You are on page 1of 3

Spintronik merupakan bidang baru dalam teknologi modern dewasa ini.

Istilah
spintronik (spintronics) berasal dari kata spin-based electronics, yakni elektronika yang
memanfaatkan sifat spin elektron dan sifat muatannya. Devais spintronik bekerja dengan cara
memanfaatkan spin elektron untuk mengendalikan pergerakan pembawa muatan. Banyak
penelitian mengenai semikonduktor yang difokuskan untuk membuat devais spintronik, yakni
suatu devais yang mampu mengkombinasikan media penyimpanan magnetik dengan
pengendali spin sehingga lebih efisien untuk aplikasi spin-RAM dan spin-injection (Chen et
al., 2010). Untuk mencapai hal tersebut, semikonduktor diharapkan menunjukkan sifat
feromagnetik (FM) yang stabil pada temperatur ruang. Devais spintronik memiliki banyak
keunggulan, diantaranya adalah laju pemrosesan data yang lebih tinggi, ukuran devais yang
lebih kecil dan padat isi (compact), dan konsumsi energi yang lebih kecil. Keunggulan-
keunggulan devais spintronik tersebut tersebut telah mendorong banyak peneliti (Awschalom
et al.,2002 & Pearton et al.,2003).
Bahan baru yang sangat menjanjikan untuk merealisasikan devais spintronic adalah
Dilute Magnetic Semiconductor (DMS) atau semikonduktor ferromagnetik (Ohno,1998).
DMS merupakan bahan semikonduktor yang memiliki sifat ferromagnetik. Kebanyakan
semikonduktor merupakan bahan yang non-magnetik (Zunger et al.,2010). DMS memiliki
temperatur curie yang rendah, yang membatasi kegunaannya pada aplikasinya (Jeong et
al.,2004). Senyawa semikonduktor dari golongan III-V dan golongan II-VI memiliki banyak
sifat-sifat yang diinginkan untuk aplikasi optoelektronik, photovoltaics, spintronik dll.
ZnO telah diprediksi dapat mempertahankan sifat feromagnetik pada suhu kamar
dengan cara mendoping material semikonduktor nonmagnetik dengan sejumlah kecil ion
magnetik transision metal (TM). doping dari berbagai logam transisi (minsalnya Cr, Co, Ni,
dan Fe) pada ZnO yang banyak digunakan DMS sebagai elemen magnet. ZnO:TM Sangat
menarik tidak hanya dari sisi ferromagnetik suhu kamar, tetapi juga sifat transportasinya (
Morkoc & Zgu¨r, 2007.Zinc Oxide book). Karena energy gap yang tinggi, semikonduktor ZnO
sangat efesien dalam mengabsorbsi sinar ultraviolet dan mengemisi cahaya biru (Lojkowski et
al., 2002). Karena karakteristik tersebut semikonduktor ZnO memiliki potensi ada banyak
aplikasi (Pivin et al., 2008).
Beberapa metode telah digunakan untuk pabrikasi ZnO doping logam transisi Fe dan
Cr seperti; sol gel (Zhang et al., 2013; Chand et al., 2014), kopresipitasi (Sharma et al., 2009),
solid state reaction (Meyer et al., 2015; Elilarassi et al., 2012), sputtering (Chang et al., 2010)
dan hydrotermal (Chand et al., 2015). Elilarassi & Chandra Sekarang (2012), telah melakukan
penelitian dengan menggunakan metode ball milling dengan waktu milling yang berbeda
dengan komposisi 1% atom yang menghasilkan struktur hexagonal wurzite, band gap optik
menurun dengan meningkatnya waktu milling dan memiliki sifat ferromagnetik pada suhu
kamar untuk Fe doping ZnO.Selain itu, Fe dan Co doping ZnO dengan variasi waktu milling
1, 4 dan 16 jam, dan variasi komposisi 5,10 dan 30% atom, dimana Fe dan Co dapat mengganti
Zn dalam struktur ZnO, yang menunjukkan terdapat dua sifat magnetik yang hadir, yaitu
ferromagnetik dan paramagnetik pada suhu tinggi dengan metode Mechanical Milling (Meyer
&Damonte, 2015).
Telah berhasil dilakukan Fe doping ZnO dengan metode ball milling dengan komposisi
Fe yang berbeda (x = 1, 2, 3, 5 dan 10% atom), suhu sinter 9000C selama 16 jam, hasil sampel
yang berbentuk bulk dimana dengan meningkatnya persen doping maka kualitas kristal
memburuk dan hadirnya fasa sekunder, menunjukkan sifat ferromagnetik dengan kontribusi
paramagnetik sedikit dengan bertambahnya komposisi dopan Fe (Karamat et al.,2014). Hasil
penelitian ZnO doping Fe yang dilakukan oleh Xiojuan Wu (2014) dengan menggunakan
metode hydrotermal dengan kosentrasi 1, 5, 10 dan 20% atom, dari hasil menununjukkan tidak
terdapat fasa sekunder untuk ZnO doping Fe dan memiliki struktur hexagonal wurtzite, dimana
ion Fe telah tersubstitusi ke dalam kisi Zn. Sifat magnet menunjukkan bahwa sample
menunjukkan sifat paramagnetik pada suhu kamar sementara ZnO doping dengan kosentrasi
tinggi (x = 10 dan 20% atom) sample menunjukkan sifat feromagnetik. (Chang et al.,2010)
juga melaporkan sintesis ZnO doping Cr dengan menggunakan magnetron sputtering dengan
kosentrasi 2, 3, 5, 6, 7% atom, dimana Cr doping ZnO films memiliki kualitas kristal yang baik
dengan kosentrasi doping Cr adalah 2% atom.
Cr, Fe doping ZnO dengan menggunakan metode hydrothermal dengan kosentrasi 3% atom
dan disintering pada suhu 4000C menghasilkan struktur hexagonal wurtzite. ukuran kristal
rata-rata berkisar antara 13-25 nm, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu sintering
memainkan peran penting dalam menyesuaikan celah pita optik dari struktur
Zn0.94Cr0.03Fe0.03O (Chand et al., 2015). Richa Bhargava (2010) melaporkan ZnO yang
didoping dengan Cr dengan menggunakan metode sol-gel dengan kosentrasi 5, 10, 15, dan
20% atom, ZnO doping Cr memiliki struktur hexagonal wurtzite, namun untuk semua
kosentrasi menunjukkan munculnya fasa sekunder, dengan bertambahnya doping Cr. Antara
semua dopan TM, kromium (Cr) dan besi (Fe), memiliki stabilitas kimia yang unik (Chand et
al.,2014). Batas kelarutan Cr doping ZnO berdasarkan hasil penyelidikan berada pada 3%
secara teoritis lebih stabil (Palvunder et al.,2014).
Pada penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu metode solid state reaction
menggunakan high speedshaker mill untuk menghasilkan serbuk yang berukuran nanopartikel,
selain murah dan penggunaannya yang mudah, preparasinya sederhana dan hasilnya bisa
diaplikasikan pada metode yang lain (Owens, 2009). Pada studi ini dilakukan pabrikasi ZnO:Fe
dan ZnO:Cr dengan menggunakan solid state reaction. Alasan Cr dan Fe dipilih sebagai dopan
adalah untuk membandingkan material ZnO yang didoping TM dan untuk melihat material
mana yang berpeluang untuk menjadi bahan DMS diantara semua dopan TM yang paling
bersifat feromagnetik adalah logam Fe sementara Cr bersifat antiferomagnetik yang dapat
menghasilkan FM tiruan, satu-satunya oksida ferromagnetik Cr, CrO dengan temperatur curie
386 K (Weng et al.,2012), atom Fe adalah dopan khusus karena menyajikan dua oksidasi yang
berbeda yang memungkinkan untuk bervariasi dengan bahan material : Fe2O3, α - Fe atau FeO
(Meyer & Damonte, 2015).
Dari latar belakang tersebut maka dipilih Fe dan Cr sebagai dopant pada ZnO dengan
komposisi (0; 2,5; 3,5 dan 4,5% atom). Dari kedua sifat yang berbeda ini, saya ingin melihat
efek masing-masing doping TM yang selanjutnya akan diamati mikrostruktur, sifat magnet dan
listrik dari ZnO yang telah di doping.

You might also like