You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GONOREA

OLEH

KELOMPOK 4

1. ADELBERTUS TEGU PANDE 11. INCHA A. LUDJI


2. ALEXANDER WIKI BELL 12. IMELDA IMACULATA
3. CHRISTIAN N. BAU’N 13. JA CINTA AMAINA
4. CRISTYANTI D. R. ARAUJO 14. JIDA H. ALGADRI
5. DELFINA F. SEQUEIRA 15. KIKI M. BARA
6. DIAH KURNIAWATI 16. KRISTINA A. WETA
7. EMANUEL SABINUS WODA 17. LAURENSIUS GERING
8. FELISIA H. NGARA 18. MARI M. LAO
9. FRANSISKA O. NDILO 19. MARIA A. K. JAWAN
10. HAWILA RINI 20. MARIA ANASTASIA WENDE

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2018
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GONORHOE

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Gonore adalah infeksi akut, hampir selalu akibat kontak seksual, disebabkan oleh
Neisseria gonore. (Lindon Saputra, 2009 : 499).
Gonore adalah infeksi menular seksual pada permukaan selaput lendir disebabkan
oleh mikroorganisme Neisseria gonore. (Arif Muttaqin, 2012 : 178).
2. Epidemiologi
Angka gonore di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di Negara-negara industry
lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 80 kali daripada
Kanada (CDC,2002). Setelah infeksi oleh neisseria gonorrhoeae tidak timbul
imunitas alami, sehingga infeksi dapat terjangkit lebih dari 1 kali. Angka gonorea di
Amerika Serikat terus memperlihatkan penurunan sejak pertengahan tahun 1970-
an,sampai 1997 dan 1999. Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang
tertinggi pada perempuan berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan
pada laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
3. Etiologi
a. Organisme gonokokus (gonococcus, GC) adalah bakteri diplokokus berbentuk
kacang merah, yang bersifat pathogen pada epitel.
b. infeksi sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi
bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
4. Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah Keperawatan
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva
danfarings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula
seminalis,epididimis dan testis pada pria dan kelenjar Skene, Bartholini,
endometrium, tuba fallopi danovarium pada wanita.Tanda-tanda penyakitnya adalah
nyeri, merah dan bernanah.Gejala pada laki-laki adalahrasa sakit pada saat kencing,
keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah dan agak
bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala. Namun ada juga
rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan.
Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan seringkali berupa kemandulan
pada perempuan
5. Komplikasi
Pada laki-laki:
a) Tysonitis
Biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukan butir pus
atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup
akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.
b) Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia.
Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
c) Radang kelenjar littre (littritis)
Tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang-benang atau butir-
butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis
komplikasi ini ditegakkan denganuretroskopi.
d) Infeksi pada kelenjar cowper (cowperitis)
Dapat menyebabkan abses. Keluhan beruypa nyeri dan adanya benjolan didaerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria.
Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rectum
dan mengakibatkan proktitis.
e) Prostatitis akut, ditandai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit BAB, dan obstipasi. Pada
pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konstitensi kenyal, nyeri tekan
dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah,
masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis.
f) Infeksi asendes dari uretra posterior dapat mengenai trigonumvesika urinaria.
Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal dan hematuria
Pada wanita:
a) Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena tetapi abses jarang terjadi.
b) Kelenjar bartholin dn labium mayor pada sisi yang terkana membengkak, merah
dan nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul
dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau
menjadi kista.
c) Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut dan kronis. Ada beberapa factor
predisposisi yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan
pemakaian IUD.
Infeksi langsung terjadi pada serviks melalui tuba falopii ke daerah salping atau
ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya
terasa nyeri di daerah abdomen bawah dan menstruasi tidak teratur ayau
abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan
parut pada tuba sehingga dapat mengakibatkan intertilitas atau kehamilan diluar
kandungan.
6. Gejalah Klinik

a) Pada laki-laki:
o Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
o Keluar cairan seperti nanah dari penis
o Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
o Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema,
nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun
mengakibatkan kista
o Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
o Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak
tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid
dari uretra.
o Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
b) Pada wanita:
o Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
o Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan
dan mengiritasi jaringan vulva
o Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari
vagina
o Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
o Sakit bila melakukan hubungan seksual
o Muncul rasa sakit pada saat kencing
o Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang air
kecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau
tanpa gejala
o Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri
abdomen bagian bawah.
7. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
a) Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram
negative, intraselular dan ekstra selular, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria
diambil dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari
serviks, uretra, muara kelenjar bartholin dan rectum.
b) Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang
dapat digunakan:
 media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan
gabungan media transport dan pertumbuhan yang selektif dan nutritive untuk
neisseria gonorrhe dan neisseria meningitidis)
 media pertumbuhan misalnya media Thayer martin (selektif untuk mengisolasi
gonokok)
c) Tes definitive : tes oksidasi, semua neisseria memberi reaksi positif dan tes
fermentasi, kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
d) Tes Thomson: dengan menampung urin pagi dalam 2 gelas, tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
8. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
a) Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500mg dan oflaksasin 400mg.
berbagai rejimen yang dapat di berikan adalah
 Siprofloksasin 500mg per oral
 Oflaksasin 400mg per oral
 Seftriakson 250mg injeksi intarmuskuler
 Spektinomisin 2g injeksi intramuscular
 Dikombinasikan dengan
 Doksisiklin 2x100mg, selama 7 hari
 Tetrasiklin 4x500mg, selama 7 hari
 Eritromisin 4x500mg, selama 7 hari
b) Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah astu obat dibawah
ini:
 Siprofloksasin 500mg/hari per oral, selama 5 hari
 Oflaksasin 400mg/hari per oral, selama 5 hari
 Seftriakson 250mg/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
 Spektinomisin 2g/ hari injeksi intramuscular, selama 3 hari
 Dikontraindikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak
berusia kurang dari 12 tahun
2) Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
a. Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
b. Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
d. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tak
dapat dihindarkan
e. Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas pasien
Gonerea lebih sering terjadi pada wanita berumur 15-19 tahun,sedangkan
laki-laki 20-24 tahun
 Keluhan utama: rasa sakit atau panas saat kencing
 Riwayat kesehatan dahulu: Organisme gonokokus (gonococcus, GC) ,infeksi
sebelumnya memberikan antibody, namun bukan imunitas. Baik virulensi
bakteri maupun daya tahan tubuh individu bervariasi.
 Riwayat kesehatan sekarang:
1. Pada laki-laki:
o Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing
o Keluar cairan seperti nanah dari penis
o Kelenjar parauretral (skene): pus dapat terlihat pada meatus uretra
o Kelenjar bartholin: gonore dapat menyebabkan abses (kemerahan, edema,
nyeri) yang mungkin memerlukan insisi dan drainase atau sembuh, namun
mengakibatkan kista
o Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit
o Disuria yang timbul mendadak,rasa ingin buang air kecil yang tak
tertahan, sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid
dari uretra.
o Retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat
2. Pada wanita:
o Sering tanpa gejala atau gejala sulit dilihat
o Serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan
dan mengiritasi jaringan vulva
o Keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti nanah) dari
vagina
o Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
o Sakit bila melakukan hubungan seksual
o Muncul rasa sakit pada saat kencing
o Penyakit mungkin mulai dengan disuria, rasa ingin dan sering buang air
kecil setelah masa inkubasi 2-8 hari tetapi uretritis sering kali ringan atau
tanpa gejala
o Manifestasi salpingitis berupa demam timbul mendadak dan nyeri
abdomen bagian bawah
 ADL (Activity daily living)
o Nutrisi:-
o Eliminasi: muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria
yang timbul mendadak, rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan,
sering buang air kecil disertai dengan keluarnya lender mukoid dari
uretra, retensi urin akut mungkin akibat inflamasi prostat.
o Pola aktivitas/istrahat:-
o Personal hiegine:bau busuk pada daerah genetalia
2. Pemeriksaan fisik
 System persarafan: nyeri abdomen bagian bawah.
 System perkemihan : Muncul rasa sakit dan atau panas pada saat kencing, disuria
yang timbul mendadak, rasa ingin buang air kecil yang tak tertahan, sering buang air
kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra,retensi urin akut mungkin
akibat inflamasi prostat
 System reproduksi : Sakit bila melakukan hubungan seksual, Keluar cairan seperti
nanah dari penis, buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit,
serviks: leukorea berwarna hijau atau kuning kehijauan yang dikeluarkan dan
mengiritasi jaringan vulva,keluar berwarna kekuning-kuningan dan berbau (seperti
nanah) dari vagina,alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
 System integumen: Buah pelir bisa menjadi bengkak, panas, merah dan terasa sakit,
Alat kelamin terasa sakit dan atau gatal
3. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra
DS: Kilen mengeluh nyeri saat berkemih, mengeluh nyeri abdomen bagian bawah
DO: TTV meningkat,wajah klien meringis, klien menunjukan wajah meringis (nyeri)
saat berkemih
2) Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler
DS: klien mengeluh suhu tubuh meningkat
DO: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
3) Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat
DS: Klien mengeluh sedikit berkemih
DO: Haluaran urin sedikit, distensi kandung kemih
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus pada
wanita)
DS: Klien mengeluh sakit bila melakukan hubungan seksual,
DO: Peradangan pada uterus,
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system reproduksi
DS:klien mengeluh keluarnya nanah pada organ reproduksi (penis/vagina)
DO:tampak adanya nanah yang keluar dari organ reproduksi
4. Perencanaan keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan peradangan pada uretra
Goal: Nyeri klien hilang atau terkontrol
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan uretra saat dalam perawatan
Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: Nyeri klien terkontrol atau hilang,
ekspresi wajah tidak meringis, TTV normal (tekanan darah
120/80mmHg, nadi untuk orang dewasa 60-100x/mnt, RR 12-
20x/mnt, suhu 36,5-37,50c)
Intervensi :
 Jelaskan pada klien tentang kondisi penyakitnya
R/ untuk menambah pengetahuan klien
 Ajarkan klien dan keluarga tentang teknik-teknik pengendalian nyeri
R/ untuk mengurangi nyeri dan menimbulkan kemandirian
 Kaji jenis dan tingkat nyeri klien
R/ pengkajian berkelanjutan membantu menyakinkan bahwa penanganan
dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam mengurangi nyeri
 Minta pasien untuk menggunakan skala 1 – 10 untuk menjelaskan tingkat
nyeri
R/ untuk memfasilitasi pengkajian yang akurat tentang tingkat nyeri psien
 Bantu pasien untuk mendapat posisi yang nyaman, menyokong daerah yang
sakit bila diperlukan
R/ untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk
mendistribusikan kembalitekanan pada bagian tubuh
 Kolaborasi pemberian obat Analgesik
R/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi
lain. Analgesic bekerja dengan memblok pelepasan prostaglandin sebagai
mediator nyeri.
 Observasi keefektifan pengobatan setelah 30 menit
R/ untuk memantau pengurangan nyeri dan membina tingkat kepercayaan
yang diperlukan untuk membina hubungan terapiotik
2) Hipertermia berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh vaskuler
Goal : Suhu tubuh klien normal
Objektif: klien tidak akan mengalami vasodilatasi pembuluh vaskuler selama
dalam perawatan
Outcomes: Dalam waktu 1x24 jam perawatan: TTV normal, (tekanan darah
120/80mmHg, nadi untuk orang dewasa 60-100x/mnt, RR 12-
20x/mnt,suhu 36,5-37,50c)

Intervensi:
 Ukur suhu tubuh klien setiap 4 jam atau lebih sering bila diindikasikan
R/ untuk meyakinkan perbandingan data yang akurat
 Pantau dan cacat denyut dan irama nadi, tekanan vena sentral, TD,
frekuensi napas, tingkat responsifitas dan suhu kulit minimal setiap 4 jam
R/ peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan vena sentral dan
penurunan tekanan darah dapat mengindikasikan hipovolemia yang
mengarah pada penurunan perfusi jaringan. Kulit yang dingin dapat juga
mengindikasikan penurunan perfusi jaringan. Peningkatan frekuensi
pernapasan berkompensasi pada hipoksia jaringan.
 Berikan antipiretik sesuai indikasi, cata keefektifannya
R/ mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer dengan bertambahnya pengeluaran
kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
3) Retensi urin berhubungan dengan inflamasi prostat
Goal: klien bebas dari retensi urin
Objektif: klien tidak akan mengalami inflamasi prostat selama dalam
perawatan
Outcomes: dalam waktu 2x24 jam perawatan: berkemih dengan jumlah yang
cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi:
 Ajarkan klien dan anggota keluarga atau pasangan tentang teknik
berkemih yang akan digunakan di rumah
R/ pemahaman tentang prosedur dan rasionalnya akan mengurangi
ansietas dan meningkatkan kenyamanan
 Bantu pasien dalam melakukan prosedur eliminasi kandung kemih yang
diprogramkan seperti manuver crede atau valsava setiap 2 jam atau 3 jam
R/Untuk mengeluarkan urin
 Pantau pola berkemih pasien
R/catat waktu,tempat, jumlah,dan kesadaran berkemih pasien diperlukan
untuk menetapkan pola kontinensia
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan peradangan organ reproduksi (uterus
pada wanita)
Goal : klien bebas dari disfungsi seksual
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan organ reproduksi selama
dalam perawatan
Outcomes: dalan waktu 3x 24 jam perawatan: klien bebas dari rasa sakit saat
bersenggama, peradangan pada uterus hilang/terkontrol
Intervensi:
 Anjurkan pasien untuk mendiskusikan keluhannya dengan suami atau
istri atau pasangan. Sediakan waktu dan lingkungan yang kondusif
untuk komunikasi antara pasien dan suami/istri atau pasangan
R/ untuk berbagi keluhan dan memperkuat hubungan
 Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara
terbuka dalam lingkungan yang tidak mengancam
R/ tindkan ini meningkatkan komunikasi dan pemahaman diantara
pasien dan pemberi asuhan.
 Berikan dukungan untuk suami istri atau pasangan
R/intervensi yang mendukung seperti mendengar aktif,
mengkomunikasikan keluhan, perhatian dan penerimaan
 Berikan edukasi kepada pasien dan suami/istri atau pasangan tentang
keterbatasan akibat kontak fisik pasien saat ini
R/ edukasi mengenai keterbatasan akibat penyakit yang berdampak
pada aktivitas seksual dapat membantu pasien menghindari komplikasi
atau cedera
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan peradangan pada system
reproduksi
Goal:klien bebas dari gangguan citra tubuh
Objektif: klien tidak akan mengalami peradangan pada system reproduksi
selama dalam perawatan
Outcomes:dalam waktu 2x24 jam perawatan klien: nanah yang keluar dari
vagina atau penis berkurang atau tidak ada.
Intervensi:
 Ajarkan dan dorong strategi koping yang sehat
R/untuk membantu pasien mengatasi perilaku yang tidak produktif
 Bombing dan kuatkan focus pasien pada aspek-aspek positif dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan cutra tubuhnya
R/ untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang berkelanjutaan
 Diskusikan kemajuan pasien dan tunjukan bagaimana kondisinya telah
meningkat atau stabil
R/untuk meningkatkan sikap positif
6) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pluritus
Goal : klien tidak menunjukan tanda-tanda kerusakan kulit
Objektif: klien tidak akan mengalami pluritus selama dalam perawatan
Outcomes:-
Intervensi:
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga atau pasangan tentang perlunya
tindakan perawatan kulit preventif
R/ untuk mendorong kepatuhan terhadap program perawatan kulit
 Inspeksi kulit pasien setiap pergantian tugas jaga, dokumentasikan
kondisi kulit dan laporkan setiap perubahan keadaan
R/ deteksi dini terhadap perubahan kulit dapat mencegah atau
meminimalkan kerusakan kulit
 Bantu pasien dalam melakukan tindakan hygiene dan kenyamanan
R/ untuk meningkatkan kenyamanan dan kondisi kesehatan
 kolaborasi pemberian antihistamin
R/ Untuk mengatasi rasa gatal
5. Implementasi keperawatan
Implementasi/ tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana intervensi
yang telah ditetapkan
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan tersebut tidak
teratasi,teratasi sebagian atau teratasi sepenuhnya. Untuk tujuan itu evaluasi dapat
dilakukan dengan metode SOAPIE

You might also like