You are on page 1of 4

Akhir-Akhir ini di Indonesia telah marak sekali dengan adanya Game Online, tak sedikit

para remaja bermain dan bahkan meluangkan banyak waktunya untuk ini, Ya, akulah salah

satunya. Aku sudah lama sekali aku kecanduan Game Online in, bahkan aku mampu

menghabiskan banyak sekali waktu ku untuk hal satu ini. Kamarku pun sudah sangat berantakan

tak terawat, tumpukan bekas mie instant dan sampah-sampah lainnya aku kumpulkan di sudut

kamar, gorden jendela pun tak pernah kubuka sehingga menambah kesan kumuh akan kamarku.

Kenapa kau tak membersihkan kamarmu? Ya tentu saja karena aku tidak perduli tentang hal itu,

yang kupedulikan hanya satu Game Online-ku. Sudah beberapa hari ini aku sama sekali tidak

meninggalkan bangku depan layar komputerku ini demi mendapatkan benda legendaris yang ada

di game online ini, bahkan aku telah sering kali untuk lupa makan dan minum demi barang yang

satu ini. Well, setidaknya dua tetangga apartemen ku tidak pernah mengusikku dan tidak pernah

mengeluh tentang hobiku yang satu ini. Ya, aku tinggal di sebuah apartmen di tengah kota dan

aku hanya memiliki dua orang tetangga di kanan dan kiri. Ngomong-ngomong soal dua

tetanggaku ini, mereka adalah orang yang sibuk sampai-sampai jarang sekali bagi mereka untuk

pulang ke apartment, haha sangat berbeda sekali denganku yang hampir selalu meluangkan

banyak waktunya untuk mengurung diri di kamar apartmen.

Suatu malam Game Online yang biasa aku mainkan “The Revenge” tengah menggelar

sebuah event tahunan tentu saja aku tak mau kalah mengenang ini adalah event tahunan untuk

memperingati ulang tahun “The Revenge”. Event yang di selenggarakan adalah sebuah event

monster hunt atau perburuan monster yang bisa di lakukan oleh satu party atau kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 12 orang dan aku sendiri sudah memiliki kelompok dari teman-teman

dalam game ini. Saat tengah asik menjalankan misi monster hunt tiba-tiba aku mendengar suara

benturan yang sangat keras, awalnya aku pikir suara tersebut berasal dari game yang kumainkan
namun saat aku melihat dinding kamar yang ada di belakangku, aku bisa melihat sebuah lubang

besar dan aku lihat ada sebuah tangan diantara tumpukan reruntuhan dinding kamarku. Sejenak

aku meninggal kan gameku dan berusaha mendekati tangan tersebut sambil bergumam marah

karena telah menggangguku di saat aku bermain game. Langkahku terhenti seenak ketika aku

melihat darah mengalir dari reruntuhan tersebut, “apakah dia sudah meninggal” pikirku dalam

hati. Aku menengok kearah ruang kamar tetanggaku dan aku melihat sesosok mahluk yang

sedikit membungkuk dan memiliki lengan yang besar. Aku menjauh dari reruntuhan tersebut dan

mulai memperhatikan dengan jelas kearah mahluk di ruang sebelah. Perlahan aku mendekati

ruang tersebut dan sedikit demi sedikit sosok tersebut mulai terlihat jelas “seekor

gorilla???kenapa seekor gorilla ada di apartementnya?” seruku dalam hati. Tanpa tersadar sudah

berdiri seorang pria di sebelahku dan memengang bahuku. Ketika ia memegang bahuku seketika

badanku terasa berat dan aku ambruk ke lantai. Aku melihat pria tersebut nampak memeriksa

tubuh yang berada di bawah tumpukan reruntuhan tembok. “Cepatlah kau ambil mahluk

tersebut!” seru sang gorilla, “apa???bagaimana mungkin gorilla tersebut bicara?”pikirku dalam

hati. Aku lihat pria tersebut nampak membuka sebuah buku hitam yang cukup tebal sambil

merpalkan mantera, ku lihat tubuh yang berada di reruntuhan tersebut nampak memancarkan

cahaya dan cahaya tersebut melesat masuk kedalam buku. “Misi selesai” kata pria tersebut, “lalu

apa yang harus kita lakukan kepada dia” kata sang gorilla sambil menunjuk ke arahku, “kita

bawa ke markas, biar mereka yang mengurus dia” kata si pria sambil mengeluarkan sebuah kunci

perak yang memiliki hiasan yang sangat aneh. Pria tesebut mengangkat kunci tersebut

kedepannya dan memutar kunci tersebut di tengah udara, tiba2 segaris cahaya keluar dan

membuka sebuah pintu seperti pintu dimensi di cerita-cerita fiksi yang pernah kubaca namun kali

ini sangat nyata. Gorilla tersebut datang kepadaku dan mengankat tubuhku yang tak bisa
bergerak dan membawaku masuk kedalam pintu tersebut. Sesaat sebelum aku memasuki pintu

dimensi tersebut pria itu sekali lagi merapalkan mantera dan menutup mataku, dan yang terjadi

adalah aku tidak bisa membuka mataku dan aku tak bisa mendengar apapun yang ada

disekitarku.

Dingin mulai menusuk tulangku dan membuatku terbangun dari pingsanku lalu kucoba

untuk membuka mata namun cahaya yang menyilaukan seolah melawan kehendakku, kupaksa

mataku untuk terbuka sedikit demi sedikit. Aku melihat sebuah dinding putih yang di tengahnya

ada sebuah ukiran bertuliskan “Agen Pengendalian dan Pertahanan Homonculus (APPH)” dan

tepat diatas tulisan tersebut terdapat lambang burung hantu yang merentangkan sayapnya. aku

coba untuk bangkit dari posisiku yang terlentang di atas kasur kecil, lalu aku mencoba berjalan

kearah pintu yang berada tepat di samping ukiran tersebut. Kucoba untuk membuka pintu

tersebut namun sepertinya pintu tersebut telah terkunci. Tak lama kemudian aku mendengar

suara orang yang sedang asik berbincang dan aku memutuskan untuk berteriak “hoiii… apa ada

orang? Tolong keluarkan aku dari ruangan ini!!!” suara langkah kaki mulai mendekat dengan

perlahan dan aku lihat daun pintu depanku mulai bergerak, akupun memutuskan untuk mundur

dari posisiku sambil berjaga-jaga siapa yang akan keluar dari pintu tersebut. Pintu perlahan mulai

terbuka dan aku melihat sesosok mahluk berdiri tegak dan mahluk tersebut cukuplah tinggi,

mungkin sekitar 230cm karena jika di bandingkan dengan tinggiku yang 170 tingginya tampak

jauh berbeda dariku. Perlahan sosok tersebut pun mulai jelas dan dia mulai berbicara. “Apakah

kau baik-baik saja?” tanyanya ,namun aku tak menjawab aku mulai memfokuskan mataku kea

rah sosok tersebut dan benar-benar aneh setelah aku melihat gorilla yang berbicara maka yang ini

adalah keanehan kedua kali ini, dia nampak seperti manusia namun dia tidak memiliki mulut di

wajahnya. “Bagaimana dia bisa bicara?”tanyaku dalam hati, “kau baik-baik saja?” tanyanya
sekali lagi, namun kali ini aku memutuskan untuk menjawab pertanyaannya “aku baik-baik saja,s

siapa kau?lalu di mana aku?”tanyaku, “Mereka memanggilku “The Silent One”,kami adalah

agen pemerintah yang melindungi manusia dari homunculus dan kau tengah berada di salah satu

kantor cabang kami” jawabnya, sentak saja aku bertanya “apa itu homunculus?”, “homunculus

adalah mahluk ciptaan dari ilmuwan yang tak bertanggung jawab dan sejak abad ke -19 para

mafia sudah mulai menggunakan homunculus untuk menyerang pemerintahan” jawabnya. “Lalu

apa yang kau ingikan dariku? kenapa kau bawa aku disini?”, dia tidak menjawab sama sekali dan

dia berjalan perlahan kearah kursi satu-satunya di ruangan tersebut. “Tak ada yang kami

inginkan darimu, tapi kau hanya punya dua pilihan, mati atau kau bergabung dengan kami.”

You might also like