You are on page 1of 106

REFERAT

UROLITHIASIS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepanitraan Klinik
dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh
Program Pendidikan Program Dokter
Bagian Ilmu Radiologi di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang

Disusun oleh:
Dewa Ayu Putri Mandalika E.
30101306910
Pembimbing:
dr.Titik Yuliastuti, Sp.Rad (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2018

1
DAFTAR ISI

REFERAT ..................................................... 1
BAB 1 ........................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................ 5
BAB II ........................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ............................... 8
2. 1. Definisi .............................................. 8
2.2 Epidemiologi ....................................... 9
2.3 Faktor Risiko ....................................... 9
2.4 Anatomi ............................................. 15
2.5 Patofisiologi....................................... 22
2.6 Klasifikasi Urolithiasis ...................... 29
2.7 Gejala Klinis ...................................... 34
2.7. Diagnosis .......................................... 38
2.7.1 Anamnesis ................................... 38
2.7.2 Pemeriksaan Fisik ....................... 39
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang .............. 39

2
2.7.4 Pemeriksaan Radiologi Urolithiasis
............................................................. 42
2.8.Tatalaksana Batu Saluran Kemih ... 93
2.8.1 Penatalaksanaan Konservatif ...... 93
2.8.2 Penatalaksanaan Spesifik ............ 94
2.8.3 Modalitas Terapi ......................... 96
BAB III ....................................................... 99
KESIMPULAN ........................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ............................... 102

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. ................................................... 17
Gambar 2. ................................................... 19
Gambar 3. ................................................... 69
Gambar 4. ................................................... 69
Gambar 5. ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. ................................................... 70
Gambar 7. ................................................... 71
Gambar 8. ................................................... 46
Gambar 9. ................................................... 47
Gambar 10. . Error! Bookmark not defined.
Gambar 11. .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 12. . Error! Bookmark not defined.
Gambar 13. .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 14. .................................................. 74
Gambar 15. .................................................. 91
Gambar 16. .................................................. 92
Gambar 17. .. Error! Bookmark not defined.

4
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit batu saluran kemih sudah


dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya
adalah ditemukan batu pada kandung kemih
seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang
seluruh penduduk yang ada di dunia tidak
terkecuali di Indonesia [1]. Epidemiologi
urolitiasis berbeda-beda sesuai dengan
wilayah geografis dalam hal prevalensi dan
kejadian, usia dan distribusi jenis kelamin,
komposisi batu dan lokasi batu. Perbedaan
tersebut telah dijelaskan dalam hal ras, diet
dan faktor iklim. Selanjutnya perubahan
kondisi sosial-ekonomi telah menghasilkan
perubahan dalam prevalensi, kejadian dan

5
distribusi untuk usia, jenis kelamin dan jenis
lithiasis baik dari segi situs dan komposisi
kimia-fisik dari batu [2].

Angka kejadian penyakit ini tidak


sama di berbagai belahan bumi. Di negara –
negara maju lebih banyak dijumpai penyakit
batu saluran kemih bagian atas sedangkan di
negara berkembang lebih banyak pasien
dengan batu buli – buli. Di Amerika Serikat 5
– 10% penduduknya menderita penyakit ini
sedangkan seluruh dunia rata – rata terdapat 1
– 12% penduduk yang menderita batu saluran
kemih. Di Indonesia, penyakit batu ginjal
merupakan masalah yang cukup bermakna
prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar
13% pada laki – laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa. Empat dari lima pasien

6
adalah laki – laki, sedangkan usia puncak
adalah dekade tiga sampai keempat.

Gambaran radiologis pada urolithiasis


bermacam – macam. Pemeriksaan radiologis
yang diperlukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG sampai dengan
menggunakan CT – Scan. Untuk membantu
ahli urologi kadangkala menggunakan
pielografi retrograd. Hal ini dilakukan apabila
pada pemeriksaan sebelumnya posisi batu
masih meragukan. Jenis – jenis batu yang
ditemukan dalam traktus urinarius umumnya
adalah kalsium oksalat, fosfat, tripel fosfat,
asam urat, sistin, disertai papilla yang
mengapur [3].

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi

Urolithiasis adalah suatu keadaan


terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu saluran kemih
dapat ditemukan sepanjang saluran kemih
mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu dapat berasal dari
kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai
campuran kalsium, amonium, dan
magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin
(1%) [4].

8
2.2 Epidemiologi
Insidensi batu ginjal cukup tinggi yaitu pada
sebanyak 5% wanita dan 12% pria. [5]. Hal
ini mungkin karena kadar kalsium air kemih
sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah daripada laki-laki dan
kadar sitrat air kemih sebagai bahan
penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada
wanita lebih tinggi daripada laki-laki.
Urolithiasis banyak dijumpai pada orang
dewasa antara umur 30-60 tahun dengan
rerata umur 42,20 tahun (rerata umur pria
43,06 dan rerata umur wanita 40,20 tahun).
Umur terbanyak penderita urolithiasis di
negara-negara Barat 20-50 tahun dan di
Indonesia antara 30-60 tahun [6].

2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko di bawah ini merupakan
faktor utama predisposisi kejadian batu

9
ginjal, dan menggambarkan kadar normal
dalam air kemih. Lebih dari 85% batu pada
laki-laki dan 70% pada perempuan
mengandung kalsium, terutama kalsium
oksalat. Predisposisi kejadian batu khususnya
batu kalsium dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hiperkalsiuria
Kelainan ini dapat menyebabkan hematuri
tanpa ditemukan pembentukan batu. Kejadian
hematuri diduga disebabkan kerusakan
jaringan lokal yang dipengaruhi oleh agregasi
kristal kecil. Peningkatan ekskresi kalsium
dalam air kemih dengan atau tanpa faktor
risiko lainnya. Ditemukan pada setengah dari
pembentuk batu kalsium idiopatik.
b. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor
pembentukan kristal dalam air kemih,

10
khususnya sitrat, merupakan suatu
mekanisme lain untuk timbulnya batu ginjal.
c. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria merupakan suatu
peningkatan asam urat air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium, minimal
sebagian oleh kristal asam urat dengan
membentuk nidus untuk presipitasi kalsium
oksalat atau presipitasi kalsium fosfat.
d. Penurunan Jumlah Air Kemih
Keadaan ini biasanya disebabkan masukan
cairan sedikit. Selanjutnya dapat
menimbulkan pembentukan batu dengan
peningkatan reaktan dan pengurangan aliran
air kemih.
e. Jenis Cairan yang Diminum
Jenis cairan yang diminum dapat
memperbaiki masukan cairan yang kurang.
Minuman soft drink lebih 1 liter perminggu

11
menyebabkan pengasaman dengan asam
fosfor dapat meningkatkan risiko penyakit
batu.
f. Hiperoksaluria
Peningkatan kecil ekskresi oksalat
menyebabkan perubahan cukup besar dan
dapat memacu presipitasi kalsium oksalat
dengan derajat yang lebih besar.
g. Ginjal Spongiosa Medulla
Pembentukan batu kalsium meningkat pada
kelainan ginjal spongiosa, medula, terutama
pasien dengan predisposisi faktor metabolik
hiperkalsiuria atau hiperurikosuria.
h. Batu Kalsium Fosfat dan Asidosis
Tubulus Ginjal Tipe 1
Keadaan ini pada beberapa kasus diakibatkan
ketidakmampuan menurunkan nilai pH air
kemih sampai normal.
i. Faktor Diet

12
Faktor diet yang berperan penting pada
kebanyakan pasien. dapat disebabkan oleh:
 Masukan natrium klorida.
Masukan natrium yang tinggi dapat
meningkatkan ekskresi kalsium.
 Masukan protein.
Masukan protein tinggi dihubungkan
dengan peningkatan insidens penyakit
batu. Hal ini disebabkan peningkatan
kalsium dan asam urat, fosfat dan
penurunan ekskresi sitrat.
 Masukan Kalsium.
Masukan kalsium memiliki efek
paradoks pada pembentukan batu.
 Masukan kalium.
Diet tinggi kalium dapat mengurangi
risiko pembentukan batu dengan
menurunkan ekskresi kalsium dan

13
dengan meningkatkan ekskresi sitrat
dalam air kemih.
 Sukrosa.
Telah diketahui bahwa sukrosa dan
turunan karbohidrat lainnya dapat
meningkatkan ekskresi kalsium dalam
air kemih dengan mekanisme yang
belum diketahui.
 Vitamin.
Vitamin C (asam askorbat) dalam
dosis besar merupakan salah satu
risiko pembentukan batu kalsium
oksalat.
 Asam lemak.
Suatu penelitian jangka pendek
menunjukkan penurunan ekskresi
kalsium air kemih pada pasien
hiperkalsiuria idiopatik setelah

14
pemberian suplemen kapsul minyak
ikan (eicosapentanoic acid).
 Masukan air.
Peningkatan volume masukan air
dapat mengurangi risiko pembentukan
batu sehingga sangat dianjurkan bagi
para pasien batu ginjal, maupun untuk
proteksi [2].

2.4 Anatomi
Ginjal terletak pada dinding posterior
di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra
lumbalis ke -3. Bentuk ginjal seperti biji
kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dextra
yang besar. Setiap ginjal terbungkus oleh
selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang

15
berwarna cokelat gelap, medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih
terang dibandingkan korteks. Bagian medulla
berbentuk kerucut yang disebut piramides
renalis, puncak kerucut tadi menghadap
kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk
konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.
Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis
majores yang masing-masing akan bercabang
menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak
nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam
setiap ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus,

16
tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal
dan tubulus kolektivus. Fungsi ginjal adalah
memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
mempertahankan suasana keseimbangan
cairan, mempertahankan keseimbangan kadar
asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir
dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
[7]

Gambar 1. Anatomi Ginjal [7]

Ureter merupakan tabung muskuler


yang mengalirkan urin dari pielum ren

17
menuju ke vesica urinaria. Terbagi atas tiga
bagian, yaitu uretra pars abdominalis, pars
uretra, dan pars intramuralis. Ureter juga
akan menyempit di tiga tempat yang
merupakan predileksi tersangkutnya batu
yang berasal dari ginjal yaitu pada saat keluar
dari pelvis renalis, saat menyilang dengan A.
Illiaca Communis atau A. Illiaca externa, dan
saat menembus dinding dari Vesica Urinaria.
[7].

Vesica Urinaria merupakan kantong


muskulomembranosa yang berfungsi untuk
menampung urin. Volume normal vesica
urinaria adalah 400-600 ml. Vesica urinaria
terdiri atas apex yang menghadap ke ventral,
fundus vesicae berbentuk segitiga menghadap
ke caudodorsal berhadapan dengan rektum,
facies superior berbentuk segitiga di sebelah
lateral dibatasi oleh dua margo lateral dan di

18
sebelah dorsal oleh margo posterior, facies
inferior terdiri dari dua daerah yaitu area
prostatica dan facies inferolateral dan cervix
vesicae merupakan pertemuan kedua facie
inferolateral, fundus vesica, dan angulus
posterosuperior yang merupakan tempat
bertemunya margo lateral dan margo
posterior yang merupakan tempat masuknya
ureter [7].

Gambar 2. Anatomi Vesica Urinaria [7]

19
Selanjutnya vesica urinaria akan
menuju ke urethra. Uretra merupakan saluran
yang berjalan dari leher kandung kencing ke
lubang luar, dilapisi membran mukosa yang
bersambung dengan membran yang melapisi
kandung kencing. Letaknya diatas orifisium
uretra interna pada vesika. Panjang uretra
pada wanita 3-4 cm dan pada laki-laki 17-22
cm [7].
Uretra pada laki-laki dibagi menjadi
dua bagian,yaitu:
1. Uretra posterior, dibagi lagi menjadi:
a. Pars prostatica : bagian uretra
yang melewati prostat dengan
panjang sekitar 2,5 cm.
b. Pars membranacea : bagian uretra
setinggi musculus sphincter uretra
(diafragma pelvis) dengan panjang
sekitar 2 cm.

20
2. Uretra anterior, dibagi menjadi:
a. Pars bulbaris : terletak dibagian
proksimal, merupakan bagian
uretra yang melewati bulbus
penis.
b. Pars pendulan/ cavernosa/
spongiosa: bagian uretra yang
melewati corpus spongiosum
penis.
c. Pars glandis : bagian uretra di
glans penis [7].

21
Gambar 3. Anatomi Uretra [7]

2.5 Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih
memerlukan keadaan supersaturasi dalam
pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu
dijumpai dalam air kemih normal. Batu
kalsium oksalat dengan inhibitor sitrat dan
glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan)
dapat memacu pembentukan batu seperti

22
asam urat, memacu pembentukan batu
kalsium oksalat [2].
Teori dan faktor yang berpengaruh untuk
terjadinya batu saluran kemih, yaitu:
1. Teori Fisiko Kimiawi
Dari hal tersebut diketahui terjadinya batu di
dalam sistem pielokaliks ginjal sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
pembentuk batu dalam tubulus renalis.
Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal
teori pembentukan batu sebagai berikut:
a. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan
garam-garam pembentuk batu
merupakan prasyarat untuk terjadinya
presipitasi (pengendapan). Apabila
kelarutan suatu produk tinggi
dibandingkan titik endapnya, maka
terjadi supersaturasi sehingga

23
menimbulkan terbentuknya kristal dan
pada akhirnya akan terbentuk batu
[8].
b. Teori matrik
Di dalam air kemih terdapat protein
yang berasal dari pemecahan
mitochondria sel tubulus renalis yang
berbentuk laba-laba. Kristal batu
oksalat maupun kalsium fosfat akan
menempel pada anyaman tersebut dan
berada di sela-sela anyaman sehingga
terbentuk batu [8].
c. Teori Inhibitor
Walaupun kadar bahan pembentuk
batu tinggi tetapi tidak semua
menderita penyakit batu ginjal
dikarenakan adanya kadar inhibitor
yang lebih tinggi.

24
Terdapat 2 jenis inhibitor yaitu
organik yang sering terdapat adalah
asam sitrat, nefrokalsin dan tamma-
horsefall glikoprotein dan jarang
terdapat yaitu gliko-samin glikans,
uropontin. Inhibitor anorganik yaitu
pirofosfat, magnesium dan Zinc.
Menurut penelitian inhibitor
yang paling kuat yaitu sitrat, karena
sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang larut
dalam air [9].
d. Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal
dapat menempel pada kristal lain yang
berbeda sehingga cepat membesar dan
menjadi batu campuran. Keadaan ini
disebut nukleasi heterogen dan yang
paling sering yaitu kristal kalsium

25
oksalat menempel pada krital asam
urat yang ada [9].
e. Teori kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa batu
saluran kemih terbentuk berdasarkan
campuran dari beberapa teori yang
ada [9].
f. Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat
terjadi karena adanya infeksi dari
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada
pembentukan BSK adalah sebagai
berikut:
 Teori terbentuknya batu struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi
mempunyai komposisi magnesium
amonium fosfat. Terjadinya batu jenis
ini dipengaruhi pH air kemih ≥7,2 dan
terdapat amonium dalam air kemih,

26
misalnya pemecah urea (urea splitting
bacteria).
 Teori nano bakteria
Nanobakteria merupakan bakteri
terkecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah,
ginjal dan air kemih. Dinding sel
bakteri ini mengeras membentuk
cangkang kalsium (karbonat apatite)
kristal karbonat apatit ini akan
mengadakan agregasi dan membentuk
inti batu, kemudian kristal kalsium
oksalat akan menempel [1].
 Oxalobacter
Dalam usus manusia terdapat bakteri
pemakan oksalat sebagai bahan energi
yaitu Oxalobacter formigenes dan
Eubacterium lentrum tetapi hanya

27
Oxalobacter formigenes saja yang tak
dapat hidup tanpa oksalat [1].
2. Teori vaskuler
a. Hipertensi
Pada penderita hipertensi terdapat
aliran turbulen berakibat pengendapan
ion-ion kalsium papilla (Ranall’s
plaque) disebut juga perkapuran
ginjal yang dapat berubah menjadi
batu [10].
b. Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi
dalam darah akan disekresi melalui
glomerulus ginjal dan tercampur
didalam air kemih. Adanya butiran
kolesterol tersebut akan merangsang
agregasi dengan kristal kalsium
oksalat dan kalsium fosfat [10].

28
2.6 Klasifikasi Batu
a. Batu Kalsium. Batu jenis ini adalah
jenis batu yang paling banyak
ditemukan, yaitu 70-80% dari jumlah
pasien yang mengalami batu ginjal.
Ditemukan lebih banyak pada laki-
laki dibanding wanita adalah 3:1, dan
paling sering ditemui pada usia 20-50
tahun. Kandungan batu ini terdiri atas
kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari keduanya. Kelebihan
kalsium dalam darah secara normal
akan dikeluarkan oleh ginjal melalui
urin. Penyebab tingginya kalsium
dalam urin antara lain peningkatan
penyerapan kalsium oleh usus,
gangguan kemampuan penyerapan
kalsium oleh ginjal dan peningkatan
penyerapan kalsium tulang [11].

29
b. Batu Struvit. Batu struvit disebut juga
batu infeksi, karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Bakteri penghasil
urease (misalnya Proteus, Klebsiella,
Pseudomonas dan Enterobacter),
menghasilkan hidrolisis urea menjadi
amonium dan peningkatan pH urin
menjadi suasana basa. Batu ini bisa
tumbuh sangat besar dan membentuk
gips pelvis ginjal dan kalises yang
membentuk batu disebut batu
staghorn. Batu struvite ini biasanya
bergabung dengan kalsium fosfat
sehingga menjadi batu radiopak.
Terdapat pada sekitar 10-15% dari
jumlah pasien yang menderita
penyakit ini. Lebih banyak pada

30
wanita, dengan rasio laki-laki
dibanding wanita yaitu 1:5 [11].
c. Batu Asam Urat. Ditemukan 5-10%
pada penderita batu ginjal. Rasio laki-
laki dibanding wanita adalah 3:1.
Sebagian dari pasien jenis batu ini
menderita Gout. Pada penyakit jenis
batu ini gejala sudah dapat timbul dini
karena endapan/kristal asam urat
dapat menyebabkan keluhan berupa
nyeri hebat, karena endapan tersebut
menyumbat saluran kencing. Batu
asam urat bentuknya halus dan bulat
sehingga sering kali keluar spontan.
Batu asam urat tidak tampak pada
foto polos [11].
d. Batu Sistin. Jarang ditemukan,
terdapat pada sekitar 1-3% pasien
Urolithiasis. Penyakit batu jenis ini

31
adalah suatu penyakit yang
diturunkan. Batu ini berwarna kuning
jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki
dibanding wanita adalah 1:1. Batu
lain yang juga jarang yaitu Batu Silica
dan Batu Xanthine [11].
2.7 Klasifikasi Urolithiasis
a. Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam
bentuk yang sederhana sehingga
hanya menempati bagian pelvis,
tetapi dapat juga tumbuh mengikuti
bentuk susunan pelviokaliks,
sehingga bercabang menyerupai
tanduk rusa [12].
b. Batu Ureter
Batu ureter adalah batu yang terletak
di dalam ureter. Biasanya terletak
pada tempat penyempitan ureter

32
sehingga batu dapat terhenti sehingga
menyebabkan nyeri kolik. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke
kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa
sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu
kandung kemih yang besar. Batu juga
bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter
yang mungkin asimptomatik [12].
c. Batu Vesika Urinaria
Batu dapat menghalangi aliran air
kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang
mula-mula lancar secara tiba-tiba
akan terhenti dan menetes disertai
dengan rasa nyeri [12].

33
d. Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan
batu yang berasal dari ureter atau
vesika urinaria yang oleh aliran
kemih sewaktu miksi terbawa ke
uretra, tetapi menyangkut di tempat
yang agak lebar. Tempat uretra yang
agak lebar ini adalah di pars bulbosa
dan di fossa navikular. Namun batu
juga dapat ditemukan di tempat lain
[12].
2.8 Gejala Klinis
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagi
gejala tergantung pada letak batu, tingkat
infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran
kemih. Beberapa gambaran klinis yang dapat
muncul pada pasien urolithiasis:

a. Nyeri

34
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan
dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non
kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya
stagnansi batu pada saluran kemih sehingga
terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan
sekitar. Nyeri kolik juga karena adanya
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu pada saluran kemih.

Nyeri non kolik terjadi akibat


peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal
sehingga menyebabkan nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostglandin E2 ginjal
[13].

b. Gangguan miksi

Adanya obstruksi pada saluran kemih,


maka aliran urin mengalami penurunan

35
sehingga sulit untuk miksi secara spontan.
Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran
kemih terjadi di ginjal sehingga urin yang
masuk ke vesika urinaria mengalami
penurunan. Sedangkan pada pasien
uretrolithiasis, obstruksi urin terjadi di
saluran paling akhir sehingga kekuatan untuk
mengeluarkan urin ada namun hambatan pada
saluran menyebabkan urin stagnansi [13].

c. Hematuria

Batu yang terperangkap di dalam ureter


(kolik ureter) sering mengalami desakan
berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang
keluar. Keadaan ini akan menimbulkan
gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga
urin yang dikeluarkan bercampur dengan
darah [13].

d. Mual dan muntah

36
Kondisi ini merupakan efek samping dari
kondisi ketidaknyamanan pada pasien karena
nyeri yang sangat hebat sehingga pasien
mengalami stress yang tinggi dan memacu
sekresi HCl pada lambung. Selain itu, hal ini
juga dapat disebabkan karena adanya
stimulasi dari celiac plexus [13].
e. Demam

Demam terjadi karena adanya kuman


yang menyebar ke tempat lain. Tanda demam
yang disertai dengan hipotensi, palpitasi,
vasodilatasi pembuluh darah di kulit
merupakan tanda terjadinya urosepsis [13].

f. Distensi vesika urinaria

Akumulasi urin yang tinggi melebihi


kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada
vesika. Oleh karena itu, akan teraba

37
bendungan (distensi) pada waktu dilakukan
palpasi pada regio vesika [13].

2.7. Diagnosis Urolithiasis


2.7.1 Anamnesis
Diagnosis adanya batu pada traktus
urinarius dimulai dari anamnesis adanya
keluhan klasik berupa kolik renalis.
Bagaimana onset, kualitas dan durasi dari
kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik
renalis ditandai nyeri akut dan berat pada
regio flank yang menjalar ke anterior dan
inferior abdomen. Nyeri dirasakan disertai
dengan adanya mual dan muntah dapat
disertai buang air kecil yang keruh. Pada saat
wawancara juga ditanyakan adanya riwayat
urolitiasis sebelumnya dan riwayat keluarga
yang menderita urolitiasis. Serta gejala
tambahan lain seperti hematuria, polakisuria,
stranguria, disuria, distensi kandung kemih,

38
nyeri perut, stranguria, inkontinensia
paradoksal, mual dan muntah, serta demam
perlu ditanyakan [10].

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan vital sign, demam dapat
dijumpai bila infeksi pada kasus
hidronefrosis, pielonefrosis atau abses
perinephritik. Pada pemeriksaan fisik
mungkin kelainan sama sekali tidak ada,
sampai mungkin terabanya ginjal yang
membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri
dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada
daerah arkus costa pada sisi ginjal yang
terkena [10]. Bila terdapat infeksi yang
sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik
[12].

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang


 Darah rutin

39
Hematologi rutin lengkap biasanya
ditemukan normal. Namun, urolithiasis dari
saluran kandung kemih atas dan bawah dapat
menyebabkan infeksi sekunder. Leukositosis
dapat terlihat dengan pielonefritis pada
beberapa kasus [14].

 Kimia Darah
Kimiawi darah untuk mengukur kadar
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium,
pH dan volume total [10].
 Urinalisis
- PH urin
PH urin normal berkisar antar 4,5 -
8,0. Kelarutan kristal dipengaruhi
oleh pH urin. Batu struvit lebih
mungkin terbentuk dalam urin alkalis.
Kalsium fosfat dalam urin alkalis
hingga urin netral. Kalsium oksalat
dan silika dapat terbentuk dalam urin

40
netral hingga asam, serta urat,
xanthine, cystine, dan brushite dalam
urine asam hingga basa [15].
- Bj urine
Pemeriksaan berat jenis urin
berhubungan dengan faal pemekatan
ginjal. Berat jenis urin sewaktu pada
orang normal antara 1,003-1,030.
Berat jenis urin herhubungan erat
dengan diuresis, makin besar diuresis
makin rendah berat jenisnya dan
sebaliknya. Makin pekat urin makin
tinggi berat jenisnya [10].
- Sedimen urine (kristal)
Kristal asam urat, kalsium oksalat,
triple fosfat dan bahan amorf
merupakan kristal yang sering
ditemukan dalam sedimen.
Pemeriksaan sedimen urine dapat

41
mengungkapkan pyuria atau
bakteriuria [15].
 Kultur Urin
Kultur urin diindikasikan pada semua
kasus urolitiasis. Sebanyak 75%
infeksi ditemukan pada kasus
urolithiasis [15].

2.7.4 Pemeriksaan Radiologi Urolithiasis


Pemeriksaan radiologi wajib
dilakukan pada pasien yang dicurigai
mempunyai batu saluran kemih. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan
batu radioopak. Pada kasus ini, diagnosis
ditegakkan melalui radiografi.

A. Foto polos abdomen


Foto polos abdomen ini merupakan
pemeriksaan penunjang radiologis yang
dilakukan pertama kali sebelum dilakukan

42
urografi intravena, dan dapat digunakan
sebagai evaluasi. Gambaran pada foto polos
abdomen ginjal yang harus diperhatikan
adalah bentuk, besar dan posisi kedua ginjal.
Kelainan yang dapat ditemukan berupa
kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu
radioopak dan perkapuran dalam ginjal.
Ukuran ginjal dewasa normal sangat
bervariasi. Panjang dari ginjal adalah yang
paling banyak digunakan dan paling mudah
untuk pengukuran radiografi dengan ukuran
ginjal dewasa rata-rata adalah sekitar 12-14
cm. Pada kasus urolithiasis, foto polos
abdomen dapat menunjukkan batu radioopak
pada ginjal, ureter dan buli – buli [13].
Selain gambaran batu, dapat ditemukan
pielonefritis yang mengalami emfisematosa,
merupakan keadaan darurat urologi dengan
mortalitas tinggi, adalah hasil dari infeksi

43
ginjal oleh organisme penghasil gas dan
dapat didiagnosis pada film polos oleh
koleksi garis lurus atau linier dari udara di
dalam parenkim ginjal [23].
Sensitivitas untuk mendeteksi batu
terbatas ketika batu kecil, komposisi
kepadatan rendah, atau ketika tumpang tindih
tinja, struktur tulang, atau udara
mengaburkan batu. Selain itu, spesifisitas
radiografi konvensional agak terbatas karena
banyak kalsifikasi lain terjadi di perut,
termasuk kalsifikasi vaskular arteri,
kalsifikasi pankreas, batu empedu,
leiomioma, dan banyak lagi [23].
Pada foto polos abdomen pasien harus
melepas bajunya dan tidak menggunakan alat
– alat yang berbahan logam. Persiapan yang
perlu dilakukan yaitu membersihkan isi usus
dengan pencahar. Saat dilakukan foto harus

44
terlihat diafragma dan ramus inferior os pubis
[3].

Gambar 4. Gambar Foto polos abdomen normal [23]

Pada pasien penderita batu ginjal yang


dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen
dapat terlihat bentuk dari pelvis renalis yang
melebar dengan gambaran radioopak
membentuk batu staghorn [3].

45
Gambar 5. gambaran radioopak membentuk pelvis renalis
yang membesar. Menandakan batu pada kaliks minor dan
kaliks mayor disebut dengan Batu Staghorn [24]

Film polos abdomen dapat mengidentifikasi


batu radiopak besar pada ureter. Namun, batu
yang lebih kecil dan / atau batu radiolusen
bisa tidak terdeteksi. Obstruksi yang
mengakibatkan hidronefrosis tidak dapat
dinilai. Batu buli-buli biasanya radiopak

46
padat, batu dapat tunggal atau ganda dan
sering besar [24].

Gambar 6. Terlihat gambaran radioopak setinggi vertebra


lumbal 4 menandakan adanya batu di ureter [24]

 7.Indikasi
Gambar : – opak di daerah vesica urinaria
Terlihat radio
menandakan adanya batu di vesica urinaria [24]

47
 Indikasi :
- Curiga batu, kalsifikasi pada
ginjal, ureter dan vesica
urinaria.
- Tindak lanjut setelah prosedur
penempatan perangkat seperti
stent ureter
 Kontraindikasi : wanita hamil
 Kelebihan :
- Dapat menunjukkan ukuran,
bentuk dan posisi batu
- Dapat membedakan batu
radioopak/kalsifikasi.
- Menentukan posisi DJ stent
 Keterbatasan
- Tidak dapat untuk
menentukan batu radiolusen,
batu kecil dan batu yang

48
tertutup bayangan struktur
tulang
- tidak dapat melihat
bendungan[13].

Urutan Radio-opasitas beberapa jenis batu


saluran kemih

a. Radiopak : kalsium
oksalat, kalsium fosfat
b. Radiolusen : asam urat
[17]
B. Intra-Venous Pielografi (IVP)
IVP merupakan studi radiografi pada
parenkim ginjal, sistem pelvikalises, ureter
dan kandung kemih menggunakan injeksi
kontras secara intravena. Pada saat media
kontras di injeksikan melalui pembuluh
darah vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan

49
dikumpulkan dalam ginjal dan saluran
kemih sehingga tractus urinarius berwarna
putih. IVP memiliki sensitivitas 64% dan
spesifisitas 92%. Pemeriksaan ini
membutuhkan waktu cukup lama dan harus
dilakukan dengan hati-hati karena
kemungkinan alergi terhadap kontras [19].
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan
anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP
dapat mendeteksi adanya batu non opak
yang tidak dapat terlihat oleh foto polos
abdomen. Jika IVP belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal,
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi.

Terdapat beberapa fase pada IVP :

- Fase Nefrogram ( 1–3 Menit)

50
Setelah penyuntikan, bolus kontras
disaring oleh glomerulus dan mengisi
nefron, menghasilkan kekeruhan yang
intens pada parenkim ginjal. Yang
dinilai ialah posisi ginjal, orientasi,
ukuran, dan kontur. Selain itu yang
dinilai ialah apakah film injeksi
kontras tidak memutih [16].
 Ginjal biasanya terletak setinggi
torakal 12 hingga lumbal 3 bagian
atas dengan ginjal kanan sedikit lebih
rendah daripada kiri. Mereka
umumnya berbaring di sepanjang otot
psoas dengan kutub atas sedikit lebih
medial daripada kutub bawah.
Perubahan posisi dan orientasi ginjal
mungkin terkait dengan anomali
kongenital [16].

51
 Ukuran ginjal agak bervariasi
tergantung pada usia dan jenis
kelamin pasien, tetapi pada IVP
ukuran ginjal biasanya berkisar 11-14
cm [16].
 Ginjal harus memiliki bentuk
reniform dan kontur yang halus.
Kontur ginjal lebih menonjol curiga
adanya massa [16].
 Kepadatan radiografi ginjal setelah
injeksi kontras berhubungan dengan
suplai arteri, fungsi ginjal dan
ekskresi, dan aliran vena. Perubahan
dalam salah satu parameter ini dapat
menyebabkan kelainan satu atau
kedua nephrogram. Misalnya,
obstruksi ureter menghasilkan
nephrogram yang lambat dan semakin
padat [16].

52
Gambar 8. Terlihat ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
kiri; ukuran ginjal, antara tiga dan empat panjang
lumbal vertebra; nefrogram yang simetris; dan kontur
ginjal, yang halus [16].

- Fase Pyelogram (5 -15 Menit)


Kontras mulai mengisi sistem
pengumpulan intrarenal termasuk
kalises dan pelvis ginjal. Setiap ginjal
terdiri dari 7 hingga 14 kalises yang
didistribusikan secara merata yang
strukturnya berbentuk cangkir yang
halus. Pembulatan halus atau
menggembung dari kalises adalah

53
salah satu tanda paling awal dari
obstruksi saluran kemih. Pelvis ginjal
juga sangat bervariasi dalam
penampilan. Selain itu yang dinilai
ialah apakah terdapat filling defect
yang menandakan batu lusen atau
tumor serta ekstravasasi kontras yang
menandakan laserasi [16].
Ureter memanjang dari
persimpangan pelvis ureter ke
persimpangan ureter vesikula.
Proksimal, ureter melewati otot psoas
dan umumnya harus berada di lateral
tulang belakang lumbar. Visualisasi
lengkap dari ureter mungkin
menunjukkan obstruksi distal [16].

54
Gambar 9. Fase Pyelogram normal. Tampilan berbentuk
cangkir yang halus dari kalises dan simetri relatif dari
pelvis ginjal tanpa bukti pelebaran atau efek massa
[16].

Gambar 10. Gambaran ginjal, ureter dan vesica urinaria


normal yang ditunjukkan dengan terisinya kontras [16].

55
- Fase Cystogram (30 Menit)
Kandung kemih adalah struktur oval
membulat yang biasanya terletak tepat
di atas simfisis pubis pada IVP. Pada
wanita, kubah kandung kemih
biasanya dapat menjorok ke dalam
rahim. Temuan normal ini harus
dibedakan dari efek massa ekstrinsik
yang abnormal. Ketebalan dinding
kandung kemih kadang-kadang dapat
divisualisasikan dan dinilai. Selain
itu, dinding mukosa kandung kemih
harus diteliti apakah teratur atau tidak,
indentasi, additional shadow,
ekstravasasi kontras [16].

56
Gambar 12. Kandung kemih normal. Lokasi kandung
kemih tepat di atas simfisis pubis, serta kontur halusnya,
tidak ada filling defek, dinding reguler [16]
.
- Fase Post Miksi
Pasien disuruh berkemih, kemudian
difoto untuk melihat fungsi
pengosongan vesica urinaria [3].
 Indikasi :
- Kecurigaan adanya batu disaluran
kemih

.
57
Gambar 13. Fase post miksi tampak residu urin minimal
[16].

- Kecurigaan tumor/keganasan traktus


urinarius
- Gross hematuria
- Infeksi traktus urinarius yang
berulang setelah terapi antibiotik yang
adekuat.
- Pasca trauma deselerasi dengan
hematuria yang bermakna.

58
- Trauma dengan jejas di flank dengan
riwayat shock, dan shok telah stabil.
- Menilai/evaluasi/follow up tindakan
urologis sebelumnya [18].

 Kontraindikasi :
- Pasien yang alergi terhadap
komponen kontras (iodine).
- Mengkonsumsi metformin.
- Kehamilan
- Mengkonsumsi metformin;metformin
harus stop minum metformin
minimal 48 jam sebelum BNO-IVP
dan minum metformin lagi setelah 72
jam [18].
 Syarat :

Syarat BNO-IVP adalah keatinin


kurang dari 2 mg/dl. Jika kadar

59
kreatinin lebih dari 2 mg/dL maka
dilakukan BNO, USG dan renogram.

 Kelebihan :
- IVP memberikan gambaran dan
informasi yang jelas
- Dapat mendiagnosa dan memberikan
pengobatan yang tepat mulai dari
adanya batu ginjal hingga kanker
tanpa harus melakukan pembedahan
- Diagnosa kelainan tentang
kerusakan dan adanya batu pada
ginjal dapat dilakukan.
- Radiasi relatif rendah dan relatif
aman
 Kekurangan :
- Selalu ada kemungkinan
terjadinya kanker akibat paparan
radiasi yang diperoleh.

60
- Penggunaan media kontras dalam
IVP dapat menyebabkan efek
alergi pada pasien, yang
menyebabkan pasien harus
mendapatkan pengobatan lanjut.
- Tidak dapat dilakukan pada
wanita hamil [18].

Gambar 14. Menit 5. Tampak kontras mengisi pielokaliks


ginjal kanan, ginjal kiri tidak terisi oleh kontras yang
menunjukkan fungsi eksresi ginjal kiri menurun [16].

61
Gambar 15. Menit 15. Tampak kontras mengisi ureter
kanan, ureter kiri idak terisi kontras yang menunjukkan
adanya obstruksi [16].

Gambar 16. Menit 30. Tampak vesica urinaria terisi oleh


kontras sebagian, ginjal dan ureter kiri tidak terisi
kontras [16].

62
Gambar 17. Menit 60. Tampak vesica urinaria terisi
penuh oleh kontras [16].

Gambar 18. Fase post miksi tampak residu urin minimal


[16].

63
C. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonography adalah salah satu
imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat – alat
tubuh, dimana kita dapat melihat bentuk
tubuh, ukuran anatomis, gerakan, serta
hubungan dengan jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan ini bersifat non invasif,
tidak menimbulkan rasa sakit, dapat
dilakukan dengan cepat, aman, dan data
yang diperoleh mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi. Prinsip
penggunaan USG adalah gelombang
suara yang dihasilkan oleh transduser
akan dipantulkan oleh jaringan yang ada
didalam tubuh kita. Masing – masing
jaringan tubuh mempunyai impendance
acustic tertentu. Jaringan yang heterogen

64
akan ditimbulkan bermacam – macam
eko disebut echogenic. Sedangkan,
jaringan yang homogeny hanya sedikit
sekali atau sama sekali tidak ada eko,
disebut dengan anechoic atau echofree
[3].
Medula ginjal hypoechoic (gelap)
relatif terhadap korteks ginjal dan dapat
diidentifikasi pada kebanyakan orang
dewasa normal sebagai struktur pusat
berbentuk kerucut. Korteks ginjal
isoechoic atau sedikit hypoechoic
dibandingkan dengan echogenicity dari
hati yang berdekatan. Echogenisitas
ginjal yang melebihi dari hati adalah
abnormal dan membutuhkan penjelasan
[16].
Selain echogenisitas, ginjal harus
dinilai untuk ukuran, lokasi, dan simetri.

65
Berbeda dengan IVU, di mana massa
sering tidak spesifik, ultrasonografi
memungkinkan evaluasi yang lebih rinci
termasuk kemampuan untuk secara yakin
mendiagnosis massa ginjal yang paling
umum - kista sederhana [16].
Sinus renal adalah area yang ditelan
oleh ginjal secara medial, menyimpan
pelvis ginjal, arteri, vena, saraf, dan
limfatik yang masuk dan keluar dari
ginjal, semua terkandung dalam jumlah
lemak yang bervariasi. Lemak biasanya
berwarna echogenic pada ultrasound, dan
lemak di dalam sinus renal mendominasi
penampilan ultrasonografi, menciptakan
apa yang dikenal sebagai kompleks echo
sentral [16].
Ultrasonografi juga sangat baik untuk
mendeteksi hidronefrosis dengan sistem

66
pengumpulan buncit yang mudah
dikenali di dalam kompleks echo sentral.
Ureter biasanya tidak terlihat pada
ultrasound karena mengaburkan jaringan
di atasnya dan ukurannya yang kecil.
Kandung kemih dilihat sebagai struktur
anechoic bulat atau oval di dalam pelvis.
Kandung kemih dapat menunjukkan lesi
massa, seperti karsinoma sel transisional,
atau batu [16].

Gambar 14. USG ginjal normal: tampilan dan gambar


sumbu panjang. Kontur halus ginjal. Medula yang
bundar ke berbentuk kerucut bersifat hypoechoic ke
korteks [16].
.

67
Gambar 15. USG normal VU. Gambar Doppler
menunjukkan aliran urin memasuki kandung kemih
melalui lubang ureter, konsisten dengan ureter normal
yang tidak terhalang[16].
.
Pada pemeriksaan USG ginjal, batu
ginjal tampak sebagai suatu opasitas
dengan reflektif yang tinggi di daerah
sinus renalis, yang disertai dengan
acoustic shadow di distalnya [3].

68
Gambar 16. Gambaran hiperekoik dengan accoustic shadow
pada ginjal [3].

Gambar 17. Gambaran Tampak hdironefrosis dengan ureter yang


terdesak akibat adanya batu di ureter terminal dengan adanya acoustic
shadow [16]
69
Acoustic shadow adalah bayangan
dibelakang massa yang free echoic akibat
tertutup oleh suatu massa yang
mempunyai densitas yang tinggi [3].
Pada batu ureter dapat ditemukan adanya
hidroureter akibat adanya sumbatan pada
ureter.

Gambar 18. Hidroureter dengan penebalan dinding akibat


inflamasi pada ureter proksimal [3]

70
Pasien dengan batu di vesicolithiasis akan
menunjukkan hasil dengan opasitas tinggi
dengan acoustic shadow dan penebalan
dinding dari vesica urinaria akibat dari
inflamasi [3].

Gambar 19. Gambaran hiperechoic dengan acoustic


shadow pada vesica urinaria menggambarkan batu pada
vesica urinaria [3]

 Indikasi : menemukan dan


menentukan letak massa dalam
rongga perut dan pelvis, dapat

71
membedakan kista dengan massa
yang solid.
 Kontraindikasi : tidak ada
 Kelebihan :
- Dapat menunjukkan ukuran, bentuk
dan posisi batu.
- Pemeriksaan ini diperlukan pada
perempuan hamil dan pasien yang
alergi kontras radiologi.
- Dapat diketahui adanya batu
radiolusen dan dilatasi sistem ductus
kolektikus.
 Kekurangan : Keterbatasan
pemeriksaan ini adalah kesulitan
untuk menunjukkan batu ureter, dan
tidak dapat membedakan batu
kalsifikasi dan batu radiolusen [3].
D. Retrograde pyelografi

72
Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem
urinarius sudah tidak berfungsi. Teknik
pyelografi retrograd memerlukan prosedur
sistoskopi. Kateter dimasukkan oleh ahli
urologi melalui ureter distal. Udara dalam
kateter dikeluarkan, kemudian 25% bahan
kontras yang mengandung iodium
disuntikkan dengan dosis 5-10 ml, di bawah
pengawasan fluoroskopi. Di buat proyeksi
frontal dan oblik rutin. Kemudian kateter
diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat
foto polos abdomen. Jika masih terjadi
obstruksi dibuat foto lagi 15 menit kemudian
[3].

73
Gambar 20. Gambaran RPG normal

Gambar 21. tampak kontras hanya mengisi struktur kaliks pada pole atas ginjal
kanan dengan gambaran “Dropping Lily”

74
 Indikasi :
- Striktur uretra
- Batu uretra
- Renal pelvic neoplasm
- Renal calculi
- Ureteric fistule
 Kontraindikasi
- Urethritis

Merupakan kontra indikasi absolut


karena dapat menyebarkan infeksi
pada tractus urinarius distal dan
proximal. Peradangan yang terjadi
akan sulit untuk diobati.

- Striktur uretra

Bukan kontra indikasi absolute,


namun pemasukan kateter dapat
memperparah keadaan [12].

75
 Persiapan Pasien
Sama seperti persiapan pada
pemeriksaan BNO-IVP, yakni :

- Hasil ureum dan creatinin normal


- Satu hari sebelum pemeriksaan,
pasien makan makanan yang
lunak/rendah serat, misalnya
bubur kecap.
- 12 jam sebelum pemeriksaan
pasien minum obat pencahar.
- Selanjutnya pasien puasa
sehingga pemeriksaan selesai
dilakukan.
- Selama puasa pasien dinjurkan
untuk tidak merokok, dan banyak
bicara untuk meminimalisasi
udara dalam usus.

76
- Sebelum pemeriksaan dimulai
pasien buang air kecil [18].
 Kelebihan
- Keuntungan dari metode evaluasi
ini adalah kontrol langsung
terhadap kontras injeksi daripada
ketergantungan pada ekskresi
sekunder dari ginjal [18].
E. Antegrad Pyelography
Teknik atau prosedur pemeriksaan sinar-
X sistem urinaria dengan menggunakan
media kontras yang dimasukkan melalui
kateter yang telah dipasang dokter urologi
dengan cara nefrostomi percutaneus.

 Tujuan
1. Memperlihatkan anatomi dan lesi-
lesi tractus urinarius bagian
proksimal.

77
2. Dilakukan setelah IVP gagal
menghasilkan suatu diagnosa yang
informatif/kurang akurat/metode
RPG (retrograde pyelography)
tidak memungkinkan.
3. Untuk menunjukkan terutama
gambaran renal pelvic dan ureter.
4. Menujukkan obstruksi ureter
akibat batu.
 Indikasi
1. Nephrolitiasis
2. Urethrolitiasis
3. Nephritis
4. Pyelonephritis
5. Trauma akut tractus urinarius
6. Hydroneprosis
 Persiapan Pemeriksaan
- Sama dengan persiapan pasien
yang akan dilakukan operasi

78
antara lain : puasa, urus-urus /
clisma /lavement
Proyeksi yang dilakukan adalah AP dan
oblique.

Gambar 22. Gambaran APG normal

F. Cystography
Teknik atau prosedur pemeriksaan
urinary bladder setelah memasukkan media
kontras melalui kateter dengan menggunakan
sinar-x untuk menegakkan diagnosa.

79
 Indikasi (Klinis)
- Tumor
- Trauma
- Calculi (batu VU)
- Inflamantory urinary bladder
(sisitis)
 Persiapan Pasien

Pasien Melepaskan benda-benda logam yang


dapat mengganggu gambaran. Pasien harus
mengosongkan bulinya terlebih dahulu
sebelum pemasangan kateter dilakukan.

 Prosedur Pemeriksaan
1. Bahan kontras dicampur dengan
aqua steril dengan perbandingan 1
: 3 atau 1 : 4 (1 kontras dan ¾
aqua steril).
2. Plain foto khusus daerah blass
(setelah pasien kencing).

80
3. Pasang kateter , menuju blass
melalui uretra.
4. Masukkan kontras yang telah
dicampur aqua 100 – 200 cc .
 Teknik Pemotretan
- Proyeksi Foto AP
 Kelebihan :
Keuntungan untuk cystography adalah
bahwa refluks vesicoureteral dapat
dievaluasi [16].

Gambar 23. Gambaran Cystogram normal

81
Gambar 24. Gambaran Filling defect menandakan adanya tumr buli-buli

G. Micturating Uretrosistografi
Merupakan pemeriksaan dengan
memasukkan kontras iodium ke VU. Hal ini
bertujuan untuk menilai VU dan urethra.
Setelah di suntikkan kontras pasien disuruh
untuk berkemih kemudian difoto. Dinilai juga
fungsi pengosongan VU. Jika terdapat

82
gangguan dalam pengosongan VU dapat
terjadi refluks vesicoureter.

 Indikasi
1. Nilai tingkat kompromi dari uretra
prostat stenotik
2. Kaji hipertropi dari lobus prostat
3. Menilai striktur ureter
4. Konfirmasi diagnosis anomali
saluran kemih bawah bawaan
5. Mengevaluasi pengosongan dan
inkontinensia kandung kemih
abnormal
6. Evaluasi efek trauma kandung
kemih
7. Evaluasi kemungkinan penyebab
seringnya infeksi saluran kemih
8. Evaluasi keberadaan dan luasnya
refluks ureter

83
9. Evaluasi uretra untuk obstruksi
dan striktur.
 Kontraindikasi :
- Pasien yang hamil atau dicurigai
hamil.
- Pasien dengan kondisi yang
terkait dengan reaksi merugikan
terhadap media kontras (mis.,
Asma, makanan alergi, atau
alergi terhadap media kontras).
- Pasien dengan kondisi yang
terkait dengan insufisiensi ginjal
yang sudah ada sebelumnya.
- Pasien lanjut usia dan kompromi
yang mengalami dehidrasi kronis
sebelum tes, karena risiko mereka
terhadap gagal ginjal yang
disebabkan induksi [16].

84
- Pasien dengan gangguan
pendarahan karena situs tusukan
tidak dapat menghentikan
pendarahan.
- Pasien dengan infeksi saluran
kemih aktif, obstruksi, atau
cedera [16].

Gambar 25. Gambaran normal Miksi Uretrosistografi

H. Bipolar Uretrocystography
Urethrocystografi Bipolar biasanya
lebih sering dilakukan pada pria. Pengertian
dari Urethrocystografi itu sendiri adalah

85
radiografi yang digunakan untuk melihat
keseluruhan uretra dengan memasukkan
kontras media secara retrograde melalui
bagian distal uretra. Sementara itu
dikatakan Urethrocystografi Bipolar karena
teknik pemasukan kontras media melalui dua
saluran, yaitu saluran uretra dan kandung
kemih yang dilakukan
secara cystotomi. Teknik pemasukan bahan
kontras secara bipolar
(antegrade dan retrograde) dilakukan karena
adanya kelainan atau gangguan yang
menghalangi urine dari kandung kemih
menuju uretra, sehingga jika kontras media
hanya dimasukkan melalui uretra
kemungkinan besar kontras media tidak akan
sampai masuk ke kandung kemih.

Posisi yang dibuat pada pemeriksaan ini


adalah foto pendahuluan ( plain foto) yaitu

86
foto polos abdomen mencakup ginjal sampai
dengan urethra dengan tujuan untuk melihat
gambaran rongga abdomen dan pelvis secara
umum, untuk mengidentifikasi adanya
kelainan tractus urinarius seperti bayangan
batu yang radioopaque, tidak hanya pada
daerah distal saja tetapi juga secara
keseluruhan daerah tersebut dari ginjal
sampai dengan urethra, setelah itu dibuat foto
AP dan Oblique setelah pemasukan bahan
kontras baik
melalui antegrade maupun retrograde.

 Indikasi klinis
- Neurogenic Bladder,
- Striktura urerhra,
- Vesico ureter reflux,
- Rupture urethra
- Cystitis,

87
- Fistel,
- Urethtritis,
- Diverticulum.
 Kontraindikasi : infeksi akut saluran
kemih

Gambar 26. Gambaran Bipolar Uretrosistografi

I. Urethrocystography
Sistourethrography adalah pencitraan
dengan kontras untuk evaluasi traktus
urinarius bagian bawah. Melalui kateter
dimasukkan sebanyak 200-400 ml kontras
dan dibuat foto posisi AP dan oblique.

88
Sebaiknya pengisian kontras dimonitor
dengan fluoroskopi. Setelah itu dibuat foto

 Indikasi :

- Rupture buli-buli

- Fistel dari buli

- Lesi didalam buli-buli

- Evaluasi anastomose vesikourethra [16].

J. CT Scan
CT Scan tanpa kontras (unenhanced)
merupakan pemeriksaan terbaik untuk
diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya
mencapai 100% dan spesifisitas 98%. CT –
Scan merupakan alat diagnostik dengan
teknik radiografi yang menghasilkan gambar
potongan tubuh secara melintang berdasarkan
penyerapan sinar – X pada irisan tubuh yang

89
ditampilkan pada layar monitor hitam putih.
Prinsip penggunaan CT – Scan mirip dengan
radiologi konvensional, perbedaannya adalah
gambaran yang dihasilkan oleh CT – Scan
tidak tumpang tindih berbeda dengan
radiologi konvensional. CT-Scan selain
mendiagnosis batu pada saluran kemih dapat
juga ditemukan kelainan lain pembesaran
ginjal [12].
Studi non-kontras dapat dilakukan
untuk mengevaluasi penyakit batu dan
kalsifikasi lainnya. Selain itu, pandangan
non-kontras ginjal berfungsi sebagai dasar
untuk mengevaluasi peningkatan lesi setelah
pemberian kontras, faktor penting dalam
evaluasi massa. Pada pemeriksaan non
kontras, ginjal bersifat homogen dan
memiliki kerapatan mirip dengan sebagian
besar jaringan lunak [16].

90
Gambar 27. CT Scan Normal [16]

Gambar 28. Potongan gambar CT – Scan menunjukkan


gambar Bear’s Paw menggambarkan batu pada ginjal [12]

91
Gambar 3. Gambaran Perirenal Cobwebs [12]

Perirenal cobweb adalah salah satu


tanda adanya batu pada ginjal. Pada pasien
dengan batu ginjal yang kronis akan terjadi
pembentuk septa – septa dan terjadi
hidronefrosis sehingga akan memberikan
gambaran seperti jarring laba – laba [12].

92
2.8.Tatalaksana Batu Saluran Kemih

2.8.1 Penatalaksanaan Konservatif


Penatalaksanaan konservatif diberikan
pada pasien tanpa riwayat batu saluran
kemih. Penatalaksanaan non-farmakologis
dapat mengurangi insiden rekuren batu per 5
tahun sampai 60%. Penatalaksanaan
konservatif berupa :

a. Konsumsi cairan minimal 8-10 gelas


per hari dengan tujuan menjaga
volume urin agar berjumlah lebih dari
2 liter per hari.
b. Mengurangi konsumsi protein hewani
sekitar 0,8 – 1,0 gram/kgBB/hari.
c. Diet rendah natrium sekitar 2-3 g/hari
untuk mengurangi eksresi kalsium
pada pasien dengan hiperkalsiuria.

93
d. Mencegah penggunaan obat-obat
yang dapat menyebabkan
pembentukan batu seperti calcitrol,
suplemen kalsium, diuretic kuat dan
probenecid.
e. Mengurangi makanan yang berkadar
oksalat tinggi untuk mengurangi
pembentukan batu [19].

2.8.2 Penatalaksanaan Spesifik


a. Batu kalsium

Untuk Absorptive hypercalciuria tipe I dapat


diberikan diuretik tiazid 25-50 mg untuk
menurunkan kadar kalsium dalam urin
sampai 150 mg/hari. Hal ini terjadi melalui
turunnya volume urin yang mengakibatkan
kompensasi meningkatnya reabsorpsi natrium
dan kalsium di tubulus proksimal. [19].

b. Batu asam urat

94
Untuk pasien dengan batu asam urat,
penatalaksanaan harus dilakukan adalah
penatalaksanaan konservatif dibantu dengan
pemberian obat-obatan. Pemberian
acetazolamide 250-500 mg pada malam hari
akan berguna untuk mengontrol pH urin.
Allupurinol diberikan apabila kadar asam urat
dalam darah diatas 800 mg/hari dan pH urin
diatas 6,5. Suplementasi kalium sitrat
berguna untuk menjaga pH urin tetap bersifat
alkali sekitar 6,5 [19].

c. Batu sistin

Pasien dengan batu sistin harus meningkatkan


konsumsi cairan agar mendapatkan urin
sekitar 3,5 liter setiap harinya untuk disolusi
maksimal dari batu sistin. Alkalinisasi urin
menggunakan kalium sitrat atau sodium
bikarbonat digunakan untuk menjaga pH urin

95
7,5-8,5. Urin yang alkali akan meningkatkan
larutnya sistin dalam urin [19].

2.8.3 Modalitas Terapi


1. Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

Tehnik PCNL dilakukan melalui


akses pada lower calyx, selanjutnya
dilakukan dilatasi menggunakan balloon
dilator atau Amplatz dilator dengan bantuan
fluoroscopy dan batu dihancurkan
menggunakan elektrohidrolik, ultrasonic atau
litotripsi laser. Indikasi melakukan PCNL
adalah batu staghorn, batu ginjal dengan
ukuran diatas 3 cm, batu sistin, adanya
abnormalitas ginjal dan saluran kemih bagian
atas, kegagalan pada ESWL dan uretroscpy,
dan batu pada ginjal hasil transplantasi.
PCNL tidak dapat dilakukan pada kondisi
perdarahan, infeksi saluran kemih yang tidak

96
terkontrol, dan faktor-faktor yang
mengakibatkan PCNL tidak optimal seperti
obesitas dan splenomegaly [19].

2. Uretroscopy (URS)

URS merupakan baku emas untuk


penatalaksanaan batu ureter tengah dan distal.
Penggunaan uretroskop dengan kaliber yang
kecil dan balloon dilatation meningkatkan
stone-free rate secara dramatis. Terdapat
variasi pada lithotries yang dapat ditempatkan
pada uretroscope termasuk elektrohidrolik,
probe ultrasonic, laser dan system pneumatic
seperti Swiss lithoclast. Lithotrites
elektrohidrolik memiliki tenaga 120 volt yang
dapat menghasilkan gelombang kejut efektif
mengakibatkan fragmentasi pada batu
tersebut. URS efektif digunakan pada batu
ureter dengan tingkat keberhasilan 98-99%

97
pada batu ureter distal, 51-97% pada batu
mid ureter dan 58-88% pada batu ureter atas.
[19].

3. Extracorporeal Shock Wave


Lithotripsy (ESWL)
Prinsip kerja alat ESWL adalah
menggunakan gelombang kejut. Gelombang
kejut adalah gelombang tekanan yang
berenergi tinggi yang dapat dialirkan melalui
udara maupun air. Ketika berjalan melewati
dua medium yang berbeda, energi tersebut
dilepaskan, menyebabkan batu
terfragmentasi, batu akan keluar dari saluran
kemih [19].

98
BAB III
KESIMPULAN
Urolithiasis adalah suatu keadaan
terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium,
amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel
fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%),
dan sistin (1%).

Untuk mendiagnosis urolithiasis


dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

99
penunjang yang dilakukan terdiri dari
pemeriksaan darah rutin, urin rutin, faal
ginjal dan elektrolit. Sedangkan pemeriksaan
radiologis yang dilakukan terdiri dari USG
yang apabila terdapat batu ginjal memiliki
gambaran hiperekoik dengan accoustic
shadow. Acoustic shadow adalah bayangan
dibelakang massa yang free echoic akibat
tertutup oleh suatu massa yang mempunyai
densitas yang tinggi.

Pada foto polos abdomen dapat


ditemukan dapat terlihat bentuk dari pelvis
renalis yang melebar dengan gambaran
radioopak dengan densitas yang berbeda-
beda tergantung pada jenis batunya.
Pemeriksaan BNO-IVP merupakan
pemeriksaan dengan menyuntikkan zat
kontras melalui pembuluh darah vena dan
media kontras akan mengikuti peredaran

100
darah serta dikumpulkan pada traktus
urinarius. Apabila ginjal tidak terisi oleh
kontras menandakan adanya obstruksi.
Retrograde pyelografi dilakukan apabila
adanya fillng defect dalam traktus urinarius.
CT-Scan digunakan untuk menentukan batu
pada ginjal serta pembesaran pada ginjal
yang lebih jelas dibandingkan foto polos
abdomen.

Pemeriksaan Radiologi sebagai


penunjang diagnostik pada pasien dengan
Urolithiasis dapat digunakan masing-masing
sesuai dengan indikasi serta kontraindikasi
pada pasien.

101
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kajander OE, andCiftcioglu N,


Nanobacteria: An alternative mechanism
for pathogenic intra-and extracellular
calcfication and Stone Formation, 1998.

[2] M. Sja'bani, Batu Salurah Kemih,


Jakarta: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, 2009.

[3] Boer, Radiologi Diagnostik, Jakarta:


Badan Penerbit FKUI, 2013.

102
[4] W. Saunders, Campbell’s Urology, Sixth
Edition, Philadelphia, 1992.

[5] Menon M, Resnick, Martin I, Urinary


Lithiasis: Etiologi and Endourologi,
Philadelpia: Saunder Company, 2002.

[6] R. Muslim, "Pengaruh Hidroklorotiazid


dan Natrium Bikarbonat terhadap Risiko
Kambuhan Batu Kalsium Oksalat
Saluran Kemih Bagian atas," Disertasi,
2004.

[7] Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi


21., Jakarta: EEG Penerbit Buku
Kedokteran, 2010.

[8] C. Berg, Alkaline Citrate in Prevention


of Recurrent Calcium Oxalate,
Lincoping: Dept. of Urology and Clin,
2000.

[9] Drach, george W., Urinary lithiasis,


Chambell’s Urology.

103
[10] W. DM, Clinical and Laboratory
Evaluation of Renal Stone Patiens;,
North America: Philadelphia, 1990.

[11] Fishman MC, Hoffman AR, Medicine,


Find it at Amazon: Lippincott Williams
& Wilkins, 2004.

[12] Dyer, Classic Signs In Uroradiology,


2004.

[13] Brunner & Suddart, Keperawatan


Medikal-Bedah Edisi 12, Jakarta : EGC,
2015.

[14] B. J. V. C. N. A. S. A. P. 2004 and


34(4):923-933, Diagnosis of Urinary
Tract Infections, Vet Clin North Am
Small Anim Pract, 2004.

[15] Adams LG, Syme HM., Lower Urinary


Tract Disease, Elsevier Saunders , 2005.

[16] Hirch, Color Doppler twinkling artifact,


Revista Chilena de Radiologia, 2011.

104
[17] D. C, "Nephrolithiasis," Medscape, p.
Medscape, 2017.

[18] Hesse, Alrecht, Goran tiselius, Hans


Jahnen, Urinary Stone Diagnosis,
Jakarta: Treatment and prevention of
Reccurent, 2002.

[19] Campbell, Evaluation and Medical


Management of Urinary Lithiasis, Walsh
Urology 10th Edition..

[20] e. a. Trinchieri., Epidemiology in Stone


Disease, Paris : Health Publication,
2008.

[21] H. LC., Observasional of 10.000 Urinary


Calculi., 1982.

[22] E. C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi


untuk Paramedis, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1999.

105
106

You might also like