Professional Documents
Culture Documents
Identitas Pasien
Nama : Ibu S
Umur : 49 tahun
II. ANAMNESIS
Pasien datang dengan luka pada tumit kaki kiri. Pasien tidak tahu pasti sejak
kapan kakinya luka. Pasien menyadari lukanya ketika luka di kakinya sudah berwarna
biru kehitaman dengan tepi kemerahan, terasa nyeri dan berbau. Pada jempol kaki
kanan juga terdapat dua ulkus yang mengering, berwarna hitam dengan diameter ± 1
cm. Pasien merupakan penderita diabetes militus sejak 16 tahun yang lalu. Pasien rutin
kontrol ke dokter setiap 1 bulan dan diberikan obat metformin, glimepiride, dan
insulin. Keluhan lain disangkal.
1
Riwayat Personal Sosial:
Status Generalis :
Pemeriksaan Cor
2
o Palpasi : Ictus cordis (+) di SIC V mid clavicula
o Perkusi : Batas jantung normal
o Auskultasi : Suara S1>S2 normal, regular
Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : Datar, jejas (-)
o Auskultasi : BU (+) normal
o Perkusi : Timpani, pekak beralih (-)
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)
o Hepar-Lien : Tidak teraba
Ekstermitas
o Superior : Edem -/-, deformitas -/-, akral hangat +/+
o Inferior : Edem -/-, deformitas -/-, akral hangat +/+, post debridement
pedis sinistra.
3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
V. DIAGNOSIS
- Ulkus pedis sinistra
- DM
VI. PENATALAKSANAAN
- Cefotaxime inj
- Metronidazole inj
- Ketorolac inj
- Pantoprazole inj
- Humalog 15iu
- Cairan RL 20 tpm
- Debridement gangrene DM
5
PEMBAHASAN
DIABETES MELITUS
A. DEFINISI
Diabetes miletus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. Hiperglikemi kronik pada DM berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
B. ETIOLOGI
1) Diabetes mellitus tipe 1 (Diabetes mellitus tergantung insulin atau IDDM).
Diabetes mellitus ini disebabkan oleh kegagalan sel pulau beta Langerhans
oleh penyebab multifaktorial misalnya predisposisi genetik, serangan virus
dan autoimun pada sel pulau beta langerhans.
2) Diabetes mellitus tipe 2 (Diabetes mellitus tak tergantung insulin atau
NIDDM).
Diabetes mellitus ini terjadi dengan fungsi sel pulau beta langerhans yang
normal, tetapi jaringan perifer resisten terhadap insulin Mungkin terjadi
sedikit penurunan pembentukan insulin atau keadaan hiperinsulin.
C. PATOFISIOLOGI
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relative maupun absolut. Defisiensi insulin dapat
terjadi melalui tiga jalan, yaitu:
6
1. Rusaknya sel-sel β pancreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll)
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas.
3. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
7
7. Efek defisiensi insulin pada metabolism lemak menyebabkan penurunan
sintesis trigliserid dan peningkatan lipolysis. Hal ini akan menyebabkan
mobilisasi besar-besaran asam lemak dari simpanan trigliserid. Peningkatan
asam lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber
energy alternative karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
8. Efek defisiensi insulin pada metabolism protein menyebabkan pergeseran
netto kearah katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot
menyebabkan otot rangka lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan
berat badan.
D. KRITERIA DIAGNOSIS
Glukosa Darah Puasa Glukosa Darah Sewaktu
Normal <100 mg/dL <140 mg/dL
Pre-diabetes 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL
Diabetes ≥ 126 mg/dL ≥200 mg/dL
Kecurigaan adanya diabetes mellitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik diabetes mellitus seperti:
1. Keluhan klasik DM berupa: polyuria, polidipsi, polifagi, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa; lemah badan, kesemutan, kesemutan, gatal,
mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
1. Jika keluhan klasik ditemukan maka pemeriksaan GDS ≥ 200 mg/dL sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis.
2. Dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
jarang dilakukan.
8
3. Dengan pemeriksaan GDP yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima
oleh pasien serta murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk
diagnosis DM.
E. TERAPI
Tujuan pengobatan adalah mengurangi resiko untuk komplikasi penyakit
mikrovaskular dan makrovaskular, untuk memperbaiki gejala, mengurangi
kematian, dan memperbaiki kualitas hidup.
1) Terapi Non Farmakologi
a) Diet
2) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan terapi non farmakologi.
9
GOLONGAN NAMA OBAT
Sulfonilurea Gliburida/ Merangsang sekresi insulin di kelenjar
Glibenklamid pancreas, sehingga hanya efektif pada
Glipizida penderita diabetes yang sel-sel beta
Glikazida pankreasnya masih berfungsi dengan baik
Glimepirida
Glikuidon
Glinid Repaglinid Merangsang sekresi insulin di kelenjar beta
Neteglinid pancreas
Penghambat Acarbose Menghambat kerja enzim alfa glucosidase di
Glukosidase α saluran cerna sehingga menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemi postprandial.
Biguanid Metformin Bekerja langsung pada hepar, menurunkan
produksi glukosa hepar. Tidak merangsang
sekresi insulin oleh kelenjar pancreas.
Tiazolidindion Rosiglitazone Meningkatkan kepekaan tubuh terhadap
(Glitazon) Troglitazone insulin. Berikatan dengan peroxisome
Pioglitazon proliferators active receptor gamma/PPAR
gamma di otot, jaringan lemak, dan hati untuk
menurunkan resistensi insulin
3) Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita diabetes mellitus
tipe 1. Pada diabetes mellitus tipe 1, sel-sel β langerhans kelenjar pankreas
penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Walaupun
sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 tidak memerlukan insulin,
namun hampir 30% ternyata memerlukan insulin disamping terapi
hipoglikemik oral.
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat
10
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3) Ketoasidosis diabetic
4) Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5) Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, Stroke)
8) Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan terapi gizi medis
9) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
11
Insulin Campuran
(kerja cepat dan menengah)
70% NPH / 30% regular (Mixfard: 30-60 menit Dual 10-16 jam
Humalin 70/30)
70% NPH / 30% analog rapid
(NovoMIx 30)
F. KOMPLIKAS
Komplikasi diabetes mellitus dapat bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut
terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun tajam
dalam waktu relatif singkat. Komplikasi kronis berupa kelainan pembuluh
darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung, ginjal, saraf, dan
penyakit berat lainnya.
1. Komplikasi Akut
Hipoglikemia
Ketoasidosis Diabetik-Koma Diabetik
Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHNK)
Koma Lakto Asidosis
2. Komplikasi Kronik
Mikroangiopati
Makroangiopati
12
DAFTAR PUSTAKA
Joshi. Oral Hypoglicemics drug and newer agents use in type 2 diabetes milletus. SA
13