You are on page 1of 8

J.

Gizi Pangan, November 2017, 12(3):161-168


ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920 DOI: 10.25182/jgp.2017.12.3.161-168
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Tersedia daring: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan

FORTIFIKASI NaFeEDTA PADA COOKIES UBI JALAR KUNING


SEBAGAI PRODUK ALTERNATIF UNTUK MENANGGULANGI
ANEMIA DEFISIENSI BESI
(Fortification of NaFeEDTA in orange fleshed sweet potato cookies as alternative product
for iron deficiency anemia)

Salma Shafrina Aulia1*, Ninik Rustanti1, Deny Yudi Fitranti1


1
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang 50275

ABSTRACT

The aims of the study were to analyze iron content, beta carotene content and organoleptic test of orange
fleshed sweet potato cookies which had been fortified with NaFeEDTA. This reaserch used experimental
method with one factor completely randomized design of iron with 100 ppm, 150 ppm and 200 ppm
of NaFeEDTA. Analysis of iron content was conducted using Atomic Absorption Spectrophotometry
and analysis of beta carotene was conducted by using spectrophotometry. Then, organoleptic test was
conducted using hedonic test. The result of iron content in cookies is 27.97 ppm-53.42 ppm while beta
caroten is 83.40 ppm-129.72 ppm. Organoleptic test results in terms of color, aroma, and texture, the
fortified cookies were as well-liked as the control ones; taste, however, the panel found the fortified
cookies more preferable. The highest level of iron content, beta carotene content and organoleptic test
were orange fleshed sweet potato cookies fortified with 200 ppm NaFeEDTA.

Keywords: beta carotene content, cookies, fortification, iron content

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar besi, kadar beta karoten dan tingkat penerimaan cookies
ubi jalar kuning yang telah difortifikasi NaFeEDTA. Penelitian ini meupakan penelitian eksperimen
dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu penambahan NaFeEDTA sebanyak 100 ppm, 150 ppm,
dan 200 ppm. Analisis kadar besi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption spectrophotometry),
uji beta karoten menggunakan metode Spektofotometri dan uji penerimaan menggunakan uji hedonik.
Hasil yang didapatkan adalah kadar besi cookies berkisar 27,97 ppm hingga 53,42 ppm dengan kadar
besi tertinggi pada cookies dengan penambahan 200 ppm yaitu sebesar 53,42 ppm, sedangkan kadar beta
karoten cookies berkisar 83,40 ppm hingga 129,72 ppm dengan kadar beta karoten tertinggi pada cookies
dengan penambahan 200 ppm yaitu sebesar 129,72 ppm. Hasil uji penerimaan pada warna, aroma dan
tekstur, cookies perlakuan disukai panelis sebagaimana cookies kontrol sedangkan untuk rasa, cookies
perlakuan lebih disukai panelis dibanding cookies kontrol. Kesimpulan penelitian ini adalah kadar besi
dan kadar beta karoten tertinggi dengan tingkat penerimaan yang baik terdapat pada cookies ubi jalar
kuning dengan penambahan 200 ppm NaFeEDTA.

Kata kunci : cookies, fortifikasi, kadar besi, kadar beta karoten

PENDAHULUAN anemia pada anak usia ≥1 tahun sebesar 21,7%,


pada balita 12-59 bulan sebesar 28,1%, dan ibu
Anemia defisiensi zat besi merupakan hamil sebesar 37,1% (Kemenkes 2013). Faktor
defisiensi zat gizi yang paling banyak di dunia. yang paling memengaruhi terjadinya anemia de-
Anemia defisiensi besi didefinisikan sebagai ane- fisiensi besi adalah asupan besi yang rendah dan
mia karena habisnya cadangan besi dalam jaring- penyerapan besi yang kurang optimal (Soleimani
an (Osungbade 2012). Di Indonesia, prevalensi & Abbaszadeh 2011).

*
Korespondensi: Telp: +6281313524890 , Surel: salma_shafrina@apps.ipb.ac.id

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 161


Aulia dkk.

Anemia defisiensi besi dapat dicegah me- Selain itu, Beta karoten berperan sebagai kelat
lalui fortifikasi besi. Fortifikasi besi terbukti untuk mencegah efek penghambatan penyera-
menurunkan angka anemia defisiensi besi di pan besi oleh fitat dan polifenol (Humans et al.
Cina sebanyak 42,9% setelah diberikan fortifi- 1997). Serangkaian studi dari Venezuela secara
kasi NaFeEDTA pada tepung terigu dengan do- konsisten menunjukkan bahwa beta karoten lebih
sis 20 mg/kg selama dua bulan (Sun et al. 2007). efektif meningkatkan penyerapan zat besi dari vi-
Sodium Iron Etilen Diamin Tetraacetic Acid tamin A karena mempunyai sifat yang lebih stabil
(NaFeEDTA) adalah jenis fortifikan yang di- pada pH dalam duodenum (Laelago et al. 2015).
gunakan karena bioavaibilitasnya 2-3 kali lebih Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tinggi dari besi sulfat & besi fumarat (Sun et al. kadar besi, kadar beta karoten dan tingkat peneri-
2007). Hal ini dikarenakan NaFeEDTA mengan- maan cookies ubi jalar kuning yang difortifikasi
dung kelat yang dapat menghambat reaksi besi NaFeEDTA.
dengan fitat pada bahan pangan (Hurrell at al.
2000). Selain itu, NaFeEDTA merupakan fortifi- METODE
kan yang stabil, mempunyai masa simpan lama
dan tidak menghambat bioavailabilitas zat gizi Desain, tempat, dan waktu
lain (WHO 2006). Penelitian ini merupakan penelitian ekspe-
Cookies adalah salah satu jenis camilan rimental dengan rancangan acak lengkap satu
atau makanan ringan yang disukai oleh seba- faktor yaitu jumlah fortifikan besi yang terdiri
gian besar masyarakat dari balita hingga dewasa. atas 3 perlakuan dan 1 kontrol sehingga terdapat 4
Konsumsi rata-rata cookies di Indonesia adalah perlakuan. Fortifikan besi yang digunakan adalah
0,40 kg/tahun (Suarni 2009). Terdapat beberapa NaFeEDTA dengan penambahan 100 ppm, 150
produk makanan komersil yang menambahkan ppm dan 200 ppm. Pemilihan dosis tersebut ber-
beberapa zat gizi mikro di dalamnya (Tsikritzi et dasarkan perhitungan bahwa sebuah cookies de-
al. 2013). Produk fortifikasi besi yang banyak di- ngan berat 10 g dapat mencukupi kebutuhan besi
gunakan adalah tepung terigu dengan komposisi per10 kg bb, mengacu pada rekomendasi FAO
zat besi sebanyak 50 ppm sehingga perlu dikem- mengenai penggunaan NaFeEDTA yaitu sebesar
bangkan cookies dengan kandungan besi yang 0,2 mg/kg bb dan pertimbangan hasil uji penda-
tinggi (Mohammadi et al. 2011). Belum terdapat huluan (WHO 2006). Pengulangan dilakukan 3
produk cookies berbahan baku lokal Indonesia kali sehingga didapat 12 sampel percobaan. Se-
yang dikembangkan secara luas di pasaran untuk luruh penelitian dilakukan di Universitas Dipo-
menanggulangi anemia defisiensi besi. negoro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Pemilihan tepung ubi jalar kuning sebagai Ilmu Gizi untuk pembuatan produk, Laborato-
bahan utama pembuatan cookies karena ubi jalar rium Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan
kuning merupakan bahan pangan yang banyak Pertanian untuk menguji kadar besi dan kadar
ditemukan di Indonesia. Selain itu, kandungan beta karoten. Sementara itu untuk uji hedonik
beta karoten yang terdapat dalam tepung ubi jalar dilakukan di gedung kuliah Ilmu Gizi Fakultas
kuning cukup tinggi yaitu 8,04 mg/100 g tepung Kedokteran. Penelitian dilaksanakan pada bulan
(Othman et al. 2015). Ubi jalar kuning mempu- September hingga November 2016.
nyai fitat yang lebih rendah dibanding sereal se-
hingga meningkatkan bioavaibilitas besi (Chris- Bahan dan alat
tides et al. 2015). Bahan utama terdiri dari tepung ubi jalar
Beta karoten adalah pro-vitamin A yang kuning yang didapatkan dari Pasar Karangkajen
dikonversi menjadi vitamin A. Vitamin A berpe- Yogyakarta, sedangkan NaFeEDTA (13,41% Fe)
ran dalam sintesa ferritin. Apabila tubuh keku- didapatkan dari Nanjing Yeshun Industry & Inter-
rangan vitamin A maka hormon hepsidin akan national Trading Co. Ltd, China. Bahan lain yang
naik. Hormon hepsidin merupakan hormon yang digunakan adalah gula halus, telur, tepung mai-
mengatur keseimbangan besi dalam tubuh. Me- zena, chocochip, mentega putih, margarin, susu
ningkatnya hormon hepsidin ini akan mengham- bubuk dan baking soda yang didapatkan di toko
bat pelepasan besi dari jaringan sehingga menye- kue di kota Semarang. Sementara itu, bahan ki-
babkan besi dalam plasma menurun. Apabila hal mia yang digunakan untuk analisis kadar besi dan
ini terjadi terus menerus maka dapat menimbul- kadar beta karoten adalah Aquademin, HNO3,
kan anemia defisiensi besi (Arruda et al. 2009). larutan standar Fe 0,2,4,6,8,10 ppm, KOH, dan
propanol.

162 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Fortifikasi NaFeEDTA pada cookies ubi jalar kuning

Alat yang digunakan dalam membuat cook- aroma, dan tekstur dilakukan pada panelis agak
ies adalah timbangan digital analitik, baskom, terlatih sebanyak 25 orang mahasiswa Program
pisau, mixer, oven listrik, dan loyang. Sementara Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro. Hasil
itu untuk analisis kadar besi dan kadar beta karo- ukur uji hedonik dikategorikan menjadi skala
ten peralatan yang dibutuhkan adalah timbangan 1 sampai 4, yaitu 1=sangat tidak suka, 2=tidak
analitik, AAS (Atomic Absorption Spectometry), suka, 3=suka, 4=sangat suka. Nilai rata-rata yang
cawan, tungku, botol polyethylene, gelas ukur, diperoleh kemudian dikategorikan, yaitu <1,51
vortex, tanur, labu ukur, water bath, gelas ukur, termasuk sangat tidak suka, 1,51-2,5 termasuk
dan spektofotometer. Untuk uji hedonik dibutuh- tidak suka, 2,51-3,49 termasuk suka, dan >3,49
kan plastik klip, gelas minum dan kuesioner. termasuk sangat suka.

Tahapan penelitian Pengolahan dan analisis data


Pembuatan produk. Prosedur pembuatan Analisis data menggunakan software SPSS
cookies ini yaitu mencampurkan mentega putih 16.0. Sebelum dianalisis semua data diuji kenor-
15,43%, margarin 11,57% dan gula halus 27% malannya menggunakan uji Shapiro-Wilk karena
kemudian diaduk menggunakan mixer. Setelah jumlah sampel <30. Hasil analisis kadar besi
itu, ditambahkan kuning telur 0,66% dan kembali dan kadar beta karoten diolah menggunakan uji
diaduk hingga homogen. Langkah berikutnya statistik One Way Anova karena data berdistribusi
menambahkan tepung ubi jalar kuning sebanyak normal dilanjutkan dengan uji post hoc Duncan
33% yang sudah dicampur dengan NaFeEDTA untuk mengetahui beda nyata kadar besi antar
secara perlahan kemudian ditambahkan dengan kelompok perlakuan dan kontrol. Data uji orga-
susu bubuk 0,41%, tepung maizena 0,2%, vani- noleptik diuji statistik dengan menggunakan uji
li dan baking soda 0,01%. Setelah adonan rata, Friedman dan dilanjutkan dengan uji Wilcoxon
chocochip ditambahkan pada adonan sebanyak untuk mengetahui beda nyata antar kontrol dan
11,71% dan dicetak dengan berat ±10 g per cook- perlakuan.
ies. Setelah itu adonan dipanggang dengan suhu
150oC selama 25 menit kemudian dinaikkan su- HASIL DAN PEMBAHASAN
hunya menjadi 180oC selama 10 menit dan di-
turunkan kembali hingga 100oC lalu didiamkan Kadar besi dan kadar beta karoten pada ba-
selama 10 menit. Setelah itu cookies diletakkan han baku pembuatan cookies
ke dalam wadah kering dan tertutup. Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan
Analisis kandungan gizi. Analisis kadar besi terbanyak pada kuning telur (66,63 ppm) dan
Fe menggunakan prosedur AOAC dengan alat beta karoten terbanyak terdapat pada tepung ubi
AAS (Atomic Absorption Spectometry), semen- jalar kuning (70,88), sedangkan kadar besi dan
tara kadar beta karoten di analisis dengan prose- beta karoten paling sedikit terdapat pada tepung
dur AOAC dengan alat spektofotometri (AOAC maizena (3,83 ppm dan 0 ppm). Dalam formula
2002). Pengujian tersebut dilakukan secara du- untuk satu cookies, kontribusi bahan yang me-
plo. ngandung paling banyak besi dan beta karoten
Uji organoleptik. Uji organoleptik cookies adalah tepung ubi jalar kuning (136,50 ppm besi
menggunakan uji hedonik meliputi rasa, warna, dan 236.03 ppm beta karoten).

Tabel 1. Kadar besi dan beta karoten bahan baku


Kadar besi dalam Kadar beta karoten
Kadar besi Kadar beta karoten
Bahan baku formula cookies dalam formula
(ppm) (ppm)
(ppm) cookies (ppm)
Tepung ubi jalar kuning 40,99 70,88 136,50 236,03
Tepung maizena 3,83 0,00 0,08 0,00
Susu bubuk 17,24 55,62 0,71 2,28
Margarin 56,23 16,12 65,06 18,65
Mentega 25,76 2,90 39,75 4,47
Kuning telur 66,63 45,12 4,40 2,98

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 163


Aulia dkk.

Kadar besi dan kadar betakaroten besi tertinggi pada cookies yaitu sebanyak 31,4%.
Tabel 2. menunjukkan terdapat perbedaan Pada penelitian ini terjadi penurunan kadar besi
kadar besi pada cookies kontrol dengan kadar berkisar antara 3,98% hingga 29,44% dengan
besi pada cookies perlakuan. Kadar besi tertinggi iron loss paling sedikit terdapat pada cookies
terdapat pada cookies ubi jalar kuning yang difor- dengan penambahan 100 ppm NaFeEDTA. Hal
tifikasi NaFeEDTA sebesar 200 ppm per cookies. ini menunjukkan bahwa penambahan 100 ppm
Namun dapat dilihat pula, semakin banyak besi NaFeEDTA lebih efektif dibanding dengan cook-
yang ditambahkan maka semakin banyak iron ies perlakuan lainnya. Penurunan besi ini sejalan
loss yang terjadi. Hasil dari uji statistik (p=0,000) dengan penelitian Mohammadi et al. (2011) yang
menunjukkan bahwa semakin banyak NaFeED- menyatakan bahwa penurunan kandungan besi
TA yang ditambahkan maka semakin banyak disebabkan karena proses pengolahan seperti
kandungan besi di dalam cookies sedangkan dari pencampuran bahan dan pemanggangan adonan.
uji beda antar pelakuan dapat dilihat bahwa tidak Proses pemanggangan memengaruhi hasil fortifi-
ada beda nyata antar perlakuan. kasi. Pada penelitian fortifikasi NaFeEDTA pada
Dari Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa ti- biskuit dengan dosis 720 mg/kg NaFeEDTA (9
dak ada perbedaan kadar beta karoten antara mg besi per 100 g) hanya menurunkan kadar besi
cookies kontrol dengan cookies perlakuan na- sebanyak 0,33% serta tidak terlalu berpenga-
mun terdapat penurunan beta karoten pada cook- ruh pada organoleptik (Mohammadi et al. 2011).
ies ubi jalar kuning yang difortifikasi 100 ppm Sementara itu, kadar besi menurun dari 50 ppm
dan 150 ppm NaFeEDTA. Hasil dari uji statistik menjadi 29,37 ppm pada fortifikasi NaFeEDTA
(p=0,057) menunjukkan bahwa tidak terdapat pe- pada chip dari tepung singkong (Helmyati et al.
ngaruh secara bermakna banyaknya NaFeEDTA 2013).
yang ditambahkan ke dalam cookies. Kadar besi dalam cookies jika diban-
Berdasarkan data penelitian dapat di- dingkan dengan produk yang berada di pasaran,
simpulkan bahwa terjadi peningkatan kadar besi lebih tinggi dibanding dengan tepung terigu yang
pada cookies ubi jalar kuning yang diberi penam- difortifikasi besi yaitu lebih dari 50 mg/kg dan
bahan NaFeEDTA (p=0,000), namun dapat dili- sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
hat pula bahwa tidak terdapat perbedaan antar No. 3751 tahun 2009 sehingga memenuhi syarat
cookies perlakuan. Semakin banyak dosis yang minimal zat besi sesuai SNI.
ditambahkan kandungan besi dalam cookies se- Hasil penelitian menunjukkan bahwa ti-
makin meningkat. Hal ini sejalan dengan pene- dak terdapat pengaruh fortifikasi NaFeEDTA
litian Helmyati et al. (2013) bahwa semakin ba- terhadap kadar beta karoten. Beta karoten yang
nyak NaFeEDTA yang ditambahkan pada keripik terkandung dalam cookies ubi jalar kuning ini
singkong maka kadar besi pada keripik mening- cukup tinggi berkisar 83,40 ppm hingga 129,72
kat. ppm. Bahan baku cookies yang memberikan
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa persentase beta karoten tertinggi adalah tepung
cookies kontrol mengandung zat besi sebesar ubi jalar kuning yaitu sebanyak 75,9%. Bahan
27,97 ppm. Hal ini membuktikan bahwa kadar baku tepung ubi jalar kuning ini sangat berpenga-
besi dalam cookies dipengaruhi oleh bahan baku ruh pada kadar beta karoten cookies. Hal ini se-
pembuatan cookies. Tepung ubi jalar kuning jalan dengan penelitian mengenai crackers yang
merupakan bahan baku yang menyumbang zat diberi substitusi tepung ubi jalar kuning mempu-

Tabel 2. Kadar besi dan kadar betakaroten Cookies

Penambahan Kadar besi Kadar besi dengan Iron Kadar beta Kadar beta karoten Beta
NaFeEDTA cookies perhitungan loss karoten (ppm)1 dengan perhitungan carotene
(ppm) (ppm)1 (ppm) (%) (ppm) loss (%)
0 27,97±1,06 b
39,64 29,44 121,89 ± 31,22 142.39 20,5
100 50,94±1,48 a
53,05 3,98 86,43 ± 14,89 142,39 55,96
150 51,20±2,65 a 59,75 14,32 83,40 ± 19,47 142,39 58,99
200 53,42±2,43 a
66,46 19,61 129,72± 14,22 142,39 12,67
p=0,000 p = 0,057
Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda (a,b,c,d) menunjukkan beda nyata, 1uji One way Anova

164 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Fortifikasi NaFeEDTA pada cookies ubi jalar kuning

nyai kadar beta karoten sebanyak 82,67 µg lebih oksigen, panas dan lama waktu pengujian antar
tinggi dari crackers tanpa substitusi (Aisyiyah sampel dapat memengaruhi hasil pengujian.
2012). Penelitian lain pada biskuit dengan subs-
titusi tepung ubi jalar kuning juga mempunyai Uji organoleptik
kadar beta karoten 5,47 µg lebih tinggi dibanding Tingkat penerimaan suatu produk dipe-
kontrol (Afework et al. 2016). ngaruhi oleh karakteristik produk. Karakteristik
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat produk terdiri dari sifat fisik, kandungan gizi dan
penurunan beta karoten berkisar 12,67% hingga sifat organoleptik produk (Yuni 2016). Tabel 3
58,99%. Hal ini dikarenakan beta karoten meru- menunjukkan hasil uji hedonik dan dapat dili-
pakan zat gizi yang rentan terhadap degradasi hat bahwa kadar NaFeEDTA berpengaruh nyata
setelah terpapar panas, cahaya dan oksigen (El- terhadap warna (p=0,037) dan rasa (p=0,000)
dahshan & Singab 2013; Maramag et al. 2010). cookies ubi jalar kuning.
Pemanggangan dilakukan selama 45 me- Warna Cookies dengan penambahan 100
nit dengan suhu yang berbeda-beda yaitu 150o ppm dan 200 ppm NaFeEDTA memperoleh ni-
C pada 25 menit pertama kemudian dinaikkan lai tertinggi dibanding cookies lainnya meski-
menjadi 180oC selama 10 menit dan diturun- pun semua cookies dalam kriteria disukai oleh
kan kembali pada suhu 100oC selama 10 menit. panelis. Apabila dilihat dari segi rasa, terdapat
Lamanya waktu pemanggangan dan perubahan perbedaan tingkat penerimaan rasa pada cook-
suhu yang dilakukan bertujuan untuk membuat ies kontrol dengan cookies perlakuan. Cookies
tekstur cookies menjadi renyah. Pada penelitian perlakuan lebih disukai oleh panelis dibanding
lain, kandungan beta karoten dapat berkurang cookies kontrol.
hingga 87% ketika terjadi proses pemanggangan Tabel 3 juga menunjukkan tidak terdapat
selama 180o dalam waktu 45 menit pada ubi jalar pengaruh yang signifikan kadar NaFeEDTA ter-
kuning (Kotíková et al. 2016). hadap aroma (p=0,130) dan tekstur (p=0,091)
Penelitian sebelumnya pada biskuit substi- cookies ubi jalar kuning. Semua aroma dan teks-
tusi tepung ubi jalar kuning menunjukkan bahwa tur cookies baik cookies kontrol maupun cook-
waktu pemanggangan tidak terlalu menyebabkan ies perlakuan sama-sama disukai oleh panelis.
degradasi beta karoten apabila suhu yang digu- Secara keseluruhan, cookies yang difortifikasi
nakan tidak terlalu tinggi (Afework et al. 2016). disukai panelis dengan kisaran nilai 2,72-3,32.
Adanya fluktuasi beta karoten pada penelitian ini Warna adalah faktor yang menentukan
diperkirakan karena metode analisa beta karoten dalam penilaian kualitas makanan dan sangat
yang dilakukan menggunakan metode spektro- memengaruhi nilai sensorik secara subjektif.
fotometri dimana pada metode ini kadar beta- Warna dan tekstur adalah parameter penting
karoten ditentukan berdasarkan aktivitas serapan yang perlu diperhatikan selama proses pem-
molekul beta karoten terhadap sinar pada panjang buatan cookies (Lara et al. 2011). NaFeEDTA
gelombang tertentu (Davis et al. 2009). Penam- memang memberikan perubahan warna pada
bahan besi pada cookies kemungkinan memenga- cookies menjadi warna kecokelatan sehingga
ruhi kadar beta karoten yang dihasilkan. Paparan terlihat lebih menarik. Hal ini menunjukkan

Tabel 3. Hasil uji hedonik terhadap rasa, aroma dan tekstur cookies

Penambahan Warna1 Rasa1 Aroma1 Tekstur 1


NaFeEDTA (ppm)
2,60±0,76a 2,36±0,64a 2,52±0,82 2,76±0,72
0 Suka Tidak suka Suka Suka
3,12±0,73 b 3,32±0,85b 2,72±0,94 3,08±0,76
100 Suka Suka Suka Suka
3,08±0,70 b 2,88±0,78b 2,76±0,78 3,12±0,53
150 Suka Suka Suka Suka
3,12±0,67 b 3,00±0,50b 2,88±0,73 2,84±0,55
200 Suka Suka Suka Suka
p = 0,037 p = 0,000 p = 0,130 p = 0,091
Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript berbeda (a,b) menunjukkan beda nyata, 1 Uji Friedman.

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 165


Aulia dkk.

bahwa penambahan NaFeEDTA tidak berpenga- KESIMPULAN


ruh pada kesukaan panelis terhadap warna cook-
ies (WHO 2006). Hal ini sejalan dengan peneli- Terdapat pengaruh signifikan fortifikasi
tian sebelumnya pada biskuit dengan fortifikasi NaFeEDTA terhadap kadar besi pada cookies
NaFeEDTA yang menunjukkan bahwa NaFeED- ubi jalar kuning dengan kadar besi terbaik pada
TA membuat perubahan warna pada biskuit yaitu cookies dengan penambahan 200 ppm NaFeED-
menimbulkan warna kecokelatan (Mohammadi TA yaitu sebesar 53,42 ppm. Sementara itu, ka-
et al. 2011). dar beta karoten tertinggi terdapat pada cookies
Parameter rasa pada produk menunjuk- dengan penambahan 200 ppm NaFeEDTA yaitu
kan bahwa cookies kontrol tidak disukai oleh pa- sebesar 129,72 ppm. Untuk hasil uji penerimaan
nelis sedangkan cookies perlakuan disukai oleh pada warna, aroma dan tekstur, cookies perlakuan
panelis. Cookies kontrol memiliki citarasa khas disukai panelis sebagaimana cookies kontrol se-
ubi jalar kuning yang kuat karena mengandung dangkan untuk rasa, cookies perlakuan lebih di-
senyawa terpenoid sehingga panelis kurang me- sukai panelis dibanding cookies kontrol. Perlu di-
nyukai cookies kontrol (Septianingrum 2009). lakukannya penelitian lanjutan untuk mengetahui
Penggunaan NaFeEDTA yang memberikan after- pengaruh cookies ubi jalar kuning yang difortifi-
taste dapat menutupi citarasa ubi kuning tersebut kasi NaFeEDTA pada penderita anemia defisiensi
sehingga cookies perlakuan disukai panelis. besi.
Hasil uji pada parameter aroma menunjuk- UCAPAN TERIMA KASIH
kan bahwa kadar NaFeEDTA yang ditambahkan
tidak berpengaruh terhadap aroma cookies. Hal Penulis mengucapkan terimakasih kepada
ini dikarenakan mineral yang digunakan dalam PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang telah
jumlah sedikit sehingga tidak memengaruhi aro- memberikan dana penelitian kepada penulis
ma dari produk (Nkhata et al. 2013). melalui program Indofood Riset Nugraha tahun
Tekstur terbaik dimiliki oleh cookies de- 2016.
ngan penambahan NaFeEDTA 150 ppm. Menu-
rut hasil uji organoleptik diketahui bahwa pada DAFTAR PUSTAKA
cookies kontrol dan cookies perlakuan disukai
oleh panelis. Tidak ada pengaruh kadar NaFeED- Afework A, Abegaz K, Mezgebe AG. 2016. De-
TA terhadap tekstur cookies ubi jalar kuning velopment of pro-vitamin A and energy
(p=0,091). Tekstur pada cookies dipengaruhi rich biscuits : Blending of orange-fleshed
oleh bahan baku cookies seperti tepung, telur dan sweet potato (Ipomea batatas L.) with
susu. Pemanggangan berpengaruh pada tekstur wheat (Triticum vulgare) flour and altering
cookies. Pemanggangan juga menyebabkan pe- baking temperature and time. Afr J Food
rubahan fisik dan biokimia. Hal ini bisa berupa Sci 10(6):79-86.
penguapan, peningkatan volume, struktur berpori Aisyiyah LN, Rustanti N. 2012. Kandungan beta-
dan pembentukan kerak (Lara et al. 2011; Baldi- karoten, protein, kalsium, dan uji kesukaan
no et al. 2014). crackers dengan substitusi ubi jalar kuning
Hasil penelitian secara keseluruhan disim- dan ikan teri nasi untuk Anak KVA. Jour-
pulkan bahwa kadar besi dan kadar beta karoten nal of Nutrition Collage 2:145-153.
tertinggi terdapat pada cookies dengan penamba- [AOAC] Association of Official Analytical
han 200 ppm NaFeEDTA namun untuk hasil for- Chemist. 2002. AOAC Official Method
tifikasi yang paling efektif terdapat pada cookies 999.11 Determination of Lead, Cadmium,
dengan penambahan 100 ppm NaFeEDTA karena Copper, Iron, and Zinc in Foods.
memiliki iron loss terendah. Untuk hasil organo- Arruda SF, Machado E, Siqueira DA, Valência
leptik, semua cookies yang difortifikasi disukai FF. 2009. Vitamin A deficiency increases
oleh panelis. Dari hasil perhitungan, konsumsi hepcidin expression and oxidative stress in
lima keping cookies dengan fortifikasi 200 ppm rat. Nutrition 25(4):472-478. http://dx.doi.
dapat menyumbangkan asupan besi sebanyak org/10.1016/j.nut.2008.11.030.
2,67 mg besi dan 6,49 mg beta karoten. Baldino N, Gabriele D, Romana F, Cindio B ,
Cicerelli L. 2014. Modeling of baking be-
havior of semi-sweet short dough biscuits.

166 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017


Fortifikasi NaFeEDTA pada cookies ubi jalar kuning

Innovative Food Science and Emerging Maramag CC, Mercado JD, Solon PR, Solon
Technologies 25:40-52. http://dx.doi.org JAA, Tengco1 LW Blumberg JB et al.
/10.1016/ j.ifset.2013.12.022. 2010. Influence of carotene-rich vegetable
Christides T, Amagloh F, Coad J. 2015. Iron Bio- meals on the prevalence of anaemia and
availability and Provitamin A from Sweet iron deficiency in Filipino schoolchildren.
Potato- and Cereal-Based Complementary European Journal of Clinical Nutrition
Foods. Foods 4(3): 463-476. http://www. 64(5):468-474. http://dx.doi.org/10.1038/
mdpi.com/2304-8158/4/3/463/htm. ejcn.2010.23.
Davis AR, Fish WW, Perkins-veazie P. 2009. A Mohammadi M, Abedi A, Azizi MH, Ahmadian
Rapid Spectrophotometric Method to De- FS and Hamed P. 2011. Development of
termine β -Carotene Content in Cucumis fortified biscuit using NaFeEDTA. J Sci
melo germplasm. Cucurbit Genetics Co- Food Agric doi:10.1002/jsfa.4405.
operative report 7:5-7. Nkhata SG, Ustunol Z, Menevseoglu A. 2015.
Eldahshan OA, Singab ANB.2013. Carotenoids. Iron fortification of yogurt and pasteur-
Journal of Pharmacognosy and Phyto- ized milk. Food Sci 3(3):1-12. DOI: http://
chemistry 2(1):225-234. dx.doi.org/10.15226/jnhfs.2015.00142
Helmyati S, Pamungkas NP, Lestari LA, Hend- Osungbade KO, Oladunjoye AO. 2012. Preven-
arta NY. 2013. Sensory and Organoleptic tive treatments of iron deficiency anae-
Characteristic, Zinc and Iron Content of mia in pregnancy : a review of their ef-
Fortified Chips from Cassava Flour. Jour- fectiveness and implications for health
nal of food science and engineering 3:47- system strengthening. J Pregnancy.
54. doi:10.1155/2012/454601.
Humans C, et al. 1997. Nutrient Requirements Othman R, Kammona S, Jaswir I, Jamal P. 2015.
and Interactions Vitamin A and b -Caro- Characterisation of carotenoid content in
tene Can Improve Nonheme Iron Absorp- diverse local sweet potato (Ipomoea bata-
tion from. Journal of Nutrition :646-650. tas) flesh tubers. Int J Pharm Pharm Sci 7:
Hurrell RF, Burri J, Cook JD. 2000. An evalua- 347-351.
tion of EDTA compounds for iron fortifica- Septianingrum ER. 2009. Identifikasi penyebab
tion of cereal-based foods. Food Sci Hum dan upaya pengurangan aftertaste pahit
Nutr. pada cookies ubi jalar (Ipomoea batatas l.)
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik dengan karakteristik tekstur menyerupai
Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. cookies keladi enny [Skripsi]. Bogor: In-
Jakarta: Kemenkes RI. stitut pertanian bogor.
Kotíková Z, Šulc M, Lachman J, Pivec V, Orsák Soleimani, Abbaszadeh N. 2011. Relationship be-
M, Hamouz K. 2016. Carotenoid profile tween anaemia , caused from the iron defi-
and retention in yellow- , purple- and red- ciency , and academic achievement among
fleshed potatoes after thermal processing. third grade high school female students.
Food Chemistry 197:992-1001. Procedia - Social and Behavioral Sciences
Laelago T, Haile A, Fekadu T. 2015. Produc- 29:1877-1884. http://dx.doi.org/10.1016/j.
tion and Quality Evaluation of Cookies sbspro.2011.11.437.
Enriched with β -Carotene by Blending Suarni. 2009. Prospek pemanfaatan tepung jag-
Orange-Fleshed Sweet Potato and Wheat ung untuk kue kering. Jurnal Litbang Per-
flours for Alleviation of Nutritional Inse- tanian 28(274):63–71.
curity. International Journal of Food Sci- Sun J, Huang J, Wang L, Wang A, Huo J, Chen J,
ence and Nutrition Engineering 5(5):209- et al. 2007. Effects of wheat flour fortified
217. with different iron fortificants on iron sta-
Lara E, Cortés P, Briones V, Perez M. 2011. tus and anemia prevalence in iron deficient
Structural and physical modi fi cations of anemic students in Northern China. Asia
corn biscuits during baking process. LWT- Pac J Clin Nutr 16:116-121.
Food Science and Technology 44(3):622- Tsikritzi R, Moynihan PJ, Gosney MA, Allenc
630. http://dx.doi.org/10.1016/j. VJ, Methven L. 2013. The effect of macro-
lwt.2010.10.007. and micro-nutrient fortification of biscuits

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3, November 2017 167


Aulia dkk.

on their sensory properties and on hedonic [WHO] World Health Organization. 2006. Guide-
liking of older people. Journal of the Sci- lines on food fortification with micronutri-
ence of Food and Agriculture ents. US:WHO.
Yuni S. 2016. Pengembangan produk yang ber-
potensi sebagai minuman fungsional un-
tuk penderita prahipertensi. J Gizi Pangan
11(2):135-142.

168 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 3,November 2017

You might also like