You are on page 1of 13

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran RSUD Ulin Banjarmasin


4.1.1 Demografi RSUD Ulin Bajarmasin
RSUD Ulin adalah Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi kelas A
(berdasarkan SK Menkes No.004/Menkes/SK/1 /2013 tanggal 7
Januari 2013) tentang peningkatan kelas RSUD Ulin Provinsi
Kalimantan Selatan, yang berada dikota Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan.

RSUD Ulin beralamat di Jalan Jenderal A. Yani Km. 1 No. 43


Banjarmasin. RSUD Ulin berdiri di atas lahan seluas 63.920 m2 dan
luas bangunan 55.000 m2 dengan batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Jalan Veteran dan Pemukiman Penduduk,
sebelah timur jalan simpang ulin (rsgm, duta mall), sebelah barat
berbatasan dengan Komplek Veteran dan sebelah selatan berbatasan
dengan Jalan Jenderal A. Yani.

RSUD Ulin berdiri sejak tahun 1943, Renovasi rumah sakit ini
pertama kali pada tahun 1985, bangunan kayu Ulin diganti dengan
konstruksi beton. Tahun 1997 dibangun Ruang Paviliun Aster,
kemudian direnovasi lagi dan dibangun bersama Poliklinik Rawat
Jalan dan Ruang Rawat Inap Aster tahun 2002. Sejak itu RSUD Ulin
terus mengalami berbagai kemajuan fisik secara bertahap sampai
pada kondisi seperti sekarang.
Pada tahun 1995 sampai tahun 2002 berdasarkan Perda 06 Th 1995,
status RSUD Ulin sebagai Unit Swadana. Untuk meningkatkan
kemampuan jangkauan dan mutu pelayanan maka berdasarkan SK
Menkes No. 004/Menkes/SK/I/2013 tanggal 7 Januari 2013 tentang
Peningkatan Kelas RSUD Ulin Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan menjadi Rumah Sakit Umum dengan klasifikasi Kelas A,
serta Kepmendagri No. 445.420-1279 tahun 1999 tentang penetapan
RSUD Ulin sebagai Rumah Sakit Pendidikan Calon Dokter dan
Calon Dokter Spesialis. Dengan demikian tugas dan fungsi RSUD
Ulin selain mengemban fungsi pelayanan juga melaksanakan fungsi
pendidikan dan penelitian. Sejalan dengan upaya desentralisasi maka
berdasarkan Perda No. 9 tahun 2002 status RSUD Ulin berubah
menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Saat ini RSUD Ulin Banjarmasin sudah menjalani Survei Akreditasi


RS: Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Bidang (SK Menkes 2007
YM.01.10/III/1142/07) dan Akreditasi ulang dengan predikat lulus
Penuh 16 Bidang Pelayanan pada tahun 2010.

RSUD Ulin merupakan rumah sakit pusat rujukan di Kalimantan


Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Saat ini sebagai
Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dengan
klasifikasi Kelas A telah ditetapkan sebagai PPK Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) bertahap melalui Keputusan Gubernur
Kalimantan Selatan No.188.44/0456/Kum/2007 tanggal 27
Desember Tahun 2007. PPK-BLUD Penuh melalui Keputusan
Gubernur Kalimantan Selatan No.188.44/0464/Kum/2009. Sebagai
RS-BLUD, RSUD Ulin Banjarmasin mempunyai tugas utama
melaksanakan ”Pelayanan Medik, Pendidikan Kesehatan, Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat”. Adapun tujuannya adalah
terselenggaranya pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
secara efektif dan efisien melalui pelayanan kuratif dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu dengan pelayanan preventif dan
promotif serta pelayanan rujukan, pendidikan, pelatihan dan
penelitian-pengembangan.

4.1.2. Visi dan misi tempat penelitian


4.1.2.1. Visi dan Misi RSUD Ulin Banjarmasin
Visi RSUD Ulin yaitu ”Terwujudnya Pelayanan Rumah
Sakit yang Profesional dan Mampu Bersaing di Masyarakat
Ekonomi ASEAN” mengutamakan mutu pelayanan,
pendidikan dan penelitian serta keselamatan pasien. Dengan
Misi sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan terakreditasi paripurna
yang berorientasi pada kebutuhan dan keselamatan
pasien, bermutu serta terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat,
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, penelitian
dan pengembangan sub spesialalis sesuai kebutuhan
pelayanan kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan
penapisan teknologi kedokteran,
c. Menyelenggarakan manajemen RS dengan kaidah
bisnis yang sehat, terbuka, efisien, efektif, akuntabel
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
d. Menyiapkan SDM, sarana prasarana dan peralatannya
untuk mampu bersaing dalam era pasar bebas ASEAN,
dan
e. Mengelola dan mengembangkan SDM sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan kemampuan Rumah Sakit.
4.1.2.2. Visi dan Misi Ruang Poli Paru RSUD Ulin Banjarmasin
Visi poliklinik paru RSUD Ulin Banjarmasin yaitu
“Terwujud pelayanan profesional dangan hati nurani”
memgutamakan mutu pelayanan , pendidikan dan penelitian
serta keselamatan pasien. Dengan Misi sebagai berikut:

a. Melayani dengan senyum,salam sapa.


b.Memberikan pelayanan tanpa membedakan satus sosial
masyarakat.
c. Meningkatkan profesionalisme dsm sesuai kompetensi.
d.Meningkatkan sarana dan pra sarana pelayanan
e. Menjadikan pusat rujukan.

4.2 Hasil Penelitian


Hasil penelitian yang dilakukan kepada 43 responden yang diambil pada
Juni 2018 dengan karakteristik responden yaitu berdasarkan usia, jenis
kelamin.
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden penelitian terdiri atas usia dan jenis
kelamin, dapat dilihat pada table sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di


RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2018
Usia Frekuensi Persentase (%)
5 11,6
20 - 30 tahun
11 25,6
31 - 40 tahun
19 44,2
41 – 50 tahun
18,6
>50 tahun 8
43 100
Total
Karakteristik responden dalam penelitian ini lebih banyak usia 41 –
50 tahun sebanyak 19 orang (44,2%), Kemudian usia 31 – 40 tahun
sebanyak 11 orang (11,6%), usia >50 sebanyak 8 orang (18,6%) dan
yang terkecil adalah usia 20 – 30 tahun sebayak 5 orang (11,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin


di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2018

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki – laki 16 37,2

Perempuan 27 62,8

Total 43 100

Karakteristik responden dalam penelitian ini lebih banyak responden


berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 orang (62,8%) dan jenis
kelamin laki – laki sebanyak 16 orang (37,2%).

4.2.2 Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
karakerististik setiap variabel. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel. Adapun distribusi frekuensi yang dianlisis dalam penelitian
ini adalah hubungan senam asma dengan derajat asma pada penderita
asma di RSUD Ulin Banjarmasin
4.2.2.1 Mengidentifikasi senam asma di RSUD Ulin Banjarmasin
Hasil analisa deskriptif dari variabel independent yaitu
senam asma di RSUD Ulin Banjarmasin dapat dilihat dari
distribusi yang disajikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 senam Asma Di RSUD Ulin Banjrmasin Tahun
2018.
No Senam f %
1 Teratur 11 25,6
2 Tidak Teratur 20 46,5
3 Tidak Senam 12 27,9
Total 43 100

Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penderita asma yang


smengikuti senam asam dengan kategori tidak teratur
sebanyak 20 orang (46,5%)

4.2.2.2 Mengidentifikasi derajat asma di RSUD Ulin Banjarmasin


Hasil analisa deskriptif dari variabel independent yaitu
senam asma di RSUD Ulin Banjarmasin dapat dilihat dari
distribusi yang disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.4 Derajat Asma Di RSUD Ulin Banjrmasin Tahun


2018.
Derajar Asma Frekuensi Persentase
(%)
Terkontrol
12 27,9
penuh
Terkontrol
19 44,2
sebagian
Tidak
12 27,9
terkontrol
Total 43 100

Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar responden


asma terkontrol sebagian dengan frekuensi 19 responden
(44,2%).
4.2.1 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan senam asma
dengan derajat asma pada penderita asma. Analisis bivariat dalam
penelitian ini menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan
bantuan perangkat lunak komputer.
4.2.1.1 Hubungan senam asma dengan derajat asma pada penderita
asma di RSUD Ulin Banjarmasin

Tabel 4.5 Hubungan Senam Asma Dengan Derajat Asam


Pada Penderita Asma Di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun
2018.
Derajat Asma
Terkontrol Terkntrol Tidak Total
No. Senam
Penuh Sebagian Terkontrol
f % f % f % f %
1 Teratur 3 27,3 7 63,6 1 9,1 11 100
2 Tidak 9 45 7 35 4 20 20
100
Teratur
3 Tidak 0 0 5 41,7 7 58,3 12
100
Senam
Total 43 100
Spearman Rank p:0,01 < 0,05

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa yang tidak melakukan senam asma


makamenunjukkan tingkat derajat asma pada kategori tidak terkontrol
dengan presentasi 58,3% lebih besar daripada yang melakukan senam
asma pada kategori teratur dan tidak teratur. Hasil uji Spearman Rank
menunjukan bahwa ρ = 0,01 < α 0,05 dengan tingkat korelasi 0,386
sehingga dapat di interpretasikan bahwa ada kolerasi rendah antara
senam asma dengan derajat asma pada penderita asma di RSUD Ulin
Banjarmasin.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Senam asma pada pasien asama di RSUD Ulin Banjarmasin
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa penderita asma yang
smengikuti senam asma yang terbanyak adalah dengan kategori tidak
teratur sebanyak 20 orang (46,5%). Ketidakteraturan responden
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun
eksternal. Faktor internal seperti motivasi diri berkontribusi terhadap
ketekunan responden untuk melakukan senam asma. Selain itu untuk
dapat melakukan senam asma secara teratur responden harus benar-
benar mengetahui hasil yang akan diraih setelah melakukan senam
asma. Sejalan dengan penelitian Kähkönen et al., (2015) tentang
gaya hidup sehat pasien dengan penyakit jantung koroner yang
menyatakan bahwa pasien yang termotivasi untuk melakukan
perawatan diri dan mempertimbangkan hasil terapi adalah salah satu
faktor penting untuk mematuhi gaya hidup sehat. Faktor eksternal
yang juga mempengaruhi ketidakteraturan responden untuk
melakukan latihan senam adalah akses yang sulit. Motivasi yang
rendah ditambah sulitnya akses untuk melaukan senam asma
menambah ketidakteraturan responden dalam melakukan senam
asma. Sejalan dengan Debra S. S. Rumengan, (2015) yang
menyatakan bahwa akses pelayanan kesehatan berhubungan dengan
pemanfaatan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan.

Faktor eksternal yang juga berkontribusi atas ketidakteraturan


responden melakukan senam asma adalah sikap petugas kesehatan.
Sikap petugas kesehatan yang kurang ramah dapat menjadi salah
satu penyebab enggannya pasien melakukan senam asma. Sejalan
dengan Fatima, Malik, & Shabbir, (2018) bahwa berdasarkan hasil
temuannya menggambarkan bahwa penyedia layanan kesehatan
swasta berusaha untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih
baik kepada pelanggan mereka. Hasil menegaskan bahwa kualitas
layanan kesehatan yang lebih baik cenderung untuk membangun
kepuasan dan kesetiaan di antara pasien. Aspek kualitas layanan
kesehatan (yaitu lingkungan fisik, petugas yang ramah pelanggan,
daya tanggap, komunikasi, privasi dan keselamatan) berhubungan
positif dengan kesetiaan pasien yang berhubungan dengan kepuasan
pasien. Kesetiaan pasien dapat diartikan bahwa pasien patuh, teratur
dan rutin untuk melakukan rehabilitasi khususnya latihan senam
asma.

4.3.2 Gambaran derajat asma pada penderita asma di RSUD Ulin


Banjarmasin.
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian ini terlihat responden yang
paling banyak adalah asma terkontrol sebagian dengan presentase
44,2%. Melihat data tersebut tentu saja hal ini disebabkan oleh
kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh responden. Hal ini
terlihat dari hasil kuesioner yang menunjukan banyak dari responden
yang hanya melakukan sebagian intervensi dan pergi ke fasilitas
kesehatan serta hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang asma.
Sejalan dengan Liang & Guo, (2015) yang meneliti tentang
pemanfaatan kesehatan oleh imigran desa ke kota, mengungkapkan
bahwa meningkatkan pemanfaatan dan aksesibilitas layanan
kesehatan bagi imigran desa-ke-perkotaan dapat menjamin
kehidupan kesehatan mereka. Hal ini kembali menegaskan bahwa
pemanfaatan layanan kesehatan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang.

4.3.3 Hubungan senam asma dengan derajat asma pada penderita asma di
RSUD Ulin Banjarmasin
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa yang tidak melakukan
senam asma menunjukkan tingkat derajat asma pada kategori tidak
terkontrol dengan presentasi 58,3% lebih besar daripada yang
melakukan senam asma pada kategori teratur dan tidak teratur.
Hasil uji Spearman Rank menunjukan bahwa ρ = 0,01 < α 0,05
dengan tingkat korelasi 0,386 sehingga dapat di interpretasikan
bahwa ada kolerasi rendah antara senam asma dengan derajat asma
pada penderita asma di RSUD Ulin Banjarmasin. Senam asma
merupakan salah satu pilihan olahraga yang tepat bagi penderita
asma karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dan meningkatkan kemampuan bernapas.
Senam asma merupakan salah satu penunjang pengobatan asma,
karena keberhasilan pengobatan asma yang tidak hanya ditentukan
oleh obat yang dikonsumsi, namun juga faktor gizi dan olahraga.
Ada beberapa tujuan dalam senam asma, antara lain melatih cara
bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot
pernapasan, melatih ekspektoratif yang efektif, meningkatkan
sirkulasi, kualitas hidup yang baik (Yunus et al, 2003). Ditinjau
dari manfaat dan tujuannya, senam asma dapat dikategorikan
sebagai olahraga yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan.

Senam asma dilakukan untuk melatih organ paru-paru agar bisa


memiliki kapasitas yang normal. Berbagai gerakan senam bisa
dilakukan untuk menjaga kesehatan, membuat pikiran menjadi
santai dan menghindari penderita dari stress karena stress adalah
salah satu penyebab yang juga dapat memicu serangan asma.
Sejalan dengan penelitian (Heikkinen et al., 2018) tentang efek dari
latihan yang teratur terhadap asma, ditemukan bahwa olahraga
teratur di antara orang dewasa muda meningkatkan kontrol asma
mereka. Dengan demikian, memberi nasihat tentang olahraga harus
direkomendasikan sebagai bagian penting dari manajemen diri
terhadap asma dalam praktek klinis. Mempertegas penelitian
sebelumnya (França-Pinto et al., 2015) mengungkapkan bahwa
pelatihan aerobik mengurangi hiperresponsif bronkus dan sitokin
proinflamasi serum dan meningkatkan kualitas hidup serta
mengurangi asma eksaserbasi pada pasien dengan asma sedang
atau berat. Hasil ini menunjukkan bahwa menambahkan olahraga
sebagai terapi tambahan untuk pengobatan farmakologi dapat
meningkatkan fitur utama asma.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan
yaitu:
4.4.1 Peneliti kesulitan dalam mencari literatur tentang derajat asma, tetapi
peneliti berusaha agar mendapatkan literatur yang terbaik agar
peneliti lainnya dapat membaca dan memahami dengan baik.
4.4.2 Saat penelitian, peneliti menemukan responden yang sama beberapa
kali dalam satu minggu hal ini menyebabkan terbatasnya responden
dalam waktu penelitian.
4.4.3 Penelitian yang dilakukan menggunakan instrumen wawancara,
banyak berbagai faktor yang mempengaruhi kebenaran jawaban
salah satunya di jawab dengan tidak jujur. Namun, peneliti sudah
meminimalkan hal tersebut dangen terlebih dahulu sebelum
menjawab pertanyaan menghimbau agar responden menjawab degan
sejujur-jujurnya.
Daftar Pustaka Baru

Debra S. S. Rumengan, J. M. L. U. G. D. K. (2015) ‘Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta BPJS
Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado’,
JIKMU. Dainihon Teikoku Rikuchi Sokuryōbu, 5(2). Available at:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/view/7180/7388
(Accessed: 9 July 2018).

Fatima, T., Malik, S. A. and Shabbir, A. (2018) ‘Hospital healthcare service


quality, patient satisfaction and loyalty’, International Journal of Quality &
Reliability Management. Emerald Publishing Limited , 35(6), pp. 1195–
1214. doi: 10.1108/IJQRM-02-2017-0031.

França-Pinto, A. et al. (2015) ‘Aerobic training decreases bronchial


hyperresponsiveness and systemic inflammation in patients with moderate or
severe asthma: a randomised controlled trial.’, Thorax. BMJ Publishing
Group Ltd, 70(8), pp. 732–9. doi: 10.1136/thoraxjnl-2014-206070.

Heikkinen, S. A. M. et al. (2018) ‘Effects of regular exercise on asthma control in


young adults’, Journal of Asthma. Taylor & Francis, 55(7), pp. 726–733. doi:
10.1080/02770903.2017.1366510.

Kähkönen, O. et al. (2015) ‘Motivation is a crucial factor for adherence to a


healthy lifestyle among people with coronary heart disease after percutaneous
coronary intervention’, Journal of Advanced Nursing. Wiley/Blackwell
(10.1111), 71(10), pp. 2364–2373. doi: 10.1111/jan.12708.
Liang, Y. and Guo, M. (2015) ‘Utilization of Health Services and Health-Related
Quality of Life Research of Rural-to-Urban Migrants in China: A Cross-
Sectional Analysis’, Social Indicators Research. Springer Netherlands,
120(1), pp. 277–295. doi: 10.1007/s11205-014-0585-y.

You might also like