantu dalam mengevaluasi
adanya rekuren dari kanker tiroid, termasuk derajat metastase sel-sel ganas melalui kelenjar
getah bening di servikal. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan sonografi tiroid
didapatkan struma difusa hipervaskular tiroid bilateral sesuai gambaran Grave`s Disease dan
kalsifikasi pole bawah dekstra.18
Gambar Hashimato Thyroiditis

Gambar hiperthyroidism

2.4.3. Tomografi Komputer pada Kelenjar Tiroid


Pada potongan aksial tomografi komputer kelenjar tiroid terlihat seperti struktur yang
tampak berbatas tegas, terletak pada kedua sisi trakea. Kelenjar tiroid akan sangat jelas
terlihat pada pemberian kontras media Iodine pada pemeriksaan tomografi komputer. Di
bagian posterior lobus tiroid terdapat kelenjar parathioid yang kecil – kecil dan biasanya
berjumlah 4 buah.20

Anatomi normal kelenjar tiroid pada potongan aksial tomografi komputer

Persiapan Ruangan dan Peralatan20


Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan meliputi:
 Kontras media dimasukkan ke dalam automatic injector sebanyak 90
ml Ultravist 300mgI/ml
 Alat-alat untuk memasang infus : IV kateter no 18 atau 20, infus set,
cairan infus NaCl 0,9 %, kapas alkohol, plester
 Three way untuk sambungan antara infus dengan automatic injector
Persiapan pasien
Karena pemeriksaan ini menggunakan kontras media iodine yang mungkin dapat
menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada pasien – pasien tertentu yang sensitif terhadap
Iodine, maka sebelum pemeriksaan harus dilakukan screening terhadap pasien apakah
mempunyai riwayat alergi, dan pasien harus mengisi informed consent. Pasien juga harus
dilakukan pemeriksaan darah laboratorium yang meliputi ureum dan creatinine. Setelah
semuanya siap pasien diminta berganti pakaian dengan pakaian untuk pemeriksaan. Lepaskan
semua bahan yang dapat mengganggu pemeriksaan terutama barang-barang yang terbuat dari
logam.20
Pasien diposisikan supine, kedua lengan di samping tubuh. Kepala pada head
holder. pasang infus NaCl 0,9 % dengan jarum IV kateter no. 18 atau 20, disambung dengan
three way dan automatic injector yang telah berisi kontras sebanyak 90 ml. Setelah infus
terpasang pasien diposisikan dengan sentrasi infrared pada pertengahan kartilago krikoidea
pada daerah leher. Atur posisi pasien sehingga sentrasi tepat pada garis pertengahan aksila
maupun garis pertengahan sagital.20
Beberapa hasil gambaran tomografi komputer Tiroid sebelum pemberian kontras
media intravena dalam potongan aksial memperlihatkan pembesaran kelenjar tiroid kanan
dan kiri:
Beberapa hasil gambaran tomografi komputer tiroid dalam potongan aksial setelah
pemberian kontras media Ultravist 300 mgI/ml sebanyak 90 ml, memperlihatkan pembesaran
kelenjar tiroid kanan dan kiri :
2.4.4. Pencitraan Resonansi Magnetik pada Kelenjar Tiroid
Pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu cara pemeriksaan diagnostik
dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi, yang menghasilkan gambaran potongan tubuh
manusia dengan menggunakan medan magnit tanpa menggunakan sinar-X. Prinsip dasar
pencitraan resonansi magnetik adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet.
Pencitraan resonansi magnetik menggunakan medan magnet, bukan sinar-X, untuk
menghasilkan gambar rinci dari tubuh. Sebuah media kontras (pewarna khusus) dapat
disuntikkan ke dalam vena pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.21
Potongan transversal dan koronal dari pencitraan resonansi magnetic menunjukkan
suatu massa heterogen 2.5x2.2x3.5 cm below pada lobus kiri tiroid
Hiperplasia kelenjar tiroid difus (a) potongan depan, (b) potongan transversal, (c)
potongan sagital

Potongan koronal pencitraan resonansi magnetic leher. Terlihat kelenjar tiroid


homogeny dengan massa hipointense (panah merah) pada inferior kedua kelenjar tiroid.

2.4.5. SKINTIGRAFI TIROID

Definisi
Sebuah pencitraan tiroid dengan prosedur diagnostik yang menghasilkan gambar fungsional
kelenjar tiroid. Hal ini dapat membantu dokter menentukan ukuran, bentuk, dan posisi dari
kelenjar tiroid.11

Tujuan Skintigrafi

Ia dapat memberikan informasi tentang ukuran dan bentuk kelenjar serta kegiatan-kegiatan
kelenjar.11

Sebagai contoh, skintigrafi tiroid digunakan untuk menentukan bagaimana jaringan tiroid
aktif membentuk hormon tiroid. Gambaran ini dapat menentukan apakah peradangan kelenjar
tiroid (tiroiditis) hadir. Hal ini juga dapat mendeteksi keberadaan dan tingkat hiperaktivitas
kelenjar (hipertiroidisme). Dalam kasus ini scan mengungkapkan penyerapan yodium
meningkat oleh kelenjar keseluruhan.11

Selain itu, skintigrafi tiroid dapat memberikan informasi tentang daerah tertentu dalam
kelenjar tiroid dan dapat membantu untuk menentukan apakah setiap daerah lokal yang
berfungsi hiper atau di bawah fungsi dibandingkan dengan sisa dari kelenjar. Dalam kasus ini
muncul bintik pada gambar yang sesuai untuk daerah yang mengambil iodium berbeda dari
sisa kelenjar.16

Scanning tiroid sangat membantu dalam mengevaluasi nodul tiroid, terutama setelah jarum
halus biopsi aspirasi telah gagal memberikan diagnosis. Sebuah scan akan mengungkapkan
apakah nodul tiroid "berfungsi" atau "non-functioning". Dokter merujuk pada nodul fungsi
hiper dari tiroid (orang-orang yang secara aktif mengambil yodium untuk menghasilkan
hormon tiroid lebih daripada sekitarnya jaringan tiroid) sebagai "hot" nodul, dan daerah-
daerah hyperfunctioning terlihat pada gambar dari kelenjar tiroid. Sebuah nodul non-
functioning tidak mengambil yodium dan menghasilkan lokal "dingin" daerah pada citra
kelenjar tiroid.16

1.PROSEDUR PEMERIKSAAN

a. In Vitro
• Radioimmunoassay (RIA)
• Teknik pemeriksaan yang digunakan yaitu darah pasien 5 cc (dipisahkan antara plasma dan
sel darah merah)
• Plasma darah + Larutan I-125 + Kit hormon triodothironine (T3) dan thyroxine (T4)
• T3 dan T4 yang mengikat I-125 akan mengendap sedangkan yang tidak mengikat akan tetap
dalam cairan
• Pisahkan endapan dan cairan
• Hitung aktivitas pada endapan dengan alat “ Well Type Counter “
• Hasil perhitungan dapat menentukan nilai T3 dan T4 dalam darah yang menggambarkan
fungsi dari tiroid

b. In Vivo16
• Up Take Tiroid
• Tiroid Skintigrafi

2. PEMILIHAN RADIONUKLIDA

I – 131
• Dengan waktu paruh 8,1 hari memungkinkan dapat disimpan.
• Energi gamma 364 keV mudah dideteksi dari luar tubuh.
• Memancarkan sinar beta sehingga dapat digunakan untuk internal radiasi pada
hipertiroidsime (graves disease) dan kanker tiroid.

Tc – 99m
• Waktu paruhnya pendek (6,02 jam) sehingga beban radiasi terhadap pasien rendah.
• Energi gamma 140 keV, sangat efisien dideteksi oleh kristal skintilasi ukuran 3/8 – ½ inchi.
• Bentuk molekulnya sama dengan Iodium, sehingga dapat diserap oleh kelenjar tiroid namun
mudah dilepas kembali.

I – 123
• Waktu paruhnya 13,3 jam.
• Energi gamma 159 keV.
• Dapat diproduksi melalui siklotron.

Dari ke–3 radionuklida di atas, Tc - 99m merupakan radionuklida yang sekarang banyak
dipakai untuk pemeriksaan tiroid, sedangkan pada kasus post tiroidektomi untuk melihat ada
tidaknya sisa tiroid masih dipakai I-131.20

2. INDIKASI
• Evaluasi nodul tiroid
• Evaluasi pembesaran kelenjar tiroid tanpa nodul yang jelas
• Evaluasi jaringan tiroid ektropik atau sisa pasca operasi
• Evaluasi fungsi tiroid

4. RADIOFARMAKA
• NaI– 131 dosis 300 µCi, diberikan per oral
• Tc-99m pertechnetate dengan dosis 2 – 5 mCi, diberikan secara intravena

5. PERALATAN
• Kamera gamma kolimator pinhole atau kolimator LEHR untuk Tc-99m pertechnetate dan
energi medium untuk I – 131.
• Pemilihan kolimator tergantung pada energi radiasi gamma utama dari radionuklida yang
digunakan.
6. PERSIAPAN PASIEN
• Bila yang digunakan NaI– 131, pasien dipuasakan selama 6 jam.
• Obat – obat dihentikan selama beberapa waktu.
7. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
• Siapkan bahan radioaktif 99mTc didalam spuit dengan aktivitas 2 – 5 mCi pemberian
dilakukan dengan penyuntikan intravena.
• Pemeriksaan dilakukan 10 - 15 menit setelah pemberian radiofarmaka.
• Pada kasus post tiroidektomi radiofarmaka yang dipakai NaI-131 dengan aktivitas 300 µCi
diberikan per oral.
• Pemeriksaan dilakukan 24 jam setelah pemberian radiofarmaka.
8. TATALAKSANA
• Pencitraan dilakukan 10 – 15 menit setelah penyuntikan 99mTc pertechnetate intravena,
atau 24 jam setelah minum NaI– 131.
• Pasien tidur terlentang dibawah kamera gamma dengan leher (± 10 cm) dalam keadaan
hiperekstensi.
• Pencitraan statik dilakukan pada posisi AP (kalau perlu oblique kiri dan kanan).
• Pada kartilago tiroid dan jugulum diberi tanda marker.

9. PROSES PENGOLAHAN DATA


• Data yang didapat selama pemeriksaan diproses melalui komputer pengolah data.
• Hasil yang didapat berupa gambar tiroid serta perhitungan up take dan dengan bantuan
formater difotokan pada film format
10. CATATAN
• Radionuklida yang paling ideal untuk evaluasi kelenjar tiroid adalah NaI-131, karena
energinya tidak terlalu tinggi (159 keV) dengan waktu paruh pendek (13,2 jam).
• Obat-obat tertentu, terutama yang mengandung iodium dan hormon tiroid akan
mengganggu.20
BAB 3
KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologis memainkan peranan penting dalam mendiagnosis kelainan


pada kelenjar tiroid. Walaupun pemeriksaan radiologis bukan baku emas dalam mendiagnosis
kelainan pada kelenjar tiroid, tetapi sangat biasa digunakan dalam bidang medis dan juga
sangat mudah untuk dilakukan. Pemeriksaan sonografi sangat penting dalam mendiagnosis
kelainan seperti agenesis tiroid, hemiagenesis tiroid, disgenesis tiroid, Hashimotos
Thyroiditis, hyperthyroidism, multinodular goiter, massa leher superfisial-lipoma, nodul
tiroid malignan, nodul tiroid benigna, adenoma paratiroid dan kista pada kelenjar tiroid.
Pemeriksaan sonografi dilakukan dengan cara yang mudah dan tidak invasif terhadap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, William. Kelenjar Thyroid, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi kedua
puluh. Jakarta, McGraw-Hill & EGC. 2003.
2. Guyton, Arthur C. Hormon Thyroid, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, edisi
ketiga. Jakarta, EGC. 1995.
3. Geneser, Finn. Kelenjar Thyroid, Buku Teks Histologi, jilid 2, edisi pertama. Jakarta,
Binarupa Aksara.1994.
4. Sabiston, David C. Glandula Thyroidea, Buku Ajar Ilmu Bedah, jilid 1. Jakarta, EGC.
1995.
5. Sloane, Ethel. Kelenjar Thyroid, Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, edisi pertama.
Jakarta, EGC.2004.
6. Guibson, John. Kelenjar Thyroid, Fisiologi & Anatomi untuk Perawat, edisi kedua.
Jakarta, EGC. 2003.
7. Moore, Keith L. and Anne M. R. Agur. Glandula Thyroidea, Anatomi Klinis Dasar.
Jakarta, Hipokrates. 2002.
8. Putz, R. and R. Pabst. Neck, Sobotta, Atlas of Human Anatomy, part 1, 12th edition.
Los Angeles, Williams & Wilkins. 1999.
9. Price, Sylvia Anderson, et. al. Gangguan Kelenjar Thyroid, Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, edisi keenam. Jakarta, EGC. 2006.
10. Nakahara H, Noguchi S, Murakami N, et al. MRI of thyroid and parathyroid masses.
Radiology. 1997;202:765-772.
11. Naik KS, Bury RF. Imaging the thyroid. Clin Radiol. 1998;53:630-639
12. Khan N.A., Thyroid Nodule Imaging, Medscape Reference, 2012.
13. Nevell lori, Tests to Diagnose a Thyroid Problem, Livestrong reference, 2010.
14. Sanel T, Hemadi, Haghighatkhah HR, et al. Prevelance of Incidential Thyroid Nodules
Diagnosed by Ultrasound in Iranian Population. Iran. J. Radiol; 2008.
15. Joseph F, Gilbert H, Peter R, et al. High Resolution Real Time Sonography of the
Thyroid. Radiology 145;1982.
16. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi 2: 528-535, 2008.
17. http://dewisriwulandaricases.wordpress.com/2012/01/22/hipertiroid/
18. http://usu-med.blogspot.com/2011/08/peranan-usg-tiroid.html
19. Iigan Seyfettin., et al. The diagnostic value of ultrasound in the detection of
Hashimoto’s Thyroiditis: comparison with serum antibody level and cytology.Turkish
Journal of Endocrinology and Metabolism, 1999, 3:109-112.
20. Fischbach FT, Dunning MB III, eds. (2009). Manual of Laboratory and
Diagnostic Tests, 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
21. Cooper DS, Doherty GM, Haugen BR, Kloos RT, Lee SL, Mandel SJ, Mazzaferri EL,
McIver B, Sherman SI, Tuttle RM; American Thyroid Association Guidelines
Taskforce.
Thyroid [2006]

You might also like