You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah bagian dari politik oleh karena pelayanan kesehatan


merupakan pelayanan publik yang seyogianya tidak hanya dijadikan sebagai
kendaraan politik para calon atau kandidat kepala daerah. (Bambra et all, 2005).
Sebuah studi yang dilakukan Navarro et all pada tahun 2006 meneguhkan korelasi
antara ideologi politik suatu pemerintahan terhadap derajat kesehatan
masyarakatnya, melalui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan tersebut.
Konsep kesehatan yang dianut pemerintah kita saat ini, berbuah pembangunan
kesehatan yang berbentuk pelayanan kesehatan individu, ketimbang layanan
kesehatan komunitas yang lebih luas, program-program karitas yang bersifat
reaktif seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau pengobatan
gratis dan Jampersal.

Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bagian Pembukaan butir b


(menimbang); disebutkan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan.

Politik kesehatan adalah ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat


kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan
yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara untuk menciptakan masyarakat dan
lingkungan yang sehat secara keseluruhan.

Ekonomi kesehatan masyarakat merupakan ranah analisa dan pengambilan


keputusan untuk pengalokasian sumber daya yang terbatas (dana, perangkat,
waktu, tenaga kerja) untuk memberikan layanan kesehatan masyarakat yang
optimal menurut prioritas dan kebutuhan. OECD mengatakan bahwa hubungan
antara kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi sangat erat dan penting
karena saling mempengaruhi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Apa pengaruh ekonomi dan politik kesehatan dalam kesehatan


masyarakat?
2. Contoh politik kesehatan?
3. Apa saja masalah kesehatan akibat ekonomi dan politik kesehatan?
4. Apa saja intervensi untuk mencegah munculnya masalah kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah diatas dapat diuraikan tujuan dari sebuah penulisan
sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh ekonomi dan politik pada kesehatan


masyarakat
2. Mengetahui contoh politik kesehatan
3. Mengetahui permasalahan akibat dari ekonomi dan politik kesehatan
4. Untuk mengetahui intervensi dalam mencegah masalah kesehatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Politik dan Ekonomi dalam Kesehatan Masyarakat

2.1.1 Pengaruh Politik dalam Kesehatan Masyaraka

Politik berasal dari bahasa Yunani, politika yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan negara, yang mana kata politika tersebut berasal dari kata
polites yang artinta warga negara dan polis yang berarti negara kota.

Kata politik itu muncul karena berawal dari polis yang mempunyai arti
kota atau negara kota, kemudian berkembang menjadi polites yang berarti warga
negara karena suatu negara kota jika tanpa warga negara maka akan lumpuh dan
sangat tidak mempunyai arti yang sekaligus membawa perkembangan selanjutnya
menjadi politea yang mana mempunyai arti semua yang berhubungan dengan
negara, dari kata politea tersebut menjadi kata politika yang berarti pemerintahan
negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Politik merupakan ibu dari segala ilmu, tanpa campur tangan politik maka
semua cabang ilmu akan lemah lunglai tak bergeming. Politik juga merupakan
prestige bangsa, konsistensi kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilengkapi
dengan human sense dan human relationship yang tulus, ikhlas, empati, peduli,
menempatkan eksistensi negara dikancah dunia tanpa mengubah jati diri bangsa.

Oleh karena keberadaan politik sangat dibutuhkan oleh negara dan warga
negara maka pengertian politik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2
yaitu politik dalam arti kepentingan umum (politics) dan politik dalam arti
kebijakan (policy).

Politik kesehatan memiliki pemahaman yaitu ilmu dan seni untuk


memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui
sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara
untuk menciptakan masyarakat dan lingkungan sehat secara keseluruhan.

Politik merupakan ibu dari segala ilmu, begitu juga dengan ilmu kesehatan
tanpa campur tangan politik kesehatan tentu semua kebijakan dan peraturan
menjadi lemah. Ada 2 bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dituangkan dalam
aplikasi politik kesehatan ini, antara lain :

1. Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan, meliputi Undang-undang,


Peraturan Presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, baik tingkat
provinsi maupun kabupaten kota dan peraturan lainnya.
2. Kebijakan pemerintah dalam bentuk program yaitu segala aktifitas
pemerintah baik yang terencana maupun yang insidentil yang mana hal
tersebut bertujuan untuk peningkatan kesehatan masyarakat, menjaga
lingkungan dan masyarakat agar tetap sehat dan sejahtera baik fisik, jiwa
maupun sosial.

2.1.2 Pengaruh Ekonomi dalam Kesehatan Masyarakat

Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan


penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar
sukar karena hakekat pelayanan yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah
hidup atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong
pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak
pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur,
menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang
merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan
pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui
pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan (promotive),
pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative).
Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan.

1. Kesehatan dan Pembangunan.


Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga,
kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar
di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih
enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang
tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang,
dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara
manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang
menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan
dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya,
anak yang sehat mempunyai kemampuan belajar lebih baik dan akan
tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat,
pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan
keluarga yang tidak sehat.
Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik
merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal
landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh
terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan
penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama
revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun
1950-an dan tahun 1960-an.
Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah
yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa
peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun
yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per
kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel
memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak
30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.
Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara
dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan
jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan
pendidikannya. Pada Tabel dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan
dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994.
Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan
dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit
pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan
tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi pada periode tertentu
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 (
Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965). Terdapat
korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap
peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika
faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian, perbedaan
tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai
AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan
AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan
terakumulasi terus menerus.

2. Kesehatan dan Kemiskinan


Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas
dicantumkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan milenium tersebut
antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar dua pertiganya
pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka
kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari
keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit
HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan
pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan
pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga
terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan
dengan investasi di bidang kesehatan.

Tabel Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut


Tingkat Kemajuan Pembangunan Negara (1995-2000)
Tingkat Penduduk Rata-rata Angka Angka Angka
Pembangunan (1999) Pendapatan Harapan Kematian Kematian
Negara Juta Tahunan Hidup Bayi (Per- Anak
(US$) (Tahun) 1000) Balita
(Per-1000)
Sangat 643 296 51 100 159
Terbelakang
Pendapatan 1777 538 59 80 120
Rendah
Pendapatan 2094 1200 70 35 39
Menengah-
Bawah
Pendapatan 573 4900 71 26 35
Menengah-Atas
Pendapatan 891 25730 78 6 6
Tinggi
Sub-Sahara 642 500 51 92 151
Afrika
Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using
World Development Indicators of the World Bank

Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:


Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya
akses terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk
miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan
karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya
sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan
untuk menghadapi serangan penyakit.
Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga
merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual
aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh
kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan mengganggu
tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya.
Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai
pengaruh yang merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas
dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa
pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan. Kesehatan yang
buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung
mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui
menurunnya pendapatan, menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya
kesejahteraan psikologis.

3. Memilih Intervensi untuk Kesehatan Yang Lebih Baik


Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang
berkembang, ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah
kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemilihan alternatif intervensi
kesehatan yang cost-effective menjadi penting. Pada tahun 1978, melalui
Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah disetujui oleh
seluruh negara anggota
Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO).
Beberapa kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah komitmen negara-
negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan
pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan
(promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan
(rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan
meningkatkan partisipasi masyarakat.
Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat
diwujudkan. Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah lebih
banyak mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan kesehatan
pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi,
penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya
sedikit negara yang sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil
menjalin kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.

4. Menilai Status Kesehatan Penduduk


Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan
berbagai indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian
yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah angka kematian
kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality
Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR
yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMR nya
tinggi.
Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang
memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecacatan akibat penyakit
tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB),
Polio, dan sakit mental.
Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai
jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika
dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit
tersebut lebih banyak.
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan
kepada kita kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat
parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita. Masyarakat
pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok
indikator tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY
( Disability Adjusted Life Years ) untuk mengukur dengan lebih baik status
kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah tahun untuk hidup
sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu DALY
didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari
kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk
membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau
membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok
penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY
mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh
kematian dan atau kecacatan yang harus ditanggung oleh masyarakat.
Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan dengan
penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang
dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari
kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan.

2.2 Contoh Politik Kesehatan


1. Anggaran kesehatan
Karena sehat merupakan hak rakyat dan negara pun tak ingin
rakyatnya sakit-sakitan, diambillah keputusan politik yang juga sehat.
Yaitu, anggaran untuk kesehatan rakyat mendapatkan porsi yang sangat
besar, karena negara tidak ingin rakyatnya sakit-sakitan. Pemerintah
bersama DPR. Membebani impor alat-alat kedokteran dengan pajak yang
sama untuk impor mobil mewah, juga keputusan politik.
UU Tembakau; Cukei rokok terus dinaikkan karena konsumsi rokok di
Indonesia semakin meningkat.
2. Strategi dan Esensi Politik Kesehatan
Contoh paling nyata yang terjadi dalam penetapan anggaran untuk
kesehatan, menteri kesehatan mengajukan rancangan anggaran kepada
presiden yang kemudian akan dibahas bersama DPR karena dalam
penetapan Anggaran Belanja Negara DPR mempunyai wewenang dalam
menyetujui maupun menolak terhadap rancangan yang diajukan tersebut.

2.3 Masalah Kesehatan akibat Ekonomi dan Politik


BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

http://nelvalinu.blogspot.com/2016/11/politik-kesehatan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_kesehatan

http://kesmas-id.com/pentingnya-memahami-politik-kesehatan/

http://dahyarmasuku82.blogspot.com/2011/12/pengaruh-pembangunan-
ekonomi-terhadap.html

dahyarmasuku82.blogspot.com/2011/12/pengaruh-pembangunan-ekonomi-
terhadap.html

You might also like