You are on page 1of 10

TUGAS KULIAH

UNIVERSITAS ANDALAS

The Essence of Strategic Leadership : Managing Human and Social Capital

Oleh :

DR DEDI

No. BP. _____________

Dosen:

Dr.dr Rima Semiarty, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM PASCA SARJANA

MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan telaah artikel ini guna memenuhi tugas
mata kuliah yang dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan semoga kami selalu berpegang teguh pada
sunnahnya.

Makalah telaah artikel ini semoga dapat memberikan manfaat khususnya untuk para
pembaca dan saya mohon maaf apabila dalam penyusunan telaah artikel ini terdapat
kesalahan baik dalam pemilihan kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah telaah artikel
ini. Saya sebagai penyusun sadar bahwa makalah telaah artikel ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kebaikan untuk
kedepannya.

Padang, Oktober 2018

Penulis
ESENSI KEPEMIMPINAN STRATEGIS: MENGELOLA MODAL MANUSIA
DAN SOSIAL

Kepemimpinan Strategis: Pengelolaan Kinerja Perusahaan Yang Berbeda

BAB 1: PENDAHULUAN
Lingkungan bisnis pada abad ke-21 dicirikan oleh kondisi kompetitif yang tidak pasti,
kompleks dan dinamis. Untuk tetap survive dan lebih unggul perusahaan bukan lagi hanya
menyandarkan diri pada kelimpahan sumber daya yang dimiliki , namun sumber daya
tersebut juga harus memiliki karakteristik karakteristik : berharga (valuable) dan jarang
(rare) maka sumber daya akan sulit ditiru dan tidak tergantikan, maka competitive
advantage yang diraih dapat berkelanjutan (Barney, 1991; Kuratko, Ireland & Hornsby,
2001).
Namun itu juga masih belum cukup. Dengan menggunakan analogi dibidang olah
raga, Michael A. Hitt dan R. Duane Ireland, (2002) menjelaskan contoh dimana tim dengan
talenta kuat (level sumberdaya tinggi) tidak mampu memenangkan semua pertandingan
mereka dan kalah dari tim dengan talenta yang lemah. Kondisi ini mengesankan bahwa
terdapat perbedaan penting lainnya antara kedua tim ini disamping perbedaan dari segi talenta
yang dimilikinya. Penulis berargumen bahwa elemen yang hilang yakni kepemimpinan dalam
manajemen sumber daya tim. Kondisi ini secara jenaka ditunjukan dalam pernyataan seorang
anak kepada ayahnya “thanks pop, but todays kids do not want money, they want leadership”
Ini dapat ditafsirkan kurang lebih : uang (yang oleh sebagian besar dipandang sebagai
sumberdaya paling utama) bukanlah sumberdaya signifikan yang dibutuhkan, namun
kepemimpinan yang harus diperlihatkan.
Karena itu berlaku prinsip the man behind the gun. Dengan kata lain perlu
pengelolaan sumberdaya harus dilakukan dalam cara yang bisa memaksimalkan nilai
sumberdaya pada masa sekarang dan secara berkelanjutan terus mempertahankan nilai
keuanggulan tersebut untuk operasi dimasa mendatang. Peran pemimpin menjadi sentral
dalam pengelolaan sumberdaya. Kotter (1982) menyatakan bahwa esensi dari kepemimpinan
strategis adalah mengelola sumber daya; aktivitas manajerial ini merupakan bagian vital yang
seringkali menjadi beban pekerjaan yang berat bagi para eksekutif (Kotter,1982)
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dikaji lebih jauh yakni :
1. Ada banyak sumber daya perusahaan, yang mana yang merupakan esensi dari
aktivitas manajerial oleh pemimpin strategis
2. Bagaimana cara pemimpin strategis mengelola sumberdayanya dalam menciptakan
nilai untuk perusahaan (Model pengelolaan sumber daya yang bisa dijadikan pedoman
oleh pemimpin strategis ).
BAB 2: PEMBAHASAN

Kepemimpinan strategis adalah kompleks, kompetensi multifaset yang memiliki


banyak nuansa dan seluk-beluk, sehingga sulit untuk dimodifikasikan. secara khusus untuk
mengelola perusahaan sumber daya, banyak tindakan yang mereka gambarkan memerlukan
pengelolaan sumber daya yang ada di dalam kontrol atau jangkauan pemimpin strategis.
Secara khusus, mereka menekankan perlunya untuk mengembangkan dan memobilisasi
modal manusia. Mereka juga menjelaskan pentingnya membangun tim-tim hebat (disebut
grup besar oleh Bennis, 1997) dan komunitas di organisasi. Modal manusia adalah firma
yang kritis dan sumber daya, mungkin yang paling penting. Menggunakan tim untuk
menyelesaikan tugas dan membangun komunitas dalam organisasi mewakili internal modal
sosial, sumber daya penting lain untuk organisasi (Hitt, Keats & Yucel, 2003). Sosial modal
juga memiliki dimensi eksternal. Faktanya, pemimpin yang strategis mendapatkan akses yang
tegas ke sumber daya untuk membentuk aliansi dengan perusahaan mitra dan membangun
modal sosial (Irlandia, Hitt & Vaidyanath, 2002). Dalam kepemimpinan terdapat 2 modal
kepemimpinan yaitu:

1. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dianggap sangat penting dalam berkontribusi untuk
meningkatkan pendapatan, kepuasan hidup dan kohesi sosial dalam ekonomi individu. Jadi,
modal manusia dapat menjadi penentu pertumbuhan ekonomi untuk negara serta perusahaan
individu. Salah satu alasan bahwa modal manusia adalah sumber daya yang signifikan dalam
hal membentuk dan menggunakan keunggulan kompetitif adalah seringnya itu milik
perusahaan sumber daya paling unik. argumennya adalah bahwa modal manusia adalah
sesuatu yang unik. sumber daya yang tak berwujud yang mungkin secara sosial atau
kompleks.

2. Modal Sosial

Modal sosial melibatkan hubungan antara individu dan organisasi itu memfasilitasi
aksi dan menciptakan nilai. Seorang Pemimpin yang strategis harus peduli dengan modal
sosial di dalam mereka unit dan organisasi serta dengan sosial modal yang berada di luar
perusahaan mereka di tempat lain. Kami menyebut konsep-konsep ini sebagai sosial internal
modal dan modal sosial eksternal. Inti dari kepemimpinan strategis adalah pengaruh modal
manusia dan modal sosial di dalam perusahaan. Pemimpin strategis, dengan demikian,
mengkonfigurasi dan memanfaatkan modal manusia dan sosial untuk menciptakan nilai bagi
perusahaan. Namun, untuk melakukannya, mereka harus terlebih dahulu memastikan bahwa
mereka memiliki modal manusia dan sosial yang sesuai untuk dikonfigurasi dan
dimanfaatkan. Ini mengharuskan mereka dengan hati-hati mengevaluasi stok modal manusia
dan sosial saat ini, menambah dan menghapus sumber daya manusia dan hubungan yang
diperlukan. Karena sifat tak berwujud dari sumber daya ini, tindakan pemimpin yang tepat
sulit diidentifikasi dengan pasti. Namun, jenis kepemimpinan ini sangat penting untuk
kelangsungan hidup dan kesuksesan perusahaan.
Lanskap kompetitif yang dinamis dan kompleks menciptakan ketidakpastian bagi
perusahaan. Namun, kondisi ketidakpastian juga menghadirkan peluang Untuk
mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang ini, perusahaan harus secara strategis
atau fleksibel. Fleksibilitas strategis didasarkan pada sumber daya perusahaan. Meskipun
sumber daya keuangan berkontribusi pada fleksibilitas strategis, yang lebih penting adalah
pengetahuan dan kemampuan perusahaan. Pengetahuan dan kemampuan seorang terutama
didasarkan pada sumber daya manusia dan sosialnya. Karena pentingnya, para pemimpin
strategis harus terus mengevaluasi, mengubah, mengkonfigurasi dan memanfaatkan modal
manusia dan modal sosial.
Kemampuan kepemimpinan yang diperlukan untuk melakukannya sangat penting
bagi kesehatan perusahaan. Agar efektif, pemimpin strategis harus memiliki keterampilan
interpersonal yang cerdik dan kompetensi relasional. Di luar kemampuan ini, bagaimanapun,
para pemimpin ini harus dapat mengidentifikasi pengetahuan tacit yang diperlukan,
mengevaluasi dan mengembangkan kemampuan diam-diam pada orang, dan membangun dan
memelihara kepercayaan dan kerjasama dalam organisasi. Mereka juga perlu membangun
hubungan eksternal dan mengekstrak sumber daya yang dibutuhkan dari mereka. Ini bukan
kemampuan sederhana dan mereka melampaui pelatihan dan pengembangan yang disediakan
di sebagian besar program kepemimpinan. Tentu saja, membangun kompetensi relasional dan
mengembangkan sosial modal merupakan kemampuan yang baru-baru ini diakui sebagai hal
penting untuk dicapai keunggulan dibandingkan pesaing.
Beberapa menggambarkan pemimpin yang efektif sebagai modem manusia yang ahli
dalam mengembangkan hubungan yang produktif. Dengan kompetensi relasional, pemimpin
dapat mengelola hubungan sehingga semua pihak dalam hubungan tersebut mendapat
manfaat dari partisipasi mereka di dalamnya (Hakim, 2000). Sementara Jack Welch memulai
karirnya sebagai CEO GE yang disebut sebagai & dquo; neutron Jack, & dquo; dia
mengakhirinya dengan penekanan kuat pada pentingnya orang. Bahkan, Welch menyatakan
bahwa: & dquo; Kami datang dengan beberapa konsep manajemen yang dapat
membangkitkan energi orang-orang dan memungkinkan mereka untuk bermimpi dan berani
serta mencapai dan meregangkan dan melakukan hal-hal yang tidak pernah mereka pikirkan.
Pemimpin strategis yang disinggung oleh Welch sering menempatkan orang sebelum strategi
(atau setidaknya dalam posisi yang setara pentingnya dengan strategi perusahaan) dan yang
secara bersamaan menunjukkan kerendahan hati pribadi yang ekstrem dengan kehendak
pribadi yang intens untuk modal manusia dan perusahaan untuk berhasil (Collins , 2001 a).
Kami menyimpulkan pekerjaan ini dengan panggilan untuk para akademisi dan
praktisi untuk menguji kembali kemampuan kepemimpinan yang diperlukan untuk sukses di
lanskap kompetitif abad 21. Jelas, kami telah memasuki usia yang berbeda dengan kondisi
yang menciptakan persyaratan baru untuk kepemimpinan strategis yang efektif. Karena
hubungan pusatnya dengan kinerja perusahaan, kami percaya bahwa penelitian tambahan
pada paradigma kepemimpinan strategis baru dan program baru untuk mengembangkan dan
mempertahankan kemampuan kepemimpinan untuk menciptakan & quot pemenang dalam
lingkungan bisnis baru & dquo; (Amit, Lucier, Hitt & Nixon, 2002) diperlukan. Di antara
beberapa, bidang penyelidikan yang sangat menarik adalah memeriksa sejauh mana integrasi
modal manusia dan modal sosial secara positif memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
secara efektif mengeksploitasi keunggulan kompetitif saat ini sambil berhasil menjelajahi
sarana untuk mengungguli pesaing di masa depan.
BAB 3: PENUTUP

Kesimpulan Penulis
1. Pemimpin, buat organisasi bisnis maupun organisasi politik menjadi posisi cukup
penting, dibutuhkan dan dapat dikatakan memiliki peran kunci. Keberadaannya
menjadi bagian penting bagi keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan untuk
mencapai sukses yang diinginkan
2. Konsep berikut merupakan sebuah konsep esensi dari sebuah kepemimpinan yang
akan menentukan keberhasilan seorang pemimpin dalam membawa organisasi kepada
sukses yang diharapkan. Ada empat hal yang menjadi bagian penting dari sebuah
kepemimpinan :
a. Rasio : pengertian rasio disini adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
berfikir teknis dan strategis. Memiliki kemampuan berfikir pemecah masalah,
juga sebagai path finder (penemu terobosan). Rasio yang dimiliki paling tidak
memberi keyakinan akan keberhasilan yang akan diraih dalam periode waktu
yang sudah diperhitungkan.
b. Interpersonal : kemampuan leadership, memberikan dorongan atau motivasi
kepada anak buahnya. Memiliki kemampuan komunikasi yang handal sehingga
dapat mempengaruhi anak buahnya. Mampu memberikan keteladanan
dan ketegasan dalam mengambil keputusan, tentunya setelah memperhitungkan
segala hal secara komprehensif.
Dengan memiliki dua hal penting di atas, seorang pemimpin akan memiliki
apa yang disebut dengan kepercayaan (trust) pada tingkat awal. Kepercayaan dalam
mengelola aset organisasi yang tentu memiliki nilai besar. Kepercayaan untuk
mempergunakan anggaran yang sudah ditentukan kegiatan operasional. Kepercayaan
yang diberikan menjadikan pimpinan memiliki otoritas penuh astas jalannya
organisasi. Terkadang kepercayaan yang timbul mampu mengangkat harga per unit
saham dari organisasi bisnis yang dikelolanya, jika merupakan perusahaan publik.
Kepercayaan yang dimiliki tersebut harus dilandasi satu hal yang sangat penting
yaitu integritas :
c. Integritas : bersumber kepada karakter atau moral, tanpa integritas yang baik,
seorang pemimpin akan kehilangan interpersonalnya. Ketika seorang pemimpin
sudah tidak lagi memiliki interpersonal, maka kepemimpinannya menjadi tidak
efektif, karena sudah kehilangan kepercayaan yang dimiliki sebelumnya.
Seringkali seorang pemimpin mendapatkan ujian terhadap integritasnya.
Ketika tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan semakin besar, semakin besar
pula ujian yang harus dilewatinya. Kesempatan-kesempatan untuk melakukan
penyimpangan semakin terbuka, kemampuan pemimpin untuk dapat melewati
godaan-godaan tersebut tergantung kepada moral dasarnya.
3. Banyak sekali pemimpin-pemimpin yang sebelumnya dikatakan hebat, memiliki
pendidikan tinggi, mampu memberikan hasil-hasil nyata, namun apa yang sudah
mereka bangun selama memimpin akan hancur selamanya, ketika mereka tidak bisa
menjaga integritasnya.
4. Seorang pemimpin tidak bisa hanya memiliki satu bagian saja, yaitu rasio untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kedua bagian tersebut dan
dilandasi oleh integritas.
5. Dua hal tersebut diatas yang menghasilkan kepercayaan kemudian dilandasi dengan
integritas haruslah di sinergikan secara ber-kesinambungan kepada tujuan organisasi.
Tidak kalah penting seorang pemimpin harus memahami arti dari kesuksesan yang
menjadi tujuan. Sukses berarti semua konstituen (pengikut) yang dia miliki ‘puas’
ketika dia memimpin. Jika pengikut mendapatkan kepuasan relatif yang diinginkan,
maka secara otomatis akan memberikanfeed back/umpan balik positif dalam bentuk
bermacam-macam tergantung siapa pengikut tersebut.
6. Manajemen perusahaan akan memberikan umpan balik dalam bentuk kepercayaan
dan tugas-tugas yang lebih besar menantinya. Dirinya sendiri tentu akan mendapatkan
kenaikan pangkat dan penghasilan yang memadai karena keberhasilannya. Tingkat
hidup keluarganya akan menjadi lebih baik. Anak buah akan memberikan umpan
balik dalam bentuk dukungan untuk mewujudkan tujuan supaya lebih terwujud karena
mereka memiliki motivasi yang sama dengan pemimpinnya. Keluarga akan
memberikan umpan balik dalam bentuk dukungan, semangat dan kepercayaan.
Sehingga tugas yang diemban oleh seorang pemimpin berat akan terasa menjadi lebih
ringan.
7. Jika seorang pemimpin mampu tetap menjaga moral dasarnya, tentu Yang Maha
Kuasa juga senang melihat seorang umat Nya mampu memberikan terbaik yang
dimilikinya bagi orang lain, dan segala usaha yang direncanakan oleh seorang
pemimpin tentu akan makin dilapangkan Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Michael A. Hitt., &, R.. Duane Ireland. (2001). The Essence of Strategic Leadership :
Managing Human and Social Capital

You might also like