You are on page 1of 20

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH

MANAJEMEN PAKAN

Oleh :
Kelas :D
Kelompok :7

MUHAMMAD BAEHAQI 200110160080


RANI IRAWAN 200110160269
MUHAMAD SYAIFULLOH 200110160270
KHANSA NABILA 200110160271
VINA RISTIANI 200110160273

LABORATORIUM TERNAK PERAH


FAKULTAS PERTERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan Makalah

Manajemen Ternak Perah mengenai “Manajemen Pakan” dengan baik. Penyusun

mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Didin Subriat Tasripin, M.Si. selaku dosen

pengampu mata kuliah kelas D yang telah memberikan materi kuliah sehingga

mempermudah penyusun dalam membuat makalah ini.

Makalah berjudul “Manajemen Pakan” ini membahas mengenai upaya


penyediaan pakan sepanjang tahun meliputi penyediaan hijauan dan konsentrat
serta completed feed, sebagai solusi pemberian pakan di indonesia meliputi
kebutuhan nutrisi sapi laktasi, komposisi ransum komplit sesuai kebutuhan dan
pembuatan dan penyediaan ransum komplit. Adapun makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah.

Penyusun sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca


sekalian untuk laporan yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan para pembaca yang
tertarik dengan topik ini.

Sumedang, 16 Oktober 2018

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................ I

DAFTAR ISI ............................................................................... Ii

I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................ 2

II. PEMBAHASAN ......................................................................... 3


2.1 Pakan Hijauan dan Konsentrat ................................................ 3
2.2 Manajemen Pakan ................................................................... 4
2.3 Upaya Penyediaan Pakan Hijauan dan Konsentrat selama
Setahun .................................................................................... 6
2.4 Kebutuhan Nutrisi Pakan komplit Pada Sapi Laktasi ............. 9
2.5 Komposisi Ransum ................................................................. 11
2.6 Cara Pembuatan Pakan Komplit ............................................. 12

III. KESIMPULAN ........................................................................... 16


3.1 Kesimpulan .............................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 17

ii
iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nutrient Guidelines for Lactating Dairy Cows ....................................... 11

iii
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu komponen yang paling dibutuhkan oleh


ternak untuk dapat mempertahankan hidupnya serta melakukan proses produksi.
Dalam suatu usaha peternakan, pada umumnya kebutuhan terhadap pakan
merupakan kebutuhan utama dan dapat menghabiskan sekitar 70% dari total
pengeluaran. Kualitas pakan yang baik serta didukung dengan pemberian yang
baik pula terhadap ternak akan meningkatkan performa dan produktivitas ternak.

Pembangunan peternakan atau swasembada ternak di masa mendatang


akan dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya alam sebagai basis
penyedia pakan. Salah satu alternatif dalam mejaga kelangsungan hidup ternak
yaitu dengan penggunaan hasil limbah perkebunan. Keterbatasan pakan
merupakan salah satu faktor kelemahan sistem produksi peternakan, hal ini dapat
diatasi bila potensi pertanian, perkebunan maupun limbahnya dipertimbangkan
sebagai bagian dari sistem usaha peternakan.

Pada sapi perah, pemilihan dan pemberian jenis pakan harus dilakukan
secara tepat, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang
dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manajemen pakan ini perlu
dimiliki oleh setiap peternak agar mendapat produksi susu yang tinggi.
2

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana manajemen pakan pada sapi perah.

2. Bagaimana upaya penyediaan pakan hijauan dan konsentrat selama satu


tahun.

3. Bagaimana kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi.

4. Bagaimana komposisi ransum komplit sesuai dengan kebutuhan.

5. Bagaimana pembuatan dan penyediaan ransum komplit.

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui manajemen pakan pada sapi perah .

2. Mengetahui bagaimana upaya penyediaan pakan hijauan dan konsentrat


selama satu tahun.

3. Mengetahui kebutuhan nutrisi pada sapi laktasi.

4. Mengetahui komposisi ransum komplit sesuai dengan kebutuhan.

5. Mengetahui pembuatan dan penyediaan ransum komplit.


3
II

PEMBAHASAN

2.1 Pakan Hijauan dan Konsentrat

Bahan pakan yang juga disebut bahan makanan ternak adalah segala
sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau

seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (Tillman et


al., 1998; Lubis, 1992). Menurut Lubis (1992), berdasarkan asalnya bahan pakan
dapat dibedakan menjadi dua: 1. bahan pakan yang berasal dari tanaman

misalnya: hijauan pakan (forages), hasil sisa tanaman pertanian (jerami), bebijian,
dan hasil samping industri pertanian. 2. bahan pakan yang berasal dari hewan dan
ikan. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutriennya atau komposisi
kimianya, disamping dipengaruhi pula ada tidak atau besar kecilnya anti kualitas

atau anti nutrisi pada bahan pakan tersebut (Soejono et al., 2002)Ketersediaan
bahan pakan di Indonesia (daerah tropik) terutama untuk ternak ruminansia yang
berupa hijauan sangat fluktuatif tergantung pada musim.

Pakan ternak ruminansia dibedakan menjadi pakan basal yang berupa


hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berasal dari bahan pakan klas 1, 2, dan 3,
yang dapat berupa hasil sisa tanaman pertanian, rumput, daun legume (kacang-
kacangan), dan hijaun lain yang semua dapat diberikan dalam keadaan segar,

kering, atau silage. Berdasarkan cara pengelolaaannya rumput dibedakan menjadi


rumput lapangan (native grass) dan rumput budidaya (culture). Rumput lapangan
diambil dari pematang sawah, pinggir jalan, atau kebun yang tidak diusahakan

secara khusus. sehingga kualitasnya tidak menentu, produktivitasnyapun rendah.


Rumput budidaya dipotong dari rumput yang dibudidayakan atau dikelola khusus
4

sebagai penghasil pakan hijauan (rumput kolonjono, rumput gajah, rumput raja,
dll). Selain berupa rumput dapat juga berupa legume menjalar (centro, siratro,
peuro dll), atau legume pohon (lamtoro, gliriside, turi, dll).

Fungsi pakan konsentrat adalah memperkaya dan meningkatkan nilai gizi


pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang sedang
tumbuh ataupun yang sedang dalam periode penggemukan harus diberikan pakan
penguat yang cukup, sedangkan sapi yang digemukan dengan sistem dry lot
fattening diberikan justru sebagian besar pakan berupa pakan berbutir atau
penguat (Sugeng, 1998).

2.2 Manajemen Pakan

Produktivitas ternak tinggi jika asupan pakannya seimbang yakni tercukupi

baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan. Pakan memiliki peran yang penting

bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi

(telur, daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang

bersangkutan. Karena ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan

penyakit yang merugikan bagi ternak dan peternak. Jenis pakan yang umumnya

diberikan pada ternak adalah hijauan dan konsentrat (Kanisius, 1983).

Bahan pakan asal hijauan dapat dibedakan menjadi rumput dan leguminosa.

Hijauan pakan atau disebut forage merupakan tanaman pakan yang berasal dari

rumput dan kacang-kacangan yang diambil hijauannya sebagai bahan pakan

(Purbajanti, 2012). Pakan hijauan tidak terjamin sepanjang tahun secara kuantitatif

dan kualitatif, pada saat musim hujan hijauan yang tersedia sangan melimpah

sedangkan saat tiba musim kemarau atau panas hijauan pakan sangat sulit

penyediaannya untuk memenuhi kebutuhan ternak terutama ternak ruminansia.


5

Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan hijauan agar supaya
hijaua pakan selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Tujuan
utama dalam pengawetan hijauan adalah untuk memelihara atau mempertahankan
kualitas dan kuantitas nutrisi hijauan dengan meminimalkan kehilangan pada saat
pemanenan dan penyimpanan (Rotzdan Muck, 1994 dalam Mansyur et al., 2007).
Sedangkan keuntungan dari pengawetan hijauan adalah dapat dipertahankan
kualitasnya atau komposisi nutriennya hingga berakhirnya masa penyimpanan
(Sugiri et ai., 1981 dalam Subekti et al., 2013).

Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara


fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya. Perlakuan secara fisik

dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan, penggiling,


penghancuran serta pembuatan pelet (Wahyono dan Hardiyanto, 2004). Perlakuan
secara kimiawi dilakukan dengan cara menanbahkan bahan kimia seperti

amoniasi. Amoniasi merupakan salah satu perlakuan bahan pakan secara kimiawi
yang bersifat alkalis sehingga dapat melarutkan hemiselulosa dan memutuskan
ikatan atara lignin dan selulosa atau emiselulosa (Klopfenstein, 1987 dalam

Pprastyawan at al., 2012). Perlakuan secara biologis dapat dilskukan dengan cara
fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses fermentasi ini
bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan

meningkatkan kadar protin bahan pakan (Tampoebolon, 1997 dalam Pprastyawan


at al., 2012). Dan perlakuan secara kombinasi dapat dilakukan dengan cara
gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi dan atau biologi-kimia.
6

2.3 Upaya Penyediaan Pakan Hijauan dan Konsentrat selama Setahun

Pada musim hujan hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia
melimpah sedangkan pada musim kemarau sangat terbatas sampai tidak ada
produksi sama sekali tergantung pada lamanya musim kemarau. Kekurangan

hijauan pakan ini dipengaruhi kebijakan pemerintah yang lebih memprioritaskan


produksi pangan daripada pakan dan keperluan lain. Lahan subur dengan irigrasi
teknis di daerah padat penduduk diprioritaskan untu produksi pangan, sedangkan

untuk produksi hijauan pakan digunakan tanah yang tidak subur (margin). Akibat
dari kebijakan ini padang rumput semakin berkurang, produksi pakan hijauan
menjadi sangat rendah, sehingga berakibat langsung pada produktivitas ternak.

Penyediaan hijauan pakan yang berkualitas untuk ruminansia terutama pada

musim kemarau dapat dilakukan dengan jalan menggalakkan program lumbung

pakan, mengembangkan tanaman hijauan pakan yang tahan terhadap naungan.

Demikian juga tanaman yang tahan terhadap kekeringan yakni sorghum baik sebagai

hijauan ataupun diambil hasil utama dan sisa tanamannya (jeraminya). Potensi jerami

padi masih cukup besar sebagai sumber pakan basal. Fermentasi jerami padi hasil

panen raya nampaknya merupakan salah satu solusi penanggulangan kekurangan

pakan untuk ternak ruminansia besar, karena disamping pengawetan juga terjadi

kenaikan kualitasnya. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan pembuatan jerami

fermentasi dari jerami padi segar, sekaligus sebagai pendukung program lumbung

pakan. Daya tampung lumbung pakan dan daya simpan dapat dinaikkan dengan jalan

melakukan pengepresan jerami padi, untuk keperluan tersebut dibutuhkan mesin pres

jerami. Untuk pakan ternak perah, sebaiknya dibuat konsentrat dengan tiga tingkat

kandungan nutrien yang disesuaikan dengan tingkat produksi susu yakni: rendah (di

bawah 15 l), sedang


7

((15-25 l), dan tinggi (di atas 25 l). Hal ini penting untuk mencukupi kebutuhan
ternak sesuai tingkat produksi susunya, semakin tinggi tingkat produksi sapi
dibutuhkan protein energi, mineral, dan vitamin yang lebih tinggi sehingga

dibutuhkan kualitas konsentrat yang lebih baik. Kerugian peternak dapat


disebabkan turunnya produksi (telur, berat badan, dan susu) atau di bawah
harapan akibat salah pemberian pakan yang disebabkan karena over estimate

dalam memperhitungkan kandungan nutrien sebagai dampak negatif pemalsuan


bahan pakan atau adanya anti kualitas (anti nutrisi) dalam bahan pakan. Keadaan
ini dapat dicegah dengan jalan mengupayakan jaminan kualitas bahan baku pakan

lewat standarisasi bahan pakan. Dalam waktu mendatang perlu dipikirkan


pembuatan pakan komplit untuk ternak ruminansia berbahan dasar jerami padi
fermentasi untuk memanfaatkan jeramipadi pada saat panen raya guna

mengantisipasi kekurangan pakan pada musim kemarau.

Penyediaan Pakan Hijauan Selama Setahun dengan Silase & Hay


Hay merupakan hijauan berupa daunan jenis rumputan atau bijian yang

sengaja dipanen menjelang berbunga yang dikeringkan baik dengan cara diangin-

anginkan maupun dengan cara dikeringkan dengan panas matahari secara langsung.

Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar

bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan yang lain. Tujuan dari pembuatan hay

ini yaitu hay adalah untuk mengurangi tingkat kandungan air dari hijauan hingga pada

suatu level dimana menghambat aksi dari enzim-enzim baik yang dihasilkan oleh

tanaman maupun mikrobial (Mc Donald et al., 2002 dalam Mansyur et al., 2007),

untuk dapat menyediakan hijauan pakan untuk ternak pada saat-saat tertentu, seperti

dimasa paceklik atau musim kemarau, untuk dapat memanfaatkan hijauan pada saat

pertumbuhan terbaik tetapi pada saat itu belum


8

dimanfaatkan. Sedangkan prinsip dari proses pembuatan hay ini adalah


menurunkan kadar air menjadi 15-20% dalam waktu yang singkat, baik dengan
panas matahari ataupun panas buatan.

Menurut Yulianto dan Saparinto (2010) bahwa proses pembuatan hay


yaitu pertama menyiapkan hijauan pakan (rumput gajah) yang kemudian

memotong-motongnya baik dengan cara manual dengan pisau atau sabit maupun
dengan menggunakan mesin pencacah rumput dan dilakukan penimbangan untuk
mengetahui kadar airnya, kemudian jemur hijauan dibawah sinar atahari selama 1-

2 hari agar kadar air menjadi 20-25% dan perlu dilakukan penimbangan setiap 5
jam untuk mengetahui kadar airnya. Jika pengeringan sudah merata selanjutnya
hijauan diikat dan hay disimpan digudang. Ciri-ciri hay yang baik adalah warna
hijau kekuningan, tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau

jelas dan tidak kotor atau berjamur, serta tidak mudah patah bila batang dilipat
dengan tangan (Subekti, 2009).

Pengawetan hijauan dengan pembuatan silase bertujuan agar pemberian

hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun,
untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau harus dilaksanakan
pengawetan. Pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta

komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat
makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai nutrisi
hijauan tersebut. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor

seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan
bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan
penggunaan bahan tambahan (additive).
9

Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan


mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa
mendatang. Silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau
pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum.
Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih
mempunyai keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian.

2.4 Kebutuhan Nutrisi Pakan komplit Pada Sapi Laktasi

Menurut Hartadi, dkk (1997) menyatakan bahwa pakan komplit adalah


makanan yang cukup gizi untuk ternak tertentu, di dalam tingkat fisiologi tertentu,
dibentuk atau dicampur untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan dan
mampu merawat hidup pokok atau produksi (atau keduanya) tanpa tambahan atau
substansi lain. Sehingga pakan komplit itu ialah kombinasi dari hijauan dan
konsentrat yang sedemikian rupa diproses untuk menghasilkan produk pakan yang
memiliki nilai nutrisi tinggi dan baik bagi dikonsumsi ternak.

Pada sapi perah awal laktasi biasanya berkisar pada 100 hari pertama.
Pada masa ini sapi perah akan sedikit mengalami penurunan konsumsi pakan yang
berakibat terjadi penurunan bobot badan sapi. Hal ini karena daya adaptasi sapi
perah yang masih melakukan adaptasi dari periose dara ke periode laktasi dengan
perbedaan yang signifikan. Pada masa laktasi, sapi perah dikawinkan untuk dapat
memproduksi susu pasca partus pertama sapi. Sapi perah akan dapat memproduksi
susu jika telah kawin dan melahirkan pedet.

Pemberian ransum pada sapi laktasi biasanya mengacu pada kebutuhan


protein (CP) dan energy (net energy). Akan tetapi untuk mendapatkan produksi
10

maksimal, pemberian ransum harus seimbang effective fiber, non-structural


carbohydrates, ruminal undegraded protein, soluble protein-nya.

Pada masa awal laktasi, pemberian hijauan minimal 40% dari total DM .

dengan panjang partikel hijauan minimal 2.6 cm agar pengunyahan (produksi

saliva) maksimal. Hijauan yang diberikan pun harus berkualitas bagus untuk

meningkatkan DM intake. Penambahan konsentrat peda pakan antara 0.5-0.7

kg/hari selama dua minggu pertama laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini

untuk menghindari permasalahan pencernaan seperti asidosis, dan penurunan


intake. Protein sangat penting pada awal laktasi. Jadi pada masa awal laktasi

rekomendasi pemberian protein 17-19% pada ransum. Jika menggunakan pakan

komplit pakan hijauan tersebut dapat di kombinasi bias dalam bentuk pelleting,

mash, dan lain sebagainya.

Menurut McDonald (2002) menyatakan periode pertengahan laktasi adalah


periode dari 100 hari sampai 200 setelah melahirkan anak. Fase Pada periode ini
sapi akan mengalami puncak produksi (8-10 minggu setelah kelahiran) sapi juga
mengalami puncak DM intake sehingga tidak mengalami penurunan bobot badan.

Kebutuhan protein pada masa pertengahan laktasi lebih rendah


dibandingkan dengan masa awal laktasi. Oleh karena itu kandungan protein dalam
ransum antara 15-16% (PK). Rata-rata sapi pada periode ini menghasilkan susu
200-225 kg dari seluruh masa laktasi sebelumya. Kunci dari periode pertengahan
laktasi ini adalah memaksimalkan DM intake. Pada periode ini sapi dituntunt
untuk diberi pakan dengan kualitas hijauan yang tinggi (minimal 40-45% DM

pada ransum) dan tingkat efektifitas serat hampir sama dengan masa awal laktasi.
Pemberian konsentrat jangan sampai melebih 2.3 % bobot badan dan sumber non-
hijauan lainya.
11

Menurut McDonald (2002) menyatakan periode akhir laktasi dimulai 200 hari

setelah melahirkan dan diakhiri pada saat masa kering sapi. Sapi akan mengalami

peningkatan bobot badan, hal ini untuk mengganti jaringan yang hilang (BB) pada saat

periode awal laktasi. Pakan hijauan yang diberikan 50-60% sedangkan konsentrat
jangan melebihi 2.5%. Adapun daftar lengkap kebutuhan nutrisi pada tiap periode
laktasi sapi perah dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

2.5 Komposisi Ransum

Sutardi (1981) menyatakan bahwa konsentrat terbagi menjadi dua jenis,


yaitu konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi. Konsentrat
dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein kasar
12

kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai
sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20%

Konsentrat biasanya digunakan dalam jumlah banyak dalam peternakan


yang berorientasi pada penggemukan ternak, seperti sapi potong, ayam ras, dan
domba. Pada peternakan sapi perah penggunakan konsentrat lebih sedikit jika
dibandingkan dengan hijauan.

Kandungan komposisi hijauan terdiri dari PK<3% pada rumput yang


sudah tua, sedangkan pada rumput yang masih muda dapat mencapai >30%.
Kandungan karbohidrat mudah larut dalam air (Water Soluble Carbohydrate atau
WSC) kandungan WSC rumput-rumputan asal tropis sangat rendah (<6%)
dibandingkan rumput-rumputan asal temperate (>7%).

2.6 Cara Pembuatan Pakan Komplit

Pakan komplit merupakan jenis pakan yang cukup mengandung nutrien


untuk hewan dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai
satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan produksi tanpa
tambahan substansi lain, kecuali air. Pakan komplit disusun dari berbagai bahan
pakan hijauan (pakan berserat) dan konsentrat yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan sapi perah menjadi satu bentuk pakan sehinga kandungan nutrisinya
lengkap.

Bentuk pakan komplit bermacam-macam, antara lain berbentuk mash,


pecahan, balok, dan pelet. Berikut dua contoh pakan komplit :

1. Pakan komplit bentuk mash


Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan komplit bentuk

mash akan memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan pemberian pakan
13

hijauan dan konsentrat secara terpisah. Cara pembuatan pakan komplit bentuk
mash adalah semua bahan pakan digiling, kemudian dicampur hingga homogen.

2. Pakan komplit bentuk pellet

Untuk efektivitas dalam pemberian pakan agar tidak benyak yang tercecer

dan terbuang, pakan tersebut dibuat dalam bentuk pelet. Pemberian pakan komplit
bentuk pelet dapat digunakan untuk mengontrol konsumsi pakan konsentrat dan
berserat sesuai dengan proporsi yang diberikan. Selain itu juga untuk

memperbaiki palatabilitas pakan. Daya cerna pakan berbentuk pelet tidak banyak
berubah, bahkan mempunyai kelebihan yaitu dapat mengurangi berdebunya
ransum sehingga memperbanyak konsumsi pakan. Pakan komplit bentuk pelet

untuk ternak ruminansia dapat menurunkan degradasi protein lebih lanjut


sehingga meningkatkan arus asam amino ke dalam usus halus. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa konsumsi pakan domba dengan pakan komplit

bentuk pelet lebih tinggi daripada tidak bentuk pelet. Produksi susu sapi perah
dengan pakan komplit bentuk pelet juga lebih bagus daripada tidak dibentuk pelet.
Konversi pakan pada pakan yang berbentuk pelet juga lebih bagus dibandingkan
dengan pakan yang tidak dibentuk pelet. Cara pembuatan pakan komplit pellet
biasanya menggunakan mesin pelleting dengan tetep mengkombinasikan hijauan
dengan konsentrat dan tidak lupa ditambahkan zat-zat aditif penambahan nutrisi

dalam pakan komplit.

Permasalahan yang sering terjadi dalam pemberian pakan sapi perah


adalah masalah ketersediaan pakan, terutama pada musim kemarau. Pakan
komplit adalah suatu pola usaha agrobisnis yang memiliki daya saing dan tingkat
survival tinggi. Pemanfaatan sumber daya lokal menjadi dasar utama konsep ini.
Pasalnya, sumber daya Indonesia masih menyimpan plasma nutfah yang
berpotensi untuk
14

menanggulangi kendala keterbatasan pakan ternak. Bahkan, tidak menutup


kemungkinan pada masa yang akan datang konsep ini bisa menjadi andalan pakan
ternak dalam negeri.

Sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia adalah pemanfaatan hasil budidaya tanaman pangan dan perkebunan
seperti jerami padi, tongkong jagung, tebon jagung atau batang dan daun jagung
sisa panen, jerami kacang tanah, kulit buah dan biji cokelat, serat dan lumpur
sawit, bungkil inti sawit, serta ampas sagu. Melalui proses bioteknologi praktis
dan sederhana, dapat diciptakan pola pengembangan usaha ternak ruminansia
berbasis sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Beberapa keuntungan
yang diperoleh dari penerapan konsep Pakan komplit sebagai berikut :

1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal.

2. Memaksimalkan daur ulang (zero waste).

3. Meminimalisasi kerusakan lingkungan (ramah lingkungan).

4. Diversifikasi usaha.

5. Pencapaian tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka


panjang.

6. Menciptakan kemandirian.

Selain itu, Pakan komplit juga bisa membantu memecahkan masalah

nasional seperti kebutuhan pakan bermutu yang tersedia setiap saat dan tidak
tergantung musim, harga terjangkau, mudah pemberiannya, dan sudah diawetkan,
sehingga lebih tahan lama disimpan. Dengan pemakaian Pakan komplit,
diharapkan populasi ternak ruminansia dapat ditingkatkan.
15

III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Manajemen pakan pada sapi perah harus benar. Karena,pakan merupakan


salah satu komponen yang paling dibutuhkan oleh ternak untuk dapat
mempertahankan hidupnya, serta melakukan proses produksi. Jika
manajemen pakan salah, maka ternak tidak akan dapat berproduksi secara
maksimal.

2. Untuk memenuhi kebutuhan pakan hijauan dan konsentrat, maka hijauan


dapat diawetkan (contoh : hay) pada saat produksi hijauan banyak(musim
hujan), untuk mempersiapkan saat produksi hijauan sedikit (musim
kemarau).

3. Pemberian ransum harus seimbang seperti effective fiber, non-structural


carbohydrates, ruminal undegraded protein, soluble protein-nya. Hal ini
dimaksudkan agar sapi dapat berproduksi secara maksimal

4. Sutardi (1981) menyatakan bahwa konsentrat terbagi menjadi dua jenis,


yaitu konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi. Konsentrat
dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein
kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat
dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein
lebih besar dari 20%.

5. Bentuk ransum komplit yaitu bentuk mash yang dibuat dengan cara
digiling dan bentuk pellet yang dibuat dengan mesin pelleting.
16

DAFTAR PUSTAKA

Kartadisastra, H.R.1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia


(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta: Kanisius.

Mansyur, Tidi Dhalika, U. Hidayat Tanuwiria Dan Harun Djuned. 2007. Proses
Pengeringan Dalam Pembuatan Hay Rumput Signal (Brachiaria
decumbens) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner :
714-720.

Mc Donald, P.R.A.Edwards, J.F.D. Greenhalg and C.A. Morgan. 2002. Animal


Nutrition.6th Edition.

Reksohadiprodjo, S. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropic. Edisi


Kedua. Yogyakarta: BPFE. Universitas Gadjah Mada. 1985.

Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Mediagro Vol. 5 No.
2 : 63 – 71.

Subekti, G., Suwarno dan Nur Hidayat. 2013. Penggunaan Beberapa Aditif Dan
Bakteri Asam Laktat Terhadap Karakteristik Fisik Silase Rumput Gajah
Pada Hari Ke- 14. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 835–841.

Sutardi,T.1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor: Fakultas


Peternakan Institut Pertanian Bogor

You might also like