Professional Documents
Culture Documents
HIDROSEFALUS
Oleh:
Billy Danarto
11-2016-317
Pembimbing:
Anatomi
Struktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS
berada.
Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis.
1. Ventrikel lateralis
Ada dua, terletak didalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis
berhubungan denga ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis
(Monro).
2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)
Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan
adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis
menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal.
Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu
aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).
3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)
Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan
medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-
masing recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada
perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana Magendie.
4. Kanalis sentralis medula oblongata dan medula spinalis
Saluran sentral korda spinalis: saluran kecil yang memanjang sepanjang korda
spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Melanjut ke dalam medula oblongata, dimana ia
membuka ke dalam ventrikel IV.
Fisiologis
Sebagian besar (80-90%) CSS dihasilkan oleh pleksus khoroidalis pada ventrikel lateralis
sedangkan sisanya (10-20%) di ventrikel III, ventrikel IV, juga melalui difusi pembuluh-
pembuluh ependim dan piamater. Proses pembentukan CSS melalui dua tahap, yaitu:
- Tahap ke I; Pembentukan ultrafiltrat plasma oleh tekanan hidrostatika, melalui celah
endotel kapiler koroid di dalam stroma jaringan ikat di bawah epitel vili.
- Tahap ke II; perubahan ultrafiltrat plasma ke dalam bentuk sekresi oleh proses
metabolisme aktif di dalam epitel khoroid. Mekanisme dari proses ini belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga merupakan aktivasi pompa Na-K-ATPase dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase.
Kecepatan pembentukan CSS 0,3-0,4 cc/menit atau antara 0,2-0,5% volume total per menit
dan ada yang menyebut 14-38 cc/jam. Sekresi total CSS adalah 150 cc, berarti dalam 1 hari
terjadi pertukaran atau pembaharuan dari CSS sebanyak 4-5 kali/hari. Pada neonatus jumlah
total CSS berkisar 20-50 cc dan akan meningkat sesuai usia sampai mencapai 150 cc pada
orang dewasa. Pada hakekatnya susunan CSS sama seperti cairan interselular otak, ventrikel
dan ruang subarakhnoid. CSS setelah diproduksi oleh pleksus khoroideus pada ventrikel
lateralis akan mengalir ke ventrikel III melalui foramen Monroe. Selanjutnya melalui
akuaduktus serebri (Sylvius) menuju ventrikel IV. Dari ventrikel IV sebagian besar CSS
dialirkan melalui foramen Luschka dan Magendie menuju ruang subarakhnoid, setinggi
medulla oblongata dan hanya sebagian kecil CSS yang menuju kanalis sentralis. Dalam ruang
subarakhnoid CSS selanjutnya menyebar ke segala arah untuk mengisi ruang subarakhnoid,
serebral maupun spinal. Absorpsi CSS dilakukan oleh vili-vili arakhnoid yang jumlahnya
sangat banyak pada permukaan hemisferium serebri, basis serebri dan sekeliling radiks nervi
spinalis.5
Hidrosephalus
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan cephalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid.6
Epidemiologi
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering
ditemui. Data menyebutkan bahwa hidrosefalus kongenital terjadi pada 3 dari 1000 kelahiran
di Amerika Serikat dan ditemukan lebih banyak di negara berkembang seperti Brazil yaitu
sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran. Sedangkan di Indonesia ditemukan sebanyak 40% hingga
50% dari kunjungan berobat atau tindakan operasi bedah saraf.7
Etiologi
Hydrocephalus terjadi bila terdapa penyumbatan aliran cairan serebrospinalis
(CCS)pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan serebrospinalis (CCS)dalam
sistem ventrikel dan tempa tabsorpsi dalam ruang sub arachnoid. Akibat penyumbatan
terjadidilatasi ruangan cairan serebrospinalis (CCS)diatasnya.
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2. Infeksi
Infeksi pada selaput meningen dapat menimbulkan perlekatan meningen sehingga
dapat terjadi obliterasi ruang subarachnoid.Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis
spurulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulenta di
aquaduktus silvii sisterna basalis. Selain itu, ibu hamil sering menderita beberapa infeksi,
infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal otak bayi.Seperti: CMV
(Cytomegalovirus), rubella, Mumps, Sifilis, toxoplasma.
3.Neoplasma
obstruksi mekanis yang dapat terjadi disetiap tempat aliran CSS.Pengobatan dalam
hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka
dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan cairanserebrospinalis (CCS)melalui
saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV
atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma
4.Perdarahan
perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak,dapatmenyebabkan fibrosis lepto
meningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi
dari darah itu sendiri. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya
hydrocephalus juga bisa terjadi pada dewasa. Hanya saja, pada bayi gejala klinisnya tampak
lebih jelas, sehingga lebih mudah dideteksi dan didiagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi
ubun-ubunnya masih terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi
dengan melebarnya tulang-tulang tengkorak. Terlihat pembesaran diameter kepala yang
makin lama makin membesar seiring bertambahnya tumpukan CSS.Sedangkan padaorang
dewasa ,tulang tengkorak tidak lagi mampu melebar. Akibatnya berapapun banyaknya CSS
yang tertumpuk, tidak akanmampu menambah besar diameter kepala.8
Patofisiologi
Klasifikasi
Hidrosefalus Normotensif
Manifestasi Klins
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita. Gejala yang paling umum untuk
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembsaran abnormal yang
progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal, atau presentil 98
dari kelompok seusianya. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intracranial
lainnya yaitu:
1. Fontanel anterior yang sangat tegang. Biasanya fontanel anterior dalam keadaan
normal tampak datar atau bahkan sedikit cekung ke dalam pada bayi dalam posisi
berdiri (tidak menangis)
2. Sutura cranium tampak atau teraba melebar
3. Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol. Perkusi
kepala akan terasa seperti kendi yang rengat (cracked pot sign)
4. Fenomena matahari tenggelam (sunset phenomenon). Tampak kedua bola mata
deviasi ke bawah dan kelopak mata tertarik. Fenomena ini seperti halnya tanda
perinaud, yang ada gangguan pada daerah tektum. Esotropia akibat parese n.VI, dan
kadang ada parese n.III, dapat menyebabkan penglihatan ganda dan mempunyai risiko
bayi menjadi amblyopia.
Gambar 2. Sunset Phenomenon.11
Gejala hipertensi intracranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan
okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
Gejala lainnya yang dapat terjadi adalah: spastisitas yang biasanya melibatkan
ekstremitas inferior (sebagai konsekuensi peregangan traktus pyramidal sekitar ventrikel
lateral yang dilatasi) dan berlanjur sebagai gangguan berjalan, gangguan endokrin (karena
distraksi hipotalamus dan pituitary stalk oleh dilatasi ventrikel III).10
Diagnosis
dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania merupakan salah satu
tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal atau
persentil 98 dari kelompok usianya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial
dan menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior yang sangat
tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin, dan sunset phenomenon
dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan kelopak mata atas tertarik. Gejala hipertensi
intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar daripada bayi, gejala ini mencakup
nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala gangguan batang otak (bradikardia,
aritmia respirasi). Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang berlanjut
menjadi gangguan berjalan dan gangguan endokrin.
Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG dapat mendeteksi hidrosefalus
pada periode prenatal, dapat pula digunakan untuk mengukur dan memonitor ukuran
ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. Dilakukan melalui fontanela anterior yang
masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar.
Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh
karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT scan
Pada X foto kepala, didapatkan: 1)Tulang tipis, 2). Disproporsi kraniofasial, dan 3).
Sutura melebar. Dengan prosedur ini dapat diketahui adanya hidrosefalus tipe
kongenital/infantile ataupunh hidrosefalus tipe juvenile/adult: oleh karena sutura telah
menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intracranial.
Pemeriksaan transluminasi didapatkan penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih
dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm. Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptic melalui
punksi ventrikel / punksi fontanela mayor, menentukan Tekanan, Jumlah sel meningkat,
menunjukan adanya keradangan / infeksi, lalu adanya eritrosit menunjukan perdarahan
, dan bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotic
Pemeriksaan ventrikulografi yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni
atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung
masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit
yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan
CT Scan dapat digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan
menentukan sumber obstruksi. CT-Scan kepala
a. Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran
dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering
ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari CSS.
b. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan
dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari
daerah sumbatan.7
Penatalaksanaan
Terapi sementara
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus
khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa
diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko
menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi pasien hidrosefalus
ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk dilatasi ventrikular posthemoragik pada
anak. Pada pasien yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi dapat dilakukan
pemasangan kateter ventrikular atau yang lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal.
Namun operasi shunt yang dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal memiliki risiko
tertinggi untuk terjadinya infeksi. Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah dengan
pungsi ventrikel yang dapat dilakukan berulang kali.
Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran baru antara aliran
likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase (seperti peritoneum, atrium kanan, dan
pleura).
A. Shunt Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal.
B. Shunt Internal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain. Ventrikulo-Sisternal, CSS
dialirkan ke sisterna magna Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
Lumbo peritoneal shunt: CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.7,9
Prognosis
Pada pasien hidrosefalus, kematian dapat terjadi akibat herniasi tonsilar yang dapat
menyebabkan penekanan pada batang otak dan terjadinya henti nafas. Sedangkan
ketergantungan pada shunt sebesar 75% dari kasus hidrosefalus yang diterapi dan 50% pada
anak dengan hidrosefalus komunikans. Pada anak dengan hidrosefalus obstruktif yang
memiliki korteks serebral intak, perkembangan yang adekuat dapat dicapai hanya dengan
ETV, meskipun pencapaian tersebut lebih lambat. Pada anak dengan perkembangan otak
tidak adekuat atau serebrum telah rusak oleh hidrosefalus maka perkembangan yang optimal
tidak dapat dicapai hanya dengan terapi ETV meskipun tekanan intrakranial terkontrol.7
BAB III KESIMPULAN