You are on page 1of 47

PENUNTUN SKILL LAB

BLOK 18

KONTRIBUTOR:
Dr. Inda Astri Aryani, Sp.KK
Dr. Sarah Diba, Sp.KK
Dr. Mutia Devi, Sp.KK

BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN


KELAMIN FK UNSRI/RSUPMH
PALEMBANG
2018

1
DAFTAR KETERAMPILAN
I. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI MANUAL
KOMPETENSI
1.1 Diaskopi 4
1.2 Nikolsky dan Asboe Hansen 4
1.3 Auspitz 4
1.4 Koebner 4
1.5 Goresan lilin 4
1.6 Triple response Lewis 4
1.7 White Dermographisme 4
1.8 Dermographisme 4

II. PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD

III. PEMERIKSAAN SARAF TEPI


3.1 Pemeriksaan Pembesaran Saraf Tepi
3.1.1 Nervus Aurikularis Magnus
3.1.2 Nervus Radialis
3.1.3 Nervus Medianus
3.1.4 Nervus Ulnaris
3.1.5 Nervus Peroneus Communis
3.1.6 Nervus Tibialis Posterior

3.2 Pemeriksaan fungsi motorik


3.2.1Nervus Aurikularis Magnus
3.2.2 Nervus Radialis
3.2.3 Nervus Medianus
3.2.4 Nervus Ulnaris

2
3.2.5 Nervus Perroneus Communis
3.2.6 Nervus Tibialis Posterior

3.3 Pemeriksaan fungsi sensorik


3.3.1 Pemeriksaan sensoris nyeri
3.3.2 Pemeriksaan sensoris suhu
3.3.3 Pemeriksaan sensoris raba

3.4 Pemeriksaan fungsi otonom


3.4.1 Tes Gunawan
3.4.2 Uji pilokarpin

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIK SEDERHANA


4.1 Pulasan Gram
4.2 Pulasan KOH
4.3 Pulasan Giemsa
4.4 Pulasan Ziehl-Neelsen

3
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik & penunjang perlu dilakukan untuk membangun
diagnosis suatu penyakit. Beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi syaraf, pemeriksaan dermatologi manual,
pemeriksaan dengan sinar Wood, pemeriksaan laboratorik sederhana.
Pada modul ini akan dibahas mengenai pemeriksaan dermatologi manual
dan pemeriksaan laboratorik sederhana.

TUJUAN:
Mempermudah instruktur dan mahasiswa memahami keterampilan klinik dalam
melakukan pemeriksaan dermatologi manual, pemeriksaan saraf tepi dan
laboratorik sederhana dengan terampil.

LEARNING OBJECTIVE:
Setelah melakukan skill lab mahasiswa mampu :
1. melakukan pemeriksaan dermatologi manual
2. melakukan pemeriksaan pemeriksaan saraf tepi
3. melakukan pemeriksaan laboratorik sederhana

4
I. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI MANUAL
1.1 TES DIASKOPI
Diaskopi adalah tes untuk menilai blanchability kulit yang
dilakukan dengan penekanan dengan jari atau kaca objek atau clear
plastic plate kemudian diamati perubahan warna yg terjadi
Tes diaskopi dilakukan untuk membedakan eritema sekunder
akibat vasodilatasi yang memucat pada penekanan, dengan ekstravasasi
eritrosit (purpura) berupa warna merah yang menetap
Tekanan langsung menyebabkan pengaliran keluar darah dari
pembuluh darah di area pemeriksaan maka lesi memucat menandakan
suatu eritema (Gambar 1). Bila ada darah/eritrosit di dermis atau clotting
dalam pembuluh darah maka darah tidak dapat bergerak, hal tersebut
menandakan suatu purpura atau ekimosis (Gambar 2).

Gambar 1. Lesi eritema memucat pada penekan dengan gelas objek

Gambar 2. Lesi ekimosis tidak memucat pada penekanan dengan gelas objek

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruangan terang
- Rekam medis

5
- Hand schoen
- Bed periksa
- Kaca pembesar
- Gelas objek

TAHAP PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka pakaian atau
lesi warna kemerahan yang akan diperiksa
6. pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan bantuan
lampu atau cahaya matahari
7. lakukan penekanan lesi warna kemerahan menggunakan gelas
objek secara perlahan, amati perubahan warna dengan
menggunakan kaca pembesar.
Interpretasi: warna merah menjadi pucat eritema
warna merah tidak menjadi pucat  purpura
8. pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan untuk duduk kembali
9. pemeriksa membuka hand schoen dan membuang gelas alas beserta
hand schoen pada tempat sampah medis
10. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis

EVALUASI PESERTA DIDIK

6
No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan informed consent pada
pasien
2. Mahasiswa mampu melakukan
universal precaution
3. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan
peralatan
4. Mahasiswa dapat melakukan
pemeriksaan diaskopi pada lesi
5. Mahasiswa dapat melakukan
pemeriksaan dengan alat bantu kaca
pembesar
6. Mahasiswa mampu menginterpretasikan
hasil pemeriksaan
7. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

1.2 NIKOLSKY DAN ASBOE HANSEN


Nikolsky merupakan pemisahan lapisan luar epidermis yang cepat
dari lapisan basal dengan mengelupasnya kulit akibat trauma minor,
seperti tekanan geser atau gosokan yang kuat pada daerah terkena.
Proses patologis yang mendasari yaitu hilangnya kohesi keratinosit
epidermis.
Nikolsky positif bila epidermis terlepas dari dermis akibat
tekanan ke lateral menggunakan jari kemudian akan meninggalkan

7
daerah erosi. Nikolsky dapat terjadi pada Pemfigus, Staphylococcal
scalded skin syndrome (SSSS), Steven johnson syndrome (SJS),
Necrolysis epidermal toxic (NET).
Tes Nikolsky terdiri dari Nikolsky I (Nikolsky) dan Nikolsky II
(Asboe Hansen). Nikolsky dilakukan dengan menggesekkan lesi ke arah
lateral maka akan terjadi penegelupasan kulit dan Asboe Hansen
dilakukan penekanan di atap bula maka akan terjadi pelebaran bula ke
segala arah.

Gambar 3. Penggesekkan kulit ke lateral, terjadi pengelupasan kulit

Gambar 4. Penekanan di atas bula, bula melebar ke segala arah

TUJUAN
Mahasiswa mampu untuk melakukan pemeriksaan Nikolsky dan Asboe
Hansen guna menentukan diagnosis banding suatu penyakit berlepuh

8
PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruangan terang
- Rekam medis
- Hand schoen
- Bed periksa
- Kaca pembesar

TAHAP PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun
di bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka pakaian
atau lesi vesikel atau bula yang akan diperiksa
6. pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan bantuan
lampu atau cahaya matahari
7. Nikolsky
Lakukan penggeseran kulit sehat di antara 2 vesikel atau bula
menggunakan ujung jari telunjuk secara perlahan.
Interpretasi:
- jika kulit sehat ikut tergeser/terlepas  Nikosky positif
- jika kulit sehat tidak ikut tergeser/terlepas  Nikosky negatif
8. Asboe Hansen:
Lakukan penekanan pada puncak vesikel/bula
Interpretasi:
- jika vesikel/bula melebar Asboe Hansen positif
- jika vesikel/bula tidak melebar  Asboe Hansen negatif
9. Amati perubahan dengan menggunakan kaca pembesar

9
10. pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan untuk duduk kembali
11. pemeriksa membuka hand schoen, buang pada pada tempat
sampah medis
12. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis

EVALUASI PESERTA DIDIK

No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan
diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Nikolsky dan Asboe Hansen
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
dengan alat bantu kaca pembesar
7. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan Nikolsky dan Asboe Hansen
8. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

1.3 Auspitz

10
Test Auspitz dilakukan untuk mengetahui/menilai titik-titik perdarahan
(pinpoint bleeding) pada permukaan kulit yang disebabkan oleh proses
papilomatosis.

Gambar 5. Gores menggunakan pinggir kaca objek

A B

Gambar 6. (A) skuama dikelupas . (B) pinpoint bleeding

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruangan terang

11
- Rekam medis
- Hand schoen
- Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
- Kaca pembesar
- Pisau bisturi
- Kaca objek
- pinset

TAHAP PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun
di bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka pakaian
pada lesi berskuama yang akan diperiksa
6. pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan bantuan
lampu atau cahaya matahari
7. Dengan menggunakan bahan simulator lakukan pengelupasan
pada sisik berlapis dengan pinset/kaca objek/pisau bisturi:
skuama dikelupas satu per satu sampai dasar lesi. Amati
perubahan dengan menggunakan kaca pembesar.
Interpretasi:
- jika terlihat bintik perdarahan  Auspitz positif
- jika tidak terihat bintik perdarahan  Auspitz negatif
8. pemeriksaan selesai, pasien dipersilahkan untuk duduk kembali
9. pemeriksa membuka hand schoen, buang pada pada tempat
sampah medis
10. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis

EVALUASI PESERTA DIDIK

12
No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan
diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Auspitz
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
dengan alat bantu kaca pembesar
7. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan Auspitz
8. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

1.4 TES KOEBNER


Test Koebner dilakukan untuk mencetuskan trauma pada psoriasis. Test
Koebner juga dapat positif pada penyakit lain selain psoriasis, misalnya
pada vitiligo dan liken planus.

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruangan terang
- Rekam medis
- Hand schoen

13
- Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
- Kaca pembesar
- Kaca objek

TAHAP PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka pakaian pada
lesi papul/eritem/skuama yang akan diperiksa
6. pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan bantuan
lampu atau cahaya matahari
7. Dengan menggunakan bahan simulator lakukan goresan linear dari
tengah lesi ke kulit sehat.
8. Pemeriksaan selesai, pasien diminta untuk kembali 7 dan 14 hari
kemudian
Interpretasi:
- jika terlihat lesi linear yang sama dengan lesi pada lokasi
goresan
 Koebner positif
- jika tidak terlihat lesi linear yang sama dengan lesi pada lokasi
goresan  Koebner negatif
9. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis

EVALUASI PESERTA DIDIK


No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution

14
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan
diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Koebner
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
dengan alat bantu kaca pembesar
7. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan Koebner
8. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

1.5 TES GORESAN LILIN


Disebut juga sebagai Fenomena Karsvlek. Merupakan pemeriksaan pada
psoriasis dimana lesi akan berubah menjadi seperti lilin yang digores.

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN


- Wastafel/pencuci tangan
- Lampu/ruangan terang
- Rekam medis
- Hand schoen
- Kertas karton dengan tetesan lilin (bahan simulasi)
- Kaca pembesar
- Kaca objek

TAHAP PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa memperkenalkan diri

15
2. Pemeriksa inform consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk berbaring dan membuka pakaian pada
lesi berskuama yang akan diperiksa
6. pemeriksa menentukan lesi yang akan diperiksa dengan bantuan
lampu atau cahaya matahari
7. Dengan menggunakan kaca objek lakukan goresan linear pada lesi
berskuama.
Interpretasi:
- jika lesi terlihat lebih putih menyerupai lilin  Tes goresan lilin
positif
- jika lesi tidak terlihat lebih putih menyerupai lilin  Tes goresan
lilin negatif
8. pemeriksa mencatat hasil pemeriksaan pada rekam medis

EVALUASI PESERTA DIDIK

No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan
diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan
Goresan Lilin
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
dengan alat bantu kaca pembesar
7. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan Goresan lilin
8. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:

16
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

II. PEMERIKSAAN LAMPU WOOD


Alat dan bahan:
- kain kassa/kapas
- larutan NacL 0.9% atau alkohol 70%
- lampu Wood
- ruangan kedap cahaya/kain berwarna gelap

Cara pemeriksaan:
 lakukan informed consent pada pasien mengenai prosedur dan
tujuan tindakan
 kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah
mungkin.
 obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
 pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
 Pemeriksa terlebih dahulu masuk ke dalam ruang kedap cahaya
untuk penyesuaian
 panaskan lampu wood 5-10 menit
 Persilahkan pasien untuk masuk ke dalam ruangan
 lakukan pemeriksaan pada lesi, jarak lampu Wood dengan lesi yang
akan diperiksa ± 10-15 cm

17
 lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas
 amati warna yang timbul pada lokasi lesi
 catat hasil pemeriksaan

EVALUASI PESERTA DIDIK

No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lesi yang akan
diperiksa
5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan lesi
dengan lampu Wood
6. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan
7. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

18
III. PEMERIKSAAN PADA MORBUS HANSEN
3.1 PEMBESARAN SARAF TEPI MORBUS HANSEN
INSPEKSI
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga
kelainan kulit: nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada
tangan dan kaki

PALPASI
Lokasi pembesaran saraf tepi yang umum diperiksa:
 N. Auricularis magnus
 N. Ulnaris
 N. Medianus
 N. Radialis
 N. Peroneus communis
 N. Tibialis posterior

Prosedur pemeriksaan:
1. Pemeriksa memperkenalkan diri
2. Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan
3. Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir
4. pemeriksa menggunakan hand schoen
5. pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
6. Lakukan pemeriksaan secara berurutan dan sistematik, cari
penebalan saraf dan nyeri tekan. Perhatikan raut wajah pasien,

19
apakah kesakitan atau tidak pada saat meraba saraf. Pemeriksaan
harus sistematis, meraba atau palpasi jangan sampai menyakiti atau
pasien mendapat kesan kurang baik.

N. Auricularis Magnus
 Amati N. Auricularis Magnus yang berjalan melintang pada
otot sternomastoid dengan meminta pasien menolehkan kepala
pada satu sisi secara maksimal
 Setelah saraf terlihat, pemeriksa mendorong dagu pasien ke
lateral sampai pasien diminta untuk menolehkan kepala secara
maksimal, lakukan palpasi pada saraf di kedua sisi.
 Lakukan penilaian pembesaran saraf N. auricularis magnus
kanan dan kiri dengan palpasi secara perlahan, nilai konsistensi
dan penebalan sarafnya. Amati perubahan ekspresi wajah
pasien untuk menilai nyeri tekan
 Catat hasil penilaian pada rekam medik.

Pemeriksaan N. auricularis magnus

N. Ulnaris

20
 Topang lengan kanan pasien dengan tangan kanan pemeriksa,
posisikan lengan pasien sedikit fleksi
 Lakukan palpasi N. Ulnaris yang terletak di bawah fossa
olecranon dengan tangan kiri pemeriksa.
 Lakukan palpasi untuk nilai konsistensi dan ketebalan saraf,
amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri tekan.
Lakukan pada lengan kiri dan kanan.
 Catat hasil penilaian pada rekam medik.

Pemeriksaan N. ulnaris

N. Radialis
 Lakukan palpasi N. radialis yang terletak di bawah radial grove
pada lengan kanan pasien menggunakan tangan kiri pemeriksa.
 Lakukan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dari
proksimal sampai distal radial grove untuk menilai konsistensi
dan permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk
menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
 Catat hasil penilaian pada rekam medik.

21
Pemeriksaan N. Radialis

N. Medianus
 Letakkan lengan kanan bawah pasien di atas meja atau topang
menggunakan lengan kanan pasien, posisikan fleksi pada siku.
 Lakukan palpasi N. Medianus pasien pada pergelangan tangan
di antara celah tendon fleksor menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah untuk menilai konsistensi dan permukaan dan
ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya
nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
 Catat hasil penilaian pada rekam medik.

22
Pemeriksaan N. Medianus

N. Peroneus Communis
 Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua tungkai dapat sedikit
menggantung atau menapak di tanah.
 N. Peroneus Communis terletak pada bagian leher tulang fibula
(bagian lateral), dua sentimeter di bawah caput fibula.
 Lakukan palpasi pada kedua tungkai bawah, tungkai kanan dengan
tangan kiri pemeriksa dan juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat
dilakukan secara bergantian atau serentak dengan kedua tangan
pemeriksa. Lakukan penilaian konsistensi, permukaan dan
ketebalan saraf, amati ekspresi pasien untuk menilai adanya nyeri
tekan. Lakukan pada kedua sisi.
 Catat hasil penilaian pada rekam medik

23
Pemeriksaan N. peroneus communis

N. Tibialis Posterior
 Posisikan pasien duduk dengan relaks, kedua kaki menapak di
tanah.
 Dengan posisi pemeriksa menunduk atau berjongkok di hadapan
pasien, lakukan palpasi pada bagian posterior inferior maleolus
medialis, kaki kanan diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa dan
juga sebaliknya. Pemeriksaan dapat dilakukan secara bergantian
atau serentak dengan kedua tangan pemeriksa. Lakukan penilaian
konsistensi, permukaan dan ketebalan saraf, amati ekspresi pasien
untuk menilai adanya nyeri tekan. Lakukan pada kedua sisi.
 Catat hasil penilaian pada rekam medik

24
Pemeriksaan N. tibialis posterior

EVALUASI PESERTA DIDIK

No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan inform consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. Aurikularis Magnus
5. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. ulnaris
6. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. radialis
7. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. medianus
8. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. peroneus communis
9. Mahasiswa mampu menentukan lokasi dan
melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi
pada N. tibialis posterior
10. Perilaku profesional

25
UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

3.2. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK

ALAT DAN BAHAN


 Kursi 2 buah
 Hand schoen
 Penggaris
 Kertas HVS
 Status rekam medis

PROSEDUR PEMERIKSAAN:
- Lokasi kelainan saraf tepi motorik yang umum diperiksa:
 N. Facialis
 N. Ulnaris
 N. Medianus
 N. Radialis
 N. Peroneus communis
- Pemeriksa memperkenalkan diri
- Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan
- Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir
- pemeriksa menggunakan hand schoen

26
- pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
- Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari
kepala sampai kaki

N. Facialis

 Pasien diminta memejamkan mata


 Pemeriksa melihat dari bagian depan dan samping apakah mata
tertutup dengan sempurna atau tidak ada celah.
 Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu
dicatat, misalnya lagopthalmos ±3mm mata kiri atau kanan

N. Ulnaris

 Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan
telunjuk tangan kanan pasien, dengan telapak tangan pasien
menghadap ke atas dan posisi ekstensi (jari kelingking bebas bergerak
tidak terhalang oleh tangan pemeriksa)
 Minta pasien mendekatkan (adduksi) dan pada menjauhkan (abduksi)
kelingking dari jari-jari lainnya (Gambar6.5a). Bila pasien dapat
melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari
jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa mendorong pada
bagian pangkal kelingking (Gambar 6.5b)

27
Interpretasi:
- Bila jari kelingking pasien dapat menahan dorongan ibu jari
pemeriksa, berarti masih Kuat.
- Bila jari kelingking pasien tidak dapat menahan dorongan
pemeriksa berarti Sedang.
- Bila jari kelingking pasien tidak dapat mendekat atau
menjauh dari jari lainnya berarti sudah Lumpuh.
 Bila hasil pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah
mengalami kelemahan, anda dapat melakukan pemeriksaan
konfirmasi dengan meminta pasien menjepit sehelai kertas yang
diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu
pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya
tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut.
Interpretasi:
- Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot
Lemah
- Bila ada tahanan terhadap kertas berarti otot masih Kuat
-
 Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.

28
N. Medianus

 Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking


tangan kanan pasien agar telapak tangan pendeita menghadap ke atas,
dan dalam posisi ekstensi.
 Ibu jari pasien ditegakkan keatas sehingga tegak lurus terhadap
telapak tangan pasien (seakan-akan menunjuk ke arah hidung) dan
pasien diminta untuk mempertahankan posisi tersebut. (Gambar 6 .6a)
 Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari pasien yaitu dari
bagian batas antara punggung dan telapak tangan mendekati telapak
tangan (Gambar 6.6b)
 Bandingkan kekuatan otot tangan kanan dan kiri untuk menentukan
adanya kelemahan

Interpretasi:
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat

29
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang
- Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh
 Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis

N. Radialis

 Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan


kanan pasien.
 Pasien diminta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang
terkepal ke atas (ekstensi) (Gambar 6.7a)
 Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi (ke atas) lalu dengan
tangan kanan pemeriksa menekan tangan pasien ke bawah ke arah
fleksi. (Gambar 6.7b)

Interpretasi :
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sedang
- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan
tidak bisa ditegakkan ke atas)
 Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis

N. Peroneus Communis (Poplitea lateralis )


 Dalam keadaan duduk, pasien diminta mengangkat ujung kaki
dengan tumit tetap terletak di lantai/ekstensi maksimal (seperti
berjalan dengan tumit) (Gambar 6.9a)

30
 Pasien diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa
dengan kedua tangan menekan punggung kaki pasien ke
bawah/lantai. (Gambar 6.9b)

Interpretasi:
- Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat
- Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang
- Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh ( ujung kaki tidak
bisa ditegakkan ke atas )
 Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis.

EVALUASI PESERTA DIDIK


No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan informed consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan kekuatan
motorik dari otot yang dipersarafi N. Facialis
5. Mahasiswa mampu menentukan kekuatan
motorik dari otot yang dipersarafi N. Ulnaris
6. Mahasiswa mampu menentukan kekuatan
motorik dari otot yang dipersarafi N. Medianus
7. Mahasiswa mampu menentukan kekuatan
motorik dari otot yang dipersarafi N. Radialis
8. Mahasiswa mampu menentukan kekuatan
motorik dari otot yang dipersarafi N. Peroneus
Communis
12. Perilaku profesional

31
UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

3.3 PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK

ALAT DAN BAHAN


 Kursi 2 buah
 Hand schoen
 Pena
 Jarum
 Kapas
 Tabung kaca 2 buah: air dingin (200C) dan air hangat (400C)
 Status rekam medis

PROSEDUR PEMERIKSAAN
- Lokasi pemeriksaan: kulit yang dipersarafi oleh N. Medianus, N.
ulnaris, N. tibialis posterior dan pada lesi (bercak
eritem/hipopigmentasi, nodul)
- Pemeriksa memperkenalkan diri
- Pemeriksa melakukan informed consent pada pasien secara lisan
- Cuci tangan dengan larutan pencuci tangan atau dengan sabun di
bawah air mengalir

32
- pemeriksa menggunakan hand schoen dan mempersiapkan alat periksa
(pena, jarum, kapas, tabung berisi air suhu 200C dan 400C)
- pasien dipersilahkan untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
- Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari
kepala sampai kaki

Fungsi Saraf yg Dipersarafi N. Medianus dan N. Ulnaris


Fungsi Sensorik Raba
 Posisi pasien: Tangan yang akan diperiksa diletakkan di atas meja/paha
pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa sedemikian rupa,
sehingga semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang
menyesuaikan diri dengan keadaan tangan pasien) misalnya claw hand,
maka tangan pemeriksa menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai
lengkungan jarinya.
 Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan sentuhan ringan dari ujung kapas pada lengannya
dan satu atau dua titik pada telapak tangannya (Gambar 6.4a)
 Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat
sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain (Gambar 6.4b)
 Test diulangi sampai pasien mengerti dan kooperatif
 Pasien diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan dari
tangan yang diperiksa
 Pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh
 Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)

Fungsi Sensorik Nyeri


 Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan sentuhan ringan dari ujung jarum pada lengannya
dan satu atau dua titik pada telapak tangannya (Gambar 6.4a)
 Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat
sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain (Gambar 6.4b)

33
 Test diulangi sampai pasien mengerti dan kooperatif
 Pasien diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan dari
tangan yang diperiksa
 Pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh
 Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)

Fungsi Sensorik Suhu


 Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan sentuhan ringan dari dasar tabung kaca yang
berisi air suhu 200C dan 400C pada lengannya dan satu atau dua titik
pada telapak tangannya (Gambar 6.4a)
 Bila pasien merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat
sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain dan diminta merasakan
rasa dingin atau hangat (Gambar 6.4b)
 Test diulangi sampai pasien mengerti dan kooperatif
 Pasien diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan dari
tangan yang diperiksa
 Pasien diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh dan menyebutkan
rasa hangat atau dingin
 Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak)

Fungsi sensorik saraf Tibialis posterior


 Kaki kanan pasien diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki
menghadap ke atas.
 Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki pasien.
 Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan.

Fungsi sensorik saraf pada Lesi


 Tentukan lesi yang akan dilakukan pemeriksaaan.
 Periksa rasa raba, nyeri dan suhu secara sistematik sesuai dengan
pemeriksaan sebelumnya

34
EVALUASI PESERTA DIDIK

No Keterampilan Kompetensi
0 1 2
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dan
melakukan informed consent pada pasien
2. Mahasiswa dapat dengan lengkap
mempersiapkan perlengkapan dan peralatan
3. Mahasiswa mampu melakukan universal
precaution
4. Mahasiswa mampu menentukan fungsi sensorik
raba
5. Mahasiswa mampu menentukan fungsi sensorik
nyeri
6. Mahasiswa mampu menentukan fungsi sensorik
suhu
7. Perilaku profesional

UMPAN BALIK
Komentar : a) Baik Komentar:
b) Perlu perbaikan terutama tentang:
........................................................

Tanda tangan Tanda tangan


Penilai Mahasiswa

(............................) (............................)

REFERENSI
1. Amirudin MD, Hakim Z, Darwis E. Diagnosis Penyakit Kusta. Dalam:
Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL, Ismiarto SP, Nilasari H ed. Kusta. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta; 2003. Hal.12-3

35
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIK SEDERHANA
4.1 Pemeriksaan pulasan Gram
Alat & bahan:
- Kassa Kertas
- Gelas objek
- Kaca penutup
- Kapas Lidi Steril
- Tabung reaksi
- Api Bunsen
- Povidon Iodine 10%
- Spuit 3cc,5cc,10cc
- NaCI 0,9%
- Mikroskop
- Alkohol 70%
- Gentian violet 2%
- Lugol 1%
- Alkohol 95%
- Fuchsin Indi 0,35%
- Minyak imersi
- Safranin

Cara pengambilan spesimen

1. Lesi purulen/ulkus/krusta
- Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan NaCI
fisiologis sebanyak tiga kali untuk menghilangkan kotoran dan lapisan
eksudat yang mengering. Bila lesi dilapisi krusta, diangkat lebih dahulu
kemudian spesimen diambil dari dasar krusta.

36
- Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari pembungkus
kemudian usapkan bagian kapas pada luka/dasar ulkus tanpa menyentuh
bagian tepi. Lakukan sebanyak dua kali dengan menggunakan dua kapas
lidi.
- Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat
dimasukkan ke dalam tabung media transport.
- Patahkan tangkai lidi yang berada di luar tabung.
- Tutup tabung dengan erat.
- Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung.

2. Lesi pustule/abses
- Lakukan tindakan desinfeksi dengan povidon iodine 10% di atas lesi.
Bersihkan sisa povidon iodine dengan kapas alkohol 70%.
- Tusukkan jarum dan hisap dengan semprit steril cairan eksudat atau pus.
- Cabut jarum, dan tutup bekas tusukan dengan kasa steril.
- Teteskan cairan aspirasi eksudat/pus pada lidi kapas steril.
- Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat
dimasukkan ke dalam tabung media transport.
- Sisa eksudat/pus dapat dimasukkan dalam wadah steril.

Prosedur pembuatan pulasan Gram:


1. Preparat yang sudah dibuat dan didiamkan beberapa saat di udara terbuka
dipanaskan sebentar dan didinginkan.
2. Taruh preparat dalam posisi horizontal, tuangi dengan larutan karbol gentian
violet 2% sampai objek tersebut tergenang. Diamkan ½ sampai 1 menit.
Pegang objek dan letakkan secara vertikal, lalu cuci dengan air mengalir
sampai tidak ada lagi warna yang lepas. Guna penambahan karbol violet
adalah untuk memberikan warna violet atau biru terhadap jaringan atau sel
yang bersifat Gram positif.
3. Taruh kembali preparat dalam posisi horizontal kemudian tuangi dengna
larutan lugol 1% sampai tergenang. Biarkan selama ½ sampai 1 menit,

37
kemudian cuci lagi dengan air mengalir. Guna untuk memperkuat ikatan
karbol gentian violet oleh mikroorganisme Gram positif.
4. Letakkan objek dalam posisi tegak lurus, tuangi alkohol absolut 90% sampai
cairan yang terbuang tak berwarna. Guna alkhol absolut: dekolorisasi yaitu
melepas, melarutkan, dan membuang zat warna kedua reagen terdahulu dari
preparat yang tidak diikat oleh mikroorganisme.
5. Letakkan objek dalam posisi mendatar, tuangi safranin sampai tergenang,
biarkan selama 10 detik. Guna sebagai outer staining dimana
mikroorganisme atau sel bersifat Gram negatif akan mengikat zat warna ini
yaitu warna merah.
6. Setelah didiamkan selama 10 detik, cuci dengan air mengalir.
7. Letakkan preparat kering, periksa di bawah mikroskop dengan minyak
emersi dengan pembesaran 1000 kali.
8. Hasil: di bawah mikroskop yang akan terlihat
- sel epitel
- sel PMN
- Gram positif: violet/biru: Stafilococcus, Streptococcus, Candida, basil
fusiformis
- Gram negatif: merah: N. Gonorrhoeae, Haemophilus ducreyi, sel PMN,
sel epitel, clue cells, Campylobacter.
* Pemeriksaan mikroskopik langsung tidak dapat menbedakan antara
Staphylococcus aureus atau spesies Staphylococcus yang lain, untuk itu
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan guna menentukan identifikasi
Staphylococcus.

38
A B

Gambar 7. (A) Gram positif (B) Gram negatif

Pemeriksaan biakan
Diagnosis hasil biakan tergantung pada beberapa faktor: jumlah
lokasi sampel, cara pengambilan spesimen, metoda dan durasi transport,
komposisi media pertumbuhan, kondisi dan metoda inkubasi, serta reagen
yang digunakan untuk identifikasi isolat.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan S. aureus adalah agar
darah. Media yang telah diberi spesimen diinkubasi pada suhu 370C, dalam
waktu 18 jam koloni spesifik sudah dapat tumbuh namun belum dapat
menghasilkan pigmen dan hemolisis. S. aureus mengfermentasi mannitol.
Kontaminasi dengan bakteri lain dapat dihindari dengan menggunakan media
mengandung NaCI 7,5%; karena gram dapat menghambat perkembangan
mikroorganisme lain kecuali S. aureus. Mannitol salt agar digunakan dalam
penapisan nasal carriers S. aureus.
Cara melakukan pemeriksaan biakan:
- Lidi kapas mengandung spesimen digulung di ¼ bagian permukaan
media biakan untuk memastikan pertumbuhan koloni isolat.
- Media biakan segera diinkubasi dalam inkubator dengan temperatur 370C
selama 24 - 48 jam.
- Pemeriksa koloni yang tumbuh. Koloni S. aureus berwarna abu-abu
sampai kuning emas, berbentuk bulat, halus, konveks dan berkilau.

39
4.2 Pemeriksaan KOH
- KOH  larutan penjernih. Melarutkan : protein, lipid dan melisis epitel.
- Jamur tidak lisis karena terdapat chitine dan glikoprotein dinding sel.
- Kecepatan penjernihan tergantung jenis spesimen  antara 10 menit s/d
jam. Kuku membutuhkan waktu lama  jam s/d semalaman.
Rambut dan kulit  beberapa menit.
Penjernihan preparat dipercepat pemanasan, tetapi jangan
mendidih
- Preparat KOH harus segera diperiksa  dapat mengering/kristal 
menyulitkan pemeriksaan.
- Disimpan beberapa minggu  teteskan gliserol 50% dari sudut kaca
penutup

Pengambilan Spesimen
1. Kulit
- tepi lesi  tempat terbanyak jamur hidup
- Diambil dengan kerokan dari tengah ke arah tepi sampai melalui batas
lesi dengan pisau skalpel tumpul steril atau tepi kaca objek.
- Bila skuama tipis atau halus  dengan selotip  ditekan ke lesi 
lepas  direkatkan ke kaca objek
- Kandidosis dan pit.vesikolor  kerokan semua bagian lesi

2. Rambut
- Terbaik di basal akar rambut  dengan pencabutan sampai akar  bila
rambut rapuh (ex : tinea kapitis tipe black dot) : kerokan dengan skalpel
tumpul, tapi harus beserta tunggul rambut, isi sumbatan folikel dan
skuama
- Lampu wood bisa membantu menentukan tempat pengambilan spesimen
terutama ektotriks dan favus

40
- Rambut terinfeksi warna suram, patah dan mudah dicabut.
- Jumlah rambut yang diambil 10-12 lembar.

3. Kuku
 tergantung klinis onikomikosis
a. Subungual distal
dasar kuku  karena jamur menginvasi terutama dasar kuku 
mengandung hifa hidup paling banyak dan sedikit kontaminan
-kuku dipotong sependek mungkin  specimen diambil sedekat
mungkin dengan kutikula dengan kuret atau scalpel
-potongan kuku  harus dihancurkan dengan nail micronizer atau
dikerok di bawahnya
b. Subungual proximal
- invasi kutikula sebelum masuk dasar kuku. Lempeng kuku atas
masih baik.
- Specimen diambil di lapisan tengah lempeng dan dasar kuku
- Lempeng kuku dikupas, dilubangi bagian proximal dengan scalpel
15 atau bor listrik  lempeng terbuka  dikerok
c. Superfisialis
- infeksi permukaan kuku  specimen dari kerokan permukaan
kuku dengan scalpel 15 atau kuret tajam
d. Kandida
- diambil dari bawah lipatan kuku proximal dan lateral
- Onikolisis  dasar kuku terinfeksi dikerok
- Debris tidak banyak  diambil dari permukaan bawah lempeng
kuku
4. Mukosa
- mucosa mulutdan vagina  kerokan skalpel tumpul atau spatula  lebih
baik dari swab. Tetapi swab lebih mudah.
- Swab harus lembab  jika kering  jamur ragi mati

41
Prosedur pembuatan preparat KOH:
1. Teteskan 1 tetes larutan KOH 10-30% di atas kaca objek
2. Tambahkan spesimen
3. Tutup dengan kaca penutup
4. Panaskan dengan melewatkan di api bunsen beberapa kali, jangan
mendidih (2-4 kali)
5. Tekan kaca penutup agar sediaan yang lisis tipis dan rata
6. Periksa di mikroskop dengan pembesaran 100 kali  konfirmasi
dengan 400 kali

Interpretasi hasil pemeriksaan


- Elemen jamur tampak seperti garis dan indeks bias berbeda dari
sekitarnya. Dipisahkan sekat dan dijumpai butir-butir seperti rantai
(artrospora)
- KOH positif  memastikan diagnosis klinis akibat jamur
- KOH negatif  tidak menyingkirkan diagnosis jamur
- Pitiriasis versikolor  elemen jamur berupa spora bulat dinding
tebal, berkelompok dengan miselium kasar dan terputus-putus
(pendek-pendek)  gambaran seperti Spaghetti and meatballs
- Kandidosis  sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora (sel
ragi bertunas) dan pseudohifa
- Dermatofita  Hifa bersepta, bercabang, dan artrospora (m.canis,
m.audonii, m.violaceum); Hifa bersepta granular (T.schoenleinii,
T.concetricum); beberapa cabang hifa bersepta (T.rubrum)
- Rambut  jamur disekeliling batang rambut (ektotrik) berupa spora
kecil atau besar seperti rantai; jamur di dalam batang rambut (endotrik)
berupa spora ukuran sedang; jamur sekeliling dan dalam batang
rambut; Hifa dan ruang kosong diantara artrospora (T.schoenleinii)
- Non dermatofita
Hifa panjang bercabang, bersepta, miselinium

42
Pseudofilamen dan sel ragi di dasar kuku  kandida

Gambar 8. Gambaran Candida pada KOH, tampak pseudomiselia.

Gambar 9. Hifa panjang bersekat pada preparat KOH

43
Gambar 9. Gambaran spaghetti and meatball dari Malassezia

4.3 Pemeriksaan pulasan Ziehl Nielsen


Pewarnaan Ziehl Neelsen, termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya
dipakai untuk mewarnai golongan Mycobacterium (M. tuberculosis dan
M. leprae).
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding
selnya mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeabel
dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap
pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis tuberculosis.
Pewarnaan ini merupakan prosedur untuk membedakan bakteri menjadi 2
kelompok tahan asam dan tidak tahan asam.
Bila zat warna yang telah terpenetrasi tidak dapat dilarutkan dengan
alkohol asam, maka bakteri tersebut disebut tahan asam sedangkan
sebaliknya disebut tidak tahan asam.
Bahan pemeriksaan TB biasanya berupa sputum yang diambil dari pasien
tersangka KP (Koch pulmonum), tetapi dapat pula diambil dari lokasi lain
seperti cairan otak (Liquor Cerebro Spinalis), getah lambung, urine, dan
ulkus.

44
Cara pengambilan spesimen:
Alat dan bahan:
1. blade scalpel no 15
2. alkohol 70%
Prosedur pengambilan spesimen:
1. Desifeksi kulit dengan alkohol 70% (Gbr. 10)
2. tekan cuping telinga dengan jari telunjuk dan ibu jari, sampai pucat
(Gbr.11)
3. sayat dengan blade sclapel (Gbr.12)
4. Putar blade scalpel 90 derajat (Gbr. 13)
5. Kumpulkan bubur jaringan (Gbr. 14)
6. Jika ada darah, prosedur diulangi lagi

Gambar 10. Desifeksi Gambar.11. Tekan dengan 2 jari

Gambar 12. Sayat dgn blade Gambar.13. Putar Blade

45
Gambar 14. Kumpulkan bubur jaringan

Cara Pewarnaan Ziehl Neelsen


Alat dan bahan:
1. Gelas objek
2. Carbol fuchsin 0,3%
3. Alkohol asam 3% (alkohol + konsentrasi HCl 3%)
4. Metilen-blue 0,3%
5. Air
6. Ose
7. Lampu bunsen/spiritus

Prosedur membuat sediaan:


1. Bersihkan objek gelas, beri label
2. Sterilkan ose, dinginkan
3. Ambil 1 ose sputum yang kental (hijau kuning) letakkan diatas
objek gelas, ratakan.
4. Sediaan biarkan kering pada suhu kamar.
5. Setelah kering fiksasi denga melewatkkan diatas nyala api
sebanyak 3 kali, sediaan siap untuk diwarnai.

Cara Pewarnaan Ziehl-Neelsen:


1. Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh

46
2. Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih
3. Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air
4. Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci dengan air
5. Tuangi dengan metilen blue selama 20-30 detik, cuci dengan air

Hasil:
Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna merah, sedangkan
yang tidak tahan asam akan berwarna biru.

Gambar 15.Bakteri tahan asam

47

You might also like