Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
TERRA RISHA
No. BP_________
DOSEN PEMBIMBING :
DR. Ratni Prima Lita, SE,MM
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
i
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Undang-Undang RI No.
44 tahun 2009 Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4),rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit juga dapat didirikan
oleh swasta, dan swasta yang mendirikan rumah sakit yang dimaksud harus berbentuk badan
hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan (UU No 44 tahun
2009).
Jika dilihat kenyataannya masih ada rumah sakit di Indonesia baik RS pemerintah
maupun swasta yang belum memberikan pelayanan yang memuaskan seperti yang diharapkan
oleh pasien/konsumen sehingga pasien belum memiliki loyalitas terhadap rumah sakit.
Mengingat begitu banyak masalah yang dialami pasien ketika pertama kali datang kerumah sakit
antara lain pelayanan awal, sikap perawat dan dokter dalam menangani pasien, sarana yang
tersedia, kelengkapan obat – obatan dan kebersihan rumah sakit (Karim, 2014).
Disisi lain, kemajuan teknologi dewasa ini semakin berkembang dengan baik dan telah
memberikan dampak positif pada berbagai aspek termasuk sektor kesehatan sehingga kebutuhan
akan kesehatan telah menempati posisi sebagai kebutuhan utama. Tingginya perhatian dan
permintaan masyarakat terhadap kesehatan telah memberikan peluang yang besar bagi pengelola
bisnis kesehatan. Hal ini dapat dibuktikan semakin banyaknya organisasi kesehatan baik yang
dikelola oleh pemerintah maupun yang dikelola oleh pihak swasta seperti klinik-klinik kesehatan
RS harus dapat mengetengahkan secara konsisten jasa yang berkualitas lebih tinggi
(expected services). Jika pelayanan yang dirasakan berada dibawah yang diharapkan, maka
timbul suatu ketidakpuasaan pelanggan, rasa kepercayaan pelanggan terhadap penyedia jasa
kelangsungan hidup usahanya. Sebaliknya jika pelayanan yang dirasakan sama atau lebih besar
Menurut Homburg dan Fuerst dalam Gruber T (2011), the possibility of failure is an
issue that is inherent in the nature of service. Meskipun rumah sakit telah berusaha melakukan
yang terbaik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya, seringkali tetap
saja kegagalan jasa (service failure) tidak terelakkan. Pelanggan akan memberikan reaksi yang
berbeda setelah mengalami kegagalan jasa. Mereka akan memilih untuk komplain, memilih
penyedia layanan yang lain, memberikan word of mouth negatif, atau tidak memberikan aksi
apapun. Pada layanan kesehatan, jumlah pelanggan yang memilih untuk komplain sedikit, karena
rendahnya power yang dia rasakan dalam hubungan pasien-rumah sakit. Setelah terjadi
kegagalan jasa, sebaiknya segera dilakukan service recovery yaituaksi integratif dari penyedia
jasa untuk membangun kembali kepuasan dan kesetiaan pelanggan (Fottler MD, 2011;Gruber T,
Berbagai indikator yang sering dipergunakan untuk mengukur kepuasan adalah melalui
kualitas layanan yang menurut Zeithmal, Berry & Parasuraman dalam Kotler (2009) bahwa ada
lima dimensi kualitas jasa, yaitu: tangibles reliability, responsiveness, assurance, dan empathy
(Kotler P, 2009). Penilaian pasien terhadap kepuasan ditentukan oleh dua hal, yaitu harapan
pasien terhadap kualitas (expected quality) dan persepsi pasien atas kualitas (perceived quality).
5
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengukuran keberhasilan rumah sakit, lebih banyak
ditentukan oleh penilaian dan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang diberikan.
Salah satu RS swasta yang ada di Kota Padang adalah Semen Padang Hospital (SPH)
yang merupakan rumah sakit swasta tipe C yang resmi berdiri sejak tahun 2013. Semen Padang
dengan membentuk departemen marketing dan customer service di dalam struktur organisasi RS.
Departemen ini bertugas untuk memasarkan produk yang ada di Semen Padang Hospital dan
terjadi.Dari beberapa RS yang ada di Sumatera Barat, Semen Padang Hospital merupakan salah
satu rumah sakit yang memiliki departemen tersebut (Semen Padang Hospital, 2016).
Konsumen Semen Padang Hospital adalah masyarakat umum, pengguna asuransi jaminan
kesehatan dan pemakai jasa pelayanan dari perusahaan. Jika dilihat persentase pengguna 25,4%
berasal dari pasien PT. Semen Padang, 36,3% dari pasien umum dan 38,3% adalah dari pasien
BPJS. Hal ini menggambarkan mayoritas kunjungan pasien hampir berimbang antara pasien
umum dan BPJS, dikarenakan kepecayaan masyarakat terhadap layanan Semen Padang Hospital
Saat ini, mayoritas Rumah Sakit swasta di Sumatera Barat sudah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan. Selain itu, masyarakat umum yang memiliki asuransi kesehatan lainnya
maupun tidak, dapat bebas memilih RS mana yang akan digunakan. Kondisi ini membuat Semen
Padang Hospitalharus lebih berusaha meningkatkan layanan, sehingga pasien puas dan loyal
adalah 88,71%, hal ini belum mencapai target yang telah ditetapkan untuk kepuasan pasienya itu.
6
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis pelaksanaan kepuasan pasien
rawat inap di Rumah Sakit Swasta di Kota Padang dengan studi kasus di Semen Padang Hospital
1. Mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien rawat inap di Semen Padang Hospital.
dalam rangka peningkatan pelaksanaan kepuasan pasien sehingga menunjang loyalitas pasien
untuk berobat.
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Pengertian rumah sakit menurut WHO adalah suatu bagian menyeluruh (integral)
organisasi sosial dan medis, yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap
kepada masyarakat baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, menjangkau keluarga dan
lingkungan rumah. Rumah sakit pun merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan
Dalam UU nomor 44 tahun 2009, tugas pokok rumah sakit adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakn secara serasi dan terpadu dengan peningkatan
dan pencegahan serta pelaksanaan rujukan. Rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :
paripurna.
Menurut Supriyanto dan Ernawati (2010) dan Astiena AK (2015) produk kesehatan
mempunyai ciri unik dan khas, yang tidak dimiliki oleh produk barang dan jasa lainnya, yaitu:
Seseorang tidak tahu kapan dia akan sakit (unpredictable incident of illness)
Pengguna rumah sakit tidak tahu apa yang harus dibeli saat berobat, tidak tahu penyakit
Informasi antara penjual (provider atau SDM kesehatan) dan pembeli (pasien) tidak
pasien. Karena perlengkapan tersebut mahal dan membutuhkan balik modal yang cepat,
Input yang digunakan dalam penyelenggaraan rumah sakit atau kesehatan sangat
beragam, mulai dari sumber daya manusia dengan profesi yang berbeda, sumber daya
keuangan, sarana prasarana yang beragam, serta dukungan peraturan berupa kebijakan.
Proses pelayanan untuk menghasilkan outputyang sehat juga beragam, mulai dari
laboratorium, farmasi, laundry, dapur, unit gawat darurat, dll. Kadang-kadang sulit
Secara etis, kesehatan tidak boleh dijadikan sebagai usaha dari pihak manapun untuk
7. Evolusi paradigma rumah sakit yang dinamis, yaitu nirlaba menjadi just profit atau profit.
Semula persaingan bisnis tidak berlaku, tetapi sekarang menjadi kompetitif. Tuntutan
pasar, pemilik dan lingkungan global, yang dinamis dan berubah data mengubah fungsi
rumah sakit yang semula sosial, sekarang harus pula mempertimbangkan factor ekonomi,
hukum (padat aturan), dan politik. Etika profesi dan etika pelayanan harus menyesuaikan
Profesi apapun ada di industri kesehatan, baik profesi kesehatan maupun non kesehatan.
9. Jenis produk/jasa rumah sakit bisa berupa private goods (pelayanan dokter, keperawatan
farmasi, gizi), public goods (layanan parkir, front office, customer service, cleaning
10. Medical Service, Research and Education as Joint Products dalam kesehatan.
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam teori dan praktik pemasaran,
serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis. Kepuasan pelaggan
berkonstribusi pada sejumlah aspek krusial seperti terciptanya loyalitas pelanggan, meningkatnya
reputasi perusahaan, berkurangnya elastisitas harga, berkurangnya biaya transaksi masa depan
Howard dan Sheth (1969) mengungkapkan kepuasan pelanggan adalah situasi kognitif
pembeli berkenaan dengan kesepadanan atau ketidaksepadanan antara hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan. Westbrook dan Reily (1883) berpendapat
berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli atau bahkan pola perilaku (seperti
perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan. Respon emosional
dipicu oleh proses evaluasi kognitif yang membandingkan persepsi (atau keyakinan) terhadap
objek, tindakan atau kondisi tertentu dengan nilai-nilai (atau kebutuhan, keinginan dan hasrat)
Secara garis besar, riset-riset kepuasan konsumen didasarkan pada tiga teori (Tjiptono
2016), yaitu:
produk actual dengan ekspektasi sebelum pembelian. Apabila kinerja actual lebih besar
stau sama dengan ekspektasi maka pelanggan akan puas, begitu pula sebaliknya.
11
2. Assimilation Theory, menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan fungsi positif dari
mendistorsi perbedaan antara ekspektasi dan kinerjanya kearah ekspektasi awal karena
bersangkutan.
3. Assimilation-contrast theory, berpegang pada terjadinya efek asimilasi atau efek kontras
merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang diharapkan dengan
kinerja actual. Apabila kesenjangannya besar, konsumen akan memperbesar gap tersebut
sehingga produk dipersepsikan jauh lebih bagus atau buruk disbanding dengan
kenyataannya (contrast theory). Namun jika kesenjangannya tidak terlalu besar, asimilasi
Menurut Kotler (2009) bila pelanggan merasa puas akibatnya adalah pelanggan akan:
memberi perhatian pada merek dan iklan pesaing dan kurang sensitifterhadap harga
4. Membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil daripada pelanggan baru karena transaksi
menjadi rutin
Sedang Trisnantoro (2005) bila pelanggan tidak puas maka yang terjadi adalah :
1. Pelanggan yang tidak puas 96% akan pergi atau meninggalkan perusahaan pemberi jasa
tersebut.
12
2. Dari pelanggan yang lari tersebut 3% disebabkan karena pindah tempat tinggal, 5%
karena menemukan perusahaan lain, 9% karena bujukan pesaing, 14% karena merasa
tidak puas dengan produk yang dibelinya dan 68% disebabkan karena sikap masa bodoh
3. Rata-rata seorang pelanggan yang tidak puas akan menceritakan masalahnya kepada 8-10
temannya. Satu dari lima pelanggan yang tidak puas akan menceritakan masalahnya
kepada 20 temannya.
5. Tujuh dari sepuluh pelanggan yang mengeluh itu, baru akan kembali meneruskan
hubungannya jika perusahaan tersebut dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Jika masalah tersebut segera diatasi maka 95% akan kernbali meneruskan hubungannya
dengan perusahaan tersebut. Seorang pelanggan yang puas karena keluhannya ditanggapi
6. Untuk menarik pelanggan baru perusahaan menghabiskan waktu enam kali Iebih banyak
pelanggan baru dan kehilangan pangsa pasar sebesar 2% setahun. Bisnis yang mutu
pelayanannya sangat baik rata-rata memperoleh tambahan pelanggan baru 12% dan meraih
1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan pelanggan ketika
ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen jasa. Jika pada saat itu
13
kebutuhan dan keinginannya besar, harapan atau ekspektasi pelanggan akan tinggi,
2. Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika menggunakan jasa pelayanan dari organisasi
3. Pengalaman dari teman-teman, yang menceritakan mengenai kualitas layanan jasa yang
dirasakan oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan terutama
berlebihan melewati tingkat ekspektasi pelanggan. Kampanye yang berlebihan dan secara
pihak penyedia dan pemberi pelayanan harus selalu berupaya untuk mengacu kepada tujuan
utama pelayanan yaitu kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) atau kepuasan pelanggan
Barata (2001) sebagai pihak yang melayani tidak akan mengetahui apakah pelanggan
yang dilayani puas atau tidak, karena yang dapat merasakan kepuasan dari suatu layanan
hanyalah pelanggan yang bersangkutan. Tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan
biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang atau jasa yang dinikmati serta
layanan lain berupa layanan pra-jual, saat transaksi dan purna jual.
Ukuran standar kualitas yang ditentukan oleh produsen barang atau jasa belum tentu
sama dengan ukuran standar kualitas yang ditentukan oleh pelanggan. Misalnya, apabila dalam
memberikan pelayanan yang sama kepada pelanggan yang berbeda, maka tingkat kepuasan yang
14
dirasakan oleh masing-masing pelanggan akan berbeda. Dalam hal ini, tentu saja pernyataan
pelanggan akan sangat beragam, tergantung citarasa yang bersangkutan (Barata, 2001).
Sebagai pihak yang melayani hanya akan tahu tingkat kepuasan masing-masing
pelanggan dari pernyataan pelanggan yang bersangkutan. Dalam hal ini, tentu saja sifatnya
subyektif dan kita tidak akan pernah tahu secara pasti apakah pernyataan dari pelanggan itu
Oemi (1995) sifat kepuasan sangat bersifat subyektif, sehingga sulit sekali untuk
mengukurnya. Namun, walaupun demikian, tentu saja harus tetap berupaya memberikan
perhatian kepada pelanggan (customer care) dengan segala daya, sehingga paling tidak, kita
dapat memberikan layanan terbaik, yang dimulai dari upaya menstandarkan kualitas barang atau
jasa sampai dengan pelaksanaan penyerahannya pada saat berhubungan langsung dengan
pelanggan, dengan standar yang diperkirakan dapat menimbulkan kepuasan yang optimal bagi
pelanggan.
Peningkatan kepuasan pelanggan dapat dipahami dari ekspektasi pelanggan dari suatu
alat yang disebut jendela pelanggan (customer window) yang diperkenalkan oleh ARBOR Inc.
dalam suatu riset pasar dan TQM yang mendesain beberapa inti simple grid yang mewakili inti
dari Jendela Pelanggan. Jendela Pelanggan membagi karakteristik pelayanan jasa ke dalam
2.3.1 Tangible
Suatu service tidak dapat dilihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka aspek
tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Pelanggan akan menggunakan
indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. Pasien akan mempunyai persepsi
bahwa rumah sakit mempunyai pelayanan kesehatan yang baik apabila bangunan terlihat mewah
(Irwan H, 2009). Tangible yang baik akan mempengaruhi presepsi pelanggan. Pada saat yang
bersamaan aspek tangible ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan
pelanggan. Oleh karena itu penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui aspek tangible yang
paling tepat, yaitu masih memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi.
2.3.2 Reliability
Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi reliability yaitu
dimensi yang mengukur kehandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggannya. Ada dua aspek dari dimensi ini, pertama adalah kemampuan perusahaan untuk
16
memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan dan kedua adalah seberapa jauh perusahaan
mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak error. Sebuah rumah sakit misalnya
dikatakan tidak “reliable” kalau petugas di bagian farmasi melakukan kesalahan dalam
pemberian obat pasien yang satu dengan yang lain tertukar.
2.3.3 Responsiveness
Responsivennes adalah dimensi kualitas pelayanan yang paling dinamis. Harapan
pelanggan terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan
kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Sama seperti dimensi pelayanan lainnya, maka
kepuasan terhadap dimensi responsiveness adalah berdasarkan presepsi dan bukan aktualnya.
2.3.4 Assurance
Dimensi assurance yaitu dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan
perusahaan dan perilaku front-line staf dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada
para pelanggannya. Ada 4 aspek dari dimensi ini yaitu:
1. Keramahan adalah salah satu aspek kualitas pelayanan yang paling mudah diukur dan
program kepuasan yang paling murah. Ramah berarti banyak senyum dan bersikap sopan
2. Kompetensi. Apabila pelanggan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan
pelayanan atau produk yang di berikan dan kemudian tidak dapat memberikan jawaban
yang baik, pelanggan akan mulai kehilangan kepercayaannya. Hal ini akan dapat
mempengaruhi kepercayaan terhadap kualitas pelayanan
3. Kredibilitas. Keyakinan pelanggan terhadap perusahaan akan banyak dipengaruhi oleh
kredibilitas atau reputasi dari perusahaan tersebut.
4. Keamanan. Pelanggan harus mempunyai rasa aman dalam mendapatkan pelayanan.
2.3.5 Emphaty
Pelanggan dari kelompok menengah atas mempunyai harapan yang tinggi agar
perusahaan penyedia jasa mengenal mereka secara pribadi. Apabila tidak, perusahaan akan
kehilangan kesempatan untuk memuaskan mereka dari aspek ini. Dimensi empati adalah dimensi
yang memberikan peluang besar untuk memberikan pelayanan yang bersifat “surprise”. Sesuatu
yang tidak diharapkan pelanggan, ternyata diberikan oleh penyedia jasa. Pelayanan yang
17
berempati, akan mudah diciptakan, kalau setiap karyawan mengerti kebutuhan spesifik
pelanggannya.
Kelebihan dari konsep servqual ini adalah karena di dasarkan atas suatu riset yang sangat
komprehensif, mudah dipahami dan mempunyai instrument yang jelas untuk melakukan
pengukuran.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib (mandatory) untuk menjamin kesehatan masyarakat secara menyeluruh
agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera (Candra A, 2010). Jaminan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Karena itu, maka peserta
jaminan kesehatan adalah orang/ individu yang telah membayar iuran atau dapat pula iurannya
dibayarkan oleh pihak lain yaitu pemerintah atau pemberi kerja (Candra A, 2010). Sedangkan
asuransi kesehatan sosial (sosial health insurance) adalah suatu mekanisme pendanaan pelayanan
kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini
menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara (Thabrany, 2014).
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dimulai sejak 1 Januari 2014 yang
diselenggarakan oleh badan hukum yang disebut Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Sistem Jaminan
Sosial Nasional ini dijalankan dengan prinsip: kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-
hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan.
Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.
Manfaat layanan kesehatan yang dijamin dan tidak dijamin oleh JKN adalah bervariasi
luas (Depkes RI, 2012). Dalam JKN prinsipnya diadopsi dan diperbaiki manfaat PT. Asuransi
Kesehatan (Askes) yang benar-benar komprehensif dalam artian pengobatan semua jenis
penyakit dijamin, baik yang murah maupun yang mahal. Manfaat JKN adalah manfaat dasar atau
standar yang bertujuan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan setiap penduduk. Paket jaminan
18
kesehatan yang telah berlaku di Indonesia dikenal sebagai paket jaminan komprehensif, artinya,
seluruh layanan atas indikasi medis dijamin (Thabrany H, 2014).
manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Dan setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk: a. membayar
iuran b. melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas
peserta pada saat pindah kerja (Depkes RI, 2014).
Secara skematis kerangka berfikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Kepuasan Pelanggan
(Pasien JKN) Atribut Pelayanan :
1. Dokter
Dimensi Mutu Pelayanan 2. Perawat
1. Tangibles 3. Administrasi
2. Reliability 4. Lingkungan
3. Responsivennes 5. Fasilitas Penunjang Medik
4. Assurance
5. Emphaty
Karakteristik :
1. Umur
Persepsi Mutu Pelayanan 2. Jenis kelamin
3. Status
4. Pendidikan
Gambar 2.1 Kerangka teori modifikasi dari Parasuraman, dkk, Boy S. Sabarguna 2008. Irine
Diana Sari W. 2008. Budiono 2001. Tjandra Yoga Aditama 2002. Imbalo S.Pohan 2003.
24
Dimensi Mutu :
Kepuasan Peserta
1. Tengible
JKN terhadap
2. Reliabilty Pelayanan Rawat Inap Pelayanan
3. Responsivennes
Rawat Inap Di SPH
4. Assurance
5. Emphaty
Karakteristik :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Status
Pelayanan yang diterima Pasien 4. Pendidikan
JKN 5. Pekerjaan
Keterangan:
Sampel adalah bagian populasi yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
26
signifikansi perbedaan antar dua kelompok data bila datanya berdistribusi normal, bila tidak
maka digunakan uji non parametrik.
Kesesuaian harga rxy yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas
dikonfrontasikan dengan tabel harga korelasi moment 5% atau interval kepercayaan 95%. Jika
korelasi/harga rxy ≥ dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid. dan apabila rxy<
dari regresi tabel maka butir instrumen dinyatakan tidak valid.
28
K b
2
r11 1
K 1 t 2
Dimana:
r11= Reliabilitas Instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2= Jumlah Varians butir
Bila menggunakan program aplikasi komputer, uji reliabilitas dapat dilakukan dengan Alpha
Cronbach.
3.7 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS
version 15.0. Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian oleh
karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar. Data yang dikumpulkan akan diolah dengan
menggunakan langkah – langkah berikut :
4.1 Teknik Pengumpulan Data Kepuasan Pasien JKN Semen Padang Hospital
4.1.1 Uji Validitas
Sebuah alat pengumpul data (kuesioner) dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang hendak diukur dan dapat mengungkap data yang ingin diteliti secara tepat (valid). Tinggi
rendahnya validitas kuesioner menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran atribut yang dimaksud. Validitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung (corected total item correlation) dengan nilai r tabel.
30
Apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka maka butir kuesioner tersebut
dinyatakan valid. Sebaliknya, apabila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka butir
pertanyaan pada kuesioner dinyatakan tidak valid.
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa setiap butir pertanyaan pada setiap atribut
dimensi kualitas pelayanan memiliki nilai r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel (0.374).
Dengan demikian, setiap butir atribut dimensi kualitas pelayanan dinyatakan “valid”.
tersebut dinyatakan konsisten apabila dilakukan pengukuran berulang kali dengan sampel yang
berbeda.
Tingkat Tingkat
No Atribut Kepentingan Pelayanan Keterangan
(Harapan) (Persepsi)
1 Reliability 0.5584 0.6084 Reliabel
2 Responsiveness 0.5842 0.5129 Reliabel
3 Assurance 0.6816 0.6253 Reliabel
4 Empathy 0.5702 0.6414 Reliabel
5 Tangibles 0.7070 0.4835 Reliabel
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2018
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa setiap butir pertanyaan pada setiap atribut
dimensi kualitas pelayanan memiliki nilai r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel (0.374).
Dengan demikian, setiap butir atribut dimensi kualitas pelayanan dinyatakan “realibel”.
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pria 10 33.3 33.3 66.6
Wanita 20 66.6 66.6 100.0
Total 30 100.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden pasien rawat inap peserta JKN RS
Semen Padang yang diteliti sebagian besar adalah perempuan yaitu 66.6%, sedangkan laki-laki
yaitu 33,3%.
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Valid 1-19 tahun 2 29.0 29.0
20-29 tahun 5 16.6 16.6
30-39 tahun 10 33.3 33.3
40-49 tahun 7 23.3 23.3
50-60 tahun 4 13.3 13.3
>61 tahun 2 6.6 6.6
Total 50 100.0 100.0
Pada tabel diatas diketahui persentase responden menurut kelompok umur. Kelompok umur
penting mendukung aplikasi kebijakan peningkatan dimensi kualitas pelayanan agar dapat lebih
meningkatkan kepuasan konsumen. Sebagian besar responden didominasi oleh kelompok umur
30-39 tahun yaitu sebanyak 33.3% dan umur 40-49 tahun sebanyak 7%.
Status
33
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden pasien Rawat Inap peserta JKN RS
Semen Padang yang diteliti sebagian besar mempunyai status pernah menikah yaitu 46.6%.
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Valid tamat SD 4 13.3 13.3
tamat SMP 7 23.3 23.3
tamat SMA 9 30 30
tamat D3 6 20.0 20.0
tamat S1 3 10.0 10.0
tamat s2/s3 1 3.3 3.3
Total 50 100.0 100.0
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden pasien rawat inap peserta JKN RS
Semen Padang yang diteliti sebagian besar berpendidikan tamat SMA yaitu sebanyak 30%.
4.2.5 Analisis Pekerjaan Responden
Berdasarkan penelitian diperoleh distribusi data berdasarkan pekerjaan responden yang
disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Table 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Valid pelajar/mhs 3 10.0 10.0
wiraswasta 6 20.0 20.0
buruh/tani 4 13.3 13.3
34
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 30 responden pasien Rawat Inap peserta JKN
yang diteliti sebagian besar bekerja sebagai Pegawai swasta yaitu sebanyak 23.3%.
Gambar 1. Persentase Jumlah Pasien JKN Rawat Inap RS Semen Padang yang Menyatakan
Puas Dan Tidak Puas Dengan Pelayanan Yang Diterima
Dari gambar di atas pasien JKN yang menyatakan puas dengan pelayanan yang diterima
adalah sebanyak 17 orang dan menyatakan tidak puas sebanyak 13 orang, .
16
15.5
15
puas
14.5 Tidak Puas
14
13.5
13
Pasien JKN
Gambar 2 Persentase Jumlah Pasien JKN Yang Menyatakan Puas Dan Tidak Puas Dengan
Pelayanan Yang Diterima Pada Dimensi Responsiveness
Dari gambar diatas pasien JKN yang menyatakan puas sebanyak 16 orang dan tidak puas
sebanyak 14 orang.
Kepuasan responden pasien JKN di Rawat Inap RS Semen Padang digambarkan pada
gambar sebagai berikut:
20
15
puas
10 tidak puas
0
pasien JKN
Gambar 3 Persentase Jumlah Pasien JKN Yang Menyatakan Puas Dan Tidak Puas Dengan
Pelayanan Yang Diterima Pada Dimensi Assurance
Dari gambar di atas pasien JKN Rawat Inap RS Semen Padang menyatakan puas
sebanyak 20 orang dan tidak puas sebanyak 10 orang
Kepuasan responden pasien JKN pada Dimensi Empathy di Rawat Inap RS Semen
Padang digambarkan pada gambar sebagai berikut:
8 Tidak Puas
6
4
2
0
Pasien JKN
Gambar 4 Persentase jumlah pasien JKN yang menyatakan puas dan tidak puas dengan
pelayanan yang diterima pada dimensi empathy
Dari gambar diatas pasien JKN Rawat Inap RS Semen Padang yang menyatakan puas
sebanyak 18 orang dan menyatakan tidak puas sebanyak 12 orang.
Kepuasan responden pasien JKN pada Dimensi tangibles di Rawat Inap RS Semen
Padang digambarkan pada gambar sebagai berikut:
20
15
Puas
10 Tidak Puas
0
Pasien JKN
Gambar 5 Persentase jumlah pasien JKN yang menyatakan puas dan tidak puas dengan
pelayanan yang diterima pada dimensi tangibles
Dari gambar diatas pasien JKN menyatakan pelayanan puas sebnayak 22 orang dan tidak
puas sebanyak 8 orang
39
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis hasil dari bab-bab sebelumnya, maka dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan karakteristik responden pasien di Rawat Inap RS Semen Padang lebih banyak
jenis kelamin perempuan, rentang usia terbanyak 40-49 tahun, status pernah menikah,
pendidikan SMP dan pekerjaan pegawai swasta
2. Gambaran tingkat kepuasan pasien JKN Rawat Inap Rawat Inap RS Semen Padang
berdasarkan dimensi kehandalan yang menyatakan puas dengan pelayanan yang diterima
adalah sebanyak 17 orang dan menyatakan tidak puas sebanyak 13 orang, .
3. Gambaran tingkat kepuasan pasien JKN Rawat Inap Rawat Inap RS Semen Padang
berdasarkan dimensi ketanggapan yang menyatakan puas sebanyak 16 orang dan tidak puas
sebanyak 14 orang.
4. Gambaran tingkat kepuasan pasien JKN Rawat Inap Rawat Inap RS Semen Padang
berdasarkan dimensi jaminan yang menyatakan puas sebanyak 20 orang dan menyatakan
tidak puas sebanyak 10 orang.
5. Gambaran tingkat kepuasan pasien JKN Rawat Inap Rawat Inap RS Semen Padang
berdasarkan dimensi perhatian yang menyatakan puas sebanyak 18 orang dan menyatakan
tidak puas sebanyak 12 orang.
6. Gambaran tingkat kepuasan pasien JKN Rawat Inap RS Semen Padang berdasarkan dimensi
bukti fisik yang menyatakan puas sebanyak 22 orang dan tidak puas sebanyak 8 orang
5.2 Saran
1. Bagi BPJS Kesehatan. sebagai penyelenggara, perlu memperketat pengawasan terhadap
penyelenggara pelayanan kesehatan pada peserta JKN di rumah sakit untuk meningkatkan
kepuasan pasien.
40
Daftar Pustaka
1. Azrul Azwar. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1993.
2. Anwar Shah ,Huther and Jeff. Applying a simple measure of good governance to the
debate on fiscal decentralization. Vol. 1894. World Bank Publications, 1998.
3. Arifah U. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan
di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta. Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah. Surakarta
4. Asif M, Gouthier M. 2013. What Service Excellence Can Learn From Business
Excellence Models.Total Quality Management, vol. 25 no.5 pp.511-531.
5. Astiena AK. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan. Padang : Andalas
University Press
6. Astiena AK, Syah NA. 2017. The Analysis of Patients’ Satisfaction of National Health
Insurance in Some Public Center in Padang. Annals of Tropical Medicine and Public
Health, vol.10, pp.109-116.
7. ________. 2016. Laporan Bagian Pelayanan 2016. RS Semen Padang. Padang.
8. Effendi, M. 2013. Hubungan Mutu Pelayanan dengan Kepuasan Pasien dan Loyalitas di
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RS Adam Malik. Medan:FKM USU.
9. Fachruddin. 2005. Analisis Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Unit
Rawat Jalan Rumah Sakit Pertamina Pangkalan Berandan. Medan : USU.
10. Foedjiawati dan Samuel H. 2007. Pengaruh Sikap. Persepsi Nilai. dan Persepsi Peluang
Keberhasilan Terhadap Niat Menyampaikan Keluhan (studi kasus pada perusahaan
asuransi aig lippo Surabaya. Jurnal manajemen pemasaran, vol. 2, no.1, pp 45-46.
11. Fottler MD, et al. 2011. Achieving Service Excellence, Strategies for Healthcare. Second
Edition. Chicago : Health Administration Press.
12. Gito AP, 2014. Analisis Pengaruh Persepsi Pemulihan Layanan (Service Recovery)
terhadap Kepuasan Pelanggan Rumah Sakit di Kota Bengkulu. Program Magister
Manajemen Universitas Bengkulu, Indonesia.
13. Gruber T, Frugone F. 2011. Uncovering the desired qualities and behaviours of general
practitioners (GPs) during medical (service recovery) encounters. Journal of service
managements, vol. 22, no.4, pp.491-521.
42
1. DATA RESPONDEN
(...) 31 - 35 thn
5. Apakahandapernahberobat di
(...) 36 - 40 thn SPHsebelumnya
(...) ya
(...) > 40 thn
(...) tidak
3. Latarbelakangpendidikan
(...) Tidak lulus SMA 6. Pembayaran
(...) Pribadi (Umum)
(...) SMA
(...) Perusahaan
(...) D3
(...) Asuransi
(...) S1
(...) Lainnya:
(...) S2 atau S3
______________
44
2. PETUNJUK PENGISIAN
Berikanlah tanda (√) Dan Berilahtanda (√) untuk setiap pernyataan
No Pernyataan Kepuasan
Kenyataan Harapan
STP TP CP P SP STP TP CP P SP
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tangible
1 Kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan
2 Penataan eksterior dan interior ruangan
3 Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai
4 Kerapian dan kebersihan penampilan petugas (karyawan)
Realible
1 Prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat
2 Pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan cepat dan tepat
3 Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat (visit/kunjungan dokter ,
perawatan, istirahat)
4 Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit
Responsiv
1 Kemampuan dokter dan perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien.
2 Petugas memberikan informasi yang jelas, mudah dimengerti.
3 Tindakan cepat pada saat pasien membutuhkan
Assurance
1 Pengetahuan dan kemampuan para dokter menetapkan diagnosis penyakit
2 Keterampilan para dokter, perawat dan petugas lainnya dalam bekerja
3 Pelayanan yang sopan dan ramah
4 Jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan
Emphaty
1 Memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien
2 Perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya
3 Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.