You are on page 1of 11

ANALISIS DISTRIBUSI KECEPATAN ALIRAN SUNGAI MUSI

(RUAS JEMBATAN AMPERA SAMPAI DENGAN


PULAU KEMARO)

Fathona Fajri Junaidi


Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
*
Korespondensi Penulis : fathona.fajri@gmail.com

Abstrak
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di permukaan bumi dan tidak hanya
menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu ke bagian hilir. Sungai Musi berfungsi sebagai sarana
transportasi, pusat perdagangan, industri, sumber air bersih, drainase dan pengendalian banjir Kota Palembang.
Kegiatan yang terjadi di sungai dapat dipengaruhi oleh distribusi kecepatan aliran sungai. Dalam penelitian ini
analisis distribusi kecepatan aliran akan dilakukan untuk mengetahui distribusi kecepatan aliran pada permukaan
serta debit, dan bagaimana mementukan karakteristik aliran. Kemudian distribusi kecepatan aliran sungai diplot
dengan menggunakan program Surfer 11. Data dari lapangan diolah dan dianalidid. Karakteristik aliran kemudian
ditentukan dengan menggunakan Bilangan Froude dan Bilangan Reynold. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
aliran adalah turbulen dan subkritis.

Kata Kunci :aliran terbuka, distribusi kecepatan aliran, karakteristik aliran, surfer 11

1. PENDAHULUAN sungai baik penggerusan pada dasar sungai maupun


1.1. Latar Belakang pada dinding sungai, hal ini dapat mengakibatkan
Sungai merupakan saluran terbuka yang keruntuhan pada dinding sungai sehingga dapat
terbentuk secara alamiah di atas permukaan bumi, tidak menyebabkan kerusakan infrastruktur yang ada
hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari disekitar kelokan. Salah satu data yang diperlukan
bagian hulu ke bagian hilir. Di Kota Palembang dalam perencanaan tersebut adalah debit, dimana debit
terdapat Sungai Musi, sungai ini membelah Kota tersebut akan diperoleh dari pengolahan data lapangan
Palembang menjadi dua bagian yaitu Seberang Ilir dan berupa lebar penampang aliran, kedalaman dan
Seberang Ulu. Jembatan Ampera yang menjadi distribusi kecepatan.
ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Analisis angkutan sedimen senantiasa
Sungai Musi berfungsi sebagai alat transportasi sungai, membutuhkan data kecepatan aliran dan setiap
pusat perdagangan, industri, sumber air bersih, drainase perencanaan bangunan air akan memperhitungkan
dan pengendalian banjir Kota Palembang. masalah angkutan sedimen yang terjadi, bersamaan
Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang dengan kecepatan arus pada aliran. Kombinasi antara
rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan perubahan setiap parameter saluran akan
permukaan yang bebas cendrung berubah sesuai waktu mempengaruhi kecepatan yang terjadi. Disisi lain
dan ruang. Alur sungai akan selalu ada alur yang lurus, perubahan kecepatan tersebut akan menentukan
kelokan (meander) dan bercabang. Pada kelokan keadaaan dan jenis aliran. Hal ini lah yang ingin
sungai sering terjadi permasalahan yaitu penggerusan

ISSN: 2355-374X 542 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

diketahui untuk menentukan pengaruh kecepatan yang Selanjutnya cara yang digunakan untuk menganalisis
terjadi. distribusi kecepatan aliran yaitu dengan menggunakan
Sehubungan dengan masalah tersebut metode pendistribusian kecepatan pada permukaan
diadakan suatu penelitian terhadap distribusi kecepatan aliran sungai dan program Surfer.
aliran sungai pada Sungai Musi (Jembatan Ampera
sampai dengan Pulau Kemaro) yang dipengaruhi 2. TINJAUAN PUSTAKA
keadaan fisik aliran sungai berupa lebar, kedalaman 2.1. Penelitian Terdahulu
dan variasi kecepatan aliran. Hasil dari penelitian ini Sri Nurwahyuni (2013), telah melakukan studi
diharapkan dapat memberikan informasi kepada yang experimen distribusi kecepatan aliran sungai. Tujuan
berkepentingan untuk mengetahui situasi aliran Sungai dari penelitian ini untuk mengetahui distribusi
Musi pada ruas yang ditinjau. kecepatan menggunakan metode Point Integrated
Sampling (PIS) yaitu pengukuran pada titik-titik yang
1.2. Perumusan Masalah telah ditentukan pada arah vertikal maupun tranversal.
Pada ruas aliran Sungai Musi mulai dari Penelitian ini menggunakan model saluran
Jembatan Ampera sampai dengan Pulau Kemaro ini terbuka (open channel). dan menggunakan alat ukur
terdapat beberapa masalah antara lain bagaimana tabung pitot untuk pengambilan data kecepatan.
distribusi kecepatan aliran sungai pada masing-masing Kecepatan diukur pada titik tertentu yaitu 6 titik arah
cross section atau potongan melintang, selain itu transversal dan tiap titik pengukuran arah transversal
bagaimana menentukan jenis aliran yang dipengaruhi diukur 6 titik ke dalaman vertikal, sehingga total
oleh kecepatan aliran sungai itu sendiri. Penulis telah pengukuran tiap tampang 36 titik yang berbeda. Hasil
mengkaji permasalahan berikut melalui penelitian ini. penelitian menunjukkan bahwa kecepatan maksimum
Oleh karena itu dilaksanakan peninjauan kelapangan berada pada 0,86d dan pada saat mendekati dasar
untuk mendapatkan sejumlah data primer. saluran kecepatan aliran mendekati nol. Hubungan
antara, volume, tinggi muka air dan kecepatan terhadap
1.3. Tujuan Penelitian debit masing-masing menunjukkan hubungan linear.
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain : Hubungan antara volume pengaliran, tinggi muka
1. Mengetahui distribusi kecepatan aliran dari air dari dasar saluran, dan kecepatan aliran terhadap
setiap cross section atau potongan melintang debit adalah berbanding lurus. Nilai kecepatan aliran
di lapangan, hasil dari analisis distribusi semakin ke atas diperoleh kondisi maksimal pada
kecepatan aliran pada potongan melintang 0.86d. Sebaliknya, semakin mendekati dasar saluran
dapat dibuat pemodelan dengan aplikasi nilai kecepatan aliran semakin kecil bahkan mendekati
Surfer agar mengetahui pola kecepatan aliran. nol. Kurva Distribusi kecepatan pada penampang
2. Mengetahui jenis aliran yang terjadi pada melintang berbentuk parabolik. Ini berarti, semakin
aliran lurus maupun tikungan dari pengaruh mendekati tengah saluran maka semakin besar nilai
kecepatan aliran sungai. kecepatan yang diperoleh.
1.4. Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian 2.2. Landasan Teori
difokuskan untuk mengambarkan distribusi kecepatan Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran
aliran yang terjadi pada permukaan Sungai Musi saluran terbuka (open channel flow)maupun aliran pipa
Jembatan Ampera sampai dengan Pulau Kemaro (Pasar (pipe flow). Perbedaannya adalah pada aliran saluran
16 Ilir merupakan awal dari potongan yang ditinjau). terbuka harus memiliki permukaan bebas (free
ISSN: 2355-374X 543 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

surface), sedangkan aliran pipa tidak. Karena pada tambahan daerah sungai meliputi tempat-tempat
aliran pipa air harus mengisi seluruh saluran. kedudukan bangunan persungaian seperti tanggul dan
Permukaan bebas dipengaruhi oleh tekanan udara. Pada daerah-daerah yang harus ditangani bersama dengan
aliran pipa, air yang terkurung dalam saluran tertutup daerah sungai yang diuraikan di atas.
tidak terpengaruh secara langsung dengan tekanan Dalam perjalanannya dari hulu menuju hilir,
udara, kecuali tekanan hidrolik. aliran sungai secara berangsur-angsur menyatu dengan
Meskipun kedua jenis aliran itu hampir sama, banyak sungai lainnya. Penggabungan ini membuat
penyelesaian masalah aliran pada saluran terbuka jauh tubuh sungai menjadi semakin besar. Apabila suatu
lebih sulit dibandingkan dengan saluran pipa. Kondisi sungai mempunyai lebih dari dua cabang, maka sungai
aliran pada saluran terbuka yang rumit berdasarkan yang daerah pengaliran, panjang dan volume airnya
kenyataan bahwa kedudukan permukaan bebas paling besar disebut sebagai sungai utama (main river).
cenderung berubah sesuai dengan waktu dan ruang, Sedangkan cabang yang lain disebut anak sungai
dan juga bahwa kedalaman aliran, debit, kemiringan (tributary). Suatu sungai kadang-kadang sebelum
dasar saluran dan permukaan bebas terkait satu sama aliran airnya mencapai laut, sungai tersebut
lain. Penampang melintang dalam pipa sudah tertentu, membentuk beberapa cabang yang disebut cabang
yang biasanya bundar. Namun pada saluran terbuka sungai (enfluent).
dapat beragam dari bentuk bundar sampai bentuk yang
tidak teratur. 2.2.2. Geometri Sungai
Geometri sungai adalah alur, palung dan
2.2.1. Pengertian Sungai lembah sungai yang diukur secara vertical dan
Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi horizontal/denah, dimana parameter yang dibutuhkan
tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut berupa panjang, lebar, kemiringan, dan ketinggian
alur sungai. Perpaduan antara alur sungai dan aliran air (elevasi). Pembentukan sungai merupakan suatu proses
di dalamnya disebut sebagai sungai. Proses yang rumit, melibatkan banyak variabel. Secara garis
terbentuknya sungai itu sendiri berasal dari mata air besar merupakan gabungan antara aliran air dengan
yang berasal dari gunung/pegunungan yang mengalir di transportasi sedimen. Sungai sendiri merupakan
atas permukaan bumi. Dalam proses selanjutnya aliran saluran terbuka dengan ukuran geometrik berubah
air ini akan bertambah seiring dengan terjadinya hujan, seiring waktu, tergantung debit, material dasar tebing
karena limpasan air hujan yang tidak dapat diserap serta jumlah dan jenis dari sedimen yang diangkut oleh
bumi akan ikut mengalir ke dalam sungai, air. Di dalam perencanaan saluran dikenal adanya
mengakibatkan terjadinya banjir. Dari pengertian variabel bebas (dependent variable). Variabel bebas
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sungai merupakan masukan yang terdiri dari debit air, debit
adalah saluran drainase yang terbentuk secara alamiah sedimen dan diameter partikel dasar. Lalu variable tak
akibat dari pergerakan air diatas permukaan bumi yang bebas merupakan hasil perhitungan yang terdiri dari
tidak dapat diserap oleh bumi. Jika ditelaah lebih jauh, lebar, kedalaman, kemiringan talud dan kemiringan
disekitar sungai juga terdapat bangunan-bangunan dasar saluran.
pelengkap yang tidak dapat dipisahkan dari sungai,
karena juga berfungsi memperlancar kinerja sungai itu 2.2.3. Morfologi Sungai
sendiri. Dengan kata lain daerah sungai meliputi aliran Sifat-sifat suatu sungai dipengaruhi oleh luas,
air dan alur sungai termasuk bantaran, tanggul, dan dan bentuk daerah pengaliran serta kemiringannya.
areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai. Sebagai Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

ISSN: 2355-374X 544 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

morfologi sungai yang ada, daerah dengan bentuk pada harga bilangan Reynolds yang lebih tinggi,
pegunungan pendek-pendek mempunyai daerah pada jenis aliran ini dimana hampir tidak terdapat
pengaliran yang tidak luas dan kemiringan dasarnya garis edar tertentu yang dapat dilihat.
besar. Sebaliknya daerah dengan kemiringan dasarnya 2. Aliran Kritis, Subkritis dan Superkritis
kecil biasanya mempunyai daerah pengaliran yang Aliran itu dikatan kritis apabila bilangan Froude
luas. Hal-hal yang berkaitan erat dengan morfologi sama dengan satu (Fr=1), dan aliran disebut
sungai antara lain bentuk aliran, dimensi aliran, bentuk subkritis (aliran tenang) apabila Fr<1 dan
badan aliran, kemiringan saluran, daya tampung, dan Superkritis apabila Fr>1, sedangkan aliran cepat
sifat alirannya. Adapun pengaruh dari morfologi sungai (rapid flow) dan aliran mengerem (shooting flow)
ini berkaitan dengan keadaan pola aliran sungai. juga digunakan untuk menyatakan aliran
Kenampakan pola aliran dapat menunjukkan superkritis.
suatu bentuk permukaan bumi, misalnya daerah 3. Aliran Tetap dan Tidak Tetap
gunung api atau muka bumi yang terbentuk akibat Aliran tetap terjadi apabila kedalaman, debit dan
patahan. Suatu pola aliran sungai tidak selalu kecepatan rata-rata pada setiap penampang tidak
merupakan dalam satu DAS. berubah menurut waktu. Aliran tidak tetap terjadi
apabila kedalaman, debit dan kecepatan rata-rata
2.2.4. Aliran Sebagai Saluran Terbuka pada setiap penampang berubah menurut waktu .
Aliran melalui saluran terbuka adalah saluran 4. Aliran Seragam dan Tidak Seragam
dimana air mengalir dengan muka bebas serta tekanan Aliran disebut seragam apabila berbagai variabel
di permukaan air adalah sama (tekanan atmosfir). aliran seperti kedalaman, tampang basah,
Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit kecepatan dan debit di sepanjang saluran adalah
berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan konstan. Demikian juga sebaliknya aliran tidak
yang bebas cenderung berubah sesuai waktu dan ruang, seragam itu terjadi apabila variabel aliran tersebut
dan juga bahwa kedalaman aliran, debit dan permukaan tidak konstan.
bebas adalah tergantung sama lain. Kondisi fisik
saluran terbuka jauh lebih bervariasi dibandingkan Berdasarkan sifat aliran, Aliran viskos dapat
dengan pipa. Kombinasi antara perubahan setiap dibedakan menjadi dua tipe yaitu aliran laminer dan
parameter saluran akan mempengaruhi kecepatan yang turbulen. Dalam aliran laminer partikel-partikel zat cair
dimana kecepatan tersebut akan menentukan keadaan bergerak teratur mengikuti lintasan yang saling sejajar.
dan sifat aliran. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan/atau
Aliran saluran terbuka dapat diklasifikasikan kekentalan besar. Pengaruh kekentalan adalah sangat
menjadi berbagai jenis dan diuraikan dengan berbagai besar sehingga dapat meredam gangguan yang dapat
cara. Berikut adalah beberapa jenis aliran pada saluran menyebabkan aliran menjadi turbulen. Dengan
terbuka: berkurangnya kekentalan dan bertambahnya kecepatan
1. Aliran Laminer dan Turbulen aliran maka pada suatu batas tertemu akan
Aliran laminer ditandai dengan lintasan partikel menyebabkan terjadinya perubahan aliran dari laminar
fluida sepanjang lintasan yang halus dan ke turbulen. Aliran turbulen gerak partikel-partikel zat
membentuk lapisan-lapisan tertentu. lintasan cair tidak teratur. Aliran ini terjadi apabila kecepatan
partikel yang berurutan mengikuti lintasan yang besar dan kekentalan zat cair kecil.
benar. Aliran Turbulen ditandai dengan campuran Pada tahun 1884 Osborne Reynolds melakukan
antara lapisan-lapisan fluida yang berbeda terjadi percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat aliran laminar

ISSN: 2355-374X 545 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

dan turbulen. Berdasarkan pada percobaan aliran di mempengaruhi aliran disebelah hulu. Apabila
dalam pipa, Reynolds menetapkan bahwa untuk kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang
bilangan Reynolds dibawah 500, aliran pada kondisi terjadi tidak menjalar kehulu maka aliran adalah super
tersebut adalah laminar. Aliran akan turbulen apabila kritis. Dalam hal ini kondisi di hulu akan dipengaruhi
bilangan Reynolds lebih besar 1000. Pada umumnya aliran disebelah hilir. Penentuan tipe aliran dapat
tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, didasarkan pada nilai angka Froude ( Fr ) . Aliran
karena kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif adalah sub kritis apabila Fr<1, kritis apabila Fr = 1,
besar. dan super kritis apabila Fr > 1. (Bambang,2003)

Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini : Jika F < 1 aliran bersifat subkritis,dalam


keadaan ini peranan gaya tarik bumi lebih menonjol,


Re = ........................................... (Persamaan II.1) dan bila F > 1, aliran bersifat superkritis, gaya inersia

Dimana : yang sangat menonjol, sehingga aliran mempunyai

Re : Bilangan Reynolds kecepatan tinggi dan cepat.

V : Kecepatan Aliran ()


Bilangan Froude
D : Panjang Karakteristik (m)

: Viskositas (
)

 Fr =

............................... (Persamaan II.2)
Adapun menurut J.K.Robert aliran fluida khususnya air
Dimana :
diklasifikasikan berdasarkan perbandingan antara gaya-
gaya inersia (inertial forces) dengan gaya-gaya akibat Fr : Bilangan Froude
: Kecepatan Aliran ()
kekentalan (viscous forces) menjadi tiga bagian, yaitu
V
: Percepatan Gravitasi (
 )
aliran laminar, aliran transisi dan aliran turbulen. Jadi
g
untuk saluran terbuka alami (sungai) untuk masing-
y : Panjang Karakteristik/Kedalaman (m)
masing jenis aliran diklasifikasikan sebagai berikut,
menurut J.K.Robert:
2.3. Perhitungan Debit atas Dasar Pengukuran
Laminer : Re < 500
Aliran sungai yang mengalir pada waktu yang
Transisi : 500 < Re < 12500
sama, pasti akan terdapat persamaan kontinuitas
Turbulen : Re > 12500
didalamnya, yang dimana debit masuk itu setara
Umumnya pada saluran terbuka mempunyai Re >
dengan debit yang keluar. Hal ini memungkinkan
12500 sehingga aliran termasuk dalam kategori aliran
dimana variasi kecepatan akan mengikuti memenuhi
turbulen (Robert J. Kodoatie.,2002)
luasan permukaan basah dari suatu saluran. Singkat
Selain itu aliran melalui saluran terbuka juga cerita jika kecepatan awal itu tinggi maka berdampak
dapat dibedakan menjadi aliran sub kritis (mengalir) pada luas saluran keluar begitupun sebaliknya.
dan super kritis (meluncur). Diantara kedua tipe
Azas kontiniutas
tersebut aliran adalah kritis. Aliran disebut sub kritis
apabila suatu gangguan (misalnya batu dilemparkan Qmasuk = Qkeluar ........................... (Persamaan II.3)

kedalam aliran sehingga menimbulkan gelombang) V1.A1 = V2.A2 ............................... (Persamaan II.4)

yang terjadi di suatu titik pada aliran dapat menjalar Dimana :


kearah hulu. Aliran sub kritis dipengaruhi oleh kondisi Qmasuk = debit aliran masuk
hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan Qkeluar = debit aliran keluar

ISSN: 2355-374X 546 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

V1 = kecepatan aliran masuk Kekasaran saluran dapat menyebabkan pertambahan


V2 = kecepatan aliran keluar kelengkungan kurva distribusi kecepatan vertikal. Pada
A1 = luas saluran ketika aliran masuk tikungan, kecepatan meningkat pada bagian cembung,
A2 = luas saluran ketika aliran keluar menimbulkan gaya sentrifugal pada aliran. Gerak
melingkar pada saluran yang melengkung merupakan
Mengingat bentuk palung dan alur sungai yang
gejala yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan.
berubah-ubah, maka dalam pemilihan lokasi
pengukuran debit harus dipertimbangkan pengaruh
3. METODOLOGI
pola aliran dalam palung sungai. Besarnya debit
Metodologi penelitian dipakai dalam penulisan
dihitung menurut rumus Velocity Area Method :
tugas akhir ini adalah untuk menganalisis distribusi
Q = A x V .................................... (Persamaan II.5) kecepatan aliran pada sungai Musi (Ruas Jembatan
Ampera samapi dengan Pulau Kemaro).
Dimana :

Q : Debit (
)

3.1. Studi Pustaka
A : Luas Penampang Basah (m2)
Tahap studi pustaka yaitu mengumpulkan dan
V : Kecepatan Rata-rata ()
mempelajari bahan-bahan yang berhubungan dengan
2.4. Distribusi Kecepatan pada Penampang Saluran masalah-masalah yang akan dibahas. Bahan-bahan
Kecepatan aliran tidak sama sepanjang tubuh tersebut berupa bahan yang didapat dari jurnal-jurnal
kanal sungai hal ini tergantung dari bentuk, kekasaran yang telah diseminarkan, tulisan-tulisan ilmiah, diktat-
kanal sungai dan pola sungai. Kecepatan terbesar diktat, buku-buku maupun internet beserta studi
terletak pada bagian tengah kanal dan bagian atas dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang
bagian terdalam kanal yang jauh dari seretan friksional diteliti dan informasi yang menunjang.
pada bagian dinding dan dasar kanal.
Pada sungai berkelok, zona kecepatan maksimum 3.2. Studi Lapangan
berada pada bagian luar kelokan dan zona kecepatan Teknik pengamatan ini didasarkan atas
minimum berada pada bagian dalam kelokan. Pola ini pengalaman secara langsung. Dalam studi lapangan ini
sebagai penyebab penting terjadinya erosi secara lateral terdiri dari dua langkah atau metode yang dilakukan
pada kanal sungai dan migrasi pola sungai. yaitu :
Dengan adanya suatu permukaan bebas dan a. Pra Survey
gesekan di sepanjang dinding saluran, maka kecepatan Pra survey adalah suatu metode yang dilakukan
dalam saluran tidak terbagi merata dalam penampang dengan mempersiapkan untuk mencari tempat atau
saluran. Kecepatan maksimum dalam saluran biasanya lokasi yang akan dijadikan objek penelitian dan
terjadi di bawah permukaan bebas sedalam 0,05 sampai pengambilan sampel dengan meninjau langsung ke
0,25 kali kedalamannya, makin dekat ketepi bearti lapangan. Kalibrasi alat juga diperlukan saat pra
makin dalam dan mencapai maksimum. survey agar mengecek keakuratan alat.
Distribusi kecepatan pada penampang saluran b. Survey
juga tergantung pada faktor-faktor lain, seperti bentuk Langkah ini merupakan peninjauan langsung ke
penampang yang tidak lazim, kekasaran saluran dan lokasi penelitian yang berguna untuk mendapatkan
adanya tekukan-tekukan. Pada arus yang lebar, deras informasi dan data tentang objek yang akan diteliti.
dan dangkal atau saluran yang sangat licin kecepatan Informasi dan data tersebut meliputi lokasi
maksimum sering terjadi di permukaan bebas.

ISSN: 2355-374X 547 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

penelitian, kedalaman, lebar sungai dan lain-lain. dari luasan pada potongan. Setelah perhitungan
Survey ini tidak hanya dilakukan satu kali saja. tersebut, maka didapat data kecepatan dilapangan akan
didapatkan nilai debit aliran sungai pada waktu
3.3. Pengumpulan Data Secara Primer dan tertentu.
Sekunder Setelah semua data-data yang diperlukan sudah
Metode pengumpulan data primer adalah metode didapatkan, kemudian akan dilakukan pengolahan data
data yang didapat langsung dari lapangan dengan cara sebelum melakukan perhitungan atau pembahasan
peninjauan langsung ke lokasi penelitian. Data – data lebih lanjut. Lalu memplot hasil dari pengukuran lebar
primer diperoleh berupa kecepatan aliran, kedalaman sungai dan kedalaman sungai sehingga gambaran dari
sungai, penampang melintang sungai, suhu, sampel bentuk dasar sungai di setiap penampang melintang
sedimen, dan foto-foto dokumentasi. dapat diketahui. Untuk mempermudah proses
Metode pengumpulan data secara sekunder ialah pengolahan data, maka dilakukan pengolahan data
metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data dengan bantuan Microsoft Excel dibutuhkan dalam
dari sumber-sumber lain. Data – data sekunder berupa pembuatan model saluran dengan menggunakan
peta topografi sungai dari google earth dan lebar program Surfer.
Sungai.
Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan 3.3.6. Pembahasan
pengolahan data berikut : Hasil dari analisa data tersebut didapatkan
1. Kedalaman sungai keadaan distribusi kecepatan serta jenis aliran pada
Kedalaman sungai diperlukan untuk melakukan permukaan sungai di setiap potongan yang telah
perhitungan. Data kedalaman sungai diperoleh dengan ditentukan saat penyusunan hasil perhitungan. Lalu
melakukan pengukuran di lapangan dengan bersama data kecepatan yang didapat dilapangan akan
menggunakan alat echo sounder. Pengambilan data didapatkan nilai debit aliran sungai pada waktu
kedalaman dasar Sungai di lakukan pada titik yang di tertentu. Pada akhirnya mendapatkan keadaan
tentukan. distribusi kecepatan serta jenis aliran pada permukaan
2. Penampang Melintang sungai sungai di setiap potongan yang telah ditentukan saat
Penampang melintang sungai diperlukan untuk penyusunan hasil perhitungan.
melakukan perhitungan. Data penampang melintang
diperoleh setelah melakukan pengukuran lebar sungai
dan kedalaman sungai, dengan cara memplot hasil
pengukurannya.
3. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran diperlukan untuk melakukan
perhitungan. Data Kecepatan aliran diperoleh dengan
menggunakan alat current meter yang digunakan pada
setiap bagian penampang melintang sungai.

3.4. Analisis Data


Data-data yang didapat dari pekerjaan lapangan
yaitu berupa data primer dan data sekunder dianalisis
dengan melakukan metode perhitungan yang dimulai
ISSN: 2355-374X 548 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

Gambar IV.2. Grafik kedalaman terhadap jarak pada


potongan melintang 1

Gambar IV.3. Grafik kecepatan terhadap jarak pada


potongan melintang 1

Data yang didapatkan dari lapangan yang mewakili


bagian (1) ini. Diketahui pada potongan melintang 1
(titik tinjau 3) :
Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian
Luas daerah titik tinjau 3

4. HASIL DAN PEMBAHASAN (159 m – 106 m) x 19,6 m = 1038,8 m2

4.1. Analisis Perhitungan Debit aliran pada daerah titik 3


Q = VxA
= 0,578 m2/s x 1038,8 m2 = 600,43 m3/s

Bilangan Froude

Fr =

, 
Gambar IV.1. Potongan Melintang pada daerah Fr = = 0,041705
,
  , 
Jembatan Ampera sampai P.Kemaro
Bilangan Reynolds
Pada analisis perhitungan ini penulis menjadikan Suhu = 29 oC
acuan potongan dari tiga bagian awal yaitu lurus, V = 0,578 m/s
kelokan, dan setelah kelokan. Satu potongan melintang D = 19,6 m
setiap bagian dijadikan acuan data perhitungan karena
Kekentalan kinematis tergantung pada suhu suatu
terdapat kedalaman dan kecepatan paling tinggi
fluida. Kekentalan kinematis dapat dihitung dengan
dibandingkan dengan potongan melintang yang lain
rumus ν = (1,14-0,031( T° -15) + 0,00068 (T° – 15)2 )
pada bagian masing-masing bagian.
10-6

ISSN: 2355-374X 549 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

ν = (1,14-0,031( T° -15) + 0,00068 (T° – 15)2 ) 10-6 Q = VxA


= 0,429 m2/s x 1824 m2 = 782,5 m3/s
2 -6
= (1,14-0,031( 29° -15) + 0,00068 (29° – 15) ) 10
Bilangan Froude

-6 2
= 0,8429 x 10 m /s
Fr =

Dengan persamaan rumus maka didapat Angka ,  


Fr = = 0,030420
,
  , 
Reynolds :

 Bilangan Reynolds
Re =
ν
Suhu = 28,1 oC
,  ,  V = 0,429 m/s
= 
,    

D = 22,8 m

= 134986236,58 Dengan persamaan rumus maka didapat Angka

Disini terlihat bahwa Bilangan Froude serta Bilangan Reynolds :

Reynolds yang dapat diketahui adalah Fr < 1 (subkritis) 


Re =
dan Re >12500 (turbulen) ν

,   , 
= 
,   


= 11499247,35

Disini terlihat bahwa Bilangan Froude serta Bilangan


Reynolds yang dapat diketahui adalah Fr < 1 (subkritis)
Gambar IV.4. Grafik kedalaman terhadap jarak pada
dan Re >12500 (turbulen)
potongan melintang 7

Gambar IV.4. Grafik kedalaman terhadap jarak pada


potongan melintang 13

Gambar IV.5. Grafik kecepatan terhadap jarak pada


potongan melintang 7

Data yang didapatkan dari lapangan yang mewakili


bagian (2) ini. Diketahui pada potongan melintang 7
(titik tinjau 1) :

Luas daerah titik tinjau 1 Gambar IV.7. Grafik kecepatan terhadap jarak pada

(120 m – 40 m) x 22,8 m = 1824 m2 potongan melintang 13

Debit aliran pada daerah titik 1

ISSN: 2355-374X 550 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

Data yang didapatkan dari lapangan yang mewakili Gambar IV.8. Grafik Fr Aliran Sungai Musi (Jembatan
bagian (3) ini. Diketahui pada potongan melintang 13 Ampera – Pulau Kemaro)
(titik tinjau 5) :

Luas daerah titik tinjau 5


(411,3 m – 319,9 m) x 17,8 m = 1626,92 m2

Debit aliran pada daerah titik 5


Q = VxA
= 0,414 m2/s x 1626,92 m2 = 673,54 m3/s

Bilangan Froude

Fr =

, 
Fr = = 0,031346 Gambar IV.9. Grafik Re Aliran Sungai Musi (Jembatan
,
  , 
Ampera – Pulau Kemaro)
Bilangan Reynolds
Program Surfer
Suhu = 27 oC
V = 0,414 m/s
D = 17,8 m

Dengan persamaan rumus maka didapat Angka


Reynolds :


Gambar IV.10. Kontur kedalaman dasar aluran dalam 2
Re =
ν Dimensi

,  , 
= 
,   


= 8466596,17

Disini terlihat bahwa Bilangan Froude serta Bilangan


Reynolds yang dapat diketahui adalah Fr < 1 (subkritis)
dan Re >12500 (turbulen) Gambar IV.11. Pola kecepatan aliran

Pada penggambaran layout terlihat perbedaan


warna yang terlihat jelas pada awal perpotongan yaitu
berwarna merah pada tengah saluran (titik tinjau 3),
lalu ketika mulai memasuki tikungan warna merah
beralih kesisi luar tikungan (titik tinjau 1) dan pada
potongan yang terakhir hanya terlihat warna kuning
pekat pada sisi Ulu (titik tinjau 8-9) dan menjadi hijau
pada sisi Ilir (titik tinjau 1-2). Setelah dianalisis maka
diketahui bahwa debit aliran pada potongan 1 tidak
memiliki nilai yang sama pada potongan terakhir hal
ini disebabkan secara geometri, penampang melintang
ISSN: 2355-374X 551 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol.2.No.3,September 2014
Junaidi,F.F.: Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau
Kemaro)

sungai musi pada ruas ini memiliki beberapa anak tinjau 1) dan pada potongan yang terakhir terlihat
sungai sehingga terjadi perubahan debit yaitu 2109,91 warna kuning pekat pada sisi Ulu (titik tinjau 8)
3 3
m /s menjadi 2520,67 m /s dan menjadi hijau pada sisi Ilir (titik tinjau 3).
5. Dari Bilangan Reynolds dan Bilangan Froude
5. KESIMPULAN yang didapat. Jenis aliran pada seluruh potongan
5.1. Kesimpulan sungai ini adalah turbulen karena Re > 12500 dan
Berdasarkan hasil perhitungan dan penelitian merupakan jenis aliran subkritis karena Fr < 1.
data yang didapat pada Sungai Musi (Ruas Jembatan Namun setiap potongan memiliki variasi dari nilai
Ampera sampai dengan Pulau Kemaro) maka diambil Bilangan Froude dan Reynolds tersebut.
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada bagian 1 (bagian lurus), yang ditujukan pada UCAPAN TERIMA KASIH
potongan melintang 1 yang bertempat pada Pasar Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. H.
16 Ilir. Distribusi kecepatan maksimum terletak Arifin Daud MT. dan Ir. H. Sarino MSCE.. atas
pada titik tinjau ke-3 yaitu ditengah-tengah bantuan dan masukannya untuk penelitian.
saluran. Sebaliknya, semakin mendekati tepi
saluran maka nilai kecepatan semakin kecil DAFTAR PUSTAKA
karena dipengaruhi oleh gaya gesek pada dinding Anasiru, Triyanti. 2005. Analisa Perubahan Kecepatan
saluran. Aliran pada Muara Sungai Palu, Jurnal
2. Pada bagian 2 (tikungan), yang ditujukan pada SMARTek. Vol. 3 No. 2, Palu.
potongan melintang 7 yang berlokasi pada Chow, Ven Te. 1959, Open Channel Hydraulics.
Pelabuhan Boom Baru. Distribusi kecepatan Kogakusha Company, Tokyo.eb
maksimum terletak pada tikungan luar Karnisah, Iin. 2010. Hidrolika Terapan Saluran
penampang yaitu pada titik tinjau ke-1. Hal ini Terbuka. Politeknik Negeri Bandung.
diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal pada Kodoatie, Robert J. 2002, Hidrolika Terapan Aliran
tikungan dan terjadinya sedimentasi pada Pada Saluran Terbuka dan Pipa, Andi,
tikungan dalam pada sekitar daerah Pelabuhan Yogyakarta.
Boom Baru. Mustain, Mahmud. 2011. Mekanika Fluida. ITPRESS,
3. Pada bagian 3 (setelah tikungan). distribusi Surabaya.
kecepatan maksimum terletak pada titik tikungan Rijn, Leo. C. Van. 1992. Principles of Fluidflow and
luar penampang (titik tinjau 1). Hal ini Surface Waves in Rivers, Estuaries, Seas, and
diakibatkan karena adanya gaya sentrifugal pada Oceans. Aqua Publications.
tikungan dan terjadinya sedimentasi pada Sari, Marmah Permata. Distribusi Kecepatan Aliran
tikungan dalam saluran. Perlahan menuju sisi pada Tikungan Sungai Akibat Variasi Debit dan
kanan (titik tinjau 5), penampang saat memasuki Waktu (Kajian Laboratorium). Arsip Laporan
akhir dari bagian (3) ini sekaligus akan mulainya Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas
percabangan akibat adanya Pulau Kemaro. Sriwijaya. 2013.
4. Pada penggambaran layout terlihat perbedaan Triatmojo, Bambang. 2008. Hidraulika II, Beta Offset :
warna yang terlihat jelas pada awal perpotongan Yogyakarta.
yaitu berwarna merah pada tengah saluran (titik Umar, Sri Nurwahyuni. 2013. Studi Experimen
tinjau 3), lalu ketika mulai memasuki tikungan Distribusi Kecepatan Aliran Sungai, Jurnal Bhs.
warna merah beralih kesisi luar tikungan (titik Indonesia (D11108882), Makasar.
ISSN: 2355-374X 552 Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol.2.No.3,September 2014

You might also like