You are on page 1of 3

1. Nilai Peningkatan SGOT SGPT pada Hepatitis Akut / Kronik / Sirosis hepatis ?

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan AST (Aspartat
Aminotransferase) merupakan enzim yang dijum pai dalam otot jantung dan hati,
sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas.
Konsentrasi rendah dijum pai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian
dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada penyakit hati, kadarnya akan
meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama

Kondisi yang Meningkatkan SGPT Menurut Riswnato (2009) kodisi yang dapat
meningkatkan SGPT dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kim ia).
b. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT).
c. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) atau juga dinamakan ALT (Alanin
Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif
untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijum pai
pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih
tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya

Kondisi yang Meningkatkan SGOT Menurut Riswnato (2009) kodisi yang dapat
meningkatkan SGPT dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
b. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung,
gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis.
c. Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium
tremeus, cerebrovascular accident (CVA)

Pada kerusakan pada hati akut ALT > AST .


Peningkatan >1000 IU/L curigai hepatitis akibat obat, hepatitis virus akut,

Very high levels of AST (more than 10 times normal) are usually due to acute hepatitis,
sometimes due to a viral infection. With acute hepatitis, AST levels usually stay high for
about 1-2 months but can take as long as 3-6 months to return to normal. Levels of AST
may also be markedly elevated (often over 100 times normal) as a result of exposure to drugs
or other substances that are toxic to the liver as well as in conditions that cause decreased
blood flow (ischemia) to the liver.

With chronic hepatitis, AST levels are usually not as high, often less than 4 times
normal, and are more likely to be normal than are ALT levels. AST often varies between
normal and slightly increased with chronic hepatitis, so the test may be ordered frequently to
determine the pattern. Such moderate increases may also be seen in other diseases of the
liver, especially when the bile ducts are blocked, or with cirrhosis or certain cancers of the
liver. AST may also increase afterheart attacks and with muscle injury, usually to a much
greater degree than ALT.

In most types of liver disease, the ALT level is higher than AST and the AST/ALT ratio will
be low (less than 1). There are a few exceptions; the AST/ALT ratio is usually increased
in alcoholic hepatitis, cirrhosis, and in the first day or two of acute hepatitis or injury from
bile duct obstruction. With heart or muscle injury, AST is often much higher than ALT (often
3-5 times as high) and levels tend to stay higher than ALT for longer than with liver injury.

2. Hepatitis Fulminan

3. Hepatitis Kolestatik

Kolestasis adalah kondisi terhambatnya aliran cairan empedu secara akut atau kronis.
Definisi lain menyebutkan kolestasis adalah gangguan pembentukan dan/atau aliran bilier
yang secara klinis menimbulkan fatigue, pruritus, dan ikterus.5 Kolestasis dibedakan
menjadi kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Kolestasis intrahepatik terjadi akibat defek
fungsional hepatoselular atau lesi obstruktif traktus bilier intrahepatik. Kolestasis dinyatakan
kronis bila menetap 6 bulan atau lebih. USG (ultrasonografi ) abdomen direkomendasikan
sebagai pemeriksaan noninvasif lini pertama untuk membedakan kolestasis intrahepatik dan
ekstrahepatik.

Kolestasis disebabkan oleh obstruksi di dalam hati (intrahepatik). Virus hepatitis akan
menyebabkan blokade luas di duktus-duktus kecil dalam empedu. Obstruksi tersebut
menghambat aliran keluar cairan empedu yang mengandung bilirubin, menyebabkan
lemak terakumulasi di dalam darah dan tidak terekskresi secara normal.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan bilirubin serum tinggi, bisa melebihi 20
mg/dL, enzim transaminase meninggi sedang (jarang melebihi 500 U/L). Pada hepatitis
kolestatik, enzim transaminase bisa normal saat bilirubin masih tinggi. Selain itu,
didapatkan peningkatan enzim penanda kolestasis, yaitu ALP, 5’-NT, dan GGT. USG
berperan penting untuk menyingkirkan kolestasis ekstrahepatik. Tidak adanya dilatasi
saluran empedu pada USG menunjukkan kolestasis intrahepatik, sedangkan pada kolestasis
ekstrahepatik didapatkan dilatasi. Kalau ada dilatasi, harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
CT scan dan MRI untuk mencari penyebab.
Prednisolon 30 mg/hari tapering off dalam jangka pendek untuk mengatasi pruritus7,8
Kolestiramin 12-16 g/hari terbagi dalam 2-4 dosis7,9
Asam ursodeoksikolat (UDCA) dosis tinggi 20 mg/kgBB7

4. Lab
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati
seperti Bilirubindirect/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada
hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5
sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal,
kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal
kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan
masa protrombin dapat memanjang ( lihat tabel2)
Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect dapat tinggi sekali (>20
mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya
tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal. ∂-GT
dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga
meningkat (lihat table 3).
5. USG

Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk diagnosis hepatitis adalah
pemeriksaan dengan USG (ultrasonografi). USG adalah alat yang digunakan untuk
mengetahui adanya kelainan pada organ dalam. USG hati (liver) dilakukan jika pemeriksaan
fisik kurang mendukung diagnosis, sedangkan keluhan klinis pasien dan pemeriksaan
laboratorium menunjukkan hal sebaliknya. Jadi pemeriksan USG dilakukan untuk
memastikan diagnosis kelainan hati (liver).
Melalui pemeriksaan USG hati, dapat dilihat adanya pembesaran hati serta ada tidaknya
sumbatan saluran empedu. Pembesaran hati (liver) dilihat dengan mengamati bagian tepi hati.
Tepi hati (liver) yang tumpul menunjukkan adanya pembesaran hati (liver). Selain untuk
melihat ada tidaknya fibrosis (jaringan ikat), USG juga dapat digunakan untuk melihat
peradangan hati (liver) dengan mengamati densitas (kepadatan) hati (liver) yang lebih gelap.
USG hanya dapat melihat kelainan pada hepatitis kronis atau sirosis. Pada hepatitis akut atau
pada proses awal penyakit yang belum mengakibatkan kerusakan jaringan, pemeriksaan USG
tidak akurat. Pemeriksan USG juga dapat digunakan untuk mengungkap diagnosis lain yang
terkait kelainan hati (liver), seperti tumor hati (liver), abses hati (liver), radang empedu, dan
lain-lain.
USG dapat memberi gambaran yang jelas tentang Fatty Liver, Sirosis Hepar, Hepatomegali,
Hepatitis, Abses Hepar, Hepatoma dan Kista Hepar

Sebaiknya pasien yang datang dengan keluhan seperti nyeri abdomen yang kronik, dan
berulang dipastikan penyebabnya melalui pemeriksaan USG abdomen, untuk membantu
mendiagnosis, menyingkirkan kemungkinan kelainan abdomen lainnya dan mencegah
memberatnya penyebab nyeri abdomen.

D. Ultrasonografi (USG) dan Biopsi Hati


Pemeriksaan USG biasanya tidak diindikasikan pada hepatitis A, namun mungkin perlu untuk
menyingkirkan adanya obstruksi saluran empedu dan penyakit hati kronis. Pemeriksaan USG
sangat penting pada penderita FHF.

You might also like