Professional Documents
Culture Documents
para remaja bermain dan bahkan meluangkan banyak waktunya untuk ini, Ya, akulah salah
satunya. Aku sudah lama sekali aku kecanduan Game Online in, bahkan aku mampu
menghabiskan banyak sekali waktu ku untuk hal satu ini. Kamarku pun sudah sangat berantakan
tak terawat, tumpukan bekas mie instant dan sampah-sampah lainnya aku kumpulkan di sudut
kamar, gorden jendela pun tak pernah kubuka sehingga menambah kesan kumuh akan kamarku.
Kenapa kau tak membersihkan kamarmu? Ya tentu saja karena aku tidak perduli tentang hal itu,
yang kupedulikan hanya satu Game Online-ku. Sudah beberapa hari ini aku sama sekali tidak
meninggalkan bangku depan layar komputerku ini demi mendapatkan benda legendaris yang ada
di game online ini, bahkan aku telah sering kali untuk lupa makan dan minum demi barang yang
satu ini. Well, setidaknya dua tetangga apartemen ku tidak pernah mengusikku dan tidak pernah
mengeluh tentang hobiku yang satu ini. Ya, aku tinggal di sebuah apartmen di tengah kota dan
aku hanya memiliki dua orang tetangga di kanan dan kiri. Ngomong-ngomong soal dua
tetanggaku ini, mereka adalah orang yang sibuk sampai-sampai jarang sekali bagi mereka untuk
pulang ke apartment, haha sangat berbeda sekali denganku yang hampir selalu meluangkan
Suatu malam Game Online yang biasa aku mainkan “The Revenge” tengah menggelar
sebuah event tahunan tentu saja aku tak mau kalah mengenang ini adalah event tahunan untuk
memperingati ulang tahun “The Revenge”. Event yang di selenggarakan adalah sebuah event
monster hunt atau perburuan monster yang bisa di lakukan oleh satu party atau kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 12 orang dan aku sendiri sudah memiliki kelompok dari teman-teman
dalam game ini. Saat tengah asik menjalankan misi monster hunt tiba-tiba aku mendengar suara
benturan yang sangat keras, awalnya aku pikir suara tersebut berasal dari game yang kumainkan
namun saat aku melihat dinding kamar yang ada di belakangku, aku bisa melihat sebuah lubang
besar dan aku lihat ada sebuah tangan diantara tumpukan reruntuhan dinding kamarku. Sejenak
aku meninggal kan gameku dan berusaha mendekati tangan tersebut sambil bergumam marah
karena telah menggangguku di saat aku bermain game. Langkahku terhenti seenak ketika aku
melihat darah mengalir dari reruntuhan tersebut, “apakah dia sudah meninggal” pikirku dalam
hati. Aku menengok kearah ruang kamar tetanggaku dan aku melihat sesosok mahluk yang
sedikit membungkuk dan memiliki lengan yang besar. Aku menjauh dari reruntuhan tersebut dan
mulai memperhatikan dengan jelas kearah mahluk di ruang sebelah. Perlahan aku mendekati
ruang tersebut dan sedikit demi sedikit sosok tersebut mulai terlihat jelas “seekor
gorilla???kenapa seekor gorilla ada di apartementnya?” seruku dalam hati. Tanpa tersadar sudah
berdiri seorang pria di sebelahku dan memengang bahuku. Ketika ia memegang bahuku seketika
badanku terasa berat dan aku ambruk ke lantai. Aku melihat pria tersebut nampak memeriksa
tubuh yang berada di bawah tumpukan reruntuhan tembok. “Cepatlah kau ambil mahluk
tersebut!” seru sang gorilla, “apa???bagaimana mungkin gorilla tersebut bicara?”pikirku dalam
hati. Aku lihat pria tersebut nampak membuka sebuah buku hitam yang cukup tebal sambil
merpalkan mantera, ku lihat tubuh yang berada di reruntuhan tersebut nampak memancarkan
cahaya dan cahaya tersebut melesat masuk kedalam buku. “Misi selesai” kata pria tersebut, “lalu
apa yang harus kita lakukan kepada dia” kata sang gorilla sambil menunjuk ke arahku, “kita
bawa ke markas, biar mereka yang mengurus dia” kata si pria sambil mengeluarkan sebuah kunci
perak yang memiliki hiasan yang sangat aneh. Pria tesebut mengangkat kunci tersebut
kedepannya dan memutar kunci tersebut di tengah udara, tiba2 segaris cahaya keluar dan
membuka sebuah pintu seperti pintu dimensi di cerita-cerita fiksi yang pernah kubaca namun kali
ini sangat nyata. Gorilla tersebut datang kepadaku dan mengankat tubuhku yang tak bisa
bergerak dan membawaku masuk kedalam pintu tersebut. Sesaat sebelum aku memasuki pintu
dimensi tersebut pria itu sekali lagi merapalkan mantera dan menutup mataku, dan yang terjadi
adalah aku tidak bisa membuka mataku dan aku tak bisa mendengar apapun yang ada
disekitarku.
Dingin mulai menusuk tulangku dan membuatku terbangun dari pingsanku lalu kucoba
untuk membuka mata namun cahaya yang menyilaukan seolah melawan kehendakku, kupaksa
mataku untuk terbuka sedikit demi sedikit. Aku melihat sebuah dinding putih yang di tengahnya
ada sebuah ukiran bertuliskan “Agen Pengendalian dan Pertahanan Homonculus (APPH)” dan
tepat diatas tulisan tersebut terdapat lambang burung hantu yang merentangkan sayapnya. aku
coba untuk bangkit dari posisiku yang terlentang di atas kasur kecil, lalu aku mencoba berjalan
kearah pintu yang berada tepat di samping ukiran tersebut. Kucoba untuk membuka pintu
tersebut namun sepertinya pintu tersebut telah terkunci. Tak lama kemudian aku mendengar
suara orang yang sedang asik berbincang dan aku memutuskan untuk berteriak “hoiii… apa ada
orang? Tolong keluarkan aku dari ruangan ini!!!” suara langkah kaki mulai mendekat dengan
perlahan dan aku lihat daun pintu depanku mulai bergerak, akupun memutuskan untuk mundur
dari posisiku sambil berjaga-jaga siapa yang akan keluar dari pintu tersebut. Pintu perlahan mulai
terbuka dan aku melihat sesosok mahluk berdiri tegak dan mahluk tersebut cukuplah tinggi,
mungkin sekitar 230cm karena jika di bandingkan dengan tinggiku yang 170 tingginya tampak
jauh berbeda dariku. Perlahan sosok tersebut pun mulai jelas dan dia mulai berbicara. “Apakah
kau baik-baik saja?” tanyanya ,namun aku tak menjawab aku mulai memfokuskan mataku kea
rah sosok tersebut dan benar-benar aneh setelah aku melihat gorilla yang berbicara maka yang ini
adalah keanehan kedua kali ini, dia nampak seperti manusia namun dia tidak memiliki mulut di
wajahnya. “Bagaimana dia bisa bicara?”tanyaku dalam hati, “kau baik-baik saja?” tanyanya
sekali lagi, namun kali ini aku memutuskan untuk menjawab pertanyaannya “aku baik-baik saja,s
siapa kau?lalu di mana aku?”tanyaku, “Mereka memanggilku “The Silent One”,kami adalah
agen pemerintah yang melindungi manusia dari homunculus dan kau tengah berada di salah satu
kantor cabang kami” jawabnya, sentak saja aku bertanya “apa itu homunculus?”, “homunculus
adalah mahluk ciptaan dari ilmuwan yang tak bertanggung jawab dan sejak abad ke -19 para
mafia sudah mulai menggunakan homunculus untuk menyerang pemerintahan” jawabnya. “Lalu
apa yang kau ingikan dariku? kenapa kau bawa aku disini?”, dia tidak menjawab sama sekali dan
dia berjalan perlahan kearah kursi satu-satunya di ruangan tersebut. “Tak ada yang kami
inginkan darimu, tapi kau hanya punya dua pilihan, mati atau kau bergabung dengan kami.”