Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN PAKAN
Oleh :
Kelas :D
Kelompok :7
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Didin Subriat Tasripin, M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah kelas D yang telah memberikan materi kuliah sehingga
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................ 2
ii
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
iii
1
PENDAHULUAN
Pada sapi perah, pemilihan dan pemberian jenis pakan harus dilakukan
secara tepat, karena akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang
dihasilkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manajemen pakan ini perlu
dimiliki oleh setiap peternak agar mendapat produksi susu yang tinggi.
2
PEMBAHASAN
Bahan pakan yang juga disebut bahan makanan ternak adalah segala
sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau
misalnya: hijauan pakan (forages), hasil sisa tanaman pertanian (jerami), bebijian,
dan hasil samping industri pertanian. 2. bahan pakan yang berasal dari hewan dan
ikan. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutriennya atau komposisi
kimianya, disamping dipengaruhi pula ada tidak atau besar kecilnya anti kualitas
atau anti nutrisi pada bahan pakan tersebut (Soejono et al., 2002)Ketersediaan
bahan pakan di Indonesia (daerah tropik) terutama untuk ternak ruminansia yang
berupa hijauan sangat fluktuatif tergantung pada musim.
sebagai penghasil pakan hijauan (rumput kolonjono, rumput gajah, rumput raja,
dll). Selain berupa rumput dapat juga berupa legume menjalar (centro, siratro,
peuro dll), atau legume pohon (lamtoro, gliriside, turi, dll).
baik dari segi kualitas maupun kuantitas pakan. Pakan memiliki peran yang penting
bagi ternak, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup pokok, bunting, laktasi, produksi
(telur, daging dan susu) maupun untuk kepentingan kesehatan ternak yang
bersangkutan. Karena ternak jika salah diberi pakan juga dapat menimbulkan
penyakit yang merugikan bagi ternak dan peternak. Jenis pakan yang umumnya
Bahan pakan asal hijauan dapat dibedakan menjadi rumput dan leguminosa.
Hijauan pakan atau disebut forage merupakan tanaman pakan yang berasal dari
(Purbajanti, 2012). Pakan hijauan tidak terjamin sepanjang tahun secara kuantitatif
dan kualitatif, pada saat musim hujan hijauan yang tersedia sangan melimpah
sedangkan saat tiba musim kemarau atau panas hijauan pakan sangat sulit
Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan hijauan agar supaya
hijaua pakan selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Tujuan
utama dalam pengawetan hijauan adalah untuk memelihara atau mempertahankan
kualitas dan kuantitas nutrisi hijauan dengan meminimalkan kehilangan pada saat
pemanenan dan penyimpanan (Rotzdan Muck, 1994 dalam Mansyur et al., 2007).
Sedangkan keuntungan dari pengawetan hijauan adalah dapat dipertahankan
kualitasnya atau komposisi nutriennya hingga berakhirnya masa penyimpanan
(Sugiri et ai., 1981 dalam Subekti et al., 2013).
amoniasi. Amoniasi merupakan salah satu perlakuan bahan pakan secara kimiawi
yang bersifat alkalis sehingga dapat melarutkan hemiselulosa dan memutuskan
ikatan atara lignin dan selulosa atau emiselulosa (Klopfenstein, 1987 dalam
Pprastyawan at al., 2012). Perlakuan secara biologis dapat dilskukan dengan cara
fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses fermentasi ini
bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan
Pada musim hujan hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia
melimpah sedangkan pada musim kemarau sangat terbatas sampai tidak ada
produksi sama sekali tergantung pada lamanya musim kemarau. Kekurangan
untuk produksi hijauan pakan digunakan tanah yang tidak subur (margin). Akibat
dari kebijakan ini padang rumput semakin berkurang, produksi pakan hijauan
menjadi sangat rendah, sehingga berakibat langsung pada produktivitas ternak.
Demikian juga tanaman yang tahan terhadap kekeringan yakni sorghum baik sebagai
hijauan ataupun diambil hasil utama dan sisa tanamannya (jeraminya). Potensi jerami
padi masih cukup besar sebagai sumber pakan basal. Fermentasi jerami padi hasil
pakan untuk ternak ruminansia besar, karena disamping pengawetan juga terjadi
fermentasi dari jerami padi segar, sekaligus sebagai pendukung program lumbung
pakan. Daya tampung lumbung pakan dan daya simpan dapat dinaikkan dengan jalan
melakukan pengepresan jerami padi, untuk keperluan tersebut dibutuhkan mesin pres
jerami. Untuk pakan ternak perah, sebaiknya dibuat konsentrat dengan tiga tingkat
kandungan nutrien yang disesuaikan dengan tingkat produksi susu yakni: rendah (di
((15-25 l), dan tinggi (di atas 25 l). Hal ini penting untuk mencukupi kebutuhan
ternak sesuai tingkat produksi susunya, semakin tinggi tingkat produksi sapi
dibutuhkan protein energi, mineral, dan vitamin yang lebih tinggi sehingga
sengaja dipanen menjelang berbunga yang dikeringkan baik dengan cara diangin-
anginkan maupun dengan cara dikeringkan dengan panas matahari secara langsung.
Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar
bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan yang lain. Tujuan dari pembuatan hay
ini yaitu hay adalah untuk mengurangi tingkat kandungan air dari hijauan hingga pada
suatu level dimana menghambat aksi dari enzim-enzim baik yang dihasilkan oleh
tanaman maupun mikrobial (Mc Donald et al., 2002 dalam Mansyur et al., 2007),
untuk dapat menyediakan hijauan pakan untuk ternak pada saat-saat tertentu, seperti
dimasa paceklik atau musim kemarau, untuk dapat memanfaatkan hijauan pada saat
memotong-motongnya baik dengan cara manual dengan pisau atau sabit maupun
dengan menggunakan mesin pencacah rumput dan dilakukan penimbangan untuk
mengetahui kadar airnya, kemudian jemur hijauan dibawah sinar atahari selama 1-
2 hari agar kadar air menjadi 20-25% dan perlu dilakukan penimbangan setiap 5
jam untuk mengetahui kadar airnya. Jika pengeringan sudah merata selanjutnya
hijauan diikat dan hay disimpan digudang. Ciri-ciri hay yang baik adalah warna
hijau kekuningan, tidak banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau
jelas dan tidak kotor atau berjamur, serta tidak mudah patah bila batang dilipat
dengan tangan (Subekti, 2009).
hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun,
untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau harus dilaksanakan
pengawetan. Pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta
komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat
makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak pada nilai nutrisi
hijauan tersebut. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor
seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan
bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan
penggunaan bahan tambahan (additive).
9
Pada sapi perah awal laktasi biasanya berkisar pada 100 hari pertama.
Pada masa ini sapi perah akan sedikit mengalami penurunan konsumsi pakan yang
berakibat terjadi penurunan bobot badan sapi. Hal ini karena daya adaptasi sapi
perah yang masih melakukan adaptasi dari periose dara ke periode laktasi dengan
perbedaan yang signifikan. Pada masa laktasi, sapi perah dikawinkan untuk dapat
memproduksi susu pasca partus pertama sapi. Sapi perah akan dapat memproduksi
susu jika telah kawin dan melahirkan pedet.
Pada masa awal laktasi, pemberian hijauan minimal 40% dari total DM .
saliva) maksimal. Hijauan yang diberikan pun harus berkualitas bagus untuk
kg/hari selama dua minggu pertama laktasi, jangan sampai kebanyakan hal ini
komplit pakan hijauan tersebut dapat di kombinasi bias dalam bentuk pelleting,
pada ransum) dan tingkat efektifitas serat hampir sama dengan masa awal laktasi.
Pemberian konsentrat jangan sampai melebih 2.3 % bobot badan dan sumber non-
hijauan lainya.
11
Menurut McDonald (2002) menyatakan periode akhir laktasi dimulai 200 hari
setelah melahirkan dan diakhiri pada saat masa kering sapi. Sapi akan mengalami
peningkatan bobot badan, hal ini untuk mengganti jaringan yang hilang (BB) pada saat
periode awal laktasi. Pakan hijauan yang diberikan 50-60% sedangkan konsentrat
jangan melebihi 2.5%. Adapun daftar lengkap kebutuhan nutrisi pada tiap periode
laktasi sapi perah dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai
sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20%
mash akan memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan pemberian pakan
13
hijauan dan konsentrat secara terpisah. Cara pembuatan pakan komplit bentuk
mash adalah semua bahan pakan digiling, kemudian dicampur hingga homogen.
Untuk efektivitas dalam pemberian pakan agar tidak benyak yang tercecer
dan terbuang, pakan tersebut dibuat dalam bentuk pelet. Pemberian pakan komplit
bentuk pelet dapat digunakan untuk mengontrol konsumsi pakan konsentrat dan
berserat sesuai dengan proporsi yang diberikan. Selain itu juga untuk
memperbaiki palatabilitas pakan. Daya cerna pakan berbentuk pelet tidak banyak
berubah, bahkan mempunyai kelebihan yaitu dapat mengurangi berdebunya
ransum sehingga memperbanyak konsumsi pakan. Pakan komplit bentuk pelet
bentuk pelet lebih tinggi daripada tidak bentuk pelet. Produksi susu sapi perah
dengan pakan komplit bentuk pelet juga lebih bagus daripada tidak dibentuk pelet.
Konversi pakan pada pakan yang berbentuk pelet juga lebih bagus dibandingkan
dengan pakan yang tidak dibentuk pelet. Cara pembuatan pakan komplit pellet
biasanya menggunakan mesin pelleting dengan tetep mengkombinasikan hijauan
dengan konsentrat dan tidak lupa ditambahkan zat-zat aditif penambahan nutrisi
Sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak
ruminansia adalah pemanfaatan hasil budidaya tanaman pangan dan perkebunan
seperti jerami padi, tongkong jagung, tebon jagung atau batang dan daun jagung
sisa panen, jerami kacang tanah, kulit buah dan biji cokelat, serat dan lumpur
sawit, bungkil inti sawit, serta ampas sagu. Melalui proses bioteknologi praktis
dan sederhana, dapat diciptakan pola pengembangan usaha ternak ruminansia
berbasis sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Beberapa keuntungan
yang diperoleh dari penerapan konsep Pakan komplit sebagai berikut :
4. Diversifikasi usaha.
6. Menciptakan kemandirian.
nasional seperti kebutuhan pakan bermutu yang tersedia setiap saat dan tidak
tergantung musim, harga terjangkau, mudah pemberiannya, dan sudah diawetkan,
sehingga lebih tahan lama disimpan. Dengan pemakaian Pakan komplit,
diharapkan populasi ternak ruminansia dapat ditingkatkan.
15
III
KESIMPULAN
5. Bentuk ransum komplit yaitu bentuk mash yang dibuat dengan cara
digiling dan bentuk pellet yang dibuat dengan mesin pelleting.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, Tidi Dhalika, U. Hidayat Tanuwiria Dan Harun Djuned. 2007. Proses
Pengeringan Dalam Pembuatan Hay Rumput Signal (Brachiaria
decumbens) Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner :
714-720.
Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia. Mediagro Vol. 5 No.
2 : 63 – 71.
Subekti, G., Suwarno dan Nur Hidayat. 2013. Penggunaan Beberapa Aditif Dan
Bakteri Asam Laktat Terhadap Karakteristik Fisik Silase Rumput Gajah
Pada Hari Ke- 14. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 835–841.