Professional Documents
Culture Documents
BAB I
DEFINISI
1
2. Resiko internal :
a. Pasien
1) Karakteristik pasien
a) Perempuan, anak-anak
b) Perawatan akut pada pasien dewasa
c) Populasi kebutuhan khusus
d) Perawatan jangka panjang
e) Rehabilitasi
2) Usia pasien :
a) Anak-anak, dewasa dan lansia
(1) Status imunologi
(2) Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
(3) Manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan
pola pikir
b. Resiko terkait peralatan
1) Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan
Instrumen bedah
2) Protesa
3) Pemrosesan alat sekali pakai
4) Pembungkusan kembali alat
5) Peralatan yang dipakai
c. Resiko terhadap petugas kesehatan
1) Kebiasaan kesehatan perorangan
2) Budaya keyakinan tentang penyakit menular
3) Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
4) Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian
APD, penanganan peralatan pasien, teknik isolasi.
5) Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur
1) Prosedur invasive yang dilakukan
2) Peralatan yang dipakai
3) Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
4) Persiapan pasien yang memadai
5) Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan
e. Lingkungan
1) Pembangunan
2) Kelengkapan peralatan
3) Pembersihan
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. ICRA HAIs
ICRA HAIs yaitu proses pelaksanaan pencegahan dan pengurangan infeksi
yang berfokus pada penularan melalui tindakan /prosedur invasif yang
dilakukan baik melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan
terhadap risiko infeksi (HAIs). ICRA HAIs meliputi kejadian IDO, ISK,
Plebitis,Dekubitus.
ICRA HAIs dilaksanakan saat terjadi peningkatan insinden rate infeksi
akibat pemberian tindakan atau prosedur invasif.
B. ICRA Bangunan
ICRA Bangunan adalah pengurangan infeksi dengan mempertimbangkan
populasi pasien, fasilitas dan program yang berfokus pada pengurangan risiko
infeksi, tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi,
pemeliharaan fasilitas, dan lingkungan perawatan yang memungkinkan
organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.
ICRA Bangunan harus dilaksanakan sebelum melakukan kegiatan renovasi
bangunan dan pembuatan bangunan baru.
3
BAB III
TATA LAKSANA
B. Assesment Risiko :
1. Identifikasi Risiko
Mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran rumah sakit
Identifikasi dilakukan pada: sumber resiko, area resiko,
peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi
resiko dilakukan dengan proaktif melalui self assesment, incident
reporting system dan clinical audit dilakukan menyeluruh terhadap
medis dan non medis.
4
1.2. Kebersihan Kegagalan Seluruh Mengakibatkan
tangan penerapan pegawai pasien, petugas dan
kebersihan RS pengunjung
tangan mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral
Mengakibatkan
pasien,
petugas,
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
Kegagalan Mengakibatkan
tekanan udara pasien, petugas,
5
negatif dan pengunjung cedera
tehnik aseptik terpapar bahan
lamiary air sitotoksik
flow peracikan
sitostatika Mengakibatkan
pasien
Kegagalan mendapat infeksi
tekanan udara bloodborne
negatif dan
tehnik aseptik
saat peracikan
obat intra
vaskuler
Petugas Mengakibatkan
tertusuk petugas mendapat
jarum suntik infeksi silang
terkontaminasi bloodborne
6
kesiapan kesakitan dan
menghada kematian
pi
emerging
dan
outbreak
7
airbone lan pasien, petugas,
mempertah pengunjung
an-kan mendapat infeksi
tekanan TB, MDR TB dan
udara airbone
isolasi
airbone
8
sitostatika dalam waktu > 48
jam pemakaian
kateter vena sentral
Pasien terjangkit
infeksi luka infus
dalam waktu > 48
jam pemasangan
infus / injection
port
Neonatus terjangkit
infeksi aliran darah
primer / bakterimia
dalam waktu > 48
jam pemasangan
infus / injection
potr
Neonatus terjangkit
infeksi aliran darah
primer / bakterimia
akibat plebotomi /
fungsi arteri
1.6.2 Petugas
cedera
tertusuk
jarum
suntik
9
bersih
10
saluran waktu > 48 jam
pernapasan pemasangan
invasif ventilator
11
nan limbah pasien, petugas dan
infeksius pengunjung
darah, mendapat infeksi
cairan silang
tubuh dan
potongan
jaringan
tubuh
12
tangan mendapat infeksi
silang melalui
kontak atau
fecal,oral,
kolonisasi MRSA
13
r
Mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
14
diri
15
aseptic mempertahank pasien mendapat
an sterilisasi infeksi silang
pada prosedur melalui kontak /
aseptic bloodborne
Pasien terjangkit
infeksi saluran
kemih dalam waktu
> 48 jam
16
pemakaian kateter
urin
Petugas terluka
benda tajam (bukan
jarum suntik)
Terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
Petugas cidera
tertusuk jarum
suntik bersih
17
cairan TB
tubuh dan dan airbone disease
potongan
jar tubuh
Mengakibatkan
pasien, petugas dan
pengunjung
mendapat infeksi
Mengakibatkan
peningkatan angka
kesakitan dan
kematian
Petugas terjangkit
rabies
18
peralatan peralatan
Pasien cidera
terpapar obat-
obatan kadaluarsa
Petugas cidera
tertusuk jarum
bersih
Petugas tertusuk
jarum suntik
terkontaminasi
19
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
20
6 Area 6.1 Sumber Kegagalan - Direktur Mengakibatkan
manajeme daya penyediaan dan pasien, petugas dan
n, sumber daya administra pengunjung
admnistras bagi program si mendapatkan
i dan PPI - Komite infeksi silang /
perkantora PPIRS HAIs
n Komite
lain
- Instalasi
- SIMRS
21
makanan / air
minum RS
2. Analisis Risiko
Menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi
3. Evaluasi Risiko
Membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk
menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan.
4. Penataaksanaan Risko
Dalam menghadapi risiko terdapat empat penanganan yang dapat
dilakukan oleh rumah sakit yaitu menghindari risiko (risk avoidance),
mitigasi risiko (risk reduction), dapat dilakukan dengan mengurangi
kemungkinan atau dampak, transfer risiko kepada pihak ketiga (risk
sharing), menerima risiko (risk acceptance).
Adapun cara kerja pelaksanaan ICRA oleh IPCN di rumah sakit adalah
sebagai berikut :
a) ICRA HAIs
Cara kerja pelaksanaan ICRA HAIs yaitu:
1) Menetapkan konteks risiko tergolong dalam kategori ICRA HAIs
Mengidentifkiasi Risiko
2) Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini yaitu melakukan
identifikasi potensial risiko/masalah HAIs yang meliputi IDO,
ISK, Plebitis, Dekubitus. Menganalisis Risiko
3) Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini yaitu :
4) Menentukan tingkat risiko melalui penilaian probabilitas/frekuensi
kejadian HAIs
5) Menentukan tingkat risiko melalui penilaian dampak risiko
6) Menentukan tingkat risiko melalui penilaian system yang ada
7) Mengevaluasi Risiko
22
8) Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini yaitu menilai skore hasil
penjumlahan tingkat risiko dari kegiatan analisis risiko HAIs.
9) Melakukan Penatalaksanaan Risiko
10)Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini yaitu melalakukan cara
penanganan masalah HAIs berdasarkan skala prioritas. Penentuan
skala prioritas dilakukan berdasarkan skor tertinggi dari kejadian
HAIs.
23
BAB IV
DOKUMENTASI
24