You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN GANGGUAN CA OVARIUM

DISUSUN OLEH :

NUR ULISETIANI

P1337420616002

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


I. KONSEP DASAR CA OVARIUM
A. Definisi
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal)
dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer &
Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy
atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas ganas (true malignant)
(Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.
Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di bagian
dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan
pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro,
2005).
Ca Ovarium (kangker ovarium) adalah kanker yang berkembang disel- sel yang
menunjang ovarium, termasuk sel epitel permukaan, sel germinal, dan sel setroma. Sel-
sel yang bermetastasis dari organ lain menuju ovarium, tidak dikatakan sebagai kangker
ovarium. (Syafrudin, Hamidah, 2009)

B. Klasifikasi
Ada 3 jenis kanker ovarium, yaitu:
1. Tumor epitel primer (tumor serosum, tumor mesinosum, kanker endometriod,
kanker sel jernih, tumor brenner, karsinoma diferensiasi). Jenis tumor dengan
insiden terbanyak sekitar 85% lebih banyak pada umur 50 tahun atau lebih
2. Gell cell tumor (dysgerminoma, tumor sinus endodermal, karsinoma embrional,
koriokarsinoma, teratoma). Lebih bnyak terjadi pada wanita muda atau anak-
anak
3. Sex-cord stromal tumor (tumor sel granulosa, androblastoma, ginandroblastoma,
fibroma)
C. Etiologi
Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya
tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda.
Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat
metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi
faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan
tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada
sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

D. Faktor Resiko
Menurut Bughman dan Hackley (2000) dan Otto (2005) faktor risiko yang
dapat menjadi penyebab kanker ovarium antara lain sebagai berikut:
1. Diit tinggi lemak
2. Perokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak tabur pada daerah perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon atau endometrium
6. Nuliparitas
7. Infertilitas
8. Anovulasi
9. Kelompok usia 50-59 tahun
10. Genetik
11. Penggunaan KB hormon estrogen dalam jangka waktu lama tanpa kombinasi
progesteron
12. Riwayat kanker ovarium
13. Endometriosis
14. Menstruasi lebih awal
15. Menopause terlambat
16. Kehamilan pada usia tua

E. Patofisiologis
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista
ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau
terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan
paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi
kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan
mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.

Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium.
Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun
ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda
jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan
tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan
samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga perut
merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor
ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak
nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa
sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan
(Wiknjosastro,2005).

Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka


ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira
60% terdapat pada usia peri menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia
jauh lebih muda.
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).

F. Stadium
Stadium Penjelasan
Ia Terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor di
permukaan luar, kapsul utuh

Ib Tumbuh terbatas pada dua ovarium, tidak ada asites, tidak ada
tumor di permukaan luar, kapsul utuh

Ic Sama dengan Ia atau Ib, tetapi dengan tumor pada permukaan luar
atau kapsul pecah atau dengan asites

II Tumbuh pada satu atau dua ovarium dengan penyebaran ke pelvis

IIa Penyebaran atau metastase ke uterus dan atau tuba


IIb Penyebaran ke jaringan pelvis yang lain

IIc Sama dengan IIa atau IIb, tetapi dengan asites

IIIa Tumor terbatas pada pelvis minor tetapi secara mikroskopis


terdapat penyebaran pada permukaan peritonium abdominal,
kelenjar getah bening negative

IIIb Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan inplan pada
permukaan peritonium abdominal tidak lebih dari 2 cm, kelenjar
getah bening negative

IIIc Inplan pada organ intra abdomen dengan diameter lebih dari 2 cm,
dan atau kelenjar getah bening retro peritonial atau inguinal positif

IV Pertumbuhan mengenai satu atau dua ovarium dengan metastase


jauh
G. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid (siklus tidak teratur, peningkatan ketegangan premenstuasi,
menoragi)
b. Nyeri tekan payudara
c. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
d. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
e. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
f. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
g. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual (rasa begah saat makan dalam jumlah sedikit)
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
(Boughman & Hackley;2000)

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor
melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe
menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
masalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites
fistula dan edema ekstremitas bawah

I. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis untuk menentukan diagnosis kanker ovarium adalah
sebagai berikut:
1. Tes Darah CA 125
CA 125 merupakan protein yang terdapat pada permukaan sel kanker ovarium
dan beberapa jaringan sehat. Kandungan CA-125 meningkat sekitar 80% pada
pasien yang terkena kanker ovarium epithelial. Akan tetapi metode ini tidak
terlalu akurat untuk mendiagnosa kanker ovarium karena protein CA-125 juga
dapat meningkat dalam kondisi non-kanker, seperti saat terjadi endometriosis
dan radang usus buntu.
2. Scan Ultrasound
Ada kemungkinan perlu dilakukan pemeriksaan dengan transvaginal ultrasound,
dengan memasukkan alat ultrasound ke dalam vagina. Pemeriksaan juga dapat
dilakukan melalui pemeriksaan ultrasound eksternal di mana alat ultrasound
diletakkan di atas perut. Gambar yang dihasilkan kemudian akan menunjukkan
ukuran serta tekstur dari ovarium, sekaligus kista yang mungkin ada.
3. Pemeriksaan Pelvik
Dokter memeriksa permukaan vulva, uterus serta ovarium untuk mencari
perubahan abnormal.
4. Scan CT atau Scan MRI
Pemindaian visual pada bagian perut, dada dan pelvik ini dapat membantu untuk
mendeteksi tanda-tanda terjadinya kanker pada bagian tubuh yang lain.
5. X-Ray dada
Diagnosa ini membantu untuk mendeteksi apakah bagian tubuh yang lain seperti
paru-paru, juga telah terkena kanker.
6. Bedah atau Biopsi
Pada dasarnya metode ini adalah metode pembedahan atau biopsi yang
diperlukan untuk membuktikan bahwa sel yang didiagnosa adalah kanker dan
berasal dari ovarium.

J. Penanganan
Adapun penanganan kanker ovarium adalah sebagai berikut:
Stadium Penanganan
Operasi Radiasi Kemoterapi
IIa, IIb, IIc + + +

IIIa, IIIb, IIIc +/- - +

IV +/- - +

1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan
laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating
seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx /
metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu
suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker (Hidayat, 2008)
K. Tanda dan Gejala Ca Ovarium
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih
mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala
berikut:
1. Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah
2. Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
3. Urinary urgensi
4. Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
5. Mual
6. Sembelit
7. Sering buang air kecil
8. Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
9. Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang Anda
10. Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
11. Kekurangan energy
12. Punggung sakit
13. Perubahan menstruasi
14. Panggul terasa berat
15. Perdarahan pervaginam

Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan


pertanda awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut
membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada
saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat
badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang
menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut.

L. Pencegahan
Cara termudah untuk mengurangi kemungkinan kanker ovarium adalah;
1. Mengambil kontrasepsi oral atau pil KB.
2. Mengikat saluran tuba.
3. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa histerektomi juga akan mengurangi
risiko kanker ovarium. Namun, tidak dianjurkan untuk memiliki prosedur ini
dilakukan kecuali jika itu adalah alasan medis yang baik untuk melakukannya.
Jika seorang wanita telah melalui menopause atau mendekati menopause maka
mungkin ide yang baik untuk memiliki ovarium diangkat melalui histerektomi.

II. FOKUS ASSESMENT (Pathways)

Mutagen, makanan, wanita Inkusi epitel stroma Kista


mandul, promipara- tua>45 tahun,
genetik.

Rangsangan hormone
estrogen meningkat

Poliferasi kista

Terapi radiasi Penurunan fungsi organ Metatase jaringan sekitar

Efek samping Pembesaran massa Maligna

Kerusakan sel sekitar, Kompresi serabut syaraf Ketidakefektifan pola


rambut rontok, sexualitas
penurunan
hemotopeotik, anemia,
penurunan produksi Nyeri
eritrosit

Penurunan motilitas usus Status kesehatan menurun Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer resiko
perdarahan
Peristaltik menurun

Koping individu tidak efektif Gangguan citra


Konstipasi
tubuh

Ansietas (Nurarif & Kusuma, 2015)


III. MASALAH KEPERAWATAN / DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekanan perut bagian bawah akibat
metastasis)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan produksi darah (anemia)
3. Ansietas b.d stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaanya
4. Resiko perdarahan b.d penurunan volume darah (anemia, tromositopeni,
kemoterapi)
5. Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal
6. Gangguan citra tubuh b.d pembedahan, terapi penyakit kanker (terapi radiasi)

IV. INTERVENSI DAN RASIONAL


No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen NIC :
Setelah diberikan asuhan
cidera biologis
keperawatan selama 3x24 Pain Managemen
(penekanan perut
jam, nyeri yang dirasakan
bagian bawah 1. Lakukan pengkajian nyeri
klien berkurang dengan secara komprehensif
akibat metastasis) termasuk lokasi,
criteria hasil :
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
NOC label : Pain Control faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal


 Klien melaporkan dari ketidaknyamanan
nyeri berkurang

 Klien dapat 3. Gunakan strategi


mengenal lamanya komunikasi terapeutik untuk
(onset) nyeri mengungkapkan
pengalaman nyeri dan
 Klien dapat
penerimaan klien terhadap
menggambarkan
respon nyeri
faktor penyebab

 Klien dapat 4. Ajarkan cara penggunaan


menggunakan teknik terapi non farmakologi
non farmakologis (distraksi, guide
 Klien menggunakan imagery,relaksasi)
analgesic sesuai
instruksi

Analgesic Administration
Pain Level
1. Kolaborasi pemberian
analgesic
 Klien melaporkan
nyeri berkurang

 Klien tidak tampak


mengeluh dan
menangis

 Ekspresi wajah klien


tidak menunjukkan
nyeri

 Klien tidak gelisah

2. Ketidakefektifan NIC : Peripheral Sensation


Setelah diberikan asuhan
perfusi jaringan Management
keperawatan selama 3x24
perifer b.d 1. Monitor adanya daerah
jam, ketidakefektifan
penurunan tertentu yang hanya peka
perfusi jaringan yang
produksi darah terhadap
dirasakan klien berkurang
(anemia) panas/dingin/tajam/tumpul
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
dengan criteria hasil :
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksi keluarga untuk
mengobservasi kulit jika
ada isi atau laserasi
1. Tekanan systole dan
4. Gunakan sarung tangan
diastole dalam rentang
untuk proteksi
yang diharapkan
5. Kolaborasi pemberian
2. Tidak ada ortastatik
analgesik
hipertensi
6. Monitor adanya
3. Tidak ada tanda-tanda
tromboplebitis
peningkatkan tekanan
intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
4. Berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kamampuan
3. Ansietas b.d stress NIC : anxiety Reduduction
Setelah diberikan asuhan
akibat kurangnya 1. Gunakan pendekatan yang
keperawatan selama 3x24
pengetahuan menenangkan
jam, stress yang dirasakan
tentang penyakit 2. Nyatakan dengan jelas
klien berkurang dengan
dan harapan terhadap pelaku
criteria hasil :
penatalaksanaanya pasien
3. Jelaskan semua prosedur
1. Klien mampu dan apa yang dirasakan
mengidentifikasi dan selama prosedur
mengungkapkan gejala 4. Pahami prespektif pasien
cemas terhadap situasi stress
2. Mengidentifikasi, 5. Temani pasien untuk
mengungkapkan dan memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik mengurangi takut
untuk mengontrol 6. Dorong keluarga untuk
cemas mendorong anak
3. Vital sign dalam batas 7. Dengarkan dengan penuh

normal perhatian

4. Postur tubuh, ekspresi 8. Dorong pasien untuk

wajah, bahasa tubuh mengungkapkan perasaan,


ketakutan, persepsi
dan tingkat aktivitas
9. Berikan obat untuk
menunjukkan
mengurangi kecemasan
kurangnya kecemasan

4. Resiko perdarahan 1. Pantau tanda dan gejala


Setelah dilakukan askep 3
b.d penurunan perdarahan post operasi.
x 24 jam perawat akan
volume darah 2. Monitor tanda-tanda vital
menangani atau
(anemia, 3. Pantau laborat
mengurangi komplikasi
tromositopeni, 4. kolaborasi untuk tranfusi
daripada perdarahan
kemoterapi) bila terjadi perdarahan (hb
< 10 gr%)
5. Kolaborasi dengan dokter
untuk terapinya
6. Pantau daerah yang
dilakukan operasi
5. Konstipasi b.d NIC : Constipasi/ Impaction
Setelah dilakukan askep 3
penurunan Management
x 24 jam perawat akan
motilitas traktus
menangani atau
gastrointestinal 1. Monitor tanda dan gejala
mengurangi konstipasi
konstipasi
dengan kriteria hasil :
2. Monitor bising usus
3. Monitor fases: frekuensi,
1. Mempertahankan konsistensi dan volume
bentuk fases lunak 4. Konsultasi dengan dokter
setiap 1-3 hari tentang penurunan dan
2. Bebas dari peningkatkan bising usus
ketidaknyamanan dan 5. Jelaskan etiologi dan
konstipasi rasional
3. Mengidentifikasi 6. Indentifikasi faktor
indicator untuk penyebab dan kontribusi
mencegah konstipasi konstipasi
4. Fases lunak dan 7. Pantau tanda-tanda dan

berbentuk gejala infeksi

6. Gangguan citra Setelah dilakukan askep 3 NIC : Body image


tubuh b.d x 24 jam perawat akan enhancement
pembedahan, terapi menangani atau 1. Kaji secara verbal dan non
penyakit kanker mengurangi gangguan verbal respon klien terhadap
(terapi radiasi) citra tubuh dengan kriteria tubuhnya
hasil : 2. Monitor frekuensi
1. Body image positif mengkritik dirinya
2. Mampu 3. Jelaskan tentang
mengidentifikasi pengobatan perawatan,
kekuatan personal kemajuan dan prognosis
3. Mendiskripsikan secara penyakit
faktual perubahan 4. Dorong klien
fungsi tubuh mengungkapan perasaannya
4. Mempertahankan 5. Identifikasi arti
interaksi sosial pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
V. BUKU SUMBER

Boughman dan Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1. Jakarta :
EGC.
Harahap R.E. Carcinoma Ovarii. 1984. Kanker Ginekologi edisi II.
Jakarta:Gramedia

Otto, E Shirley.2005. Buku Saku Keperawatan. Jakarta:EGC

Priyanto. 2007. http://www.scribd.com/doc/151019941/LP-CA-ovarium diunggah pada


24 Desember 2013

Smeltzer, S. C, Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.


Edisi 8. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi. Jakarta:


EGC

You might also like