You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia lanjut pada abad 21 meningkat sangat cepat. Pada tahun 2000 jumlah

penduduk usia lanjut di seluruh dunia mencapai 426 juta atau sekitar 6,8 % dari

total populasi. Jumlah ini diperkirakan akan mencapai peningkatan dua kali lipat

pada tahun 2025 dimana terdapat 828 juta usia lanjut yang menempati 9,7 % dari

populasi. Peningkatan jumlah usia lanjut ini terjadi baik di negara maju maupun

negara sedang berkembang. Secara relatif peningkatan penduduk usia lanjut di

negara berkembang tampak lebih cepat dibandingkan dengan negara maju. Hal ini

menunjukkan bahwa masalah lansia tidak hanya di negara maju tetapi juga di

negara berkembang (Manampiring, 2008).

Lansia rentan mengalami penyakit yang berhubungan dengan proses menua

salah satunya hipertensi. Hipertensi identik dengan peningkatan tekanan darah

melebihi batas normal. Seseorang dikatakan hipertensi jika hasil pengukuran

tekanan darah sistoliknya >140 mmHg dan diastoliknya >90 mmHg (Mahmudah,

2015). Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh

terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah. Namun sering, sekali penyakit

hipertensi ini tidak menunujukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah

menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.

Hipertensi dapat meningkatkan resiko terhadap kejadian stroke, serangan jantung,

dan kerusakan ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga terbesar

penyebab kematian dini. The Third National Health and Nutrition Examination

1
2

Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkat kan risiko penyakit

jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan resiko stroke sebesar 24%

(Anggraeni, 2014).

Data American Heart Association (2013) menunjukkan sebanyak 77.9 juta

atau 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi. Sedangkan

pada tahun 2011, WHO mencatat bahwa dua per tiga dari penduduk dunia yang

menderita hipertensi diantaranya berada di Negara berkembang yang

berpenghasilan rendah dan sedang. Indonesia berada dalam deretan 10 negara

dengan prevalensi hipertensi tertinggi di dunia, bersama Myanmar, India,

Srilanka, Bhutan, Thailand, Nepal, dan Maldives (Angraini, 2014). Risiko

hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, hal ini dibuktikan dengan

ditemukannya kecenderungan peningkatan prevalensi hipertensi yang semakin

besar pada kelompok umur dewasa dibandingkan remaja yaitu sekitar 40%

dengan kematian sekitar di atas 65 tahun (Depkes, 2007). Berdasarkan data hasil

Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007, prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil pengukuran tekanan darah meningkat sesuai peningkatan kelompok umur

responden. Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur 60 hingga 70 tahun

ke atas.

Hipertensi pada lansia akan mempengaruhi perubahan fisik dan penurunan

fungsi organ tubuh yang kemudian akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan

zat gizi besi. Defisiensi zat gizi termasuk zat besi pada ansia, mempunyai dampak

terhadap penurunan kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh

(Asrinawaty & Norfa, 2014). Disamping itu, berbagai penelitian yang dilakukan

para pakar menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar
3

merupakan masalah status gizi berlebih yang memicu timbulnya berbagai

penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes

melitus, batu empedu, rematik, gnjal, sirosis hati, dan kanker. Sedangkan masa-

lah gizi kurang juga banyak terjadi seperti kurang energi kronis, anemia, dan

kekurangan zat gizi mikro lain (Asrinawaty & Norfa, 2014). Dua pertiga atau

lebih penyakit pada lansia berhubungan erat dengan gizi. Para ahli beranggapan

30-50% faktor gizi berperan penting dalam mencapai dan mempertahankan

keadaan sehat yang optimal pada lansia dan salah satunya adalah penyakit

hipertensi, dengan meningkatkan gizi diharapkan kondisi lansia dapat

dipertahankan atau bahkan ditingkatkan (Asrinawaty & Norfa, 2014).

Asupan gizi yang sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat untuk

mempertahankan kualitas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit,

asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah agar tidak

terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang dideritanya. Dalam kehidupan

ini manusia tidak dapat terhindar dalam proses penuaan yang berlaku dalam

kehidupan dirinya. Banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan

fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia

lanjut. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran

pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta

susah buang air besar (BAB) yang dapat menyebabkan wasir. Kemampuan

motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan

kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-

hari, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

lansia (Setiawati, 2012).


4

Usia lanjut ini sangatlah penting untuk mengetahui faktor sumber masalah

status gizinya apakah itu diakibatkan dari kebiasaan di waktu muda, misalnya

karena kebiasaan makan banyak maka berat badanpun berlebih. Sedangkan pada

usia lanjut penggunaan kalori berkurang karena aktivitas fisik berkurang.

Kegemukan merupakan salah satu penyebab berbagai penyakit, seperti, jantung,

kencing manis, dan darah tinggi. Berat badan harus diwaspadai, karena dengan

peningkatan berat badan lebih dari 0.5 Kg/minggu berisiko terhadap kelebihan

berat badan. Sedangkan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg/minggu

menunjukkan bahwa Anda kekurangan beratbadan. Oleh karena itu di anjurkan

untuk melakukan penimbangan berat badan secara teratur setiap 1 minggu sekali.

Faktor lain yaitu perilaku dalam pemenuhi kebutuhan gizi dinilai sebagai

faktor utama dalam pembentukan status gizi lansia. Kecukupan makanan sehat

sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun kebutuhan

gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Tetapi nafsu makan mereka cenderung

terus menurun. Karena itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.

Bertambahnya usia menyebabkan indera rasa menurun. Sebagai kompensasi,

banyak orang lansia memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin.

Padahal, penambahan gula hanya menberikan kalori kosong (tidak ada nilai

gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah (Untari, 2015).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik

melakukan pembuktian pra penelitian yaitu melakukan studi pendahuluan

sebagian pembuktian awal tentang masalah status gizi pada lansia yang

mengalami hipertensi, dalam hal ini adalah gambaran status gizinya. Studi

pendahuluan di lakukan di puskesmas Cilacap Tengah pada tanggal 12 April 2017


5

diperoleh fenomena hasil diobservasi dan wawancara bahwa dari 5 lansia yang

mengalami hipertensi di puskesmas Cilacap Tengah I ada 4 orang yang

mengalami kegemukan, dan 1 orang normal. Hasil wawancara diperoleh temuan

bahwa mereka cenderung memakan apa saja yang tersedia di rumah tanpa

memperhatikan kadar garam yang terkandung dalam makanan tersebut meskipun

mereka sudah mengetahui bahwa memiliki penyakit hipertensi. Hal ini semakin

memantapkan penulis untuk melakukan kajian penelitian dengan judul

“Gambaran status gizi lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT

Puskesmas Cilacap Tengah I”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana gambaran status gizi lansia

yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Tengah I?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran status gizi

lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap

Tengah I.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi lansia yang mengalami hipertensi

di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Tengah I.


6

b. Mengidentifikasi gambaran status gizi lansia yang mengalami hipertensi di

wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap Tengah I.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teori

Hasil peneliti ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

gambaran status gizi lansia yang mengalami hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan bagi penentu kebijaksanaan dalam

melakukan intervensi, khususnya gambaran status gizi lansia yang

mengalami hipertensi.

b. Perawat

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kompotensi perawat

dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya bidang keperawatan

kepada klien terutama dalam pemenuhan kebutuhan gizi lansia.

c. Masyarakat

Sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan faktor-

faktor status gizi lansia yang mengalami hipertensi dan tersebar luas di

masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih memperhatikan dalam

menjaga pola makan dan pantangan yang harus dihindari, dengan cara

pendidikan kesehatan keluarga memberikan Pemenuhan Kebutuhan Gizi

pada lansia.
7

d. Peneliti selanjutnya

Sebagai bacaan dan inspirasi untuk mengkaji lebih dalam tentang

hipertensi pada lansia, status gizi pada lansia, serta faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi pada lansia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang peneliti lakukan, terdapat

beberapa penelitian yang relavan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Hendro Bidjuni (2014) dengan judul “Gaya hidup dengan kejadian hipertensi

di Puskesmas Kolongan Kecamatan kalawat Kabupaten Minahasa Utara”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan

penyakit hipertensi. Metode penelitian ini dilaksanakan dengan metode Cross

sectional, pemilihan sampel dengan purposive sampling, dengan jumlah

sampel 32 responden, pengumpulan data dilakukan dengan pengisisan

koesioner. Hasil uji korelasi Spearman Rho dengan tingkat kemakanan (α)

0,05 menunjukan konsumsi makanan didapat nilai signifikan berhubungan

dengan kejadian hipertensi. Aktifitas fisik didapat nilai signifikan

berhubungan dengan kejadian hipertensi. Stres didapat signifikan

berhubungan dengan kejadian hipertensi. Merokok didapat nilai tidak

signifikan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Kesimpulan gaya hidup

sangat mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi. Saran yang dapat

diberikan adalah bagi penderita hipertensi untuk selalu mengontrol tekanan

darah dan menghindari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi.


8

Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengangkat tentang

hipertensi. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu judul “Gambaran status gizi

lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap

Tengah I”. Jenis penelitian ini adalah deskritif kuantitatif dengan variabel

tunggal yaitu gambaran status gizi lansia. Sampel juga berbeda dalam

penelitian ini mengkhususkan lansia yang mengalami hipertensi dengan

teknik sampling yaitu total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan lembar observasi. Analsis statistik menggunakan uji univariat

melalui distribusi frekuensi.

2. Untari (2015) dengan judul “Kajian pengetahuan pemenuhan gizi lansia

ditinjau dari tingkat pengetahuan dan jenis pekerjaan” Penelitian ini

merupakan penelitian komparatif. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga

warga di Dusun Tegalsari Desa Senden Selo Boyolali. Teknik sampling

berupa total sampling yang berjumlah 30 orang. Instrumen menggunakan

check list dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Anova untuk

peninjauan tingkat pendidikan dan T Test Independent untuk peninjauan jenis

pekerjaan pada signifikan 5%. Hasil didapatkan tidak terdapat perbedaan

pengetahuan pemenuhan gizi lansia melalui pendidikan kesehatan baik

ditinjau dari tingkat pendidikan maupun jenis pekerjaan.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengangkat tentang

hipertensi. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu judul “Gambaran status gizi

lansia yang mengalami hipertensi di wilayah kerja UPT Puskesmas Cilacap

Tengah I”. Jenis penelitian ini adalah deskritif kuantitatif dengan variabel

tunggal yaitu gambaran status gizi lansia. Sampel juga berbeda dalam
9

penelitian ini mengkhususkan lansia yang mengalami hipertensi dengan

teknik sampling yaitu total sampling. Alat pengumpulan data menggunakan

kuesioner dan lembar observasi. Analsis statistik menggunakan uji univariat

melalui distribusi frekuensi.

You might also like