You are on page 1of 37

ANALISA PAPARAN, DOSIS DAN SISTEM PROTEKSI

RADIASI PADA PENGGUNAAN SINAR – X MERK HITACHI


DI RUMAH SAKIT PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

GEMBIRA KARO - KARO

110821001

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2013
ANALISA PAPARAN, DOSIS DAN SISTEM PROTEKSI
RADIASI PADA PENGGUNAAN SINAR – X MERK HITACHI
DI RUMAH SAKIT PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains dalam Program Studi Fisika

Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Gembira Karo - Karo


110821001

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : ANALISA PAPARAN, DOSIS DAN SISTEM

PROTEKSI RADIASI PADA PENGGUNAAN

SINAR – X MERK HITACHI DI RUMAH

SAKIT PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN

Nama Mahasiswa : Gembira Karo - Karo

Nomor Induk Mahasiswa : 110821001

Program Studi : Fisika S-1 Ekstensi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui :

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen Fisika

Drs. Herli Ginting, MS Dr. Marhaposan Situmorang


NIP. 195505191986011002 NIP. 195510301980031003
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang paparan, dosis dan sistem proteksi radiasi di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dengan menggunakan radiasi
sinar-x Merk Hitachi. Didalam menggunakan peralatan yang memancarkan radiasi
khususnya sinar-x perlu penanganan dan pengamanan yang ketat karena dapat
membahayakan setiap objek yang terserap radiasi secara berlebihan terutama
organ tubuh. Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa dosis radiasi yang
terserap sebanding dengan besar tegangan keluaran yang diberikan. Dengan
menggunakan Geiger Muller Survey Meter diperoleh dosis radiasi terendah
berada pada tegangan 50 kilovolt sebesar 46 µSv, dan pada tegangan tertinggi 90
kilovolt dosis yang terserap 81 µSv. Dosis ini masih dibawah batas ambang
pemakaian yang ditetapkan BAPETEN yaitu sebesar 50 mSv per tahun. Untuk
paparan radiasi, paparan terendah pada 40 kilovolt dimana pada jarak 1m sebesar
0,13 µSv dan pada jarak 5 m sebesar 0,01 µSv. Paparan maksimum berada pada
tegangan 80 kilovolt dimana jarak 1 m sebesar 0,81 µSv dan pada jarak 5 m
sebesar 0,04 µSv. Pengukuran proteksi radiasi diketahui bahwa penggunaan baju
pengama (Apron) pada tegangan 50 – 60 kilovolt penyerapan bernilai 0, tetapi
jika tegangann dinaikkan maka terjadi penyerapan pada baju pengaman tersebut
dimana pada tegangan 90 kilovolt maka terdapat nilai penyerapan sebesar 0,02
µSv.
ANALISYS THE EXPOSURE, DOSE AND RADIATION PROTECTION
SYSTEM TO USING X-RAY RADIATION HITACHI BRAND AT
GENERAL HOSPITAL H. ADAM MALIK MEDAN

ABSTRACT

Has done research on exposure, dose and radiation protection systems at General
Hospital H. Adam Malik Medan by using x-ray radiation Hitachi brand. In the use
of equipment that emits x-ray radiation is specifically necessary handling and
tight security as it can dangerous any object, especially excessive radiation
absorbed organ. From the research that has been done that the dose of radiation
absorbed is proportional to the voltage of the output is given. With use Geiger
Muller Survey Meter obtain that lowest dose of radiation is at a voltage of 50
kilovolt of 46 μSv, and at the highest voltage 90 kilovolt absorbed dose 81 μSv.
This dose is below the threshold set BAPETEN usage is equal to 50 mSv per year.
For radiation exposure, the lowest exposure at 40 kilovolt at a distance of 1m
which amounted to 0.13 μSv and at a distance of 5 m of 0.01 μSv. The maximum
exposure is at 80 kilovolt voltage where the distance of 1 m of 0.81 μSv and at a
distance of 5 m of 0.04 μSv. Measurement of radiation protection in mind that the
use of clothes safety (Apron) on voltage 50 - 60 kilovolt absorption is 0, but if it
happens voltage increased absorption in the safety clothing where the 90 kilovolt
voltage then there is the absorption value of 0.02 μSv.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya,penulis dapat diberikan kekuatan dan
pikiran yang sehat sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan guna
memenuhi persyaratan jenjang sarjana (S-1) Fisika Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara.
Didalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan – kekurangan yang terjadi.Hal tersebut dikarenakan kemampuan
yang terbatas dari penulis,dan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari pihak Pendidik, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan, Keluarga dan teman -teman . Maka pada kesemapatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: Bapak Dr.
Marhaposan Situmorang dan Drs. Syahrul Humaidi,M.Sc selaku Ketua dan
Sekretaris Departemen Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Herli Ginting,MS, selaku pembimbing
pada penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan arahan , panduan,
masukan-masukan, motivasi serta bimbingan sehingga penulisan dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Teristemewa buat Ayahanda dan Ibunda
Tercinta, istriku tersayang Rosaria br Ginting dan anakku Piere Steven Randall
Karo – Karo Sitepu yang telah banyak memberikan dukungan dan doa, serta
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pembuatan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa
yang membalas kebaikan dan melipat gandakan pahala pada semua pihak yang
telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua .Tuhan
Yesus Kristus .Sekian dan Terima Kasih.
DAFTAR I SI

Halaman

UCAPAN TERIMA KASIH i

INTISARI ii

ABSTRACT iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Batasan Masalah 3
1.4.Tujuan Penelitian 3
1.5.Manfaat Penelitian 3
1.6.Tempat Penelitian 4
1.7.Sistematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Sinar – x 5

2.2. Proses terjadinya Sinar - x 5

2.3. Sifat Fisik Sinar – x 9

2.4. Interaksi sinar – x dengan materi 10

2.5. Dosis Radiasi 13

2.6. Besaran dan Satuan radiasi 13


2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi 13

2.6.2 satuan kecepatan pemaparan 14

2.6.3 Pemantauan paparan radiasi dipersonil 14

2.7. Sifat radiasi 15

2.8. Efek radiasi 15

2.9. Nilai ambang batas 18

2.10. Proteksi radiasi 18

BAB III METODE PENELITIAN 21

3.1. Peralatan dan Bahan 21

3.2. Diagram alir penelitian 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Dosis radiasi 22

3.3.2. Paparan radiasi 22

3.3.3 Proteksi radiasi 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23

4.1. Paparan radiasi 23

4.2. Dosis radiasi 24

4.3 Proteksi radiasi 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN L

Daftar Gambar

Gambar 2.1 Efek foto listrik 11

Gambar 2.2 Penghamburan compton 11

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan 12

Gambar 2.4 Penempatan personal monitoring 15

Gambar 2.5 Pengurangan intensitas radiasi dengan hukum kuadrat 20


BAB I
PENDAHULIAN

1.1 Latar belakang

Segala jenis radiasi ionisasi sangatlah berbahaya dan dapat menyebabkan


terjadinya perubahan biologis pada jaringan. Bahaya efek biologis dari sinar-x
pertama kali diketahui segera setelah ditemukannya sinar-x. Saat itulah, informasi
tentang efek berbahaya dari ekspos sinar-x yang berlebihan berkembang seiring
dengan penelitian tentang bahaya efek radiasi tersebut.

Pengujian radiografi pada dasarnya adalah penyinaran contoh uji dengan


menembus logam. Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi diskontinuity di
dalam bahan seperti diskontinuity akibat tuangan, pengelasan dan lain sebagainya.
Metode pengujian ini menggunakan sinar– sinar elektromagnetik (sinar – χ atau
sinar - γ) yang ditembuskan kepada bahan uji lalu direkam dalam film khusus.
Dari hasil rekaman film akan dapat diamati diskontinuity bahan juga dapat
diperoleh hasil rekaman yang permanen. Pengujian radiografi ini mempunyai
potensi bahaya yang sangat besar baik dalam pengujian maupun dalam bahan
radioaktif yang digunakan.

Pengujian yang tidak mematuhi prosedur kerja aman yang berlaku dapat
menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh, yaitu efek stokastik dan non stokastik.
Begitu juga dengan kesalahan dalam pengelolaan serta penyimpanan dan
penggunaan alat dan bahan radioaktif yang digunakan. Hal tersebut dapat
membahayakan kesehatan pekerja dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu efek
yang ditimbulkan oleh bahaya radiasi ini adalah kematian sel. Banyaknya sel yang
mati akan meningkat sesuai dengan besar dosis radiasi yang diterima. Apabila
tidak ditangani dan dilakukan sesuai dengan prosedur bekerja secara aman, hal
tersebut dapat berlanjut pada kematian.

Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan mencakup dua kegiatan


utama, yaitu Pemantauan daerah kerja dan pemantauan kawasan. Kedua jenis
pemantauan itu merupakan bagian dari program proteksi radiasi yang harus
dilakukan dalam setiap kegiatan pemanfaatan radiasi. Pemantauan daerah kerja
dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa setiap individu pekerja radiasi terjamin
keselamatannya dari bahaya radiasi. Pemantauan ini terdiri atas pemantauan
radiasi dan kontaminasi yang keduanya dapat dipakai untuk memperkirakan
penerimaan dosis oleh para pekerja radiasi. Jenis pemantauan daerah kerja
disesuaikan dengan jenis sumber yang digunakan dan kegiatan di tempat tersebut.
Pada daerah kerja yang hanya menggunakan sumber terbungkus cukup dilakukan
pemantauan radiasi saja. Sedang daerah kerja yang menggunakan sumber radiasi
terbuka dan mempunyai potensi terkontaminasi oleh bahan radioaktif, disamping
pemantauan radiasi perlu juga dilakukan pemantauan kontaminasi. Pemantauan
daerah kerja ini bukan hanya sekadar melakukan pengukuran laju dosis maupun
tingkat kontaminasi baik permukaan udara, tetapi juga menginterpretasikan hasil
pengukuran tersebut untuk dibandingkan dengan batasan dosis yang telah
ditetapkan.

1.2 Rumusan masalah

Untuk mempermudah melakukan penulisan ini maka penulis merumuskan


masalah sebagai berikut :

1. Apa saja yang mempengaruhi laju paparan dosis radiasi?

2. Bagaimana laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam Malik
Medan?

3. Apakah terjadi kebocoran pada Tabung Sinar x di kamar periksa 3 di Instalasi


Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Batasan masalah

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat Radiasi
Sinar –x.

2. Alat sumber radiasi yang diamati adalah Sinar – x merk hitachi.


1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah akan dibatasi pada:

1. Pengamatan hanya dilakukan pada paparan, dosis dan proteksi akibat radiasi
sinar – x.

2. Sumber radiasi yang diamati adalah sinar – x Merk Hitachi

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui laju paparan radiasi di Instalasi Radiologi RSUP Haji Adam
Malik Medan.

2. Untuk mengetahui banyaknya dosis yang diserap pekerja dari pemakaian


radiasi sinar – x

merk hitachi.

3. Untuk mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X-Ray di Instalasi


Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui laju paparan radiasi di sekitar kamar periksa 3 pada Instalasi
Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Agar dapat diketahui banyaknya dosis yang diserap akibat pemakain radiasi
sinar – x merk hitachi.

3. Dapat mengetahui adanya kemungkinan kebocoran tabung X- Ray di Instalasi


Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.6 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan BPFK
Medan
1.7. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, batasan


masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi


acuan untuk proses pengambilan data, analisa data serta
pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang peralatan dan bahan penelitian,


diagram alir penelitian, prosedur penelitian, pengujian
sampel.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian dan analisa


data yang diperoleh dari penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari


penelitian dan memberikan saran untuk penelitian yang
lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sinar-X
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang
cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X
dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi,
2001).

2.2 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen


Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik
yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen)
terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-
elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat
pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target)
dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada
sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung
(perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X
yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada
sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat
pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan
oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan
bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan
seperti tersebut di bawah ini:
1. Sumber elektron (filamen).
Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung
sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif
Jauhari, 2008).

2. Anoda.
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai
radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi,
mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir
melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda.
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang
dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk
mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang
tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron


Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang
menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang
fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik
pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-x (Arif Jauhari, 2008).

5. Target.
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang
mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik
mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah
menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus
mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini
diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas
panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan
berhadapan dengan katoda.

6. Tabung pembungkus.
Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan
panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara
harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar
mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian
dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih
efisien dan daya tahan yang lebih lama (M. Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung.
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan
terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi
listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya.
Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan
ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai
daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M.
Akhadi, 2001).

8. Rumah tabung.
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang
dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal
radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik.
Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus
dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi
diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane,
2008).

9. Filter.
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan
bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan
filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh
sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika
menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk
praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal,
biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran
filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal

10. Pembatas sinar.


Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah
tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator.
Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah,
dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X.
Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah
dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas
sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat
digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut
dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat
digunakan sebagai sistem diafragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas
lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak
sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti
sinar tampak.

Adapun bagian daripada kolimator adalah:

- Lampu.
Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan
luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut
berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis
persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan
penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut
menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.

- Cermin.
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber
sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari
bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin tersebut
berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga
menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan
penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju
cermin .

2.3 Sifat Fisik Sinar-X


Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah
1. Daya Tembus.
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya tegangan)
yang digunakan, makin besar daya tembusnya.
2. Pertebaran.
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut
akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan.
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya,
makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik.
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar Fluor (Fluoresensi).
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-
sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi
sinar-X (Arif Jauhari, 2008).
2.4 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari


sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:
 Efek fotolistrik
 Efek Compton
 Efek produksi pasangan
Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X
dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek produksi
pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari,
2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan


materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan
setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan
antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx ........................................................................ ( 2.1 )

m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm


haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk
menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang
menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m
digantikan menjadi (m r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi
massa.

 Efek foto listrik.


Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron,
sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang
dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik
terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV
hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.
Gambar 2.1 Efek foto listrik.

 Hamburan Compton
Penghamburan compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna antara
sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton berinteraksi dengan
elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron lebih kecil dari energi foton
datang), seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Penghamburan compton: suatu tumbukan lenting


sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron.
Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak
mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika momentum dan
energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi
semakin dimungkinkan. Jika hal itu memang benar, maka menurut hukum
kekekalan semua energi foton diberikan kepada elektron .
 Efek Produksi Pasangan
Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energi datang lebih dari 1.02 MeV.
Apabila foton semacam ini mengenai inti atom berat, foton tersebut lenyap dan
sebagai gantinya timbul sepasang elektron-elektron. Positron adalah partikel yang
massanya sama dengan elektron-elektron bermuatan listrik positif yang besarnya
juga sama dengan muatan elektron. Proses ini memenuhi hukum kekekalan
energi:

hv1 = (2 m0 c2) + (K+) + (K-) ................................................ ( 2.2 )

K+ = Energi Kinetik positron

K- = Energi Kinetik elektron

Oleh karena proses ini hanya bisa berlangsung bilamana energi foton datang
minimal (2 m0c2) (1.02 MeV) m0 adalah massa diam elektron dan c adalah
kecepatan cahaya.

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan.

2.5 Dosis Radiasi


Dosis radiasi dapat diartikan sebagai kuantisasi dari proses yang ditinjau
sebgai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008).
Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran
(terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi
pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma
untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana
1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan
listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar
1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

2.6 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya


paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis
radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.
Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya
yaitu:

2.6.1 Satuan untuk paparan radiasi.


Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di
udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah
sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber
radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek
yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara

1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

2.6.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu.


Satuannya adalah R/jam atau mR/jam; 1 mR = 10-3 R.

2.6.3 Pemantauan Paparan Radiasi Personil


Pada umumnya, peralatan pemantauan harus digunakan apabila
dimungkinkan bahwa seseorang dapat menerima 25 % dari maksimum paparan
yang dibolehkan (Nilai Batas Dosis-NBD) ketika seseoarang tersebut melakukan
tugasnya. Ketentuan ini mengamanatkan keharusan dilakukan pemantauan
paparan yang diterima oleh dokter spesialis radiologi, dokter spesialis
kardiologi dan semua personil yang membantu dalam pemggunaan alat.

Metode yang paling populer pemantauan radiasi adalah film badge sebab
alat tersebut sangat praktis dan ekonomis. Biasanya, setiap orang menggunakan
satu film badge di bawah apron dan yang lain pada bagian leher baju yang berada
di luar apron tersebut.

Petugas proteksi radiasi (PPR) harus diberitahu kesepakatan penggunaan


film badge tersebut sehingga laporan paparan radiasi dapat diinterpretasikan
secara benar. Pilihan lokasi tersebut bergantung pada apakah paparan tersebut
maksimum atau paparan seluruh tubuh lebih penting, sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Penempatan personal monitoring

2.7 Sifat Radiasi

Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan yaitu :

1. Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk


mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut detektor
radiasi.
2. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilalui melalui proses ionisasi,
eksitasi. Dengan menggunakan sifat – sifat tersebut kemudian digunakan
sebagi dasar untuk membuat detektor radiasi.

2.8 Efek Radiasi


Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama
terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas
berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan
kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel – selnya aktif membelah
mempunyai kepekaan yang relatif tinggi terhadap radiasi, adalah sel – sel darah
putih, sel – sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel – sel epitel kulit
dan selaput lendir, sel – sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 )
Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami
perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel.
Komponen selular darah yang lain ( butir pembeku dan darah merah ) menyusul
setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu
tinggi masih dapat memproduksi sel – sel darah, sedangkan pada dosis yang
cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanen yang berakhir dengan kematian.
Akibatnya penekanan aktivitas sum – sum tulang maka orang yang terkena radiasi
akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan
haemoglobin.
Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan
radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan
tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel – sel dapat mengalami perubahan struktur
Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua
jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu :
1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun
sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi.
2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung
terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya.
Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi
pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu :

1. Efek Stokastik
Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia
dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan
genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai
dengan 1.000 mSv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi
sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan menimbulkan
kerusakan somatik maupun genetik

2. Efek Deterministik
Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat
langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat
muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal
adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat
menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan
menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit
merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 – 6.000 mSv, atau kerontokan
rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 – 12.000 mSv.
Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum
maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu,
lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat
kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok,
shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah
erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan
rambut kulit.
Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi
dosis tinggi pada manusia adalah :
a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 mSv ( 100 mSv ) mengakibatkan kerusakan
sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam.
b. Penyinaran dosis radiasi 10 – 50 mSv mengakibatkan kerusakan saluran
pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1 -2 minggu.
c. Dosis radiasi 3 – 5 mSv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel
darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 – 2
bulan.
d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma
pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan
kemandulan.
e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga
mengakibatkan katarak dengan dosis 2 – 5 mSv.

2.9 Nilai Ambang Batas


Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu
kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International
Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah
dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari
penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini
memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik
gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ).
Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
didasarkan akumulasi sebagai berikut :
D = 5 ( N – 18 ) ......................................................................................... 2.3
Dimana :
D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan
dalam Rem.
5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
yaitu 5 rem pertahun.
N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun.
18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan
radiasi, dinyatakan dalam tahun.
Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan
Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89
tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18
tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam
masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko
kontaminasi radioaktif yang tinggi.

2.10 Proteksi Radiasi


Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil,
prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan
dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu
paparan, sedemikian sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya
maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah
melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang yang berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak dari sumber radiasi tersebut:

I2/I1 = d12/d22 .............................................................................. 2.4

Maka, jika jarak dari sumber radiasi digandakan maka intensitas radiasi berkurang
seperempat kali dari nilai semula, (Gambar 2.5). Meskipun hubungan ini
diberlakukan secara tegas hanya untuk sumber titik, prinsip jarak tersebut berguna
juga dalam pengurangan paparan radiasi klinis apabila pasien tersebut dianggap
sebagai poin utama.
Pelemahan suatu berkas sinar-X adalah eksponensial sebab sebagian berkas
tersebut diserap oleh bahan yang dilaluinya, dengan hubungan sebagai berikut:

I = Io e-µx ......................................................................................................... 2.5


dengan:
- I adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan;
- Io adalah intensitas radiasi awal;
- µ adalah koefisien atenuasi dari bahan (yang tergantung pada nomor atom dan
densitas, dan energi foton); dan
- x adalah ketebalan bahan atenuasi.

Gambar2.5 Pengurangan Intensitas Radiasi


Sesuai dengan Hukum Kuadrat Terbalik.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Peralatan dan bahan

- Satu set peralatan sinar – x Merk Hitachi dengan :


TYPE Pesawat : PM – 1551C, Tegangan Masuk : 110 V – 220V,
Kapasitas Pesawat: 550 mA, KV Range : 35 kV – 150 kV, Phase : Singel
phase, Spesifikasi : 2 buah tube.

- Survey meter

- Dosimeter

- Mistar

- Baju afron 0,5 Pb

3.2 Diagram alir penelitian

Sumber Radiasi Merk


Hitachi

Proses Pengukuran Proses Pengukuran Proses Pengukuran


Dosis Radiasi Paparan Radiasi Proteksi Radiasi

Data Pengukuran Dosis, Paparan


dan Proteksi Radiasi

Analisa Data
3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Dosis Radiasi

1. Diset alat sinar – x merk hitachi pada arus 200 mA, 16 s.

2. Diletakkan alat pengukur dosis radiasi dibawah keluaran sinar –x.

3. Dihidupkan alatsinar – x pada tegangan kilovolt 40.

4. Diukur dosis radiasi sinar - x yang keluar.

5. Dilakukan pengukuran dengan cara yang sama untuk tegangan

50 kilovolt, 60 kilovolt, 70 kilovolt dan 80 kilovolt.

3.3.2 Paparan radiasi

1. Diset alat sinar – x pada 60 kilovolt, 200 mA, 16 s.

2. Disiapkan titik – titik penentuan jarak untuk 1m, 2m, 3m, 4m dan 5m

dari sumber radiasi.

3. Diletakkan alat pengukur radiasi pada jarak 1m dari sumber dalam

kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x

5. Dengan cara yang sama dilakukan untuk jarak 2m, 3m, 4m dan 5m.

3.3.3 Proteksi radiasi

1. Disiapkan baju khusus anti radiasi (baju apron)

2. Diset alat sinar – x pada 200 mA, 16 s.

3. Diletakkan alat ukur dosis radiasi yang telah dilapis baju apron pada

jarak 1m dari Sumber dalam kondisi ON.

4. Dihidupkan alat sinar – x pada tegangan kilovolt 40.

5. Dengan cara yang sama diukur besar radiasi yang diterima apron

untuk tegangan 50 kilovolt, 60 kilovolt, 70 kilovolt dan 80 kilovolt.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paparan radiasi

Dari hasil penelitian untuk melihat besar paparan radiasi


diperlihatkan pada grafik 4.1 berikut ini :

Grafik Jarak - vs - Paparan radiasi


1

0.9

Paparan 80 kilovolt
0.8

0.7
Paparan 70 kilovolt
paparan radiasi (µSv)

0.6

0.5

Paparan 60 kilovolt
0.4

0.3
Paparan 50 kilovolt
0.2

Paparan 40 kilovolt
0.1

0
0 1 2 3 4 5
Jarak (m)

Grafik 4.1 paparan radiasi

Dari grafik terlihat bahwa pengaruh paparan radiasi bergantung antara


sumber radiasi dengan objek, dimana semakin jauh objek dari sumber maka
semakin kecil objek terkontaminasi radiasi. Walaupun semakin kecil bukan berarti
objek terbebas dari pengaruh radiasi. Ini perlu penanganan dan perhatian karena
efek radiasi tidak pernah spontan pengaruhnya tetapi perlahan – lahan. Oleh
karena itu diperlukan tindakan – tindakan yang sifatnya spontan dan kontiniu
untuk menanggulangi efek akibat paparan radiasi. Dari hasil diatas paparan radiasi
terendah berada pada tegangan 40 kilovolt dimana besar radiasi maksimum
berada pada kisaran 0,13 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,01 µSv
Paparan radiasi maksimum berada pada tegangan 80 kilovolt dimana radiasi
maksimum sebesar 0,81 µSv pada jarak 1m dan pada jarak 5m sebesar 0,04 µSv.
Dari hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar kilovolt yang diberikan maka
semakin besar paparan radiasi yang dihasilkan. Dari grafik juga terlihat bahwa
penurunan paparan radiasi terhadap jarak berlangsung secara eksponensial ini
menunjukkan bahwa daya jelajah sinar radiasi berkurang secara eksponen.

4.1 Dosis Radiasi

Dari hasil yang diperoleh pada pengukuran dosis radiasi yang


terserap dari sinar – x Merk Hitachi dapat dilihat dari grafik berikut ini :

Grafik Tegangan(kV) - Dosis Radiasi


90
80 81
74
70
Dosis radiasi ( µSv)

64
60
56
50
46
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Tegangan (kV)

Grafik 4.2 Dosis radiasi

Dari grafik diatas terlihat terjadi kenaikkan tingkat dosis radiasi


yang diterima jika tegangan masukan (kilovolt) dinaikkan. Ini menunjukkan
bahwa besar dosis yang diterima bergantung pada tegangan (kilovolt) yang
diinfutkan dimana besar dosis maksimum berkisar 81 µSv yang berada pada
tegangan 90 kilovolt. Besarnya keluaran dosis masih dibawah ambang batas
normal pemakian yang ditetapkan BAPETEN dimana besar tetapan dosis yang
diterima maksimum 50 mSv pertahun. Dari data diatas jika dikalkulasikan
pertahun berkisar 35,4 mSv. Untuk penggunaan Di Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik tegangan yang digunakan adalah 60 kilovolt sehingga masih jauh
dibawah ambang batas maksimum dalam pemakaian dimana dosis yang didapat
20,44 mSv.

4.3 Proteksi Radiasi

Karena berbahayanya pengaruh radiasi maka keluaran radiasi harus


diproteksi agar tidak terlalu membahayakan pasien dan petugas medis. Hasil dari
proteksi radiasi dengan menggunakan baju anti radiasi (baju apron) dapat dilihat
dari grafik 4.3 berikut:

Grafik Proteksi radiasi


0.035
0.03 0.03
Dosis radiasi (µSv)

0.025
0.02 0.02
0.015
0.01 0.01
0.005
0 0 0
50 60 70 80 90
tegangan (kilovolt)

Grafik 4.3 Proteksi radiasi

Dari grafik diatas terlihat bahwa memproteksi radiasi dengan


menggunakan baju apron sangat berfungsi dengan baik dimana pada tegangan
kilovolt yang digunakan pada rumah sakit yaitu 60 kilovolt besar radiasi yang
terserap bernilai 0 atau dikatakan bebas dari pengaruh radiasi, tetapi ketika
tegangan kilovolt dinaikkan terjadinya penyerapan dosis radiasi pada apron. Ini
menunjukkan bahwa daya sinar radiasi sangat besar sehingga mampu menembus
baju tersebut. Oleh sebab itu bagi petugas yang selalu menangani ruang ruang
radiasi perlu diperhatikan dalam penggunaan kilovolt yang yang besar maka akan
terkontaminasi radiasi yang sudah tentu sangat membahayakan petugas medis
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
1. Besarnya dosis radiasi yang diserap dalam penyinaran sinar – x bergantung
pada tegangan yang diberi.
2. Besar paparan radiasi dipengaruhi oleh jarak antara sumber radiasi dengan
objek.
3. Nilai proteksi radiasi sangat dipengaruhi besarnya kilovolt yang diberikan
karena bahan proteksi radiasi dapat ditembus sinar radiasi jika besar tegangan
yang diberikan diatas 70 kilovolt.
4. Nilai dosis radiasi yang terukur dari sinar – x merk hitachi RSUP H. Adam
Malik masih dalam ambang batas aman pemakaian karena standar BAPETEN
50 mSv pertahun.
5. Tidak terjadi kebocoran radiasi pada pesawat sinar – x Merk Hitachi yang
berada di RSUP H. Adam Malik Medan

5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian untuk bahan – bahan proteksi yang lain
agar dapat diketahui kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menerima
radiasi sehingga diketahui mana yang lebih baik dan aman untuk pemakaian
terutama bagi petugas/pegawai yang menangani alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Akhadi,M. 1997. Pengantar Tekhnologi Nuklir. PT.Rineka Cipta Jakarta


2. Anonim. 2012 .Care for Cancer, http//www.terapibrachy.com.Diakses Tahun
2012 Medan
3. Bapeten. 1997. Pendidikan dan PelatihanPetugas Proteksi Radiasi. Jakarta
4. Bapeten. 2005. Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta
5. Dwi Suseno, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

6.Govinda., Advanced Medical radiation Dosimetry, Prentice Hall of India, 1992.


7. Kadek Subagiada”Pengaruh Source Skin Distance (SSD) Terhadap Profil Dosis
Radiasi Pesawat Sinar-X , 2012
8.Khan, Faiz M., The Physics of radiation Therapy, William & Wilkins, USA,
1994.
9.Syahriar rasad,1990. Radiodiagnostik, Balai Penerbit FKUI. Jakarta
10.Togap Marpaung, Proteksi radiasi Dalam Radiologi. Seminar Keselamatan
Nuklir, 2006
11.William R. Hendee, Radiation Therapy Physics, Chicago London, Januari
1984.
12. http://digilib.its.ac.id
LAMPIRAN

Tegangan (kV) Dosis Radiasi(µSv)


50 46
60 56
70 64
80 74
90 81

Paparan radiasi (µSv)


40 paparan 50 paparan 60 paparan 70 paparan 80 paparan
kV kV kV kV kV
1,00 0,13 1,00 0,22 1,00 0,39 1,00 0,64 1,00 0,81
m m m m m
2,00 0,06 2,00 0,08 2,00 0,15 2,00 0,25 2,00 0,33
m m m m m
3,00 0,02 3,00 0,04 3,00 0,07 3,00 0,12 3,00 0,15
m m m m m
4,00 0,02 4,00 0,02 4,00 0,03 4,00 0,06 4,00 0,09
m m m m m
5,00 0,01 5,00 0,01 5,00 0,02 5,00 0,03 5,00 0,04
m m m m m

Tegangan (kV) Proteksi radiasi (µSv)


50 0
60 0
70 0,01
80 0,02
90 0,03

You might also like